Anda di halaman 1dari 33

9

BAB II

LAPORAN KASUS

Bab ini menjelaskan tentang konsep dasar gastritis, konsep dasar asuhan
keperawatan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) dan asuhan keperawatan pada kasus
gastritis dengan kebutuhan rasa nyaman nyeri.

A. Konsep Dasar Gastritis

1. Pengertian Gastritis

Gastritis adalah suatu peradangan lokal atau menyebar pada

mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa

dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan. Gastritis adalah peradangan

mukosa lambung yang bersifat akut, kronik, difus dan lokal yang

disebabkan oleh makanan, obat-obatan, zat kimia, stress, dan bakteri

(Nuari, 2015).

2. Etiologi Gastritis

Menurut Nuari (2015), etiologi terjadinya gastritis adalah sebagai

berikut :

a. Infeksi Bakteri

Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri

Helicobacter Pylori yang hidup di bagian mukosa yang melapisi

dinding lambung. Penularan bakteri tersebut terjadi melalui jalur oral

akibat makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.

Infeksi Helicobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab

utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya

gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan

9 9
10

peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada

lapisan pelindung dinding lambung.

b. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus

Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin,

ibuprofen, dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada

lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas

melindungi dinding lambung.

c. Penggunaan alkohol secara berlebihan

Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding

lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam

lambung walaupun pada kondisi normal.

d. Penggunaan kokain.

Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan

dan gastritis.

e. Stress fisik.

Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar

atau infeksi berat dpat menyebabkan gastritis dan juga borok serta

pendarahan pada lambung.

f. Kelainan autoimmune.

Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan

tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung.

Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap dinding

lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung

dan mengganggu produksi faktor intrinsic (yaitu selaput zat yang

10
11

membantu tubuh mengabsorpsi vitami B12). Kekurangan vitamin

B12`, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah kondisi dimana

jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh.

Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.

g. Crohn’s Disease

Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan

kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga

menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Gejala-gejala dari

Crohn’s Disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan)

tempat lebih menyolok dari pada gejala-gejala gastritis.

h. Radiasi dan Kemoterapi

Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat

mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya

dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh

terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya

sementara, tapi dalam dosis besar mengakibatkan kerusakan tersebut

menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak

kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.

i. Penyakit Bile Reflux

Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-

lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika di

lepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju

ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang

berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu

11
12

mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja

dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan

mengakibatkan peradangan dan gastritis.

j. Faktor-faktor lain

Gastritis sering juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya

seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit dan gagal hati atau ginjal.

3. Patofisiologi Gatritis

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), patofisiologi pada kasus

gastritis adalah bahan-bahan makanan, minuman tertentu, obat-obatan

seperti (NISAD, aspirin, sulfanomida, steroid, digitalis) dan bakteri

helicobacter pylori masuk kedalam lambung menghancurkan mukosa

lambung. Sehingga lambung kehilangan barrier (pelindung).

Menyebabkan peningkatan hidrogen (asam) sehingga peningkatan sekresi

asam lambung terjadi inflamasi atau peradangan yang mengakibatkan

nyeri akut.

Erosi mukosa lambung dapat menurunkan tonus dan peristaltik

lambung, dapat terjadi isi doudenum ke lambung sehingga menimbulkan

mual yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh. Erosi mukosa lambung dapat juga menyebabkan mukosa

lambung kehilangan integritas jaringan sehingga terjadi perdarahan di

dinding lambung kemudian mengakibatkan kekurangan volume cairan.

Dan juga bila terjadi muntah yang berlebihan maka dapat juga

mengakibatkan terjadinya kekurangan volume cairan.

12
13

4. Klasifikasi Gastritis

Menurut Suratun (2010), klasifikasi gastritis adalah sebagai berikut :

a. Gastritis akut

Gastritis (inflamasi mukosa lambung) paling sering di akibatkan

oleh pola diet, misalnya makanan terlalu banyak, terlalu cepat, makan-

makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi.

Penyebab lain termasuk alkohol, aspirin, refluks empedu dan terapi

radiasi. Gastritis dapat juga menjadi tanda pertama infeksi sistemik

akut. Bentuk gastritis akut yang lebih parah disebabkan oleh asam kuat

atau alkali, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau

perforasi.

b. Gastritis Kronis

Inflamasi yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh

ulkus lambung jinak maupun ganas, oleh bakteri Helicobacter Pylori.

Gastritis kronis mungkin diklasifikasi sebagai Tipe A atau Tipe B.

Tipe A ini terjadi pada fundus atau korpus lambung. Tipe B

(Helicobacter Pylori) mengenai antrum dan plyorus. Mungkin

berkaitan dengan Bacteria Helicobacter Pylori. Faktor diit seperti

minuman panas, bumbu penyedap, penggunaan obat, alkohol, merokok

atau refluks isi usus ke dalam lambung.

13
14

5. Tanda dan Gejala Gastritis

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), tanda dan gejala dari gastritis adalah

sebagai berikut :

a. Gastritis akut

Nyeri epigastrium, mual, muntah dan pendarahan terselubung maupun

nyata. Dengan endoskopi terlihat mukosa lambung hyperemia dan

oedem, mungkin juga ditemukan erosi dan pendarahan aktif.

b. Gastritis kronis

Kebanyakan gastritis asimptomatik, keluhan lelah berkaitan dengan

komplikasi gastritis atrofik, seperti tukak lambung, defisiensi zat besi,

anemia pernisiosa, dan karsinoma lambung.

6. Pemeriksaan Penunjang Gastritis

Menurut Nurarif dan kusuma (2015), pemeriksaan pada pasien gastritis

adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi

Helicobacter Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan

bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam

hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena

infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia,

yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.

b. Pemeriksaan pernapasan

Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri

Helicobacter Pylori atau tidak.

14
15

c. Pemeriksaan feses

Tes ini memeriksa apakah terdapat Helicobacter Pylori dalam feses

atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya

infeksi.

d. Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknyamanan pada saluran

cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X.

e. Rontgen saluran cerna bagian atas

Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit

pencernaan lainnya. Biasanya akan di minta menelan cairan barium

terlebih dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi

saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.

7. Penatalaksanaan Gastritis

Menurut Wijaya dan Putri (2013), penatalaksanaan pada pasien gastritis

yaitu :

a. Gastritis superfisial akut biasanya mereda bila agen-agen penyebab

dapat dihilangkan.

b. Penatalaksanaan medik yang diberikan :

1) Obat anti mual / muntah.

2) Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit IV (intra vena) jika

masih muntah.

3) Penghambat H2 (Ranitidine).

4) Antacid

15
16

8. Komplikasi

Wijaya dan Putri (2013), menyatakan bahwa komplikasi yang akan

terjadi pada penderita gastritis adalah sebagai berikut :

a. Pendarahan saluran cerna.

b. Ulkus

c. Perforasi (jarang terjadi)

16
17

B. Konsep Dasar Asuhan keperawatan Rasa Nyaman (Nyeri)

a. Pengertian

Nyeri merupakan suatu sensasi yang tidak menyenangkan bersifat

sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam

hal skala maupun tingkatannya, hanya orang tersebutlah yang dapat

menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat 2013)

Nyeri merupakan perasaan tidak menyenangkan dan sensasi yang

sangat personal yang tidak dapat dibagi dengan orang lain, nyeri dapat

memenuhi pikiran seseorang, mengarahkan semua aktivitas dan mengubah

kehidupan seseorang (Synder dkk, 2010)

Berdasarkan pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa

nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh

individu dan tidak dapat di evaluasi oleh orang lain karena sifatnya

berbeda pada setiap individu

b. Klasifikasi Nyeri

a. Adapun klasifikasi nyeri menurut Hidayat (2013), dibagi menjadi 2

yaitu:

1) Nyeri akut

Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan

cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya

peningkatan tegangan otot

2) Nyeri Kronis

Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan

biasanya berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama yaitu

17
18

lebih dari 6 bulan yang termasuk dalam kategori nyeri kronis

adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis dan nyeri psikosomatis,

di tinjau dari sifat yang terjadi, nyeri dapat dibagi menjadi beberapa

kategori diantaranya nyeri tertusuk tusuk dan nyeri terbakar

c. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Saryono dan

Widianti (2010), yaitu sebagai berikut:

a. Usia

Perbedaan usia dalam berespon terhadap nyeri, anak kecil memiliki

kesulitan untuk memahami dan mengekspresikan nyeri, pada lansia

mereka lebih untuk tidak melaporkan nyeri karena persepsi nyeri yang

harus mereka terima, menyangkal merasakan nyeri karena takut akan

konsekuensi atau tindakan medis yang dilakukan dan takut akan

penyakit dan rasa nyeri itu

b. Jenis Kelamin

Seorang laki-laki harus lebih berani sehingga tertanamkan yang

menyebabkan mereka lebih tahan terhadap nyeri dibanding wanita

c. Kebudayaan

Beberapa kebudayaan menyakini bahwa memperlihatkan nyeri adalah

sesuatu yang wajar namun ada kebudayaan yang mengajarkan untuk

menutup perilaku untuk tidak memperlihatkan nyeri

d. Makna Nyeri

Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan adaptasi terhadap

nyeri

18
19

e. Perhatian

Seseorang yang mampu mengalihkan perhatian, sensasi nyeri akan

berkurang. Karena upaya pengalihan dihubungkan dengan respon

nyeri yang menurun

f. Ansietas

Ansietas sering meningkatkan persepsi nyeri dan nyeri dapat

menimbulkan ansietas

g. Keletihan

Keletihan dapat meningkatkan persepsi nyeri yang menurunkan

kemampuan koping

h. Pengalaman Nyeri

Seseorang dengan pengalaman nyeri akan lebih terbentuk koping yang

baik dibanding orang dengan pertama terkena nyeri, maka akan

mengganggu koping

i. Gaya Koping

Klien sering menemukan cara untuk mengembangkan koping terhadap

efek fisiologid dan psikologis. Gaya koping ini berhubungan dengan

pengalaman nyeri

j. Dukungan Keluarga dan Sosial

Kehadiran keluarga atau orang yang dicintai akan meminimalkan

nyeri

19
20

d. Fisiologi Nyeri

Bagaimana nyeri ditransmisikan dan dipersepsikan masih belum

dipahami sepenuhnya kapan nyeri dirasakan dan sampai berapa derjat

bergantung pada interaksi antara sistem analgesik tubuh dan trasmisi

sistem saraf serta interprestasi stimulus (Synder dkk, 2010)

e. Stimulus Nyeri

Terdapat beberapa stimulus nyeri menurut Hidayat (2013),

diataranya adalah sebagai berikut:

a. Trauma pada jaringan tubuh ,misalnya karena bedah akibat terjadinya

kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor

b. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat

terjadinya penekanan pada reseptor nyeri

c. Tumor juga menekan pada reseptor nyeri

d. Iskemia jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteri koronaria yang

menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat

e. Spasme otot dapat menstimulasi mekanik

f. Skala Nyeri

Adapun skala nyeri menurut synder dkk (2010), yaitu sebagai

berikut:

Gambar: 2.1 Skala Intensitas Nyeri

20
21

Tidak semua klien dapat memahami atau menghubungkan skala intensitas

nyeri nyeri dalam bentuk angka. Peringkat dengan klien perawat harus

bergantung pada observasi perilaku dan petunjuk fisiologis yang akan

dibahas kemudian dalam bagian ini masukan dari orang terdekat klien,

seperti orang tua atau pemberi perawatan dalam menginterprestasikan

observasi, kemudian gambaran objektif mengenai perilaku data fisiologis

didokumentasikan penggunaan skala peringkat nyeri bersamaan dengan

lembar catatan nyeri yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan

pentalaksanaan nyeri.

Gambar: 2.2 Peringkat Wajah Wong-Baker

g. Penatalaksanaan Nyeri

Adapun penatalaksanaan nyeri menurut Synder dkk (2010), adalah

sebagai berikut:

a. Penatalaksanaan Nyeri Farmakologis

Penatalaksanaan nyeri farmakologis mencakup penggunaan opioid

(narkotik) obat-obatan anti inflamasi dan non opoid/nonsteroid

(NSAIDS) dan analgesik penyerta atau koanelgesik. Analgesik opioid

(narkotik) terdiri dari turunan opium seperti morfin dan kodein opioid

meredakan nyeri dan memberi rasa euforio lebih besar dengan

mengikat reseptor opiat dan mengaktifkan endongen (muncul dari

21
22

dalam tubuh) penekan nyeri dalam SSP terdapat beberapa reseptor

MU paling sering berhubungan dengan pereda nyeri perubahan alam

perasaan sejahtera membuat individu lebih nyaman meskipun nyeri

tetap dirasakan

1) Terdapat tiga tipe opioid primer

a) Sgonid penuh

b) Campuran agonis dan antagonis

c) Agonis

2) Rute pemberian obat

Opioid sejak dulu diberikan dulu:

a) Oral

b) Subcutan

c) Nasal

d) Intramuskular

e) Handermal

f) Intra Vena

g) Rektil

h) Intra Spinal

b. Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologis serta prosedur pemenuhan

kebutuhan rasa nyaman nyeri

a) Menurut Sigalingging (2012), beberapa penatalaksanaan nyeri secara

non farmakologis serta prosedur pemenuhan rasa nyaman nyeri adalah

sebagai berikut:

22
23

a) Masase

Suatu tindakan memberikan rasa nyaman dengan rasa pengurutan

atau pemijatan pada otot /tulang yang menstimulasi sirkulasi darah

serta metabolisme dalam tubuh. Tindakan ini dilakukan pada

pasien yang mengalami nyeri, pegal pada bagian tubuh tertentu dan

pada pasien yang menunjukan perilaku protektif dan gelisah

b) Kompres

Kompres merupakan metode pemiliharaan suhu tubuh dengan

menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan rasa hangat

atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.

(1) Kompres panas dengan mengunakan buli-buli panas.

Tindakan ini biasanya dilakuka pada pasien dengan keluhan

perut kembung, kedinginan, merasakan nyeri, pada daerah

tertentu dan pasien yang mengalami bengkak pada bagian

tubuh

(2) Kompres dingin dengan menggunakan air biasa atau es

Tindakan ini memberikan rasa dingin atau menarik panas di

tubuh pasien dengan menggunakan kain bersih dengan cara

mencelupkan kedalam air dingin atau es

(3) Kompres dingin kering dengan menggunakan eskap dan

eskragn.

Tindakan ini memberikan rasa dingin atau menarik panas dari

tubuh pasien dengan menggunakan eskap dan eskragn.

Pemberian kompres dingin kering ini biasanya dillakukan pada

23
24

pasien dengan suhu tinggi, pendarahan, muntah darah, dan

pasca bedah tongsil

2) Menurut Zakiyah (2015), beberapa prosedur pemenuhan rasa

nyaman nyeri adalah sebagai berikut:

a) Transcutaneous Electrial Nerve Stimulation (TENS)

TENS merupakan salah satu alat yang digunakan untuk

menurunkan nyeri dengan menggunakan gelombang bifasik

melalui elektroda pada kulit

b) Distraksi

Distraksi merupakan strategi pengalihan nyeri memfokuskan

perhatian klien ke stimulus yang lain dari pada terhadap rasa

nyeri dan emosi negatif. Jenis-jenis distraksi adalah sebagai

berikut:

(1) Distraksi Visual

Distraksi visual meliputi melihat pertandingan menonton

televisi membaca koran, serta melihat pemandangan dan

gambar

(2) Distraksi Pendengaran

Distraksi pendengaran dapat dilakukan dengan cara

mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta

gemercik air

Klien dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan

musik tenang seperti musik klasik

24
25

(3) Distraksi pernapasan

Bernapas ritmik, klien dianjurkan untuk fokus memandang

pada objek atau memejamkan mata dan melakukan

inhalasi melalui hidung dengan hitungan satu sampai

empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut

secara perlahan dengan menghitung sampai empat (dalam

hati)

(4) Distraksi intelektual

Mengisi teka teki silang, bermain kartu, melakukan

kegemaran (di tempat tidur), serta mengumpulkan

perangko, menulis cerita merupakan beberapa contoh

distraksi intelektual

c) Relaksasi

Teknik relaksasi merupakan metode yang digunakan untuk

menurunkan kecemasan dan ketegangan otot

d) Reframing

Reframing merupakan teknik yang mengajarkan tentang cara

memonitor atau mengawasi pikiran negatif dan menggantikan

dengan salah satu pikirang yang lebih positif “saya tidak kuat

menahan rasa nyeri ini, rasa nyeri ini tidak pernah berakhir”

untuk mengganti persepsi (reframing) menjadi “saya pernah

merasakan nyeri ini sebelumnya, dan ini akan membaik

(berkurang)

25
26

e) Biofeedback

Latihan biofeedback merupakan cara lain untuk membantu

klien untuk mengalami nyeri, khususnya bagi seseorang yang

sulit merelaksasi otot

26
27

C. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri

1. Pengkajian Keperawatan

Menurut Hidayat (2013), asuhan keperawatan pada masalah

nyeri adalah sebagai berikut:

Pengkajian pada masalah nyeri dapat dilakukan adalah adanya riwayat

nyeri, riwayat nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan

waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST

yaitu sebagai berikut:

a. P (pemacu) : faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya

nyeri

b. Q (quality) : nyeri seperti apakah rasa tajam, tumpul dan tersayat

c. R (region) : daerah perjalanan nyeri

d. S (severity) : keparahan atau intensitas nyeri

e. T (time) : lama waktu serangan atau frekuensi nyeri

Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui

skala nyeri berikut:

Gambar: 2.3 Pengukuran Nyeri

Keterangan:

0 : tidak nyeri 0 : tidak nyeri 0 : tidak nyeri

1 : nyeri ringan 1 : nyeri ringan 1 : nyeri ringan

27
28

2 : tidak nyaman 2 : nyeri sedang 2 : nyeri sedang

3 : mengganggu 3 : nyeri parah 3 : nyeri parah

4 : sangat mengganggu 4 : nyeri sangat parah

2. Diagnosa

Menurut Zakiyah (2015), diagnosa yang muncul pada kebutuhan rasa

nyaman nyeri adalah sebagai berikut:

Nyeri akut atau nyeri kronik

3. Perencanaan menurut Zakiyah (2015), pada klien kebutuhan rasa

nyaman nyeri akut atau nyeri kronik adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1
Perencanaan/intervensi
Pada klien nyeri akut/kronik

No Diagnosa Noc Nic


1 Nyeri 1. Mampu mengontrol 1. Kaji nyeri secara
akut/kronik nyeri komprehensif
(PQRST)
2. Melaporkan bahwa nyeri 2. Observasi tingkat nyeri
berkurang dengan dengan menggunakan
menggunakan skala ukur
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri 3. Berikan kesempatan
(skala, intensitas, pada klien untuk
frekuensi, dan tanda mengungkapkan
nyeri) pengalaman nyeri
sebelumnya
4. Menyatakan rasa nyaman 4. Minta klien untuk
setelah nyeri berkurang mengindentifikasi
kenyamanan yang di
inginkan
5. Memperoleh istirahat 5. Ajarkan pada klien
tidur yang cukup metode penurunan
nyeri seperti relaksasi
dan distraksi
6. Dapat melakukan 6. Kolaborasi untuk
aktifitas sehari-hari mendapatkan resep
dengan mudah analgesik sesuai
indikasi khususnya
untuk nyeri sedang dan
kuat

28
29

4. Implementasi Keperawatan

Menurut Hidayat (2013), implementasi terhadap klien kebutuhan rasa

nyaman nyeri adalah mengurangi faktor nyeri, misalnya

ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan dan

kebosanan adalah sebagai berikut:

1) Ketidakpercayaan: pengakuan perawat akan rasa nyeri yang

diderita pasien dapat mengurangi nyeri

2) Kesalahpahaman: mengurangi kesalahpahaman pasien tentang

nyeri akan mengurangi nyeri

3) Ketakutan: memberikan informasi yang tepat dapat mengurangi

ketakutan pasien dan menganjurkan pasien untuk mengekspresikan

bagaimana mereka mengurangi nyeri

4) Kelelahan: kelelahan dapat meningkatkan nyeri.

5) Kebosanan: kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk

mengurangi nyeri dapat digunakan pengalih perhatian yang bersifat

terapeutik

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Hidayat (2013), evaluasi terhadap klien kebutuhan

rasa nyaman nyeri adalah dilakukan dengan menilai kemampuan

dalam merespon rangsangan nyeri diantaranya hilangnya perasaan

nyeri, menurunnya intensitas nyeri, adanya respon fisiologis yang

baik, dan pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa

keluhan nyeri

29
30

D. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Gastritis Dengan Kebutuhan Rasa

Nyaman Nyeri

1. Pengkajian

a. Identitas

Nama Ny. D, jenis kelamin perempuan, berusia 33 tahun, status

perkawinan kawin, beragama islam, berpendidikan SMA,

pekerjaan ibu rumah tangga, suku gayo, bangsa Indonesia,

bertempat tinggal paya punteuet, kecamatan muara dua,

penanggung jawab suami bernama Tn. R

b. Riwayat Sakit dan Kesehatan

1) Keluhan Utama: Ny. D mengatakan nyeri ulu hati, mual, sakit

kepala dan bersendawa, terasa nyeri timbul berat jika terlambat

makan

2) Riwayat Keluhan: Ny. D datang ke rumah sakit pada tanggal

24 Mei 2018 dengan keluhan nyeri ulu hati, mual, sakit kepala

dan bersendawa sejak 3 hari yang lalu

3) Riwayat Penyakit Terdahulu: Ny. D mengatakan penyakit yang

di derita sejak dahulu yaitu gastritis

4) Riwayat Penyakit Keluarga: Ny. D mengatakan tidak ada

riwayat penyakit gastritis

30
31

5) Genogram Keluarga

Keterangan:

: laki-laki

: wanita

: klien

: meninggal

----- : tinggal serumah

c. Observasi dan Pemeriksaan Fisik (Review of System)

1) Keadaan umum Ny. D lemah, kesadaran komposmentis, tanda-

tanda vital: TD: 110/70 mmHg, N: 80x/I, RR: 20x/I, T: 36,50c

2) Pernapasan (Breath)

Irama pola nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak ada sesak

nafas, batuk produktif tidak ada

3) Kardiovaskuler (Blood)

Irama jantung regular, nyeri dada tidak ada, bunyi jantung

normal, akral hangat

31
32

4) Persyarafan/Penginderaan (Brain)

GCS, E: 4, V: 5, M: 6, dengan jumlah 15, reflek fisiologis dan

reflex patologis tidak dilakukan, istirahat tidur 6 jam/hari, tidak

ada gangguan tidur, pada penglihatan (mata) pupil isokor,

sclera ikterus, tidak terjadi gangguan penglihatan, pada

pendengaran (telinga) tidak terjadi gangguan pendengaran,

penciuman normal dan tidak ada gangguan penciuman

5) Perkemihan (Bladder)

BAK 5 kali sehari, tidak menggunakan alat bantu, tidak ada

pembesaran kandung kemih

6) Pencernaan (Bowel)

Nafsu makan baik, porsi makan yang disediakan di rumah sakit

tidak habis, frekuensi makan 3 kali sehari, minum 8 gelas

sehari, pada abdomen perut mengalami kembung, BAB 1 kali

sehari, nyeri ulu hati, mual, sakit kepala, bersendawa, timbul

nyeri ketika telat makan, skala nyeri 6

7) Muskuloskeletal/Integumen (Bone)

Kemampuan pergerakan sendi bebas, kekuatan otot 5, tidak ada

edema dan turgor kulit baik

8) Endokrin

Tidak ada pembesaran tiroid, tidak terjadi hiperglikemia,

hipoglikemia tidak ada, dan tidak terjadi luka gangrene

32
33

9) Personal Hygiene

Mandi selama 1 kali sehari, keramas tidak dilakukan selama di

rumah sakit, ganti pakaian 1 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari

10) Psiko-Sosio-Spritual

Orang yang paling dekat dengan klien adalah suami yang

bernama Tn. R, hubungan dengan teman dan lingkungan

sekitar baik, kegiatan ibadah tidak dilakukan selama di rumah

sakit, konsep diri yaitu pasien bertawakkal dan selalu berdoa

agar diberi kesembuhan atas penyakit yang di deritanya

11) Data Penunjang ( Darah Rutin)

Table 2.2
Hasil pemeriksaan darah

Hasil Nilai Rujukan


WBC : 7.1 (10-3/ul) (4.0-10.0)
LYM : 3.00 (10-3/ul) (1.2-3.2)
MID : 0.34 (10-3/ul) (0.3-0.8)
NEU : 53.0 (%) (50.0-70.0)
HGB :14.3 (g/dl) (11.0-18.0)
RBC : 4.5 (10-6/ul) (3.5-5.5)
HCT : 39.77 ( %) (35.0-50.0)
MCV : 88.0 (fl) (80.0-100.0)
MCH : 31.7 (pg) (27.0-32.0)
MCHC : 36 (g/dl) (320.0-360.0)

12) Terapi Medis

IVFD Ringer Laktat 20 tetes/menit, obat oral: sirup antasida 3x1

sebelum makan, omeprazole 250mg 2x1, cefadoxin 500mg 3x1,

injeksi:ranitidin1amp/12jam, ondancetron 1amp/12 jam,

dexametasone 1amp/12jam.

33
34

2. Analida Data

Tabel 2.3
Analisa Data
Pada Ny.D Dengan Kasus Gastritis

Data Penyebab Masalah


Ds: Iritasi Nyeri ulu
Ny. D mengatakan nyeri ulu hati, mual, mukosa hati
sakit kepala, bersendawa, nyeri timbul berat lambung
jika terlambat makan

Do:
Keadaan umum Ny. D lemas
Ny. N tampak menahan nyeri
Eskpresi wajah : tampak meringis
Sifat nyeri : nyeri sedang
Pemacu : nyeri timbul jika terlambat
makan
Lokasi nyeri : ulu hati
Durasi nyeri : 3 sampai 4 menit
Intensitas nyeri : seperti perih
Skala nyeri :6
TTV: TD: 110/70 mmHg, N: 80x/menit,
RR: 20x/menit dan T: 36,50C

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang terjadi pada Ny.D dengan kasus

gastritis adalah sebagai berikut:

Nyeri ulu hati berhubungan dengan iritasi mukosa lambung ditandai

dengan:

Ds : Ny. D mengatakan nyeri ulu hati, mual, sakit kepala dan

bersendawa

Do : Keadaan umum Ny. D lemas

Ny. D tampak menahan nyeri

Sifat nyeri : nyeri sedang

Ekspresi wajah : tampak menahan nyeri

Lokasi nyeri : ulu hati

34
35

Durasi nyeri : 3 sampai 4 menit

Intensitas nyeri : seperti perih

Skala nyeri :6

TTV : TD: 110/70mmHg, N: 80x/menit,

RR:20x/menit, T:36,50c

4. Perencanaan/ intervensi

Tabel 2.4
Perencanaan/Intervensi
Pada Ny. D Dengan Kasus Gastritis

No Diagnosa Noc Nic


1 Nyeri ulu hati 1. Mampu mengontrol 1. Kaji nyeri secara
berhubungan nyeri komprehensif
dengan iritasi (PQRST)
mukosa 2. Melaporkan bahwa nyeri 2. Observasi tingkat nyeri
lambung berkurang dengan dengan menggunakan
menggunakan skala ukur
manajemen nyeri
3. Untuk mengetahui tanda- 3. Lakukan pemeriksaan
tanda vital dalam batas tanda-tanda vital
normal
4. Mampu mengenali nyeri 4. Berikan kesempatan
(skala, intensitas, pada klien untuk
frekuensi, dan tanda mengungkapkan
nyeri) pengalaman nyeri
sebelumnya
5. Menyatakan rasa nyaman 5. Minta klien untuk
setelah nyeri berkurang mengindentifikasi
kenyamanan yang di
inginkan

6. Memperoleh istirahat 6. Ajarkan pada klien


tidur yang cukup metode penurunan
nyeri seperti relaksasi
dan distraksi
7. Dapat melakukan 7. Kolaborasi untuk
aktifitas sehari-hari mendapatkan resep
dengan mudah analgesik sesuai
indikasi khususnya
untuk nyeri sedang dan
kuat

35
36

5. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 2.5
Penatalaksanaan dan Evaluasi
Pada Ny. D Dengan Kasus Gastritis

Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


jam keperawatan
Tanggal: Nyeri ulu hati 1. Mengkaji nyeri 1. Sifat nyeri: nyeri
24 Mei berhubungan secara sedang, lokasi
2018 dengan iritasi komprehensif nyeri: ulu hati,
Jam: mukosa lambung (PQRST) durasi nyeri: 3
10:00 sampai 4 menit,
wib intensitas nyeri:
seperti perih,
skala nyeri: 6
2. Mengobservasi 2. Skala nyeri: 6
tingkat nyeri
dengan
menggunakan
skala ukur
3. Melakukan 3. TTV: TD: 110/70
pemeriksaan mmHg, N:
tanda-tanda vital 80x/menit, RR:
20x/menit. T:
36,50C
4. Memberikan 4. Mampu
kesempatan pada mengenali nyeri
klien untuk (skala, intensitas,
mengungkapkan frekuensi, dan
pengalaman nyeri tanda nyeri
sebelumnya
5. Meminta klien 5. Menyatakan rasa
untuk nyaman setelah
mengindentifikasi nyeri berkurang
kenyamanan yang
di inginkan
6. Mengajarkan pada 6. Mampu
klien metode melakukan
penurunan nyeri teknik relaksasi
seperti relaksasi( (menarik nafas
menarik nafas dalam dari
dalam) dan hidung
distraksi( alihkan mengeluarkan
perhatian saat secara perlahan-
nyeri timbul) lahan melalui
mulut) dan
distraksi ( jika
nyeri timbul
pasien menonton
televisi untuk
mengalihkan rasa
nyeri
7. Berkolaborasi 7. Obat oral seperti:
untuk sirup antasida
mendapatkan sebelum makan
3x1 sehari, dan

36
37

Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


jam keperawatan
resep analgesik sesuai obat injeksi:
indikasi khususnya ranitidine 1amp/12
untuk nyeri sedang jam, ondancetron
dan kuat 1amp/12 jam, dan
dexametasone
1amp/12 jam

37
38

6. Catatan Perkembangan

Tabel 2.6
Catatan Perekembangan
Pada Pasien Gastritis

No. DX Implementasi Catatan Perkembangan


Tanggal/
Jam
DX:1 1. Mengkaji nyeri secara S: Ny.D mengatakan nyeri ulu
Tanggal: komprehensif (PQRST) hati, mual, sakit kepala
24 Mei bersendawa, nyeri timbul berat
2018 2. Mengobservasi tingkat jika terlambat makan
Jam: nyeri dengan menggunakan
11:20 wib skala ukur O: Keadaan umum Ny.D lemas
Ny.D tampak menahan nyeri
3. Melakukan pemeriksaan Ekspresi wajah tampak meringis
tanda-tanda vital Sifat nyeri : nyeri sedang
Pemacu : nyeri timbul
4. Memberikan kesempatan jika telat makan
pada klien untuk Lokasi nyeri : ulu hati
mengungkapkan Durasi nyeri : 3 sampai 4
pengalaman nyeri menit
sebelumnya Intensitas nyeri : seperti perih
Skala nyeri: 6
5. Meminta klien untuk TTV: TD: 110/70 mmHg, N:
mengindentifikasi 80x/menit, RR:20x/menit,
kenyamanan yang di T:36,50c
inginkan
A: Nyeri ( masalah belum
6. Mengajarkan pada klien teratasi)
metode penurunan nyeri
seperti relaksasi( menarik P: Intervensi dilanjutkan dengan:
nafas dalam) dan distraksi( 1. Kaji sifat nyeri
alihkan perhatian saat nyeri 2. Observasi tingkat nyeri
timbul) 3. Lakukan TTV
4. Beri kesempatan klien
7. Berkolaborasi untuk mengungkapkan pengalaman
mendapatkan resep nyeri
analgesik sesuai indikasi 5. Minta klien mengidentifikasi
khususnya untuk nyeri kenyamanan
sedang dan kuat 6. Ajarkan teknik relaksasi
menghirup nafas dalam dan
distraksi
7. Kolaborasi untuk
mendapatkan resep analgesik

38
39

Tabel 2.7
Catatan Perekembangan
Pada Pasien Gastritis

No. DX Implementasi Catatan Perkembangan


Tanggal/
Jam
DX:1 1. Mengkaji nyeri secara S: Ny.D mengatakan nyeri ulu
Tanggal: komprehensif (PQRST) hati, mual, sakit kepala
25 Mei bersendawa, nyeri timbul berat
2018 2. Mengobservasi tingkat jika terlambat makan mulai
Jam: nyeri dengan menggunakan berkurang
09:30 wib skala ukur
O: Keadaan umum Ny. D lemas
3. Melakukan pemeriksaan Ny.D tampak menahan nyeri
Ekspresi wajah tampak meringis
tanda-tanda vital
Sifat nyeri : nyeri ringan
Lokasi nyeri : ulu hati
4. Memberikan kesempatan Pemacu : nyeri timbul
pada klien untuk jika telat makan
mengungkapkan Durasi nyeri : 3 menit
pengalaman nyeri Intensitas nyeri : seperti perih
sebelumnya Skala nyeri: 5
TTV: TD: 120/80 mmHg, N:
82x/menit, RR:20x/menit,
5. Meminta klien untuk
T:36,50c
mengindentifikasi
kenyamanan yang di A: Nyeri ( masalah teratasi
inginkan sebagian)

6. Mengajarkan pada klien P: Intervensi dilanjutkan dengan:


metode penurunan nyeri 1. Kaji sifat nyeri
seperti relaksasi( menarik 2. Observasi tingkat nyeri
3. Lakukan TTV
nafas dalam) dan distraksi(
4. Beri kesempatan klien
alihkan perhatian saat nyeri mengungkapkan pengalaman
timbul nyeri
5. Minta klien mengidentifikasi
7. Berkolaborasi untuk kenyamanan
mendapatkan resep 6. Ajarkan teknik relaksasi
analgesik sesuai indikasi menghirup nafas dalam dan
distraksi
khususnya untuk nyeri
7. Kolaborasi untuk
sedang dan kuat mendapatkan resep analgesik

39
40

Tabel 2.8
Catatan Perekembangan
Pada Pasien Gastritis

No. DX Implementasi Catatan Perkembangan


Tanggal/
Jam
DX:1 1. Mengkaji nyeri secara S: Ny. D mengatakan nyeri di ulu
Tanggal: komprehensif (PQRST) hati dan nyeri kepala berkurang
26 Mei
2018 O: Keadaan umum Ny.D
2. Mengobservasi tingkat
Jam: membaik
11:00 wib nyeri dengan menggunakan Ekspresi wajah tampak tenang
skala ukur Sifat nyeri : nyeri ringan
Lokasi nyeri : ulu hati
3. Melakukan pemeriksaan (berkurang)
tanda-tanda vital Durasi nyeri : 1 sampai 2
menit
4. Memberikan kesempatan Intensitas nyeri : seperti perih
pada klien untuk Skala nyeri :3
TTV: TD: 110/80 mmHg, N:
mengungkapkan
82x/menit, RR:20x/menit, T:370c
pengalaman nyeri
sebelumnya A: Nyeri ( masalah teratasi
sebagian)
5. Meminta klien untuk
mengindentifikasi P: Intervensi dilanjutkan dengan:
kenyamanan yang di 1. Kaji sifat nyeri
inginkan 2. Observasi tingkat nyeri
3. Lakukan TTV
6. Mengajarkan pada klien 4. Beri kesempatan klien
metode penurunan nyeri mengungkapkan pengalaman
seperti relaksasi( menarik nyeri
nafas dalam) dan distraksi( 5. Minta klien mengidentifikasi
alihkan perhatian saat nyeri kenyamanan
timbul) 6. Ajarkan teknik relaksasi
menghirup nafas dalam dan
7. Berkolaborasi untuk distraksi
mendapatkan resep 7. Kolaborasi untuk
analgesik sesuai indikasi mendapatkan resep analgesik
khususnya untuk nyeri
sedang dan kuat

40
41

Tabel 2.9
Catatan Perekembangan
Pada Pasien Gastritis

No. DX Implementasi Catatan Perkembangan


Tanggal/
Jam
DX:1 1. Mengkaji nyeri secara S: Ny.D mengatakan nyeri di ulu
Tanggal: komprehensif (PQRST) hati tidak ada lagi
27 Mei
2018 2. Mengobservasi tingkat O: Keadaan umum Ny.D baik
Jam: nyeri dengan menggunakan Ekspresi wajah ceria
14:30 wib skala ukur Intensitas nyeri : perih hilang
Skala nyeri :0
3. Melakukan pemeriksaan TTV: TD: 110/70 mmHg, N:
tanda-tanda vital 80x/menit, RR:20x/menit, T:370c

4. Memberikan kesempatan A: Nyeri hilang (masalah teratasi)


pada klien untuk
mengungkapkan P: intervensi/tindakan dihentikan
pengalaman nyeri dan pasien di izikan pulang pada
sebelumnya tanggal 27 Mei 2018 pada jam
15.00 wib.
5. Meminta klien untuk
mengindentifikasi
kenyamanan yang di
inginkan

6. Mengajarkan pada klien


metode penurunan nyeri
seperti relaksasi( menarik
nafas dalam) dan distraksi(
alihkan perhatian saat nyeri
timbul)

7. Berkolaborasi untuk
mendapatkan resep
analgesik sesuai indikasi
khususnya untuk nyeri
sedang dan kuat

41

Anda mungkin juga menyukai