Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN. Z DENGAN GASTRITIS DI PUSKESMAS BATU


CEPER

Diajukan untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Gerontik

Dosen Pembimbing : H. Thoha, SKM, M.Si

Clinical Instruktur : Ns. Sulastri, S.Kep

FADILLAH MUNTAHANAH

P27901119068

POLITEKNIK KEEHATAN KEMENKES BANTEN

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai
(Aspitasari & Taharuddin, 2020). Gastritis merupakan penyakit yang
terjadi karena adanya inflamasi dibagian lambung. Lapisan di bagian
lambung mengalami peradangan dan akan membengkak serta
menyebabkan infeksi (Ida, 2018).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2020, insiden
gastritis di dunia sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap
tahunnya. Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut
WHO pada tahun 2020 adalah 40,8%, dan angka kejadian gastritis di
beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396
kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan profil kesehatan
Indonesia tahun 2017, gastritis merupakan salah satu dari 10 penyakit
terbanyak di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Depkes,
2020).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mendalami penyebab gastritis pada pasien
serta memberikan asuhan keperawatan pada pasien gastritis.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Pengertian Gastritis
b. Untuk mengetahui Etiologi Gastritis
c. Untuk mengetahui Faktor Risiko Gastritis
d. Untuk mengetahui Patofisiologi Gastritis
e. Untuk mengetahui Pathway Gastritis
f. Untuk mengetahui Manifestasi Gastritis
g. Untuk mengetahui Komplikasi Gastritis
h. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Gastritis
i. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Gastritis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit Gastritis
1. Pengertian
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat
akut, kronik difus, atau lokal. Karakteristik dari peradangan ini antara
lain anoreksia, rasa penuh atau tidak nyaman pada epigastrium, mual,
dan muntah (Suratun, 2010). Peradangan lokal pada mukosa lambung
ini akan berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain (Ida, 2018). Gastritis merupakan
peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik, difus dan
lokal yang disebabkan oleh makanan, obat-obatan, zat kimia, stress
dan bakteri. Penyakit gastritis merupakan penyakit yang sangat kita
kenal dalam kehidupan sehari-hari. Penyakit gastritis sangat
mengganggu karena sering kambuh akibat pengobatan yang tidak
tuntas (Putra, dkk, 2023).
2. Etiologi
Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter pylori dan
pada awal infeksi mukosa lambung menunjukkan respon inflamasi
akut dan jika diabaikan akan menjadi kronik. Penyakit ini sering
ditandai dengan nyeri ulu hati, mual, muntah, cepat kenyang, nyeri
perut dan lain sebagainya. Ada beberapa penyebab yang dapat
mengakibatkan seseorang menderita gastritis antara lain
mengkonsumsi obat-obatan kimia seperti asetaminofen, aspirin, dan
steroid kortikosteroid (Suratun, 2010). Asetaminofen dan
kortikosteroid dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung,
sedangkan NSAIDS (Nonsteroid Anti Inflammation Drugs) dan
kortikosteroid menghambat sintesis prostaglandin sehingga HCL
meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam.
Kondisi asam ini menimbulkan iritasi mukosa lambung. Penyebab lain
adalah konsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan kerusakan
gester. Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka, lada)
dapat menyebabkan kerusakan mukosa gester dan menimbulkan
edema dan perdarahan. Kondisi yang stressful seperti trauma, luka
bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan saraf pusat akan
merangsang peningkatan produksii HCI lambung. Selain itu, infeksi
oleh bakteri seperti Helicobacter pylori, Eschericia coli, Salmonella
dan lain-lain juga dianggap sebagai pemicu (Ida, 2018).
3. Faktor Risiko
Peradangan pada lambung paling sering disebabkan oleh infeksi
Helicobacter pylori. Selain itu, sejumlah faktor berikut juga bisa
meningkatkan risiko terjadinya gastritis :
1) Usia
Risiko terkena gastritis umumnya meningkat seiring
bertambahnya usia. Pada wanita, kondisi ini biasanya terjadi di
kisaran usia 45–64 tahun. Sedangkan pada pria, gastritis lebih
sering terjadi di atas usia 65 tahun.
2) Konsumsi obat pereda nyeri
Konsumsi obat pereda nyeri, seperti aspirin, ibuprofen, atau
naproxen, dalam jangka waktu lama bisa memicu timbulnya
gejala gastritis, baik akut maupun kronis. Terlalu sering
mengonsumsi obat pereda nyeri dapat mengikis lapisan
mukosa yang berperan untuk melindungi dinding lambung dari
asam.
3) Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
Mengonsumsi minuman beralkohol juga dapat mengiritasi dan
mengikis lapisan dinding lambung, sehingga menyebabkan
terjadinya gejala gastritis.
Selain ketiga hal di atas, kebiasaan atau penyakit tertentu juga bisa
memicu, yaitu seperti merokok, stress, penyalahgunaan narkoba,
alergi makanan, kemoterapi dan radioterapi, penyakit celiac,
sarkodiosis, penyakit crohn, dan HIV/AIDS.

4. Patofisiologi
Ketidakpatuhan terhadap pola makan, obat-obatan, alkohol, garam
empedu, zat iritan dapat merusak mukosa lambung. Mukosa lambung
berperan penting dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh
asam klorida dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi
difusi asam klorida ke mukosa lambung dan asam klorida akan
merusak mukosa. Asam klorida di mukosa lambung menstimulasi
perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan
histamine dari sel mast. Histamin akan menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intrasel
ke ekstrasel dan menyebabkan edema serta kerusakan kapiler sehingga
timbul perdarahan pada lambung. Lambung dapat melakukan
regenerasi mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang
dengan sendirinya namun jika lambung sering terpapar dengan zat
iritan maka inflamasi akan terus terjadi. Jaringan yang meradang akan
diisi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat
menghilang (Ardiansyah, 2012).
5. Pathway

6. Manifestasi Klinik
1) Gastritis Akut
a. Muntah kadang disertai darah
b. Nyeri epigastrum
c. Nauesa dan rasa ingin vomitus
2) Gastritis Kronik
a. Sebagian asimtomatik
b. Nyeri ulu hati
c. Anoreksia
d. Naunesa
e. Nyeri seperti ulkus peptik
f. Anemia
g. Nyeri teka epigastrum
h. Cairan lambung terganggu
i. Aklorhidria
7. Komplikasi
1) Gastritis Akut
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematemesis
dan melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik
b. Terjadi ulkus hebat
c. Jarang terjadi perforasi
2) Gastritis Kronik
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas
b. Ulkus
c. Perforasi
d. Anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12
e. Penyimpitan daerah antrum pilorus
f. Dihubungkan dengan ca lambung
8. Pentalaksanaan
1) Terapi non farmakologi untuk penyakit gastritis yaitu ada
kompres hangat dan relaksasi nafas dalam, guna membantu
mengurangi rasa nyeri.
2) Modifikasi diet klien, yaitu diet makan lunak yang diberikan
dalam porsi sedikit tapi lebih sering, untuk menetralisir alkali,
disarankan minum jus lemo encer atau cuka encer dan
menghindari alcohol.
3) Obat herbal dari tumbuh-tumbuhan maupun hewani seperti jamu
kunyit.
4) Terapi komplementer (akupresure) juga dpat mengurangi gejala
gastritis dan menghindari stress dengan cara rutin melakukan
olahraga serta hidup sehat.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang atau diagnostik pada pasien dengan
gastritis meliputi gastroskopi, untuk mengetahui kemungkinan
perdarahan (hemoragi) pada lambung, erosi atau ulser gaster, perforasi
lambung. Selain itu, pemeriksaan mungkin meliputi ketidak
seimbangan elektrolit, pre-syok atau syok (Ida. 2018).
B. Asuhan Keperawatan Gerontik Secara Teori
1. Pengkajian
1) Data umum pasien
a. Identitas pasien : Identitas yang dikaji meliputi : Nama, Umur,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Alamat, Pekerjaan (orang yang
terkena penyakit gastritis biasanya terjadi pada usia 60 tahun
keatas karena mengkomsumsi obat-obatan, mengkomsumsi
makanan berlemak secara berlebihan, kegemukan, dan
kebiasaan merokok)
b. Jenis Kelamin : Menurut jenis kelaminnya laki-laki dan
perempuan saa mempunyai potensi menderita gastritis
c. Pendidikan : Pendidikan sangat mempengaruhi tingkat
pengetahuan pasien. Dengan minimnya pengetahuan, maka
lansia tidak terlalu memperhatikan bahaya gartritis
2) Keluhan Utama
Biasanya keluhan utama yang dirasakan oleh klien gastritis yaitu
nyeri pada area ulu hati, mual, muntah, nafsu makan menurun,
perut kembung, perut cepat begah sendawa berlebihan (Sukarmin,
2013).
3) Riwayat Kesehatan yang Lalu
Penderita penyakit gastritis ini memiliki riwayat penggunaan obat
tertentu seperti aspirin yang dikonsumsi dalam jangaka waktu yang
panjang (>3 bulan). Biasanya juga ditemukan pada klie dengan
pola makan tidak teratur (Sukarmin,2013).
4) Riwayat Keluarga
Keluarga apakah memiliki penyakit seperti asma, hipertensi,
diabetes milletus, tetapi gastritis bukanlah penyakit keturunan.
5) Prilaku yang mempengaruhi Kesehatan
Pola makan tidak teratur dan malas untuk makan

6) Persepsi pasien terhadap penyakit


Kebayankan lansia malas untuk makan karena lansia ingin selalu
beristirahat dan merasa kesepian jika tidak ada yang menemaninya
makan, perilaku inilah yang menimbulkan penyakit gastritis itu
terjadi.
7) Short Portabel Mental Status Quiestionaire (SPMSQ)

No Benar Salah Pertanyaan


1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Tahun beraa sekarang?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir?
7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
8 Tahun berapa Indonesia merdeka?
9 Siapa nama ibu anda?
10 Mengurutkan angka dari 10 kebawah?
Jumlah

Intruksi :
a) Ajukan pertanyaan pada 1-10 pada daftaer diatas dan catatlah
semua jawaban
b) Catat jumlah total kesalahan berdasarkan 10 pertanyaan
c) Lingkari huruf dibawah sesuai dengan kondisi klien
- Salah 0-3 : Intelektual yang utuh
- Salah 4-5 : Kerusakan intelektual ringan
- Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
- Salah 10 : Kerusakan intelektual berat

8) Indeks KATZ (Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan


Sehari-hari)

Skor Kriteria
e
A Mandiri dalam makan, kontienensia (BAK/BAB), ke
toilet, menggunakan pakaian, berpindah dan mandi
B Mandiri, semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi
diatas
C Mandiri, kecuali mandi dan satu fungsi yang lain
D Mandiri, kecuali berpakaian, mandi dan satu fungsi yang
lain
E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ketoilet, dan satu
fungsi yang lain
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah,
dan satu fungsi yang lain
G Ketergantungan untuk semua fungsi
H Lain-lain : ketergantungan pada sedikitnya 2 fungsi tapi
tidak diklarifikasikan sebagai C,D,A, atau F
Lingkari huruf sesuai dengan kondisi klien
9) Nutrisi
Pada penderita gastritis seringkali mengalami gangguan nutrisi
karena penderita enggan untuk mengatur pola makan.
(Amalia,2012)
10) Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernafasan
a) Inspeksi: Tidak ada sesak, tidak ada retraksi otot bantu
nafas, paru paru kehilangan elastisitas, kemampuan untuk
batuk berkurang.
b) Palpasi: viocal permitus melihat getaran apakah kanan kiri
sama.
c) Perkusi: sonor
d) Aauskultasi: bunyi nafas vesikuler (Aspiani,2014)

b. Kardiovaskuler
a) Inspeksi: dada simetris, tidak ada pembengkakan, tidak
ada sianosis.
b) Palpasi: tidak ada nyeri tekan, CRT<2detik
c) Perkusi: pekak
d) Auskultasi: bunyi jantung normal tidak ada bunyi jantung
tambahan
Pada lansia katub jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahunnya, kehialangan elastisitas pembuluh darah.
(Aspiani,2014).
c. Sistem Syaraf
Saat usia lansia penurunan jumlah sel pada otak yang
mengakibatkan penurunan reflek dan penurunan kognitif.
Respon melambat, hubungan antara sel syaraf menurun,
penurunan berat otak 10-20%, mengecilnya syaraf penciuman
dan perasa, lebih sensitif pada suhu, kurang sensitif pada
sentuhan. (Kemenkes,2016).
d. Perkemihan
Lansia umumnya mengalami inkontinensia urin, produksi urin
menurun karena asupan cairan menurun, pada kasus tertentu
mengalami proteinuria dan BUN meningkat sampai 21% mg,
dan peningkatan ambang batas ginjal pada glukosa
(Aspiani,2014).
e. Pencernaan
Pada lansia akan mengalami apenurunan produksi asam
lambung sehingga menurunkan rasa lapar dan menurunkan
nafsu makan, serta lemahnya fungsi peristaltik usus
(Kemenkes,2016).
Pada lansia ditemukan data:
a) Inspeksi: abdomen simetris, terjadi mual muntah
b) Palpasi: abdomen teraba tegang, terdapat nyeri tekan
pada abdomen sebelah kiri
c) Perkusi: hipertimpanI
d) Auskultasi: bising usus hiperaktif. (La Ode,2012)
f. Muskuluskeletal
Kekuatan tulang dan massa otot lansia mengalami penurunan
akibat penurunan suplai darah pada sistem tersebut. Tulang
menjadi rapuh, menipis, dan memendek, kifosis, persendian
kaku dan membesar, tendon menjadi berkerut sehingga
mengalami scelerosis, atropi pada serabut otot
sehingga gerakan menjadi lambat, otot mudah tremor dan
kram.
(Aspiani,2014)
g. Sistem Penginderaan
a) Mata
Perubahan mata pada lansia yakni kekendoran pada
kelopak mata, kerutan dan lipatan kulit yang berlebihan
pada lansia disebabkan pada palpebra mengalami suatu
atropi. Mata terasa Lelah dan kabur, perubahan kornea
pada lansia terjadi arcus senilis yaitu kelainan beberapa
infiltrasi lemak berwarna keputihan berbentuk cincin
dibagian tepi kornea. Perubahan pada pupil yaitu terjadi
penurunan kemampuan akomodasi (Tanton,2016).
b) Telinga
Secara umum biasanya terjadi pada lansia perubahan
pendengaran karena hilangnya pendengaran terutama
pada nada/suara yang tinggi dan suara yang tidak jelas
atau sulit dimengerti (Aspiani,2014)
c) Hidung
- Inspeksi: Hidung terlihat simetris, tidak ada
gangguan pada indra pendciuman, tidak ada
pernafasan cuping hidung dan tidak sianosis
(Sukarmin,2013)
h. Sistem Endokrin
Lansia mengalami produksi hormone paratroid yang menurun
yang dapat menurunkan kadar kalsium sehingga dapar terjadi
osteoporosis. (Aspiani,2014)
2. Analisa Data
Analisa data yakni kemampuan dalam mengembangkan daya
berfikir yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan
pengetahuan, teori dan prinsip yang akurat guna untuk membuat
kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
pasien. (Nurhasanah, 2013).
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yaitu masalah yang dialami oleh pasien.
Diagnosa keperawatan dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Masalah yang ditemukan akan ditetapkan sebagai diagnosis
keperawatan yang memberikan suatu gambaran tentang masalah
yang dihadapi pasien (Iqbal dkk, 2011)
Menurut SDKI (2016) diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien Gastritis adalah:
1) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi.
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
(keengganan untuk makan )
4. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi


keperawatan
Defisit Setelah dilakukan intervensi 3x Edukasi Proses Penyakit (I.12444)
pengetahuan kunjungan makan diharapkan Observasi
berhubungan tingkat pengetahuan meningkat 1) Identifikasi kesiapan dan
dengan dengan kriteria hasil : kemampuan menerima
kurangnya Tingkat pengetahuan (L.12111) informasi
terpapar 1) Perilaku sesuai anjuran Teraupetik
informasi meningkat 1) Sediakan materi dan media
2) Verbalisasi minat dalam pendidikan keehatan
belajar meningkat 2) Jadwalkan pendidikan kesehatan
3) Kemampuan sesuai kesepakatan
menggambarkan 3) Berikan kesempatan untuk
pengalaman sebelumnya bertanya
yang sesuai dengan topik Edukasi
meningkat 1) Jelaskan penyebab dan faktor
4) Prilaku sesuai dengan risiko penyakit
pengetahuan meningkat 2) Jelaskan proses patofisiologi
5) Pertanyaan tentang munculnya penyakit
masalah yang dihadapi 3) Jelaskan tanda dan gejala
menurun timbulkan oleh penyakit
6) Persepsi yang keliru 4) Jelaskan kemungkinan
terhadap maalah menurun terjadinya komplikasi
5) Ajarkan cara meredakan atau
mengatasi gejala yang
dirasakan
6) Ajarkan cara meminimalkan
efek samping dari intervensi
atau pengobatan
7) Kondisikan kondisi klien saat
ini
Defisit nutrisi Edukasi Diet (I.12369)
berhubungan Observasi
dengan faktor 1) Identifikasi kemampuan pasien
psikologis dan keluarga menerima
(keengganan informasi
untuk makan) 2) Identifikasi tingkat pengetahuan
saat ini
3) Identifikasi kebiasaan pola
makan saat ini dan masa lalu
4) Identifikasi persepsi pasien dan
keluarga tentang diet yang
diprogramkan
5) Identifikasi keterbtasan finansial
untuk menyediakan makanan
Teraupetik
1) Persiapkan materi, media, dan
alat peraga
2) Jadwalkan waktu yang tepat
untuk memberikan pendidikan
kesehatan
3) Berikan kesempatan pasien dan
keluarga untuk bertanya
4) Sediakan reancana mkan, jika
perlu
Edukasi
1) Jelaskan tujuan kepatuhan diet
terhada keehatan
2) Informasikan makanan yang
diperbolehkan dan dilarang
3) Infomasikan kemungkinan
interaksi obat dan makanan, jika
perlu
4) Anjurkan mempertahankan
posisi semi fowler (30-45
derajat) 20-30 menit setelah
makan
5) Anjurka mengganti bahan
makanan sesuai dengan diet
yang di program
6) Anjurkan melalukan olahraga
sesuai dengan toleransi
7) Ajarkan cara membaca label dan
memilih makanan yang sesuai
8) Ajarkan cara merencananakan
makanan yang sesuai program
9) Rekomendasi resep makanan
yang sesuai dengan diet, jika
perlu

5. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi yaitu tindakan yang dilaksanakan
untuk mencapai suatu tujuan pada perencanaan tindakan yang telah
disusun pada setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dan
dicatat dalam pencatatan keperawatan terhadap penderita berlanjut.
Prinsip dalam melaksanakan tindakan keperawatan dengan cara
pendekatan pada penderita efektif, teknik komunikasi teraupetik
serta beberapa penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan
kepada klien.Setiap melakukan tindakan keperawatan dapat
dilakukan tiga tahapan yaitu : dependen, independen, dan
interdependen. Dependen merupakan suatu tindakan secara medis.
Interdependen, Independen yakni tindakan yang dilakukan oleh
perawat tanpa petunjuk maupun perintah dokter atau tenaga
kesehatan yang lainnya, Interdependen yaitu suatu tindakan
menjelaskan kegiatan apa saja yang memerlukan kerja sama antar
tenaga kesehatan lainnya contohnya adalah ahli gizi, dokter, dan
tenaga social. Keterampilan yang harus dimiliki perawat untuk
melaksanakan tindakan keperawatan yakni: kognitif dan sikap
psikomotor (potter&perry, 2011).

6. Evaluasi
Tahap akhir proses keperawatan dengan perbandingan sistematis
dan terencana dari hasil akhir yang sudah diamati serta tahap
perencanaan yang dibuat tujuan/kriteria hasil Aasmadi,2008).
Tujuan evaluasi untuk melihat apakah kemampuan penderita dalam
mencapai tujuan. Dengan ini bisa terlaksana apabila hubungan
penderita yang berdasarkan tindakan keperawatan yang telah
diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan.
BABB III
PENUTUPAN
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y, (2014). Buku ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans


Info Media.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2011). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur. Surabaya: Dinkes Jatim.
Diyono, Sri Mulyanti, (2013). Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Pencernaan
Jakarta: Kencana.
Kemenkes RI, (2016). Situasi Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia. Jakarta: Kemenkes
RI.
Kurnia, Rahmi Gustin, (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Gastritis pada Pasien yang Berobat Jalan Bukit Tinggi Tahun 2011.
Muttaqin, A, & Sari, K. (2013). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Putra, M.M, (2012). Asuhan Keperawatan Gastritis. Diakses http://
respiratory.unair.ac.id/97561/4/4.%20BAB%201%20 PENDAHULUAN.pdf pada 13
Januari 2021 pukul 21.45.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2021). Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Ratih, & Made Desi, N. L. (2019). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Sectio
Caesarea Dengan Nyeri Akut Di Ruang Drupadi RSUD Sanjiwani Gianyar Tahun 2019
Diploma thesis, Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan.
Denpasar.
Rizky, Kepel, & Kiling. (2019). Hubungan Penanganan Awal Gastritis dengan Skala
Nyeri Pasien UGD RS GMM Betheda. 17, 15.
Rusdi, & Dermawan. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Ratu, A R, & Adwan, G. M, (2013). Penyakit Hati, Lambung, Usus dan Ambeien.
Yogyakarta: Nurha Medikas.
Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Sukarmin. (2013). Keperawatan pada Sistem Pencernaan Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai