Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

TENTANG

ULKUS PEPTIKUM

DI SUSUN OLEH:

NAMA :PETRONELA TENGGA LUNGA


NIM : PO5303203191085
TINGKAT : 11A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


PRODI KEPERAWATAN WAINGAPU
T.A 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Bedasarkan penelitian bahwa 5%-15% dari populasi di Amerika Serikat mengalami


ulkus, tetapi hanya kira-kira setengahnya yang diketahui, kejadian ini telah menurun
sebanyak 50% selama 20 tahun terakhir. Ulkus duodenum terjadi 5 sampai 10 klai lebih
sering dari pada ulkus lambung.
Penyakit ini terjadi dengan rekuensi paling besar pada individu antara usia 40 – 60
tahun dan tetapi relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun ini telah dionservasi pada
anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkena tiga kali lebih banyak dari pada wanita, tetapi
terdapat beberapa bukti bahwa incident pada wanita meningkat setelah menopause.
Di Indonesia juga terjadi hal demikian hampir sama dengan bahkan lebih banyak dari
pada Negara luar seperti amerika karena Negara Indonesia merupakan Negara berkembang.
Dari data di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang ulkus
dan mengapa ulkus kerap terjadi di setiap individu serta bagaimana cara mengatasinya. Maka
dari itu penulis mengangkat sebuah makalah dengan judul Askep Klien Dengan Ulkus
Peptikum.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah
a.  Tujuan Umum :
                                 ·            Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pencernaan.
                         ·            Mengetahi cara pembuatan askep klien dengan penyakit ulkus peptikum.
b.   Tujuan Khusus :
                                 ·            Mengetahui apa yang dimaksud dengan Ulkus peptikum tersebut
                                ·     Untuk mengetahui bagaimana proses tindakannya dan bagaimana
penatalaksanaan serta pengobatannya
1.3  Manfaat
1.      Penulis semakin terlatih dalam membuat makalah dan asuhan keperawatan.
2.      Menambah pengetahuan dan wawasan penulis khususnya tentang penyakit Ulkus
peptikum.
3.      Dapat menambah referensi bagi pembaca tentang tentang konsep penyakit dan askep
pada ulkus peptikum.

RAPIKAN ATAU EDIT LAGI KEMABLI CARA PENULISAN ..MASIH ADA


BEBERAPA KATA YANG KELUAR ..

                                                                                    
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.      Pengertian
Ulkus peptikum adalah erosi mukosa gastro intestinal yang disebabkan oleh terlalu
banyaknya asam hidroklorida dan pepsin.Meskipun ulkus dapat terjadi pada osofagus, lokasi
paling umum adalah duodenum dan lambung (Wardell, 1990).
Ulkus kronis dapat menembus dinding muskular.Pemulihan mengakibatkan pembentukan
jaringan fibrosa dan akhirnya jaringan parut permanen.Ulkus dapat pulih atau sembuh
beberapa kali sepanjang hidup seseorang.
Komplikasi utama yang berkenaan dengan penyakit ulkus peptikum, pada umumnya
adalah:
1. Hemoragi, dibuktikan oleh hematemesis dan guaiak fesses positif.
2. Perporasi, dibuktikan oleh awitan tiba-tiba nyeri hebat disertai dengan abdomen kaku
seperti papan dan gejala syok.
3. Obstruksi. Komplikasi ini lebih umum pada ulkus duodenal yang terletak dekat
pilorus.Ini disebabkan oleh kontriksi jalan keluar gastrik sebagai akibat dari edema
dan jaringan parut dari ulkus yang berulang.
4. Pasien secara umum dapat rawat jalan.
5. Perawatan di rumah sakit diperlukan untuk mengatasi komplikasi.

B.       Etiologi
1. Meningkatnya produksi asam lambung.
2. Stres.
3. Golongan darah.
4. Asap rokok.
5. Daya tahan lambung yang rendah.

C.      Tanda Dan Gejala


Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan
dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat
diidentifikasi.Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi
atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului.
Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau
sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa nyeri terjadi
bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang
ujung saraf yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam
merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya. Nyeri
biasanya hilang dengan makan, karena makan menetralisasi asam atau dengan menggunakan
alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali
timbul.Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut
pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah.Beberapa gejala menurun dengan
memberikan tekanan local pada epigastrium.
Pirosis(nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus
dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam.
Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi
gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut atau
pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada
ulkus akut.Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat
yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.
Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan
sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan
gastrointestinal sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak
mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala setelahnya.

D.      Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat
menahan kerja asam lambung pencernaan(asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi
berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan
penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi
mukus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida
Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
1.        Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa
makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf
vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit efek
pada sekresi lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering secara konvensional
diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli gastroenterology
menyetujui bahwa diet saring mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau
penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam hari saat lambung
kosong adalah iritan yang signifikan.
2.        Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan
mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam
sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.
3.        Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap menjadi
gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.
Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan mukoprotein
yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi pepsin
dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan secara kontinyu,
tetapi sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai dari
rangsangan lambung dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi
dan bila lapisan luar mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama
dengan pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian
kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat. Mukosa yang
tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier ini adalah pertahanan untama
lambung terhadap pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Factor lain
yang mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah, keseimbangan asam basa, integritas sel
mukosa, dan regenerasi epitel. Oleh karena itu, seseorang mungkin mengalami ulkus
peptikum karena satu dari dua factor ini :
1. Hipersekresi asam pepsin
2. Kelemahan barier mukosa lambung
Apapun yang menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak mukosa
lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan
obat antiinflamasi masuk dalam kategori ini.
Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien datang dengan ulkus
peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar. Sindrom ini
diidentifikasi melalui temuan berikut : hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan
gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor ditemukan dalam gastric triangle
yang mengenai kista dan duktus koledokus, bagian kedua dan tiga dari duodenum, dan leher
korpus pancreas. Kira-kira ⅓ dari gastrinoma adalah ganas(maligna).
Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui. Pasien ini
dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan karenanya dapat
menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama adalah nyeri epigastrik.
Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal atau area
lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress seperti
luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma dengan organ multiple dapat menimbulkan ulkus
stress. Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam setelah cedera menunjukkan erosi dangkal pada
lambung, setelah 72 jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress berlanjut ulkus
meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas pada ulserasi stress.
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya
ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa lambung.
Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam dan pepsin menciptakan
suasana ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari ulkus cushing
dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada
pasien dengan trauma otak. Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum,
dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling sering
terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.

Klasifikasi
Klasifikasi ulkus berdasarkan lokasi:
Ulkus duodenal Ulkus Lambung

Insiden Insiden

Usia 30-60 tahun Biasanya 50 tahun lebih

Pria: wanita3:1 Pria:wanita 2:1

Terjadi lebih sering daripada ulkus


lambung
Tanda dan gejala Tanda dan gejala

Hipersekresi asam lambung Normal sampai hiposekresi asam lambung

Penurunan berat badan dapat terjadi

Dapat mengalami penambahan berat badan

Nyeri terjadi 2-3 jam setelah makan; sering Nyeri terjadi ½ sampai 1 jam setelah
terbangun dari tidur antara jam 1 dan 2 makan; jarang terbangun pada malam hari;
pagi. dapat hilang dengan muntah.

Makan makanan menghilangkan nyeri Makan makanan tidak membantu dan


kadang meningkatkan nyeri.

Muntah umum terjadi


Muntah tidak umum
Hemoragi lebih umum terjadi daripada
Hemoragi jarang terjadidibandingkan ulkus duodenal, hematemesis lebih umum
ulkus lambung tetapi bila ada milena lebih terjadi daripada melena.
umum daripada hematemesis.

Lebih mungkin terjadi perforasi daripada


ulkus lambung.

Kemungkinan Malignansi Kemungkinan malignansi

Jarang Kadang-kadang

Faktor Risiko Faktor Risiko

Golongan darah O, PPOM, gagal ginjal Gastritis, alkohol, merokok, NSAID, stres
kronis, alkohol, merokok, sirosis, stress.
E.       Penatalaksanaan
-       Farmakoterapi:
1. Antagonis reseptor histamin seperti simetidin (Tagamet), ranitidin (Zantac), famotidin
(Pepcid), Nizatidin (Axid).
2.   Antasida seperti antasida magnesium hidroksida (Maalox atau Mylanta), atau
antasida aluminium hidroksida (Amphojel atau Alternangel).
3.   Sukralfat (Carafate).
4.   Antikolinergik seperti propantelin bromida (Pro-Banthinne).
           

            Penurunan atau penghilangan faktor ulserogenik, seperti merokok penghentian obat


ulserogenik sementara ulkus masih aktif.
-            Modifikasi diet.
-            Penatalaksanaan stres.
-            Pembedahan bila komplikasi terjadi:
1.  Gastrektomi subtotal (pengangkatan bagian lambung).
2. Vagotomi (memotong saraf vagus untuk mengurangi sekresi asamhidroklorik) dengan
piroloplasti (pembesaran bedah terhadap sphincter pilorik untuk memungkinkan peningkatan
pengosongan lambung pada adanya penurunan motilitas gastrik, yang terjadi setelah
vagotomi).

 MEDIS
a Pemberian cairan.
b.Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
1. Memberikan asi.
2. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan
makanan yang bersih.
3. Obat-obatan.
Keterangan :
a.       Pemberian cairan,pada klien Diare dengasn memperhatikan derajat dehidrasinya dan
keadaan umum.
1.      cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral berupa cairan yang
berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung
larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas
adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi
lebih lanjut.
2.      Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau
ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
2.1.Dehidrasi ringan.
2.1.1. 1 jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari
2.1.2. Kemudian 125 ml / Kg BB / oral
2.2. Dehidrasi sedang.
2.2.1. 1 jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral
2.2.2. kemudian 125 ml / kg BB / hari.
2.3. Dehidrasi berat.
2.3.1. Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg
•        1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15
tetes atau 13 tetes / kg BB / menit.
•         7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20
tetes ).
•         16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan
dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
2.3.2.      Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg.
1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes )
atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat diteruskan
dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
2.3.3. Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg.
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
2.4. Diatetik ( pemberian makanan ).
Terafi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada penderita dengan tujuan
meringankan,menyembuhkan serta menjaga kesehatan penderita.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
2.4.1.      Memberikan Asi.
2.4.2.      Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup kalori,protein,mineral dan
vitamin,makanan harus bersih.
2.5.        Obat-obatan.
2.5.1. Obat anti sekresi.
2.5.2. Obat anti spasmolitik.
2.5.3. Obat antibiotik.

F.       Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik atau
distensi abdominal.
2. Bising usus mungkin tidak ada.
3. Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atas dapat menunjukkan adanya
ulkus, namun endoskopi adalah prosedur diagnostic pilihan.
4. Endoskopi GI atas digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus dan
lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat dan biopsy
didapatkan.Endoskopi telah diketahui dapat mendeteksi beberapa lesi yang tidak
terlihat melalui pemeriksaan sinar X karena ukuran atau lokasinya.
5. Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan laboratorium adalah negatif terhadap
darah samar.
6. Pemeriksaan sekretori lambung merupakan nilai yang menentukan dalam
mendiagnosis aklorhidria(tidak terdapat asam hdroklorida dalam getah lambung) dan
sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan makanan atau antasida, dan tidak
adanya nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan adanya ulkus.
7. Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui kultur,
meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. serta tes serologis terhadap
antibody pada antigen H. Pylori.
G.     .Pertimbangan Pembedahan
1. Perfurasi.
2. Obstruksi organis
3. Perdarahan masif.
4. Ulkus yang besar sekali.

H.      Pertimbangan Pemulangan
1. Perawatan lanjutan.
2. Tanda dan gejala yang dapat dilaporkan.
3. Obat-obatan untuk dilanjutkan di rumah.

TAMBAHAKAN PENDIDIKAN KESEHATAN SESUAI DENGAN OTLINE PADA RPS


KMB 1

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I.         PENGKAJIAN
1.      Wawancara
a.         Identitas Klien
Nama                          : Fransiska
Umur                          : 65 tahun
Jenis kelamin              : Laki-laki
Agama                        : Kristen Protestan
Suku                           : Bugis
Status perkawinan      : Kawin
Pendidikan Terakhir : SMU
Pekerjaan                    : Purnawirawan ABRI
Alamat                        : Jl. Bunaken No. 40 A Waingapu
Tanggal masuk RS     : 12 september 2020
Golongan darah          : O
Ruangan : Mawar IA
b.         Identitas Penanggung Jawab
Nama                          : Siska
Umur                          : 30 tahun
Pekerjaan                    : Karyawan Swasta
Pendidikan Terakhir : S1 (Ekomomi)
Hubungan dengan klien: anak kandung
Alamat                        : Jl. Bunaken No. 40 A Waingapu
2.      Riwayat Kesehatan Saat Ini
a.  Keluhan utama
Pasien merasa sakit/nyeri pada ulu hati, merasa tidak enak dan kurang berselera terhadap
makanan, perasaan selalu kenyang dan kadang disertai dengan muntah.

b. Alasan masuk rumah sakit


Sejak tadi sore pasien merasa tidak enak, merasa mual dan nyeri yang dirasakan semakin
lama semakin tidak dapat ditahan dan semakin sering timbul sehingga pasien dan
keluarganya memutuskan untuk masuk rumah sakit.
c. Riwayat penyakit
Pasien sudah mengalami nyeri pada ulu hati sejak 2 tahun yang lalu dan pernah dirawat di
rumah sakit Rumah Sakit Imanuel pada tahun 2019.Keluhan yang paling sering dirasakan
oleh pasien adalah nyeri pada ulu hati. Hal ini dapat timbul secara terputus-putus, biasanya 2
sampai dengan 3 jam setelah makan atau pada waktu lambung kosong dan meredah setelah
menelan obat atau makanan. Pasien juga mengatakan bahwa nyeri dapat berkurang pada saat
pasien beristirahat yang cukup atau rileks dan kontrol ke rumah sakit kira-kira satu bulan
terakhir pasien tidak lagi kontrol ke rumah sakit sebab tidak ada lagi gejala yang
timbul.Biasanya obat yang dikonsumsi adalah antasida dan beberapa obat lainnya.
3.      Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Sejak kecil klien tidak pernah mengalami penyakit akut maupun kronis, namun kadang-
kadang pasien tersebut kadang-kadang flu, demam dan batuk-batuk ringan.Klien tersebut
pernah dirawat dengan penyakit gastritis sebanyak 1 kali dan pernah juga dirawat dengan
Ulkus peptikum sebanyak dua kali di rumah sakit Labuang Baji.Selama menderita penyakit
tersebut, Tn.A rajin kontrol setiap bulannya ke rumah sakit.Riwayat penyakit gastritis sudah
dialami sejak berumur 45 tahun, namun masih dapat ditahan sampai umur 50 tahun.Dan pada
akhirnya klien tersebut mengalami Ulkus peptikum.Klien tidak pernah dioperasi dan tidak
mengalami alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
4.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit tersebut
(Ulkus peptikum).
5.      Riwayat Psikososial Keluarga
 Pola koping
 Klien dapat menerima keadaan penyakitnya sebagai suatu yang wajar terjadi di usia
tua.
 Harapan klien tentang penyakitnya:
 Klien berharap penyakitnya sembuh dan tidak dapat kambuh lagi dan jangan sampai
dirawat lagi di rumah sakit.
 Faktor stressor
 Merasa bosan dan diam terus di rumah

 Konsep diri
 Klien tidak merasa rendah diri karena penyakitnya dianggap wajar terjadi pada usia
tua.
 Pengetahuan klien
 Tentang penyakitnya: klien mengatakan bahwa penyakitnya merupakan hal yang
biasa terjadi pada usia tua.
 Hubungan dengan anggota keluarganya
 Baik, anak-anak klien sering berkunjung ke rumah klien.
 Hubungan dengan masyarakat
 Klien di lingkungannya bergabung dengan masyarakat lainnya.
 Aktivitas sosial
 Klien mau mengikuti kegiatan sosial di masyarakat sesuai dengan kemampuannya
 Kegiatan keagamaan
 Klien rajin shalat dan mengikuti pengajian
 Keyakinan tentang kesehatan
 Klien mengatakan bahwa menjaga kesehatan itu merupakan hal yang paling penting.
6.Kebutuhan Dasar
 Pola Makan
 Sebelum sakit klien makan 3 x sehari dengan porsi tiap kali makan 1 piring berupa
nasi, sayur, kadang-kadang ada buah.Makanan yang spesifik tidak ada dan selera
makan biasa.Setelah masuk RS klien diberi makan 3 x/hari, selera makan terganggu.
 Pola minum
 Sebelum masuk RS pasien dapat minum 8 – 9 gelas/hari dibarengi dengan minuman
kesukaan klien (kopi) setiap pagi.
 Pola eliminasi BAK
 Klien buang air kecil lancar dengan frekuensi 4 – 5 x/hari, tidak ada kelainan saat
klien miksi dan tidak ada keluhan lain.
 Pola eliminasi BAB
 Klien buang air besar 1 x/hari dengan konsistensi lunak, kadang-kadang encer dan
berwarna kuning.
 Pola tidur
 Sebelum masuk RS klien tidur malam sekitar jam 6 – 8 jam, klien juga mengatakan
tidur siang pada pukul 13.00 – 14.00. Setelah masuk RS istirahat sedikit terganggu
karena adanya nyeri dan suasana RS tetapi tidak terlalu mengganggu terhadap
penyakitnya.
 Aktivitas sehari-hari
 Klien mengatakan bahwa ia tidak bekerja/sudah pension, tetapi kadang-kadang
melakukan aktivitas sehari-hari di rumah dengan membersihkan halaman rumah.
7 .Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum
Kelemahan diakibatkan oleh adanya nyeri ulu hati sebelum masuk RS BB klien 56 kg
dan setelah di rawat BB 54 kg. Klien tidak merasa tidak betah di RS bila tidak ada
aktivitas dan vital sign TD: 130/90 mmHg, HR 100 x/menit, RR 24 x/menit,
temperaturnya/suhu: 37 ºC.
 Kulit
Kulit sudah mulai keriput, kering, tidak ada lagi atau benjolan, sianosis (-) dan edema
(-).
 Kepala
Simetris tegak lurus dengan garis tengah tubuh, tidak ada luka, rambut beruban.
 Mata
Ikterus (-), refleks cahaya (+), tanda anemis (-)
 Hidung
Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, polip (-) tidak ditemukan darah/cairan keluar
dari hidung.
 Mulut dan tenggorokan
Bibir agak kering, sianosis (-), fungsi pengecapan baik, tonsil tidak infeksi, jumlah
gigi sudah tidak lengkap.
 Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, leher dapat digerakkan dengan bebas.
 Dada
Bentuk dan gerakan dada tetap baik/simetris.
 Sistem pernafasan
Tidak ada sesak, pernafasan teratur dengan frekuensi 26 x/menit, suara pernafasan
normal pada auskultasi.

 Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah selama ini teratur, frekuensi jantung normal tidak ad tanda-tanda
kelainan.
 Sistem gastrointestinal
 Inspeksi: bentuk abdomen datar, umbilicus tidak menonjol, tidak ada
benjolan.
 Auskultasi: peristaltic usus meningkat, bunyi peristaltic bising usus.
 Palpasi: tidak dijumpai adanya massa, nyeri area epigastik, hepar dan
lien tidak teraba.
 Perkusi; suara timpani.
 Sistem musculoskeletal
 Nyeri sendi kadang-kadang dialami klien bila cuaca terlalu dingin, kelemahan otot
(+), kekakuan otot dan sendi (-), tonus otot sedang, atropi otot (-), edema (-).
 Sistem neurologi
Kesadaran komfos mentis, kehilangan memori (-), komunikasi lancar dan jelas,
orientasi terhadap orang baik.
 Sistem endokrin
 Belum pernah dideteksi adanya penyakit akibat gangguan sistem endokrin.

8.Pemeriksaan Penunjang
 Penonjolan besar berbentuk nodular pada kurvatura minor lambung melalui
pemeriksaan radiogram dengan barium.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Klasifikasi Data
Data Subjektif:
- Nyeri pada ulu hati
- Lemah
- Selera makan menurun

Data Objektif:
- Gelisah
- Meringis
- Nadi 100 x/menit
- RR 24 x/menit
- BB menurun 2 kg dari 56 kg menjadi 54 kg
- Mual/muntah
- Porsi makanan tidak dihabiskan
- Penonjolan pada kurvatura minor
- Turgor kulit buruk
- Skala nyeri 7 – 10 (berat)
- TD 120/90 mmHg
2.Analisa Data
Data Penyebab/Etiologi Masalah

DS: Ulkus peptikum Gangguan


rasa nyaman,
- Lemah Kerusakan sekat nyeri
penghalang/sawar mukosa
- Nyeri ulu hati Kontinuitas mukosa lambung
terputus dan meluas sampai di
DO: epitel

- Gelisah erosi

- Meringis Stimulus zat-zat perangsang


(alkohol, kafein, aspirin, dsb)
- Nadi 100 x/menit

Merangsang ujung saraf nyeri


- RR 24 x/menit

- Skala nyeri 7

DS: Ulkus peptikum Nutrisi kurang


dari
- Nafsu makan menurun Peningkatan sekresi lambung kebutuhan
tubuh
DO: Mempengaruhi kerja N. vagus

- BB menurun 2 kg dari 56 kg Terjadi peningkatan HCl (asam


menjadi 54 kg lambung)

- Mual/muntah Mual/muntah

- Turgor kulit buruk Penurunan nafsu makan

- Porsi makanan tidak


dihabiskan

DS: Zat perangsang (alkohol, Potensial


kafein, aspirin, dsb) perdarahan
- Nyeri ulu hati
Restriksi mukosa lambung
- Lemah
Ulkus peptikum
DO:
- Penonjolan pada kurvatura Kerusakan jaringan
minor
Mukosa kapiler rusak
- Skala nyeri 9

- Gelisah

3.      Diagnosa Berdasarkan Prioritas


1)        Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan kerusakan kontinuitas mukosa
lambung yang ditandai dengan:
- Nyeri ulu hati
- Lemah
- Gelisah
- Meringis
- Nadi 100 x/menit
- RR 24 x/menit
- Skala nyeri 7
2)        Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake oral
ditandai dengan:
- Nafsu makan kurang
- Mual
- Muntah
- BB menurun 2 kg dari 56 kg menjadi 54 kg
- Turgor kulit buruk
- Porsi makanan tidak dihabiskan
3)        Potensial perdarahan berhubungan dengan kerusakan mukosa kapiler lambung
ditandai dengan:
- Nyeri ulu hati
-          Lemah
-          Penonjolan pada kurvatura minor
-          Gelisah
-          Skala nyeri 9

III. TUJUAN
1.      Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan kerusakan kontinuitas mukosa
lambung.
Tujuan yang diharapkan:
Nyeri berkurang/hilang dengan kriteria:
- Merasa rileks
- Mampu tidur/istirahat dengan tenang
- Nadi 80 x/menit
- RR 20 x/menit

2.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang.


Tujuan yang diharapkan.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria:
- Intake nutrisi yang adekuat
- Selera makan meningkat
- BB meningkat
3.      Potensial perdarahan berhubungan dengan kerusakan mukosa kapiler.
Tujuan yang diharapkan
Mencegah perdarahan dengan kriteria:
- Klien merasa nyaman/tenang
- Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan
· Hematonesis
· Pucat
· Kulit dingin
· Pusing
· Sianotik

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

1.      Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan kerusakan kontinuitas mukosa


lambung.
Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri: Nyeri merupakan pengalaman


subjektif dan harus dijelaskan oleh
Kaji tingkat nyeri, lokasi pasien. Identifikasi karakteristik nyeri
lamanya dan karakteristik dan faktor yang berhubungan
nyeri serta faktor yang dapat merupakan hal yang penting untuk
memperburuk atau memilih intervensi yang cocok dan
meredakan. untuk mengevaluasi keefektifan terapi
yang diberikan.

Beri dorongan untuk Relaksasi otot menurunkan peristaltic


melakukan aktivitas yang dan menurunkan nyeri gastritis.
meningkatkan istirahat dan
relaksasi

Anjurkan klien untuk makan Makanan yang mencukupi jumlah


dengan teratur partikel dalam lambung membantu
menetralisir keasaman sekresi
lambung

Dorong klien untuk Alkohol pada lambung yang kosong


menghindari merokok dan akan mengikis lapisan mukosa.
menurunkan masukan Merokok menurunkan sekresi
minuman yang mengandung bikarbonat pankreas yang
alkohol ataupun kafein, dan meningkatkan keasaman sedangkan
makan yang mengandung mencerna kafein dapat merangsang
gas. sekresi asam lambung.

Masase daerah yang nyeri Masase dapat meningkatkan relaksasi


jika pasien dapat otot, memfokuskan perhatian dan
mentoleransi sentuhan meningkatkan kemampuan koping.

Kompres hangat pada daerah Meningkatkan sirkulasi otot dan


nyeri meningkatkan relaksasi otot

Tindakan kolaboratif          Menghilangkan nyeri dan


menurunkan aktivitas peristaltic
Berikan obat sesuai indikasi
         Meningkatkan kenyamanan dan
         Analgesik istirahat

         Aseraminofen          Menurunkan keasaman lambung

         Antasida

Berikan dan lakukan Berguna untuk membuat program diet


perubahan diit untuk memenuhi kebutuhan individu

2.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kurangnya intake oral.


Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri: Makan terlalu banyak mengakibatkan


rangsangan berlebihan dan berulangnya
Berikan makan sedikit tapi gejala.
sering

Diskusikan yang disukai Dapat meningkatkan masukan,


klien dan masukkan dalam meningkatkan rasa berpartisipasi.
diet murni

Bantu pasien dalam Kebiasaan diet sebelumnya mungkin


pemilihan makanan/cairan tidak memuaskan pada pemenuhan
yang memenuhi kebutuhan saat ini untuk regenerasi
kebutuhan nutrisi dan jaringan dan penyembuhan
pembatasan bila diet
dimulai

Timbang berat badan Mengkaji pemasukan yang adekuat


setiap hari sesuai dengan
indikasi

Anjurkan makan pada menurunkan rangsangan penuh pada


posisi duduk tegak abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan

Tindakan kolaboratif  Berguna untuk membuat program


Berikan diet sesuai diet untuk memenuhi kebutuhan
kebutuhan individu.

 Makanan lunak

Berikan obat sesuai indikasi Untuk menekan timbulnya


antiemetik rangsangan yang dapat
menghambat intake oral.

3.      Potensial perdarahan berhubungan dengan kerusakan mukosa kapiler.


Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri: Pengkajian yang sering dan cermat


terhadap status klien dapat membantu
Pantau terhadap darah samar mendiagnosa perdarahan sebelum
pada aspirat lambung dan status klien terganggu lebih parah
feses.

Pantau pH lambung setiap 4 Dengan mempertahankan pH lambung


jam di bawah 5 telah menurunkan
perdarahan

Pantau tanda dan gejala Hemorogi adalah komplikasi paling


hemorogi umum dari penyakit Ulkus peptikum.
Tanda dan gejala hemorogi dapat
tersembunyi atau timbul secara
bertahap dan cukup jelas dan massif.

Tindakan kolaboratif Pemberian obat yang sesuai dapat


mengurangi adanya perdarahan
Berikan obat sesuai indikasi

Berikan diet sesuai Pemberian diit yang sesuai dapat


kebutuhan mencegah adanya kerusakan mukosa
lambung yang dapat merangsang
terjadinya perdarahan.
V.IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan merupakan kategori dari perilaku keperawatan, dimana
perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan. Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau
mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari. Dengan kata lain implementasi adalah melakukan
rencana tindakan yang telah ditentukan untuk mengatasi masalah klien. (Haryanto, 2007 ;
81).
         

EVALUASI.
1.      Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2.      Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3.      Integritas kulit kembali noprmal.
4.      Rasa nyaman terpenuhi.
5.      Pengetahuan kelurga meningkat.
6.      Cemas pada klien teratasi.
BAB IV
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
1.         Ulkus peptikum mengacu pada rusaknya lapisan mukosa dibagian mana saja di saluran
gastro intestinal, tetapi biasanya di lambung atau duodenum.
2.         Gejala yang sering muncul pada ulkus peptikum yaitu nyeri, muntah, konstipasi dan
perdarahan.

B.       SARAN
1.         Untuk mencapai asuhan keparawatan dalam merawat klien, pendekatan dalam proses
keperawatan harus dilaksanakan sedacara sistematis.
2.         Pelayanan keperawatan hendaknya dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan tetap
memperhatikan dan menjaga privacy klien.
3.         Perawat hendaknya selalu menjalin hubungan kerjasama yang baik/ kolaborasi baik
kepada teman sejawat, dokter atau para medis lainnya dalam hal pelaksanaan Asuhan
Keperawatan maupun dalam hal pengobatan kepada klien agar tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

A, Price, Silvya. Patofisiologi.Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 2. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. 1991: Jakarta.
Engram Barbara.Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Penerbit Buku
Penerbit Kedokteran. 1994: Jakarta
Soeparman. Dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. 1990: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai