A.Pengertian
2. Golongan darah
Penderita dengan golongan darah O lebih banyak menderita tukak
duodeni jikadibandingkan dengan pada tukak lambung. Adapun
sebabnya belum diketahui dengan benar. Dan hasil penelitian dilaporkan
bahwa pada penderita dengan golongan darah O kemunkinan terjadinya
tukak duodeni adalah 38% lebih besar dibandingkan golngan lainnya.
3. inflamasi bakterial
Dari dasar tukak telah dibakkan untuk menyelidiki mikroorganisme yang
diduga sebagai penyebabnya, tetapi tidak ditemukan satu macam bakteripun.
Selanjutnya pada hasil pemeriksaan didapat bahwa inflamasi non bakteri atau
inflamasi khemis lebih besar dari pada inflamasi bakterial. Tukak yang
spesifik misalnya pada TBC dan sifilis disebabkan spesifik mikrooganisme.
4. Inflamasi non bakterial
Teori yang menyatakan bahwa inflamasi non bakterial sebagai penyebab
didasarkannya inflamasi dan kurvatura minor, antrum dan bulbus duodenia
yang mana dapat disebutkan juga antaral gasthritis, sering ditemukan dengan
tukak. Dan sebagai penyebab dari gasthritis
Sendiri belum jelas. Tukak yang kronis ialah sebagai kelanjutan dari tukak
yang akut. Berdasarkan pemeriksaan histologis ditemukan perubahan yang
nyata dari erosi akut ke tukak yang akut.
5. Infark
Teori infark yang berdasarkan timbulnya kerusakan semacam kawah, sering
ditemukan pada otopsi. Adannya defek pada dinding serta timbulnya infark,
karena asam getah lambung dan dapat pula ditunjukkan adanya jaringan
trombose.
6. Faktor hormonal.
Banyak teori yang menerangkan adanya pengaruh-pengaruh hormonal yang
dapat menimbulkan tukak peptik.
7. Obat-obatan (drug induced peptic ulcer)
Dapat menyebabkan kerusakan sawar mukosa lambung.dari sekian banyak
obat-obatan, yang paling sering menyebabkan adalah golongan salisilat, yaitu
menyebabkan kelainan pada mukosa lambung. Phenylbutazon jugadapat
menyebabkan timbulnya tukak peptik, seperti halnya juga histamin, reseprin
akan merangsang sekresi lambung. Berdasarkan penyelidikan, ternyata
golongan salisilat hanya akan menyebabkan erosi lokal.
8. Berhubungan dengan penyakit lain.
a. Hernia diafrakmatika.
Pada hernia diafrakmatika, mukosa pada lingkaran hernia mungkin
merupakan tempat timbulnya erosi atau tukak.
b. Sirosis hati.
Tukak peptik ditemukan juga pada penderita penyakit hepar terutama pada
sirosis lebih banyak jika dibandingkan dengan orang normal. Tukak duodeni pada
kaum wanita dengan sirosis biliaris ternyata bertambah, jika neutralisasi dari
isi duodenum berkurang.
c. Penyakit paru-paru.
Frekuensi dari tukak yang kronis dengan TBC paru-paru sering ditemukan.
Bertambah banyaknya tukak peptik dapat dihubungkan dengan
bertambah beratnya emfisema dan corpulmonale.
9. Faktor daya tahan jaringan.
Penurunan daya tahan jaringan mempermudah timbulnya ulkus. Daya tahan
jaringan dipengaruhi oleh banyaknya suplai darah dan cepatnya regenerasi.
C.Patofisiologi
1.Infeksi bakteri H.pilory
. Sekali pasien terinfeksi, maka infeksi dapat
berlangsung seumur hidup kecuali bila kuman
diberantas dengan obat anti bacterial. Lebih lanjut lagi,
bakteri dapat melakukan penetrasi sawar mukosa
lambung, baik dengan kemampuanya sendiri untuk
menembus sawar maupun dengan melepaskan enzin-
enzim pencernaan yang mencairkan sawar
2. Peningkatan sekresi asam
Pada kebanyakan pasien yang menderita ulkus peptikum dibagian awal
duodenum, jumlah sekresi asam lambung lebih banyak dari normal, bahkan
sering dua kali lipat dari normal.
3. Konsumsi obat-obatan.
Obat-obat seperti OAINS/obat anti-inflamasi, nonsteroid- seperti Indometasin,
Ibupropen, Asam Salisilat- mempunyai efek penghambatan siklo-oksigenase
sehingga menghambat sintesis prostaglandin dari asam arakhidonat secara
sistemik- termasuk pada epitel lambung dan duodenum. (Kee, 1995).
4. Stress fisik yang disebabkan oleh syok, luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, dan kerusakan susunan syaraf pusat
(Lewis, 20000. Bila kondisi stress ini berlanjut, maka kerusakan epitel akan
meluas dan kondisi ulkus peptikum menjadi lebih parah.
5. Refluks usus-lambung dengan materi garam empedu dan enzzim pancreas
yang berlimpah dan memenuhi permukaan mukosa dapat menjadi predisposisi
kerusakan epitel mukosa.
E.Manifestasi klinis
mukosa, gastrekotomi, diadaptasi. farmakologi dan menunjukkan
kerusakan nyeri -Skala nyeri 0-1 noninvasive keefektifan dalam
jaringan berkurang/hila (0-4). -lakukan mengurangi nyeri.
lunak pasca ng atau Dapat manajemen nyeri. 1). istirahat secara
operasi teradaptasi. mengidentifikasi 1). Istirahatkan fisiologis akan
aktifitas yang pasien pada saat menurunkan
meningkatkan nyeri muncul kebutuhan oksigen
atau 2). Ajrkan tehnik yang diperlukan untuk
menurunkan relaksasi nafas pada memenuhi kebutuhan
nyeri. saat nyeri metabolism basal.
-pasien tidak 3). Ajarkan tehnik 2). Meningkatkan
gelisah distraksi pada saat asupan oksigen
nyeri sehingga akan
4). Manajemen menurunkan nyeri
Lingkungan: sekunder dari iskemia
Lingkungan tenang, intestinal
batasi pengunjung,
dan istirahatkan
pasien.
5). lakukanManaje
men sentuhan
Kolaborasi dengan tim 3). Distraksi
medis untuk (pengalihan Panggilan
pemberian:
) dapat menurunkan
1). Pemakaina
penghambat H2 ( stimulus internal.
seperti Simetidin Lingkungan tenang
/Ranitidin). akan menurunkan
2). Antasida stimulus nyeri
eksternal dan
pembatasan
pengunjung akan
membantu
meningkatkan
oksigen ruangan yang
akan berkurang apabila
banyak pengunjung yang
berada di ruangan.
Istirahat akan
menurunkan kebutuhan
oksigen jaringan perifer.
akibat tidak anemis mukosa dan keluaran awal syok
hematemes -pasien tidak urine). 2). Hipotensi dapat terjadi
mengeluh
is dan pusing, Lakukan kolaborasi pada hipovolemia, hal
melena memebran pemberian paket sel tersebut memberikan
masif mukosa lembab, darah manifestasi terlibatnya
turgor kulit merah(PRC=Pocked Red sistem kardiovaskuler
normal, dan Cells). dalam melakukan
akral hangat. kompensasi dalam
- Evaluasi adanya respon mempertahankan tekanaan
seklinik dari pemberian darah.
transfusi.
Lakukan
kompensasi
respirasi
dokumentasi untuk
intervensi yang mengambil
telahdilakukan dan sebanyak-
dilaporkan apabila banyaknya
didapatkan oksigen,
perubahan kondisi akibat
mendadak. penurunan
kadar
Kolaborasi : haemoglobi
dilakukan tindakan n sekunder
pembedahan gastre dari
ktomi penurunan
volume
darah.
4).
Hipotermi
dapat
sekunder dari penurunan volume
darah.
4). Hipotermi dapat terjadi pada
perdarahan massif.
Jumlah dan tipecairan penganti
darah ditentukan dari keadaan
status cairan. Penurunan volume
darah mengakibatkan menurunnya
produksi urine, monitor yang ketat
pada produksi urine< 600ml/ hari
merupakan tanda-tanda terjadinya
syok