HALUSINASI
1) Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon
adaptif:
a) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarahkan pada kenyataan.
b) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
d) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
e) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan (Awaluddin, 2019).
2) Respon Psikososial
Respon psikososial meliputi:
a) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
b) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
c) Emosi berlebihan atau berkurang.
d) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
e) Menarik diri adalah pecobaan untuk menghidari interakasi dengan orang
lain (Awaluddin, 2019).
3) Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun
respon maladaptif meliputi:
a) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
b) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
c) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
d) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
e) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai sesuatu kecelakaan
yang negatif mengancam (Awaluddin, 2019).
d. Klasifikasi
Menurut Setyani (2019), Jenis-jenis halusinasi adalah sebagai berikut :
1) Halusinasi pendengaran (auditory)
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, mentertawakan,
mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang-kadang hal
yang berbahaya). Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga pada
sumber suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup
telinga, mulut komat-kamit, dan ada gerakan tangan.
2) Halusinasi penglihatan (visual)
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar, orang atau
panorama yang luas dan kompleks, bisa yang menyenangkan atau
menakutkan. Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat tertentu,
menunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada objek yang dilihat.
3) Halusinasi penciuman (olfactory)
Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan, seperti bau darah,
urine atau feses atau bau harum seperti parfum. Perilaku yang muncul adalah
ekspresi wajah seperti mencium dengan gerakan cuping hidung, mengarahkan
hidung pada tempat tertentu, menutup hidung.
4) Halusinasi pengecapan (gustatory)
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan, seperti rasa
darah, urine atau feses. Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap, mulut
seperti gerakan mengunyah sesuatu, sering meludah, muntah.
5) Halusinasi perabaan (taktil)
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti
merasakan sensasi listrik dari tanah, benda mati atau orang. Merasakan ada
yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil dan makhluk halus.
Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau meraba-raba
permukaan kulit, terlihat menggerakkan badan seperti merasakan sesuatu
rabaan.
6) Halusinasi sinestetik
Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,
makanan dicerna atau pembentukan urine, perasaan tubuhnya melayang di atas
permukaan bumi. Perilaku yang muncul adalah klien terlihat menatap
tubuhnya sendiri dan terlihat seperti merasakan sesuatu yang aneh tentang
tubuhnya.
e. Manifestasi klinis
Klien pada halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku pada pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara
sendiri, secara tiba-tiba marah dan menyerang orang lain, gelisah atau melakukan
gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Adapun ciri – ciri khususnya antara
lain;
1) Halusinasi Pendengaran :
Berbicara sendiri atau tertawa sendiri, marah- marah tanpa sebab, menutup
telinga, mendengar suara atau kegaduhan, mendengarkan suara yang
bercakap-cakap, mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya.
2) Halusinasi Penglihatan :
Melihat bangunan, melihat hantu, menunjuk- nunjuk kearah tertentu,
ketakutan terhadap sesuatu yang berbahaya.
3) Halusinasi Penghidungan :
Membaui bau-bau seperti darah, urine, feses (kadang-kadang bau itu
menyenangkan), menghidung seperti sedang membaui tertentu, menutup
hidung.
4) Halusinasi Pengecap :
Merasakan rasa seperti darah, urine yang sering ingin meludah, muntah.
5) Halusinasi Perabaan :
Mengatakan adanya serangan dipermukaan kulit, merasa tersengat listrik,
menggaruk-garuk permukaan kulit (Puspita, 2020).
f. Pohon masalah
Sindrom defisit
Perubahan sensori perawatan diri :
Masalah
persepsi : halusinasi mandi/ kebersihan,
utama pendengaran berpakaian/berhias
Isolasi Sosial :
Menarik diri
Penyebab
TUK 3 : Klien dapat Setelah ... x interaksi 1. Identifikasi bersama klien 1. Upaya untuk
mengontrol halusinasinya pasien diharapkan: cara tindakan yang memutuskan
Kriteria Hasil : dilakukan jika terjadi halusinasi sehingga
1. Klien dapat halusinasi tidak berlanjut.
menyebutkan tindakan 2. Diskusikan manfaat cara 2. Reinforcement positif
yang biasa dilakukan yang akan dilakukan klien, akan meningkatkan
untuk mengendalikan jika bermanfaat beri pujian. harga diri klien.
halusinasinya. 3. Diskusikan cara baru untuk 3. Memberikan
memutus atau mengontrol alternative pilihan
halusinansi : bagi klien
a. Katakan “ Saya tidak mau mengontrol
dengar kamu” ( pada saat halusinasi
halusinasi terjadi )
b. Menemui orang lain untuk
2. Klien dapat
bercakap-cakap atau
menyebutkan cara baru
mengatakan halusinasi yang
3. Klien dapat memilih
terdengar
cara mengatasi
c. Membuat jadwal kegiatan
halusinasi seperti yang
sehari-hari agar halusinasi
telah didiskusikan
tidak muncul
dengan klien.
d. Minta keluarga/ teman/
perawat jika nampak bicara
sendiri.
e. Bantu klien memilih dan
melatih cara memutuskan
halusinasi secara bertahap.
TUK 4 : Klien dapat Setelah ... x interaksi 1. Diskusikan dengan keluarga 1. Untuk mengetahui
dukungan dari keluarga pasien diharapkan: a. Gejala halusinasi yang pengetahuan
dalam mengontrol halusinasi Kriterian Hasil : dialami klien keluarga dan
Keluarga dapat b. Cara yang dapat meningkatkan
menyebutkan pengertian, dilakukan klien dan kemampuan
tanda dan kegiatan untuk keluarga untuk memutus pengetahuan tentang
mengendalikan halusinasi halusinasi halusinasi
c. Cara merawat anggota
keluarga untuk memutus
halusinasi di rumah, beri
kegiatan, jangan biarkan
sendiri, makan bersama,
berpergian bersama.
d. Beri informasi waktu
follow up atau kapan
perlu mendapat bantuan
halusinasi terkontrol dan
risiko mencederai orang
lain.
TUK 5: Setelah ... x interaksi 1. Diskusikan dengan klien 1. Dengan menyebutkan
Klien dapat memanfaatkan pasien diharapkan: dan keluaraga tentang dosis, frekuensi dan
obat dengan benar Kriteria Evaluasi : dosis, frekuensi, manfaat manfaat obat.
1. Klien dapat obat
menyebutkan manfaat, 2. Anjurkan klien minta 2. Diharapkan klien
dosis, dan efek sendiri obat pada perawat melaksanakan
samping obat dan merasakan program pengobatan.
2. Klien dapat manfaatnya
mendemonstrasikan 3. Anjurkan klien bicara
penggunaan obat dengan dokter tentang 3. Menilai kemampuan
secara benar manfaat dan efek samping klien dalam
3. Klien dapat informasi obat yang dirasakan pengobatannya
tentang efek samping 4. Diskusikan akibat berhenti sendiri.
obat minum obat tanpa 4. Dengan mengetahui
4. Klien dapat memahami konsultasi efek samping obat
akibat berhenti minum 5. Bantu klien menggunakan klien akan tahu apa
obat obat dengan prinsip benar yang harus dilakukan
5. Klien dapat setelah minum obat
menyebutkan prinsip 5 5. Dengan mengetahui
benar penggunaan obat prinsip penggunaan
obat, maka
kemandirian klien
untuk pengobatan
dapat ditingkatkan
secara bertahap.
d. Implementasi
SP PASIEN SP KELUARGA
SP1 : SP 1:
a. Bina hubungan saling percaya dengan a. Identifikasi masalah keluarga dalam merawat
mengungkapkan prinsip komunikasi pasien.
- Sapa klien dengan ramah b. Jelaskan tentang halusinasi :
- Perkenalkan diri dengan sopan - Pengertian halusinasi.
- Jelaskan tujuan pertemuan - Jenis halusinasi yang dialami pasien.
- Jujur dan menepati janji - Tanda dan gejala halusinasi.
b. Bantu pasien mengenal halusinasi (isi, - Cara merawat pasien halusinasi (cara
waktu terjadinya, frekuensi, situasi berkomunikasi, pemberian obat &
pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi. pemberian aktivitas kepada pasien).
c. Latih mengontrol halusinasi dengan cara - Sumber-sumber pelayanan kesehatan
menghardik. yang bisa dijangkau.
Tahapan tindakannya meliputi : - Bermain peran cara merawat.
- Jelaskan cara menghardik halusinasi. - Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal
- Peragakan cara menghardik keluarga untuk merawat pasien
- Minta pasien memperagakan ulang.
- Pantau penerapan cara ini, beri
penguatan perilaku pasien
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 2: SP 2
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1) a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
b. Latih berbicara / bercakap dengan orang b. Latih keluarga merawat pasien.
lain saat halusinasi muncul c. RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien merawat pasien
SP 3: SP 3
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2). a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 2)
b. Latih kegiatan agar halusinasi tidak b. Latih keluarga merawat pasien.
muncul. c. RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
Tahapannya : merawat pasien
- Jelaskan pentingnya aktivitas yang
teratur untuk mengatasi halusinasi
- Diskusikan aktivitas yang biasa
dilakukan oleh pasien.
- Latih pasien melakukan aktivitas.
- Susun jadwal aktivitas sehari-hari
sesuai dengan aktivitas yang telah
dilatih (dari bangun pagi sampai tidur
malam)
a. Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan,
berikan penguatan terhadap perilaku
pasien yang (+)
SP 4: SP 4
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,2 & 3) a. Evaluasi kemampuan keluarga.
b. Tanyakan program pengobatan. b. Evaluasi kemampuan pasien.
c. Jelaskan pentingnya penggunaan obat c. RTL Keluarga:
pada gangguan jiwa - Follow Up
d. Jelaskan akibat bila tidak digunakan - Rujukan
sesuai program
e. Jelaskan akibat bila putus obat.
f. Jelaskan cara mendapatkan obat/ berobat.
g. Jelaskan pengobatan (5B).
h. Latih pasien minum obat
a. Masukkan dalam jadwal harian pasien
e. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi
proses atau pormatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan,
evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara
respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan (Direja,
2011).
Menurut Damaiyanti (2012), evaluasi dilakukan sesuai TUK pada
perubahan persepsi sensori : halusinasi yaitu :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenali halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
d. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mrngontrol halusinasi
e. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
DAFTAR PUSTAKA