Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


ULKUS PEPTIKUM

Oleh :
1. Avinda Yulia Pratiwi ( 14.401.17.015 )
2. Kukoh Ageng Fitriani ( 14.401.17.046 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada kasus ulkus peptikum dengan jenis ulkus, jenis kelamin, usia kondisi
geografis dan lokasi lingkungan sangat bervariasi. Ras, pekerjaan, kecenderungan
genetik, dan faktor sosial juga memainkan peranan dalam patogenesis ulkus
peptikum. Prevalensi ulkus peptikum di negara Amerika Serikat mengalami
pergeseran yang semula di dominasi oleh pria kini prevalansi antara laki-laki dengan
wanita sebanding. Trend terbaru menunjukkan prevalensi menurun pada pria yang
lebih muda dan meningkat pada wanita yang lebih tua, hal ini kemungkinan
berhubungan dengan penurunan kebiasaan merokok pada pria muda, dan peningkatan
penggunaan ains pada wanita yang lebih tua. Ulkus peptikum dengan komplikasi
perdaran dan perforasi telah meningkat dan meningkatkan resiko kematian.
(Muttaqin, 2013, p. 412)
Penyakit ini terjadi frekuensi paling besar pada individu antara usia 40-60
tahun. Tetapi, relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun ini telah di observasi
pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih sering dari pada wanita, tapi
terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada wanita hampir sama dengan pria. Ulkus
peptikum di korpus lambung dapat terjadi tanpa sekresi asam berlebihan.
Penyebab ulkus yang lainnya adalah sekresi bikarbonat mukosa, ciri genetic,
dan stress. Banyak terhadapat antara kemiripan dan perbedaan antara ulkus peptikum
dan duodenum, sehingga beberapa aspek dalam hal ini dipertimbangkan bersamaan
untuk memudahkan, dan masalah-masalah khusus yang berkaitan. (Corwin, 2010, p.
123)
B. Batasan Masalah
Masalah pada pembahasan ini di batasi pada konsep teori penyakit dan konsep
asuhan keperawatan klien yang mengalami ulkus peptikum.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit ulkus peptikum?

2
2. Bagaimana pengkajian pada pasien dengan ulkus peptikum?
3. Bagaimana diagnosa keperawatan pada pasien dengan ulkus peptikum?
4. Bagaimana intervensi pada pasien dengan ulkus peptikum?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gangguan sistem
gastrointestinal dengan ulkus peptikum menggunakan proses pendekatan
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami tentang konsep penyakit dari ulkus peptikum
2. Melakukan pengkajian pada pasien gangguan sistem gastrointestinal dengan
ulkus peptikum
3. Melakukan diagnosa pada pasien gangguan sistem gastrointestinal dengan
ulkus peptikum
4. Melakukan intervensi pada pasien gangguan sistem gastrointestinal dengan
ulkus peptikum

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Istilah ulkus peptikum digunakan untuk erosi lapisan mukosa di bagian mana
saja di saluran Gastrointestinal (GI), tetapi biasanya di labung atau deudenum. Ulk
us gaster adalah istilah tukak lambung. (Corwin, 2010, p. 123)
Ulkus peptikum adalah terjadinya ulkus pada jaringan mukosa lambung, pilor
us, dan deudenum. Ulkus terjadi bila sebagian dari jaringan mukosa lambung, pilo
rus, atau deodenum rusak kemudian hilang. (Mulyono, 2013, p. 156)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ulkus peptikum merupakan
putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas sampai dibawah epitel yang t
erjadi pada jaringan mukosa lambung.

2. Etiologi
a. Penyebab Umum
Penyebab umum dari ulserasi peptikum adalah
1. Sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung
2. Berkurangnya kemampuan pada sawar mukosa gastroduodenalis untuk
berlindung dari sifat pencernaan dari kompleks asam pepsin.
b. Penyebab Khusus
1. Infeksi bakteri H. Pylori
Dalam 5 tahun terakhir 75% pasien ulkus peptikum menderita infeksi
kronis pada akhir mukosa lambung, dan mukosa duodenum oleh bakteri
H.Pylori sekali pasien terinfeksi dapat berlangsung seumur hidup kecuali
kuman tersebut diberantas dengan pengobatan anti bakterial.
2. Peningkatan sekresi asam
Kebanyakan pasien yan menderita ulkus peptikum dibagian awal duodenum
jumlah sekresi asam lambungnya lebih besar dari normal bahkan 2 kali lipat
dari normal. Peningktatan asam ini mungkin disebabkan oleh infeksi
bakteri.
3. Refluks usus –lambung

4
Refluk usus lambung dengan materi garam empedu dan enzim pankreas
yang berlimpah dan memenuhi permukaan mukosa dapat menjadi
predisposisi kerusakan epitel mukosa.
4. Inflamasi bakterial
Dari dasar tukak telah dibuktikan untuk menyelidiki mikroorganisme yang
di duga sebagai penyebabnya, tetapi tidak ditemukan satu macam bakteripu
n. Selanjutnya pada hasil pemeriksaan didapat bahwa inflamasi khemis lebi
h besar dari pada inflamasi bakterial. Tukak yang spesifik misalnya pada T
BC dan sifilis disebabkan spesifik mikroorganisme.
5. Inflamasi non bakterial
Teori yang menyatakan bahwa inflamasi non bakterial sebagai penyebab di
dasarkannya inflamasi dan kurvatura minor, antrum dan bulbus duodenia ya
ng mana dapat disebutkan juga antara gashtritis, sering ditemukan dengan t
ukak. Dan sebagai penyebab dari gastrhritis sendiri belum jelas. Tukak kron
is ialah sebagai kelanjutan dari tukak yang akut. Berdasarkan pemeriksaan h
istologis ditemukan perubahan yang nyata (Muttaqin, 2013, pp. 408-409)

3. Tanda dan Gejala


Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa
bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa
penyebab dapat identifikasi. Banyak individu mengalami gejla ulkus, dan 20-30%
mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang
mendahului. Manifestasi klinisnya terdiri dari :
1. Nyeri
Pasien dengan ulkus biasanya mengeluh nyeri tumpul seperti tertusuk atau
sensai terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Nyeri terjadi bila
kandungan asam lambung dan duodenum mengikat menimbulkan erosi dan
merangsang ujung saraf yang terpajan.
2. Pirosis (Nyeri Ulu Hati)
Beberapa pasien mengalami sensasi pada luka bakar di esofagus dan lambung,
yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruptasi asam. Eruptasi atau
sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong.

3. Muntah
5
Meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi muntah dapat menjadi
gejala ulkus peptikum. Hal ini terjadi karena adanya pembentukan jaringan
parut atau pembengkakan akut dari membran mukosa ang mengalami
inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Dan muntah terjadi biasanya setelah
nyeri berat dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.
4. Konstipasi Perdarahan
Terjadi pada pasien ulkus yang kemungkinan akibat dari diet dan obat-obatan.
Pasien dapat juga datang dengan perdarah gasrointestinal sebagian kecil
pasien yang mengalami ulkus akutsebelumnya tdiak mengalami keluhan,
tetapi mereka menunjukkan gejala setelahnya. (Nuari, 2015, pp. 150-151)

4. Patofisiologi
Penyebab ulkus peptikum duodenum dan gaster saat ini diperberat oleh
H.Pylori. pemberantasan organisme ini selalu menimbulkan resousi gastritis dan
akhirnya penyembuhan ulkus. Selain H.Pylori dua mekanisme berbeda pada
penyakit ulkus peptikum di lambung dan duodenum telah diusulkan. Di lambung,
adanya kerusakan perlindungan lapisan epitel secara normal dan menyebabkan
ulkus gaster. Pada situasi yang normal, aliran asam hidroklorida dari lumen
lambung dicegah oleh adanya hubungan yang sangat erat dan non permeabel
antara sel-sel epitel dan lapisan alkalin mukus yang menyelimuti permukan epitel
lambung.
Pada pembentukan ulkus peptikum gaster, barier, difusi ini dapat dirusak oleh
adanya cidera kronik oleh aspirin, NSAID, Kortison, hormn adrenokartikosteroid
(ACTH), kafein, fenilbutazon (butazolidin), alkohol, dan agen kemoterapi. Zat-zat
ini dapat merangsang produksi asam. Menyebabkan kerusakan mukosa lokal atau
mengguanakan sekresi mukus. Zat ini melepaskan lapisan permukaan mukus yang
menyebabkan degenerasi membran sel epitel, dan terjadi difusi masif asam
kembali ke epitel dinding lambung. Faktor pertama yang terjadi pada ulkus
peptikum adalah kelebihan sekresi asam. Aktivitas saraf vagus meningkat pada
individu dengan ulkus duodenum, terutama pada status puasa dan pada malam
hari. Saraf vagus merangsang sel-sel antrium pylorik untuk melepaskan gastrin
yang pada waktunya berjalan melalui aliran darah dan bekerja di sel parietal
lambung untuk merangsang pelepasan asam hydroklorida.

6
Faktor lain pada penyakit ulkus peptikum adalah adanya stres emosi, yang
menyebabkan peningkatan sekresi gastrin, suplai darah, dan motilitas lambung
karena stimulasi talamus melalui hipotalamus sepanjang rute simpatis hipofisis.
Bila klin menunjukkan reaksi stress, sistem saraf simpatis menyebabkan kontriksi
pembuluh darah di duodenum yang membuat mukosa makin rentan terhadap
trauma karena asam lambung dan sekresi pepsin. Pada aktivitas korteks adrenal
produksi mukus berkurang dan sekresi lambung meningkat bersama-sama faktor
ini mengakibatka peningkatan kerentanan klien terhadap ulserasi. Stres lama
karena luka bakar, trauma berat, dan kondisi lain dapat menimbulkan ulkus stress
atau gastritis erosif stres di dalam saluran gastrointestinal. (Ester, 2010, p. 37)

7
Pathway

Predisposisi infaeksi bakteri Stress psikologis merokok


Helikobacter pylori

Sekresi pepsinogen
meningkat

Agregasi bahan kimia


Fungsi barier terganggu Kerusakan epitel
meningkat

Ulkus peptikum

Obstruksi pintu keluar


Perforasi
lambung

Mual muntah dan Kehilangan cairan dan Asam lambung


anoreksia elektrolit meningkat

Intake makanan tidak MK. Resiko


Mual muntah
adekuat ketidakseimbangan
berlebihan
cairan

MK. Ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh
MK. Nyeri akut

Sumber : (Muttaqin, 2013 hal 410)

8
5. Komplikasi
1. Intraktibilitas
Komplikas ulkus peptikum yang paling sering adalah intraktibilitas, yang
berarti bahwa terapi medis telah gagal mengatasi gejal-gejala secara adekuat.
Pasien dapat terganggu tidurnya oleh nyeri, kehilangan waktu untuk bekerja,
memerlukan perawatan dirumah sakit. Intraktibilitas merupakan alasan
tersering untuk anjuran pembenahan.
2. Perdarahan
Perdarahan merupakan komplikasi ulkus peptikum yang sangat sering
terjadi, sedikitnya di temukan pada 25% kasus selama perjalan penyakit.
Kehilangan darah yang ringan dan kronik dapat mengakibatkan anemia
defisiensi besi. Feses dapat positif akan darahsamar atau hitam dan seperti
melena. Perdarahan masif dapat menyebabkan hematomesis, menimbulkan
syok, dan memerlukan tranfusi darah serta pembenahan darurat
3. Perforasi
Ulkus biasanya terjadi pada dinding anterior duodenum atau lambung
karena daerah ini hanya diliputi oleh peritonium. Pada kondisi klinik, pasien d
engan komplikasi perporasi datang dengan keluhan nyeri mendadak yang para
h pada abdomen bagian atas. Dalam beberapa menit, timbul peritonitis kimia a
kibat keluarnya asam lambung, pepsin, dan makanan yang menyebabkan nyeri
hebat.
4. Obstruksi
Obstruksi timbul lebih sering pada pasien ulkus duodenum, tetapi kadang
terjadi bila ulkus lambung terletak dengan sfinger pilorus.obstruksi timbul lebi
h sering pada ulkus duodenum, tetapi kadang terjadi pada ulkus lambung terlet
ak dekat sfingter pylorus. Anoreksia mual dan kembung setelah makan merupa
kan gejala-gejala yang sering timbul kehilangan berat badan juga sering terjadi
Bila obstruksi bertambah berat badan, dapat timbul nyeri dan muntah
(Muttaqin, 2013 hal 411-412)

9
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
penyakit ulkus peptikum terjadi pada pria dan wanita. Sekitar 11 - 14% pria
dan 8-11% terjadi pada wanita, biasanya sering terjadi pada usia 40-60 tahun
(Muttaqin, 2013, p. 413)
b. Status kesehatan saat ini
1. Keluhan utama pasien
Pasien biasanya mengeluh mual muntah dan nyeri abdomen, seperti
tertusuk, nyeri biasanya hilang dengan makan. (Muttaqin, 2013, p. 413)
2. Alasan masuk rumah saikit
Pada beberapa pasien didapatkan keluhan seperti nyeri pada bagian perut,
uluh hati, muntah, konstipasi, melena dan hematemesis, dimana memberikan
menifestasi kecemasan secara individu (Muttaqin, 2013, p. 413)
3. Riwayat penyakit sekarang
a. P (Provokatif / Paliatif ) : Klien mengeluh nyeri pada abdomen.
b. Q (Qualitas/Quantitas) : Rasa nyeri seperti tertusuk-tusuk
c. R (Region / Radiasi) : keluhan nyeri berlokasi disekitar efigastrium
tengah atau di punggung, menyebar ke abdomen atas, area dada, dan
kadang terasa tembus kebelakang.
d. S (Skala Seviritas) : skala nyeri pada pasien ulkus peptikum
bervariasi pada skala 1-4 (nyeri ringan sampai nyeri tak tertahankan)
e. T (Timing) : Biasanya terjadi kira-kira dua jam setelah
makan (Muttaqin, 2013, p. 413)
c. Riwayat kesehatan terdahulu
1. Riwayat penyakit sebelumnya
Biasanya pasien memiliki riwayat penyakit berhubungan dengan
intervensi bedah seperti DM, hipertensi atau Tuberkulosis yang bisa menjadi
penyulit perioperatif (Muttaqin, 2013, p. 414)
2. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan anggotanya keluarganya tidak ada yang pernah atau
mengalami sakit yang sama (Muttaqin, 2013, p. 414)

10
d. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : composmentis
b. Tanda – tanda vital : meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi
(Nuari, 2015, p. 152)
2. Body Sistem
1) System pernafasan
Terjadi peningkatan respirasi pada pada pasien yang mengalami ulkul
peptikum (Muttaqin, 2013, p. 415)
2) Sistem kardiovaskuler
Terjadi takikardi, distrimia, pengisian kapiler lambat/lemah, pasokan
darah di daerah n.spanchnicus akan berkurang sekitar 20-30% (Muttaqin,
2013, p. 415)
3) System persarafan
Kesadaran composmentis dan biasanya tidak ada gangguan pendengaran
(Irwan, 2016)
4) Sistem perkemihan
Tidak terjadi gangguan pada sistem perkemihan (Mulyono, 2013, p. 158)
5) Sistem pencernaan
menunjukkan adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik atau distensi
abdominal, bising usus mungkin tidak ada. (Nuari, 2015, p. 152)
6) Sistem integument
Warna kulit pucar, sianosis dan berkeringat (Nuari, 2015, p. 152)
7) Sistem muskuloskletal
Nyeri sendi kadang-kadang terjadi jika terjadi mudim dingin (Nuari, 2015,
p. 152)
8) Sistem endokrin
Fungsi endokrin dan eksokrin pancreas akan menurun (sekresi insulin dan
glucagon sera asam karbonat dan enzim pencernaan (Muttaqin, 2013, p.
115)
9) Sistem reproduksi
Pada sistem reproduksi tidak terjadi gagguan (Muttaqin, 2013, p. 115)
11
10) Sistem pengindraan
Penginderaan,penciuman dan rasa akan menimbulkan impuls saraf aferen,
yang di system pusat akan merangsang serabut vagus (Nuari, 2015, p.
152)
11) Sistem imun
Tidak terjadi gaggguan pada sistem imun (Mulyono, 2013, p. 157)
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Helicobacter Pylori ;Adanya H. Pylori dapat ditemukan dengan biopsy
dan histiologi melalui kultur, meskipun hal ini merupakan tes
laboratorium khusus. Serta tes serologis terhadap antibody pada antigen
H. pylori.
2. Serat optic diatas endoskopi : Endoskopi atas digunakan untuk
mengidentifikasikan perubahan inflamasi, ulkus dan lesi. Melalui
endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat dn biopsy didapatkan.
Endoskopi telah diketahui dapat mendeteksi beberapa lesi yang tidak
terlihat melalui pemeriksaan sinar X karenaukuran atau lokasinya.
(eshophagogastroduodenoscopy).
3. Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atas dapat menunjukkan
adanya ulkus, namun endoskopi adalah pemeriksaan diagnostic pilihan.
4. Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan laboratorium adalah
negative terhadap darah samar.
5. Pemeriksaan sekretori di lambung merupakan nilai dalam mendiagnosis
aklorhidria (tidak terdapat asam hidroklorida dalam getah lambung) dan
sindrom zollinger-ellison. Nyeri hilang dengan makanan atau antasida dan
tidak adanya nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan adanya ulkus .
(Nuari, 2015 hal 151).
4. Penatalaksanaan Medikal
Tujuan utama pada intervensi ulkus peptikum adalah mengistirahatkan
lambung.
Ini dapat meliputi :
1. Penetralan atau buffering asam hidroklorida

12
2. Menghambat sekresi asam

3. Penurunan aktivitas pepsin dan asam hidroklorida

4. Membasmi H. Pylori dari saluran gastrointestinal

Respon terhadap program terapeutik bervariasi sesuai dengan persepsi


klien tentang status kesehatan dan derajat gaya hidup yang dipengaruhi
oleh penyakit ulkus. Obat yang diresepkan kepada klien dengan ulkus
peptikum untuk empat alasan utama :

1. Untuk menghilangkan bakteri H.Pylori dari saluran gastrointestinal


(antibiotika)

2. Untuk menurunkan sekresi (obat hiposekresi )

3. Untuk menetralisasi asam (antasida)

4. Untuk melindungi barier mukosa (sukralfat)

Pada penyakit ulkus peptikum tidak komplet, beberapa dokter memilih


perubahan diet ketat. Makanan yang diketahui meningkatkan keasaman
lambung atau menyebabkan ketidaknyamanan harus dihindari (kopi, alkohol,
susu). (Ester, 2010, p. 38)

13
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (PPNI, 2017) diagnosa keperawatan ulkus peptikum yang muncul yaitu
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Nyeri akut
c. Defisit Pengetahuan

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Definisi : Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memnuhi kebutuhan metabolik
Batasan Karateristik :
Subjektif :
1) Kram abdomen
2) Nyeri abdomen (dengan atau tanpa penyakit)
3) Menolak makanan
4) Presepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan
5) Melaporkan perubahan sensasi rasa (Willkinson, 2016, p. 282)
Objektif :
1) Pembuluh kapiler rapuh
2) Diare atau steatore
3) Bising usus hiperaktif
4) Kurang informasi, informasi yang salah
5) Kurangnya minat terhadap makanan
6) Membrane mukosa pucat
7) Tonus otot buruk
8) Rongga mulut terluka (inflamasi)
9) Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau mengunyah
Faktor yang berhubungan:
1) Kesulitan mengunyah atau menelan
2) Intoleransi makanan
3) Kebutuhan metabolik tinggi
4) Kurang pengetahuan dasar tentang nutrisi
5) Hilang nafsu makan
6) Mual dan muntah (PPNI, 2017, p. 87)

14
b. Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
Penyebab :
1. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. abses, mengangkat berat, prosedur operasi,
trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Mengeluh nyeri
Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersifat protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. (tidak tersedia)
Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaphoresis
Kondisi klinis terkait
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom coroner akut

15
5. Glaucoma
C. Defsit Pengetahuan
Definisi
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu
Penyebab
1. Keteratasan kognitif
2. Gangguan fungsi kognitif
3. Kekeliruan mengikuti anjuran
4. Kurang terpapar informasi
5. Kurang minat dalam belajar
6. Kurang mampu mengingat
7. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Menanyakan masalah yang dihadapi
Objektif
8. Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran
9. Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
2. Menunjukan perilaku berlebihan (mis, apatis,bermusuhan,agitasi,histeria)

Kondisi Klinis Terkait


1. Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
2. Penyakit akut
3. Penyakit kronis
Keterangan
Diagnosis ini di spesifikasikan berdasarkan topik tertentu
1. Gaya hidup sehat
2. Keamanan diri
3. Keamanan fisik anak

16
4. Kehamilan dan persalinan
5. Kesehatan maternal pasca persalinan
6. Kesehatan maternal prekonsepsi

3. Intervensi Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Tujuan atau karakteristik evaluasi
Pasien akan :
1) Mempertahankan berat badan ___ Kg atau bertambah ___Kg pada _____
(sebutkan tanggalnya)
2) Menjelaskan komponen bergizi yang adekuat
3) Mengungkapkan tekad untuk diet
4) Mentoleransi diet yang dianjurkan (Wilkinson, 2016, p. 284).
Aktivitas keperawatan
1. Pengkajian
a) Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
b) Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit
c) Menejemen nutrisi
d) Ketahui makanan kesukaan pasien
e) Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
f) Timbang pasien pada interval yang tepat (Wilkinson, 2016, p. 284).
2. Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
a) Ajarkan metode untuk perencanaan makan
b) Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak
mahal
c) Menejemen nutrisi (NIC)
- Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memahaminya (Wilkinson, 2016, p. 284).
3. Aktivitas kolaboratif
a) Berkolaborasi dengan para ahli gizi untuk menentukan kebutuhan
protein pasien yang mengalami ketidak adekuatan asupan protein atau
kehilangan protein (misalnya, pasien anoreksia nrvosa atau pasien
penyakit glomerular/dialysis peritoneal)

17
b) Berkolaborasi dengan dokter dalam kebutuhan stimulasi nafsu makan,
makanan pelengkap, pemberian makanan melalui selang, atau nutrisi
parenteral total agar asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan
c) Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
d) Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasien tidakdapat
membeli atau menyiapakan makanan yang adekuat
e) Menejemen nutrisi (NIC)
- Tentukan dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, jika
diperlukan, jumlah kalori dan jenis zat yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi (khususnya untuk pasien dengan
kebutuhan energy tinggi, seperti pasien pasca bedah dan luka bakar,
trauma, demam dan luka (Wilkinson, 2016, p. 285).
4. Aktivitas lain
a) Buat perencanaan makan dengan pasien yang masuk dalam jadwal
makan, kesukaan dan ketidak sukaan pasien, serta suhu makanan
b) Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien
dari rumah
c) Bantu pasien menulis tujuan mingguan yang realistis untuk latihan fisik
dan asupan makanan.
d) Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makan dan latihan fisik di
lokasi yang terlihat jelas dan kaji ulang setiap hari
e) Tawarkan makanan porsi besar di siang hari ketika nafsu makan tinggi
f) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan (misalnya,
pindahkan barang-barang dan cairan yang tidak sedap dipandang)
g) Hindari prosedur invasi sebelum makan
h) Suapi pasien, jika perlu
i) Menejemen nutrisi (NIC)
- Biarkan pasien minuman dan kudapan bergizi, tinggi protein, tinggi
kslori yang siap dikonsumsi, bila memungkinkan
- Ajarkan pasien tentang cara membuat catatan harian makanan
(Wilkinson, 2016, p. 285).

18
b. Nyeri akut
Tujuan : memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau
selalu):
- Mengenali awitan nyeri
- Menggunakan tindakan pencegahan
- Melaporkan nyeri yang dapat dikendalikan
Kriteria Hasil :
1. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan
2. Mempertahankan tingkat nyeri pada ___ atau kurang (dengan skal 0-10)
3. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
4. Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi
faktor tersebut
5. Melaporkan nyeri kepada layanan kesehatan
6. Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesik dan non analgesik
secara tepat
7. Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan, frekuensi jantung,
atau tekanan darah
8. Mempertahankan selera makan yang baik
9. Mel aporkan pola tidur yang baik
10.Melaporkan kemampuan untuk mempertahankan performa peran dan
hubungan interpersonal.

Nursing Interventions Classification (NIC) :


Aktifitas Keperawatan :
a) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
b) Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyaman pada skala 0-10 (0 =
tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10 = nyeri hebat)
c) Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaraan nyeri analgesik dan
kemungkinan efek sampingnya

19
d) Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan
respon pasien
e) Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien
f) Manajemen nyeri (NIC) :
- Melakukan pengkajian nyeri dengan menyeluruh dan meliputi lokasi
karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau
keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya
- MeObservasi isyarat non verbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif.

Penyuluhan pasien/keluarga :
a) Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obatt khusus yang harus di
minum, frequensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan
interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengonsumsi obat tersebut (misalnya
pembatasan aktivitas fisik, pembatasan diet) dan nama orang yang harus
dihubungi bila mengalami nyeri membandel.
b) Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan
nyeri tidak dapat dicapai.
c) Informasikan kepada asien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri
dn tawarkan strategi koping yang disarankan.
d) Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau opioid (misalnya,
risiko ketergantungan atau overdosis)
e) Managemen Nyeri (NIC) : berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab
nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat
prosedur.
f) Managemen Nyeri (NIC) : ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
(misalnya, umpan-balik biologis, transcutaneous electrical nerve stimulation
(TENS), hypnosis, relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi musik, distraksi,
terapi bermain, terapi aktivitas, akupresur, kompres hangat atau dingin, dan
masase) sebelum, setelah, dan jika memungkinkan, selama aktivitas yang
menimbulkan nyeri, sebelum nyeri terjadi atau meningkat dan bersama
penggunaan tindakan peredaran nyeri yang lain.

20
Aktifitas kolaboratif :
a) Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (mis.
Setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA
b) Manajemen Nyeri (NIC) :
- Menggunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat
- laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien di masa
lalu.

c. Defisit Pengetahuan
1) Tujuan : karena merupakan diagnosi yang luas dan tidak spesifik, tujuan yang
bermanfaat akan merefleksikan defisit pengetahuan pasien yang spesifik
2) Kreteria hasil : klien dan keluarga akan mengidentifikasi kebutuhan terhadap
informasi tambahan tentang program terapi (misalnya, infiormasi tentang
diet), klien dan keluarga akan memperlihatkan kemampuannya
3) Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
a) Periksa keakuratan umpan-balik untuk memastikan bahwa pasien
memahami program terapi dan informasi lainnya yang relevan
b) Tentukan kebutuhan dasar pasien
c) Lakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan pasien saat ini dan
pemahaman terhadap materi (misalnya, pengetahuan tentang prosedur atau
penanganan yang diprogramkan
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a) Beri penyuluhan sesuai dengan tingkat pemahaman pasien, ulangi
informasi bila diperlukan
b) Gunakan berbagai pendekatan penyuluhan, redemonstrasi, dan berikan
umpan balik secara verbal dan tertulis
Aktivitas kolaboratif
a) Beri informasi tentang sumber-sumber komunitas yang dapat menolong
pasien dalam dalam mempertahankan program terapi
b) Buat rencana pengajaran multidispliner yang terkoordinasi, sebutkan
perencanaanya

21
c) Rencanakan penyesuaian dalam terapibersama pasien dan dokter untuk
memfasilitasi kemampuan pasien mengikuti program terapi (Wilkinson &
Ahern, 2013, pp. 440-449).

22
DAFTAR PUSTAKA

BIBLIOGRAPHY Corwin, E. (2010). Buku Saku Patofisiologi. jakarta: EGC.

Ester, N. (2010). Keperawatan Medikal Bedah: Pendekatan Sistem Gastrointestinal. Jakarta:


EGC.

Mulyono, D. &. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Pencernaan .
Jakarta: Pernada Media Grup.

Muttaqin, A. (2013). Gangguaan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Nuari, N. A. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem


Gastrointestinal. Jakarta: TIM.

PPNI. (2017). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

Willkinson, J. (2016). Diagnosa Keperawatan . Jakarta: EGC.

23
24
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 210 Date September 04,2019

Characters 1528 Exclude Url

0
0% 100% 11

Plagiarized
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism

A.Latar Belakang Pada kasus ulkus peptikum dengan jenis ulkus, jenis kelamin, usia kondisi
geografis dan lokasi lingkungan sangat bervariasi. Ras, pekerjaan, kecenderungan genetik,
dan faktor sosial juga memainkan peranan dalam patogenesis ulkus peptikum. Prevalensi
ulkus peptikum di negara Amerika Serikat mengalami pergeseran yang semula di dominasi
oleh pria kini prevalansi antara laki-laki dengan wanita sebanding. Trend terbaru
menunjukkan prevalensi menurun pada pria yang lebih muda dan meningkat pada wanita
yang lebih tua, hal ini kemungkinan berhubungan dengan penurunan kebiasaan merokok pada
pria muda, dan peningkatan penggunaan ains pada wanita yang lebih tua. Ulkus peptikum
dengan komplikasi perdaran dan perforasi telah meningkat dan meningkatkan resiko
kematian. (Muttaqin, 2013, p. 412) Penyakit ini terjadi frekuensi paling besar pada individu
antara usia 40-60 tahun. Tetapi, relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun ini telah di
observasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih sering dari pada wanita,
tapi terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada wanita hampir sama dengan pria. Ulkus

25
peptikum di korpus lambung dapat terjadi tanpa sekresi asam berlebihan. Penyebab ulkus
yang lainnya adalah sekresi bikarbonat mukosa, ciri genetic, dan stress. Banyak terhadapat
antara kemiripan dan perbedaan antara ulkus peptikum dan duodenum, sehingga beberapa
aspek dalam hal ini dipertimbangkan bersamaan untuk memudahkan, dan masalah-masalah
khusus yang berkaitan. (Corwin, 2010, p. 123)

PLAGIARISM
SCAN REPORT

Words 854 Date September 05,2019

Characters 6312 Exclude Url

0% 100% 0 40
Plagiarized
Plagiarism Unique Sentences Unique Sentences

Content Checked For Plagiarism

1. Definisi Istilah ulkus peptikum digunakan untuk erosi lapisan mukosa di bagian mana saja di saluran
Gastrointestinal (GI), tetapi biasanya di labung atau deudenum. Ulkus gaster adalah istilah tukak lambung.
(Corwin, 2010, p. 123) Ulkus peptikum adalah terjadinya ulkus pada jaringan mukosa lambung, pilorus,
dan deudenum. Ulkus terjadi bila sebagian dari jaringan mukosa lambung, pilorus, atau deodenum rusak
kemudian hilang. (Mulyono, 2013, p. 156) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ulkus
peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas sampai dibawah epitel yang
terjadi pada jaringan mukosa lambung. 2. Etiologi a. Penyebab Umum Penyebab umum dari ulserasi peptikum
adalah 1. Sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung 2. Berkurangnya kemampuan
pada sawar mukosa gastroduodenalis untuk berlindung dari sifat pencernaan dari kompleks asam pepsin. b.
Penyebab Khusus 1. Infeksi bakteri H. Pylori Dalam 5 tahun terakhir 75% pasien ulkus peptikum menderita
infeksi kronis pada akhir mukosa lambung, dan mukosa duodenum oleh bakteri H.Pylori sekali pasien
terinfeksi dapat berlangsung seumur hidup kecuali kuman tersebut diberantas dengan pengobatan anti bakterial.
2. Peningkatan sekresi asam Kebanyakan pasien yan menderita ulkus peptikum dibagian awal duodenum
jumlah sekresi asam lambungnya lebih besar dari normal bahkan 2 kali lipat dari normal. Peningktatan
asam ini mungkin disebabkan oleh infeksi bakteri. 3. Refluks usus –lambung Refluk usus lambung dengan
materi garam empedu dan enzim pankreas yang berlimpah dan memenuhi permukaan mukosa dapat menjadi
predisposisi kerusakan epitel mukosa. 4. Inflamasi bakterial Dari dasar tukak telah dibuktikan untuk menyelidiki
mikroorganisme yang di duga sebagai penyebabnya, tetapi tidak ditemukan satu macam bakteripun.
Selanjutnya pada hasil pemeriksaan didapat bahwa inflamasi khemis lebih besar dari pada inflamasi
bakterial. Tukak yang spesifik misalnya pada TBC dan sifilis disebabkan spesifik mikroorganisme. 5. Inflamasi
non bakterial Teori yang menyatakan bahwa inflamasi non bakterial sebagai penyebab didasarkannya inflamasi

26
dan kurvatura minor, antrum dan bulbus duodenia yang mana dapat disebutkan juga antara gashtritis,
sering ditemukan dengan tukak. Dan sebagai penyebab dari gastrhritis sendiri belum jelas. Tukak kronis
ialah sebagai kelanjutan dari tukak yang akut. Berdasarkan pemeriksaan histologis ditemukan perubahan
yang nyata (Muttaqin, 2013, pp. 408-409) 3. Tanda dan Gejala Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama
beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering
tanpa penyebab dapat identifikasi. Banyak individu mengalami gejla ulkus, dan 20-30% mengalami
perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului. Manifestasi klinisnya terdiri dari
: 1. Nyeri Pasien dengan ulkus biasanya mengeluh nyeri tumpul seperti tertusuk atau sensai terbakar di
epigastrium tengah atau di punggung. Nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum
mengikat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan. 2. Pirosis (Nyeri Ulu Hati)
Beberapa pasien mengalami sensasi pada luka bakar di esofagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-
kadang disertai eruptasi asam. Eruptasi atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong. 3. Muntah
Meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi muntah dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal
ini terjadi karena adanya pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran mukosa ang
mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Dan muntah terjadi biasanya setelah nyeri berat
dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung. 4. Konstipasi Perdarahan Terjadi pada pasien ulkus
yang kemungkinan akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarah
gasrointestinal sebagian kecil pasien yang mengalami ulkus akutsebelumnya tdiak mengalami keluhan,
tetapi mereka menunjukkan gejala setelahnya. (Nuari, 2015, pp. 150-151) 4. Patofisiologi Penyebab ulkus
peptikum duodenum dan gaster saat ini diperberat oleh H.Pylori. pemberantasan organisme ini selalu
menimbulkan resousi gastritis dan akhirnya penyembuhan ulkus. Selain H.Pylori dua mekanisme berbeda
pada penyakit ulkus peptikum di lambung dan duodenum telah diusulkan. Di lambung, adanya kerusakan
perlindungan lapisan epitel secara normal dan menyebabkan ulkus gaster. Pada situasi yang normal, aliran
asam hidroklorida dari lumen lambung dicegah oleh adanya hubungan yang sangat erat dan non permeabel
antara sel-sel epitel dan lapisan alkalin mukus yang menyelimuti permukan epitel lambung. Pada
pembentukan ulkus peptikum gaster, barier, difusi ini dapat dirusak oleh adanya cidera kronik oleh aspirin,
NSAID, Kortison, hormn adrenokartikosteroid (ACTH), kafein, fenilbutazon (butazolidin), alkohol, dan
agen kemoterapi. Zat-zat ini
dapat merangsang produksi asam. Menyebabkan kerusakan mukosa lokal atau mengguanakan sekresi
mukus. Zat ini melepaskan lapisan permukaan mukus yang menyebabkan degenerasi membran sel epitel,
dan terjadi difusi masif asam kembali ke epitel dinding lambung. Faktor pertama yang terjadi pada ulkus
peptikum adalah kelebihan sekresi asam. Aktivitas saraf vagus meningkat pada individu dengan ulkus duodenum,
terutama pada status puasa dan pada malam hari. Saraf vagus merangsang sel-sel antrium pylorik untuk
melepaskan gastrin yang pada waktunya berjalan melalui aliran darah dan bekerja di sel parietal lambung untuk
merangsang pelepasan asam hydroklorida. Faktor lain pada penyakit ulkus peptikum adalah adanya stres
emosi, yang menyebabkan peningkatan sekresi gastrin, suplai darah, dan motilitas lambung karena stimulasi
talamus melalui hipotalamus sepanjang rute simpatis hipofisis. Bila klin menunjukkan reaksi stress, sistem
saraf simpatis menyebabkan kontriksi pembuluh darah di duodenum yang membuat mukosa makin rentan
terhadap trauma karena asam lambung dan sekresi pepsin. Pada aktivitas korteks adrenal produksi mukus
berkurang dan sekresi lambung meningkat bersama-sama faktor ini mengakibatka peningkatan kerentanan klien
terhadap ulserasi. Stres lama karena luka bakar, trauma berat, dan kondisi lain dapat menimbulkan ulkus stress
atau gastritis erosif stres di dalam saluran gastrointestinal. (Ester, 2010, p. 37)

27
PLAGIARIS
M SCAN
REPORT

Words 900 Date September 05,20


19

Characters 6902 Exclude Url

0% 100% 0 47
Plagiarism Unique Plagiarized Unique Sentences
Sentences
Content Checked For Plagiarism

5.Komplikasi 1.Intraktibilitas Komplikas ulkus peptikum yang paling sering adalah


intraktibilitas, yang berarti bahwa terapi medis telah gagal mengatasi gejal-gejala secara
adekuat. Pasien dapat terganggu tidurnya oleh nyeri, kehilangan waktu untuk bekerja,
memerlukan perawatan dirumah sakit. Intraktibilitas merupakan alasan tersering untuk
anjuran pembenahan.
2.Perdarahan Perdarahan merupakan komplikasi ulkus peptikum yang sangat sering
terjadi, sedikitnya di temukan pada 25% kasus selama perjalan penyakit. Kehilangan
darah yang ringan dan kronik dapat mengakibatkan anemia defisiensi besi. Feses dapat
positif akan darahsamar atau hitam dan seperti melena. Perdarahan masif dapat
menyebabkan hematomesis, menimbulkan syok, dan memerlukan tranfusi darah serta
pembenahan darurat 3.Perforasi Ulkus biasanya terjadi pada dinding anterior duodenum
atau lambung karena daerah ini hanya diliputi oleh peritonium. Pada kondisi klinik,
pasien dengan komplikasi perporasi datang dengan keluhan nyeri mendadak yang parah
pada abdomen bagian atas. Dalam beberapa menit, timbul peritonitis kimia akibat
keluarnya asam lambung, pepsin, dan makanan yang menyebabkan nyeri hebat.
4.Obstruksi Obstruksi timbul lebih sering pada pasien ulkus duodenum, tetapi kadang
terjadi bila ulkus lambung terletak dengan sfinger pilorus.obstruksi timbul lebih sering
pada ulkus duodenum, tetapi kadang terjadi pada ulkus lambung terletak dekat sfingter
pylorus. Anoreksia mual dan kembung setelah makan merupakan gejala-gejala yang
sering timbul kehilangan berat badan juga sering terjadi. Bila obstruksi bertambah berat
badan, dapat timbul nyeri dan muntah (Muttaqin, 2013 hal 411-412) B.KONSEP
28
ASUHAN KEPERAWATAN 1.Pengkajian a.Identitas penyakit ulkus peptikum terjadi
pada pria dan wanita. Sekitar 11 - 14% pria dan 8-11% terjadi pada wanita, biasanya
sering terjadi pada usia 40-60 tahun (Muttaqin, 2013, p.
413) b.Status kesehatan saat ini 1.Keluhan utama pasien Pasien biasanya mengeluh mual
muntah dan nyeri abdomen, seperti tertusuk, nyeri biasanya hilang dengan makan.
(Muttaqin, 2013, p. 413) 2.Alasan masuk rumah saikit Pada beberapa pasien didapatkan
keluhan seperti nyeri pada bagian perut, uluh hati, muntah, konstipasi, melena dan
hematemesis, dimana memberikan menifestasi kecemasan secara individu (Muttaqin,
2013, p. 413) 3.Riwayat penyakit sekarang a.P (Provokatif / Paliatif ) : Klien mengeluh
nyeri pada abdomen. b.Q (Qualitas/Quantitas) : Rasa nyeri seperti tertusuk-tusuk c.R
(Region / Radiasi) : keluhan nyeri berlokasi disekitar efigastrium tengah atau di
punggung, menyebar ke abdomen atas, area dada, dan kadang terasa tembus kebelakang.
d.S (Skala Seviritas) : skala nyeri pada pasien ulkus peptikum bervariasi pada skala 1-4
(nyeri ringan sampai nyeri tak tertahankan) e.T (Timing) : Biasanya terjadi kira-kira dua
jam setelah makan (Muttaqin, 2013, p.
413) c.Riwayat kesehatan terdahulu 1.Riwayat penyakit sebelumnya Biasanya pasien
memiliki riwayat penyakit berhubungan dengan intervensi bedah seperti DM, hipertensi
atau Tuberkulosis yang bisa menjadi penyulit perioperatif (Muttaqin, 2013, p.
414) 2.Riwayat penyakit keluarga Pasien mengatakan anggotanya keluarganya tidak ada
yang pernah atau mengalami sakit yang sama (Muttaqin, 2013, p. 414) d.Pemeriksaan
fisik 1.Keadaan umum a.Kesadaran : composmentis b.Tanda – tanda vital : meliputi
tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi (Nuari, 2015, p. 152) 2.Body Sistem 1)System
pernafasan Terjadi peningkatan respirasi pada pada pasien yang mengalami ulkul
peptikum (Muttaqin, 2013, p. 415) 2)Sistem kardiovaskuler Terjadi takikardi, distrimia,
pengisian kapiler lambat/lemah, pasokan darah di daerah n.spanchnicus akan berkurang
sekitar 20-30% (Muttaqin, 2013, p. 415) 3)System persarafan Kesadaran composmentis
dan biasanya tidak ada gangguan pendengaran (Irwan, 2016) 4)Sistem perkemihan Tidak
terjadi gangguan pada sistem perkemihan (Mulyono, 2013, p. 158) 5)Sistem pencernaan
menunjukkan adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik atau distensi abdominal, bising usus
mungkin tidak ada. (Nuari, 2015, p.
152) 6)Sistem integument Warna kulit pucar, sianosis dan berkeringat (Nuari, 2015, p.
152) 7)Sistem muskuloskletal Nyeri sendi kadang-kadang terjadi jika terjadi mudim
dingin (Nuari, 2015, p. 152) 8)Sistem endokrin Fungsi endokrin dan eksokrin pancreas
akan menurun (sekresi insulin dan glucagon sera asam karbonat dan enzim pencernaan
(Muttaqin, 2013, p. 115) 9)Sistem reproduksi Pada sistem reproduksi tidak terjadi
gagguan (Muttaqin, 2013, p. 115) 10)Sistem pengindraan Penginderaan,penciuman dan
rasa akan menimbulkan impuls saraf aferen, yang di system pusat akan merangsang
serabut vagus (Nuari, 2015, p. 152) 11)Sistem imun Tidak terjadi gaggguan pada sistem
imun (Mulyono, 2013, p. 157) 3.Pemeriksaan Penunjang 1.Uji Helicobacter Pylori
;Adanya H. Pylori dapat ditemukan dengan biopsy dan histiologi melalui kultur,
meskipun
hal ini merupakan tes laboratorium khusus. Serta tes serologis terhadap antibody pada
antigen H. pylori. 2.Serat optic diatas endoskopi : Endoskopi atas digunakan untuk
mengidentifikasikan perubahan inflamasi, ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat
secara langsung dilihat dn biopsy didapatkan. Endoskopi telah diketahui dapat mendeteksi
beberapa lesi yang tidak terlihat melalui pemeriksaan sinar X karenaukuran atau lokasinya.
(eshophagogastroduodenoscopy). 3.Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atas
29
dapat menunjukkan adanya ulkus, namun endoskopi adalah pemeriksaan diagnostic
pilihan. 4.Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan laboratorium adalah negative
terhadap darah samar. 5.Pemeriksaan sekretori di lambung merupakan nilai dalam
mendiagnosis aklorhidria (tidak terdapat asam hidroklorida dalam getah lambung) dan
sindrom zollinger-ellison. Nyeri hilang dengan makanan atau antasida dan tidak adanya
nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan adanya ulkus. (Nuari, 2015 hal 151).
4.Penatalaksanaan Medikal Tujuan utama pada intervensi ulkus peptikum adalah
mengistirahatkan lambung. Ini dapat meliputi : 1.Penetralan atau buffering asam
hidroklorida 2.Menghambat sekresi asam 3.Penurunan aktivitas pepsin dan asam
hidroklorida 4.Membasmi H. Pylori dari saluran gastrointestinal Respon terhadap program
terapeutik bervariasi sesuai dengan persepsi klien tentang status kesehatan dan derajat gaya
hidup yang dipengaruhi oleh penyakit ulkus. Obat yang diresepkan kepada klien dengan
ulkus peptikum untuk empat alasan utama : 1.Untuk menghilangkan bakteri H.Pylori dari
saluran gastrointestinal (antibiotika) 2.Untuk menurunkan sekresi (obat hiposekresi )
3.Untuk menetralisasi asam (antasida) 4.Untuk melindungi barier mukosa (sukralfat) Pada
penyakit ulkus peptikum tidak komplet, beberapa dokter memilih perubahan diet ketat.
Makanan yang diketahui meningkatkan keasaman lambung atau menyebabkan
ketidaknyamanan harus dihindari (kopi, alkohol, susu). (Ester, 2010, p. 38)

30
PLAGIARISM
SCAN
REPORT

Words 746 Date September 05,


2019

Characters 5947 Exclude Url

0% 100% 0
Plagiarized
22
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences
Content Checked For Plagiarism

2.Diagnosa Keperawatan Menurut (PPNI, 2017) diagnosa keperawatan ulkus peptikum


yang muncul yaitu a.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.Nyeri
akut c.Defisit Pengetahuan a.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memnuhi kebutuhan metabolik Batasan
Karateristik : Subjektif : 1)Kram abdomen 2)Nyeri abdomen (dengan atau tanpa
penyakit) 3)Menolak makanan 4)Presepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan
5)Melaporkan perubahan sensasi rasa (Willkinson, 2016, p. 282) Objektif : 1)Pembuluh
kapiler rapuh 2)Diare atau steatore 3)Bising usus hiperaktif 4)Kurang informasi,
informasi yang salah 5)Kurangnya minat terhadap makanan 6)Membrane mukosa pucat
7)Tonus otot buruk 8)Rongga mulut terluka (inflamasi) 9)Kelemahan otot yang berfungsi
untuk menelan atau mengunyah Faktor yang berhubungan: 1)Kesulitan mengunyah atau
menelan 2)Intoleransi makanan 3)Kebutuhan metabolik tinggi 4)Kurang pengetahuan
dasar tentang nutrisi 5)Hilang nafsu makan 6)Mual dan muntah (PPNI, 2017, p. 87)
b.Nyeri akut Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan Penyebab :
1.Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma) 2.Agen pencedera
kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan) 3.Agen pencedera fisik (mis. abses,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) Gejala dan tanda
mayor Subjektif 1.Mengeluh nyeri Objektif 1.Tampak meringis 2.Bersifat protektif (mis.
31
Waspada, posisi menghindari nyeri) 3.Gelisah 4.Frekuensi nadi meningkat 5.Sulit tidur
Gejala dan tanda minor Subjektif 1.(tidak tersedia) Objektif 1.Tekanan darah meningkat
2.Pola napas berubah 3.Nafsu makan berubah 4.Proses berfikir terganggu 5.Menarik diri
6.Berfokus pada diri sendiri 7.Diaphoresis Kondisi klinis terkait 1.Kondisi pembedahan
2.Cedera traumatis 3.Infeksi 4.Sindrom coroner akut 5.Glaucoma C.Defsit Pengetahuan
Definisi Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu Penyebab 1.Keteratasan kognitif 2.Gangguan fungsi kognitif 3.Kekeliruan
mengikuti anjuran 4.Kurang terpapar informasi 5.Kurang minat dalam belajar 6.Kurang
mampu mengingat 7.Ketidaktahuan menemukan sumber informasi Gejala dan Tanda
Mayor Subjektif 1.Menanyakan masalah yang dihadapi Objektif 8.Menunjukan perilaku
tidak sesuai anjuran 9.Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah Gejala dan
Tanda Minor Subjektif (tidak tersedia) Objektif 1.Menjalani pemeriksaan yang tidak
tepat 2.Menunjukan perilaku berlebihan (mis, apatis,bermusuhan,agitasi,histeria) Kondisi
Klinis Terkait 1.Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien 2.Penyakit akut 3.Penyakit
kronis Keterangan Diagnosis ini di spesifikasikan berdasarkan topik tertentu 1.Gaya

32
PLAGIARISM
SCAN
REPORT

Words 661 Date September 05,


2019

Characters 5038 Exclude Url

0% 100 0 34
Plagiaris Plagiariz Unique Sentences
m % ed
Unique Sentenc
es
Content Checked For Plagiarism
b. Nyeri akut Tujuan : memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering,
atau selalu): - Mengenali awitan nyeri - Menggunakan tindakan pencegahan - Melaporkan
nyeri yang dapat dikendalikan Kriteria Hasil : 1. Memperlihatkan teknik relaksasi secara
individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan 2. Mempertahankan tingkat nyeri
pada atau kurang (dengan skal 0-10) 3. Melaporkan kesejahteraan fisik dan
psikologis 4. Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi
faktor tersebut 5. Melaporkan nyeri kepada layanan kesehatan 6. Menggunakan tindakan
meredakan nyeri dengan analgesik dan non analgesik secara tepat 7. Tidak mengalami
gangguan dalam frekuensi pernapasan, frekuensi jantung, atau tekanan darah
8. Mempertahankan selera makan yang baik 9. Mel aporkan pola tidur yang baik 10.
Melaporkan kemampuan untuk mempertahankan performa peran dan hubungan
interpersonal. Nursing Interventions Classification (NIC) : Aktifitas Keperawatan : a)
Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan
informasi pengkajian b) Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyaman pada skala
0-10 (0 = tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10 = nyeri hebat) c) Gunakan bagan alir
nyeri untuk memantau peredaraan nyeri analgesik dan kemungkinan efek sampingnya d)
Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respon
pasien e) Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien f) Manajemen nyeri (NIC) : - Melakukan pengkajian nyeri dengan
33
menyeluruh dan meliputi lokasi karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas, atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya - MeObservasi isyarat non verbal
ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif.

Penyuluhan pasien/keluarga : a) Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obatt


khususyang harus di minum, frequensi pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengonsumsi obat tersebut
(misalnya pembatasan aktivitas fisik, pembatasan diet) dan nama orang yang harus
dihubungi bila mengalami nyeri membandel. b) Instruksikan pasien untuk
menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai. c)
Informasikan kepada asien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dn tawarkan
strategi koping yang disarankan. d) Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic
narkotik atau opioid (misalnya, risiko ketergantungan atau overdosis) e) Managemen
Nyeri (NIC) : berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur. f) Managemen Nyeri
(NIC) : ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya, umpan-balik biologis,
transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), hypnosis, relaksasi, imajinasi
terbimbing, terapi musik, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas, akupresur, kompres
hangat atau dingin, dan masase) sebelum, setelah, dan jika memungkinkan, selama
aktivitas yang menimbulkan nyeri, sebelum nyeri terjadi atau meningkat dan bersama
penggunaan tindakan peredaran nyeri yang lain. Aktifitas kolaboratif : a) Kelola nyeri
pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (mis. Setiap 4 jam selama 36
jam) atau PCA b) Manajemen Nyeri (NIC) : - Menggunakan tindakan pengendalian nyeri
sebelum nyeri menjadi lebih berat - laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil
atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri
pasien di masa lalu. c. Defisit Pengetahuan 1) Tujuan : karena merupakan diagnosi yang
luas dan tidak spesifik, tujuan yang bermanfaat akan merefleksikan defisit pengetahuan
pasien yang spesifik 2) Kreteria hasil : klien dan keluarga akan mengidentifikasi
kebutuhan terhadap informasi tambahan tentang program terapi (misalnya, infiormasi
tentang diet), klien dan keluarga akan memperlihatkan kemampuannya 3) Intervensi
(NIC) Aktivitas keperawatan a) Periksa keakuratan umpan-balik untuk memastikan
bahwa pasien memahami program terapi dan informasi lainnya yang relevan b) Tentukan
kebutuhan dasar pasien c) Lakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan pasien saat ini
dan pemahaman terhadap materi (misalnya, pengetahuan tentang prosedur atau
penanganan yang diprogramkan Penyuluhan untuk pasien/keluarga a) Beri penyuluhan
sesuai dengan tingkat pemahaman pasien, ulangi informasi bila diperlukan b) Gunakan
berbagai pendekatan penyuluhan, redemonstrasi, dan berikan umpan balik secara verbal
dan tertulis Aktivitas kolaboratif a) Beri informasi tentang sumber-sumber komunitas
yang dapat menolong pasien dalam dalam mempertahankan program terapi b) Buat
rencana pengajaran multidispliner yang
terkoordinasi, sebutkan perencanaanya c) Rencanakan penyesuaian dalam terapibersama
pasien dan dokter untuk memfasilitasi kemampuan pasien mengikuti program terapi
(Wilkinson & Ahern, 2013, pp. 440-449).

34

Anda mungkin juga menyukai