Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

1. KONSEP DASAR PENYAKIT


a. Definisi
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Rachmwati,
2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengarkan suara
padahal tidak ada yang berbicara (Novianti, 2019).
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien
mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada (Funan, 2019).
b. Etiologi
1) Faktor predisposisi klien dengan halusinasi :
a) Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentah terhadap stress.
b) Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c) Faktor biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stres
yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stres
berkepanjangan jangan menyebabkan teraktivitasnya neurotransmitter otak.
d) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam hayal.
e) Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini (Setyani, 2019).
2) Faktor presipitasi
a) Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, bingung, perilaku menarik diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan yang nyata dan tidak nyata (Setyani, 2019).
c. Rentang respon halusinasi terjadinya masalah (respon adaptif dan
maladaptif)

Rentang respon neurobiologis (Stuart dan Sundeen, 2013) :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

- Pikiran logis - Distorsi pikiran - Gangguan


- Persepsi akurat - Ilusi pikir/delusi
- Emosi konsisten - Reaksi emosi - Halusinasi
dengan berlebihan atau - Sulit berespon
pengalaman kurang emosi
- Perilaku sesuai - Perilaku - Perilaku
- Berhubungan aneh/tidak biasa disorganisasi
sosial - Menarik diri - Isolasi sosial

1) Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon
adaptif:
a) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarahkan pada kenyataan.
b) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
d) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
e) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan (Awaluddin, 2019).
2) Respon Psikososial
Respon psikososial meliputi:
a) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
b) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
c) Emosi berlebihan atau berkurang.
d) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
e) Menarik diri adalah pecobaan untuk menghidari interakasi dengan orang
lain (Awaluddin, 2019).
3) Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun
respon maladaptif meliputi:
a) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
b) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
c) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
d) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
e) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai sesuatu kecelakaan
yang negatif mengancam (Awaluddin, 2019).
d. Klasifikasi
Menurut Setyani (2019), Jenis-jenis halusinasi adalah sebagai berikut :
1) Halusinasi pendengaran (auditory)
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, mentertawakan,
mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang-kadang hal
yang berbahaya). Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga pada
sumber suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup
telinga, mulut komat-kamit, dan ada gerakan tangan.
2) Halusinasi penglihatan (visual)
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar, orang atau
panorama yang luas dan kompleks, bisa yang menyenangkan atau
menakutkan. Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat tertentu,
menunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada objek yang dilihat.
3) Halusinasi penciuman (olfactory)
Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan, seperti bau darah,
urine atau feses atau bau harum seperti parfum. Perilaku yang muncul adalah
ekspresi wajah seperti mencium dengan gerakan cuping hidung, mengarahkan
hidung pada tempat tertentu, menutup hidung.
4) Halusinasi pengecapan (gustatory)
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan, seperti rasa
darah, urine atau feses. Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap, mulut
seperti gerakan mengunyah sesuatu, sering meludah, muntah.
5) Halusinasi perabaan (taktil)
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti
merasakan sensasi listrik dari tanah, benda mati atau orang. Merasakan ada
yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil dan makhluk halus.
Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau meraba-raba
permukaan kulit, terlihat menggerakkan badan seperti merasakan sesuatu
rabaan.
6) Halusinasi sinestetik
Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,
makanan dicerna atau pembentukan urine, perasaan tubuhnya melayang di atas
permukaan bumi. Perilaku yang muncul adalah klien terlihat menatap
tubuhnya sendiri dan terlihat seperti merasakan sesuatu yang aneh tentang
tubuhnya.
e. Manifestasi klinis
Klien pada halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku pada pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara
sendiri, secara tiba-tiba marah dan menyerang orang lain, gelisah atau melakukan
gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Adapun ciri – ciri khususnya antara
lain;
1) Halusinasi Pendengaran :
Berbicara sendiri atau tertawa sendiri, marah- marah tanpa sebab, menutup
telinga, mendengar suara atau kegaduhan, mendengarkan suara yang
bercakap-cakap, mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya.
2) Halusinasi Penglihatan :
Melihat bangunan, melihat hantu, menunjuk- nunjuk kearah tertentu,
ketakutan terhadap sesuatu yang berbahaya.
3) Halusinasi Penghidungan :
Membaui bau-bau seperti darah, urine, feses (kadang-kadang bau itu
menyenangkan), menghidung seperti sedang membaui tertentu, menutup
hidung.
4) Halusinasi Pengecap :
Merasakan rasa seperti darah, urine yang sering ingin meludah, muntah.
5) Halusinasi Perabaan :
Mengatakan adanya serangan dipermukaan kulit, merasa tersengat listrik,
menggaruk-garuk permukaan kulit (Puspita, 2020).
f. Pohon masalah

Akibat Risiko Perilaku


Kekerasan

Sindrom defisit
Perubahan sensori perawatan diri :
Masalah
persepsi : halusinasi mandi/ kebersihan,
utama pendengaran berpakaian/berhias

Isolasi Sosial :
Menarik diri
Penyebab

Harga diri rendah

g. Penatalaksanaan ( terapi psikofarmaka dan terapi keperawatan)


1) Farmakoterapi
Obat-obatan untuk terapi halusinasi berupa antipsikotik, haloperidol, dan
lain-lain.
2) Terapi psikososial
Karakteristikdari halusinasi adalah rusaknya kemampuan untuk
membentuk dan mempertahankan hubungan sesama manusia, maka intervensi
utama difokuskan untuk membantu klien memasuki dan mempertahankan
sosialisasi yang penuh arti dalam kemampuan klien. Alternatif yang dapat
dipilih antaraa lain;
a) Terapi modalitas
Semua sumber daya di rumah sakit disarankan untuk menggunakan
komunikasi yang terapeutik, termasuk semua (staf administrasi, pembantu
kesehatan, mahasiswa, dan petugas instalasi).
b) Terapi kelompok
Terapi kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada klien
bersam- sama dengan jalan aukusi yang diarahkan oleh seseorang yang
tertatih.
c) Terapi keluarga
Tujuan dari terapi keluarga :
 Menurunkan konflik kecemasan
 Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-
masing keluarga
 Meningkatkan pertanyaan kritis
 Menggambarkan hubungan peran yang sesuai dengan tumbuh
kembang. Perawat membekali keluarga dengan pendidikan tentang
kondisi klien dan kepedulian pada situasi keluarga (Puspita, 2020).

2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


a. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Hal yang perlu di kaji yaitu;
1) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal dirawat,
nomor rekam medis.
2) Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ biasanya klien sering berbicara sendiri,
mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting
peralatan dirumah, menarik diri.
3) Faktor Predisposisi
a) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam
pengobatan
b) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga
c) Klien dengan gangguan orientasi bersifat heriditer
d) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mengganggu.
4) Psikososisal
a) Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami
kelainan
b) Konsep diri
- Gambaran diri
Klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian tubuh
yang disukai dan tidak disukai.
- Identitas diri
Klien biasanya mampu menilai identitasnya
- Peran diri
Klien menyadari peran sebelum sakit saat dirawat peran klien terganggu
- Ideal diri
Tidak menilai diri
- Harga diri
Klien memiliki harga diri yang rendah sehubungan dengan sakitnya.
c) Hubungan Sosial Klien
Kurang dihargai di lingkungan dan keluarga
d) Spiritual
- Nilai dan keyakinan
Biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai dengan norma
agama dan budaya.
- Kegiatan ibadah
Klien biasanya mnjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit
ibadah terganggu atau sangat berlebihan.
e) Status Mental
- Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan
berubah dari biasanya.
- Pembicaraan
Tidak terorganisisr dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan, tidak
logis, berbelit-belit.
- Aktivitas motorik
Meningkat atau menurun, impulsif, katatonik, dan beberapa gerakan
yang abnormnal.
- Alam perasaan
Berubah suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi,
misalnya sedih dan putus asa disertai apatis.
- Afek
Afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen
- Interaksi selama wawancara.
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak komat-
kamit, tertawa sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan.
- Persepsi Halusinasi
Halusinasi apa yang terjadi dengan klien dan data yang terkait tntang
halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menarik
diri dan menghindar dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata atau
tidak nyata, tidak dapat memusatkan perhatian, curiga,bermusuhan,
merusak, takut, ekspresi muka tegang, dan mudah tersinggung.
- Proses pikir
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan
logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit.Ketidakmampuan klien
ini sering membuat lingkungan takut dan merasa aneh terhadap klien.
- Isi pikir
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal
dan eksternal melalui proses informasi dapat menimbulkan waham.
- Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan
waktu.
- Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka
pendek.Mudah lupa, klien kurang mampu menjalani peraturan yang telah
disepakati, tidak mudah tertarik.Klien berulang kali menanyakan waktu,
menanyakan apakah tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi
untuk satu hal.
- Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan mengorganisasi dan konsentrasi terhadap realitas eksternal,
sukar menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau
pekerjaan yang mudah mengalihkan perhatian, mengalami masalah
dalam memberikan perhatian.
- Kemampuan penilaian
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan, menilai
dan mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu melaksanakan
keputusan yang telah disepakati.
- Daya tilik diri
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan.Menilai
dan mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap lingkungan dan
stimulus, membuat rencana termasuk memutuskan, melaksanakan
keputusan, merasakan kehidupan sangat sulit, situasi ini sering
mempengaruhi motivasi dan inisiatif klien.
b. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori : halusinasi
c. Rencana tindakan keperawatan

Hari/Tgl/ Diagnosa Perencanaan


Rasional
Jam Keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Gangguan persepsi TUM : Setelah ... x interaksi 1. Sapa klien dengan nama Hubungan saling percaya
sensori : Klien dapat mengontrol pasien diharapkan: baik verbal maupun non merupakan dasar untuk
Halusinasi halusinasi yang dialaminya. Kriteria Evaluasi : verbal kelancaran hubungan
TUK 1 : 1. Ekspresi wajah 2. Perkenalkan diri dengan interaksi selanjutnya
Pasien dapat membina bersahabat sopan
hubungan saling percaya 2. Menunjukan rasa senang 3. Tanyakan nama lengkap
3. Ada kontak mata klien dan nama panggilan
4. Mau berjabat tangan, yang disukai klien
mau menyebut nama, 4. Jelaskan tujuan pertemuan
mau menjawab salam 5. Jujur dan menepati janji
5. Mau duduk 6. Tunjukan sikap empati dan
berdampingan dengan menerima klien apa adanya
perawat 7. Berikan perhatian kepada
6. Mau mengutarakan klien
masalah yang dihadapi.
TUK 2 : Setelah ... x interaksi 1. Adakah kontak sering dan 1. Kontak sering tapi
Klien mengenal singkat secara bertahap singkat selain
halusinasinya pasien diharapkan: membina hubungan
Kriteria Evaluasi : saling percaya, juga
1. Klien dapat dapat memutuskan
menyebutkan waktu, halusinasi
isi, frekuensi timbulnya 2. Observasi tingkah laku klien 2. Mengenal perilaku
halusinasi terkait dengan halusinasinya; pada saat halusinasi
2. Klien dapat bicara dan tertawa terhadap timbul memudahkan
mengungkapkan peran stimulus, memandang ke kiri perawat dalam
terhadap halusinasi. atau ke kanan atau ke dean melakukan intervensi
seolah-olah ada teman bicara
3. Bantu klien mengenal 3. Mengenal halusinasi
halusinasinya. memungkinkan klien
untuk menghindarkan
factor pencetus
timbulnya halusinasi

4. Diskusikan dengan klien 4. Dengan mengetahui


situasi yang menimbulkan waktu, isi, dan
atau tidak menimbulkan frekuensi munculnya
halusinasi , waktu dan halusinasi
frekuensi terjadinya mempermudah
halusinasi tindakan keperawatan
klien yang akan
dilakukan perawat.
5. Diskusikan dengan klien apa 5. Untuk
yang dirasakan jika terjadi mengidentifikasi
halusinasi, beri kesempatan pengaruh halusinasi
mengungkapkan perasaannya klien

TUK 3 : Klien dapat Setelah ... x interaksi 1. Identifikasi bersama klien 1. Upaya untuk
mengontrol halusinasinya pasien diharapkan: cara tindakan yang memutuskan
Kriteria Hasil : dilakukan jika terjadi halusinasi sehingga
1. Klien dapat halusinasi tidak berlanjut.
menyebutkan tindakan 2. Diskusikan manfaat cara 2. Reinforcement positif
yang biasa dilakukan yang akan dilakukan klien, akan meningkatkan
untuk mengendalikan jika bermanfaat beri pujian. harga diri klien.
halusinasinya. 3. Diskusikan cara baru untuk 3. Memberikan
memutus atau mengontrol alternative pilihan
halusinansi : bagi klien
a. Katakan “ Saya tidak mau mengontrol
dengar kamu” ( pada saat halusinasi
halusinasi terjadi )
b. Menemui orang lain untuk
2. Klien dapat
bercakap-cakap atau
menyebutkan cara baru
mengatakan halusinasi yang
3. Klien dapat memilih
terdengar
cara mengatasi
c. Membuat jadwal kegiatan
halusinasi seperti yang
sehari-hari agar halusinasi
telah didiskusikan
tidak muncul
dengan klien.
d. Minta keluarga/ teman/
perawat jika nampak bicara
sendiri.
e. Bantu klien memilih dan
melatih cara memutuskan
halusinasi secara bertahap.
TUK 4 : Klien dapat Setelah ... x interaksi 1. Diskusikan dengan keluarga 1. Untuk mengetahui
dukungan dari keluarga pasien diharapkan: a. Gejala halusinasi yang pengetahuan
dalam mengontrol halusinasi Kriterian Hasil : dialami klien keluarga dan
Keluarga dapat b. Cara yang dapat meningkatkan
menyebutkan pengertian, dilakukan klien dan kemampuan
tanda dan kegiatan untuk keluarga untuk memutus pengetahuan tentang
mengendalikan halusinasi halusinasi halusinasi
c. Cara merawat anggota
keluarga untuk memutus
halusinasi di rumah, beri
kegiatan, jangan biarkan
sendiri, makan bersama,
berpergian bersama.
d. Beri informasi waktu
follow up atau kapan
perlu mendapat bantuan
halusinasi terkontrol dan
risiko mencederai orang
lain.
TUK 5: Setelah ... x interaksi 1. Diskusikan dengan klien 1. Dengan menyebutkan
Klien dapat memanfaatkan pasien diharapkan: dan keluaraga tentang dosis, frekuensi dan
obat dengan benar Kriteria Evaluasi : dosis, frekuensi, manfaat manfaat obat.
1. Klien dapat obat
menyebutkan manfaat, 2. Anjurkan klien minta 2. Diharapkan klien
dosis, dan efek sendiri obat pada perawat melaksanakan
samping obat dan merasakan program pengobatan.
2. Klien dapat manfaatnya
mendemonstrasikan 3. Anjurkan klien bicara
penggunaan obat dengan dokter tentang 3. Menilai kemampuan
secara benar manfaat dan efek samping klien dalam
3. Klien dapat informasi obat yang dirasakan pengobatannya
tentang efek samping 4. Diskusikan akibat berhenti sendiri.
obat minum obat tanpa 4. Dengan mengetahui
4. Klien dapat memahami konsultasi efek samping obat
akibat berhenti minum 5. Bantu klien menggunakan klien akan tahu apa
obat obat dengan prinsip benar yang harus dilakukan
5. Klien dapat setelah minum obat
menyebutkan prinsip 5 5. Dengan mengetahui
benar penggunaan obat prinsip penggunaan
obat, maka
kemandirian klien
untuk pengobatan
dapat ditingkatkan
secara bertahap.
d. Implementasi

SP PASIEN SP KELUARGA
SP1 : SP 1:
a. Bina hubungan saling percaya dengan a. Identifikasi masalah keluarga dalam merawat
mengungkapkan prinsip komunikasi pasien.
- Sapa klien dengan ramah b. Jelaskan tentang halusinasi :
- Perkenalkan diri dengan sopan - Pengertian halusinasi.
- Jelaskan tujuan pertemuan - Jenis halusinasi yang dialami pasien.
- Jujur dan menepati janji - Tanda dan gejala halusinasi.
b. Bantu pasien mengenal halusinasi (isi, - Cara merawat pasien halusinasi (cara
waktu terjadinya, frekuensi, situasi berkomunikasi, pemberian obat &
pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi. pemberian aktivitas kepada pasien).
c. Latih mengontrol halusinasi dengan cara - Sumber-sumber pelayanan kesehatan
menghardik. yang bisa dijangkau.
Tahapan tindakannya meliputi : - Bermain peran cara merawat.
- Jelaskan cara menghardik halusinasi. - Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal
- Peragakan cara menghardik keluarga untuk merawat pasien
- Minta pasien memperagakan ulang.
- Pantau penerapan cara ini, beri
penguatan perilaku pasien
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 2: SP 2
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1) a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
b. Latih berbicara / bercakap dengan orang b. Latih keluarga merawat pasien.
lain saat halusinasi  muncul c. RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien merawat pasien
SP 3: SP 3
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2). a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 2)
b. Latih kegiatan agar halusinasi tidak b. Latih keluarga merawat pasien.
muncul. c. RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
Tahapannya : merawat pasien
- Jelaskan pentingnya aktivitas yang
teratur untuk mengatasi halusinasi
- Diskusikan aktivitas yang biasa
dilakukan oleh pasien.
- Latih pasien melakukan aktivitas.
- Susun jadwal aktivitas sehari-hari
sesuai dengan aktivitas yang telah
dilatih (dari bangun pagi sampai tidur
malam)
a. Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan,
berikan penguatan terhadap perilaku
pasien yang (+)
SP 4: SP 4
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,2 & 3) a. Evaluasi kemampuan keluarga.
b. Tanyakan program pengobatan. b.   Evaluasi kemampuan pasien.
c. Jelaskan pentingnya penggunaan obat c. RTL Keluarga:
pada gangguan jiwa - Follow Up
d. Jelaskan akibat bila tidak digunakan - Rujukan
sesuai program
e. Jelaskan akibat bila putus obat.
f. Jelaskan cara mendapatkan obat/ berobat.
g. Jelaskan pengobatan (5B).
h. Latih pasien minum obat
a. Masukkan dalam jadwal harian pasien
e. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi
proses atau pormatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan,
evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara
respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan (Direja,
2011).
Menurut Damaiyanti (2012), evaluasi dilakukan sesuai TUK pada
perubahan persepsi sensori : halusinasi yaitu :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenali halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
d. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mrngontrol halusinasi
e. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
DAFTAR PUSTAKA

Awaluddin, M. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny “M” Yang


Mengalami Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan Halusinasi
Penglihatan Di Ruangan Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019.
Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT
Refika Aditama

Direja, A. Herman., 2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta :


Nuha Medika

Funan, Y. L. (2019). Asuhan Keperawatan Tn. R.R Dengan Gangguan Persepsi


Sensori (Halusinasi Pendengaran) Dirt : 10, Rw : 05, Kecamatan Oesapa,
Kelurahan Kelapa Lima Kota Kupang.
Novianti, M. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Utama
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Kenestetik Pada Tn. S Dengan
Diagnosa Medis Skizofrenia Afektif Di Ruang Vi Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya.
Puspita, I. A. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.S Dengan Masalah
Utama Halusinasi Pendengaran Dengan Diagnosa Medis Skizofrenia Di
Ruang Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya, 1(1), 1–9.
Rachmwati, A. (2012). Tinjauan Teori Halusinasi. Jurnal Kesehatan, 6(6), 9–33.
Retrieved From Http://Eprints.Poltekkesjogja.Ac.Id/1134/4/4. Chapter 2.Pdf
Rinawati. (2018). Teori Keperawatan Profesional.
Setyani, S. D. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Halusinasi
Pendengaran Terintegrasi Dengan Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas
Juanda Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai