“HIPERBILIRUBIN”
Oleh:
Kelompok 15
Efektifitas Terapi Caring Support Neobil terhadap Perubahan Kadar Bilirubin Serum
Total Hyperbilirubinemia pada Neonatus di Rumah Sakit Dustira Cimahi
ABSTRAK
Pemberian ASI kurang dan lambatnya perawatan terapi cahaya dapat memperberat
akumulasi bilirubin di dalam darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas
terapi caring support NEOBIL terhadap perubahan nilai kadar bilirubin serum total
hyperbilirubinemia fisiologis pada neonatus di Rumah Sakit Dustira Kota Cimahi. Desain
penelitian menggunakan quasi experiment dengan non-equivalent control group design
pret-test post-test. Sampel diambil secara consecutive terbagi menjadi kelompok
intervensi (29 responden) dan kelompok kontrol (29 responden) sesuai dengan kriteria
inklusi. Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi tindakan dan alat
mesin TMS 24i & 50i. Data dianalisa menggunakan paired t-test dan independent t-test.
Hasil menunjukan rata-rata kadar bilirubin serum total setelah pemberian intervensi pada
kelompok intervensi (9,17) sedangkan kelompok kontrol (11,23) antara kedua kelompok
terdapat penurunan yang bermakna (p-value 0,002). Berdasarkan hasil penelitian terapi
caring support NEOBIL lebih efektif secara statistik membantu terapi cahaya
menurunkan nilai kadar bilirubin serum total.
Kata kunci: Bilirubin, Hyperbilirubinemia Fisiologis, Neonatus
Abstract
Less breast feeding and slow treatment of light therapy can strengthen the accumulation
of bilirubin in the blood. The purpose of this research is to know the effectiveness of
caring therapy NEOBIL to change the value of bilirubin levels of serum
hyperbilirubinemia total physiological in neonatal in Dustira Hospital, Cimahi City. The
research design uses a quasi-experiment with a non-equivalent control group design pre-
test post-test. Samples were taken consecutive divided into intervention groups (29
respondents) and control groups (29 respondents) following the criteria of inclusion. The
research instrument used is the action observation sheet and machine tool of TMS 24i &
50i. Data is analyzed using a t-test paired and independent t-test. Results showed average
levels of total serum bilirubin after intervention in the intervention group (9.17) while the
control group (11.23) between the two groups was a meaningful decline (P-value 0.002).
Based on the results of Caring therapy Research support NEOBIL more effectively
statistically help light therapy lowers the value of total serum bilirubin.
Keywords: Bilirubin, Jaundice, Neonates, Physiologic hyperbilirubinemia
30
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083-0840|e-ISSN: 2622-5905
Volume 12, Nomor 1, Juni 2020
kekebalan tubuh tetap sehat. Kondisi ini perubahan bilirubin di kapiler superfisial
dapat merangsang metabolisme agar racun dan jaringan interstitial dengan reaksi
dalam tubuh (Ayuningtyas, 2019). paparan kimia dan oksidasi cahaya
Stimulus touch dalam penelitian ini (American Academy of Pediatrics
menggunakan tehnik petrissage yaitu Subcommittee on Hyperbilirubinemia,
sentuhan lembut dan ringan, dan vibrasi 2004).
(getaran) lembut menjadi pilihan yang Tindakan alih baring dapat membantu
tepat, karena usapan yang panjang dan dalam penurunan bilirubin serum selama
lembut dapat memberikan kesenangan serta terapi cahaya pada neonatus (Ningsih,
kenyamanan bagi bayi dan usapan yang 2017; Wikanthiningtyas & Mulyanti, 2016).
pendek dan sirkuler cenderung lebih
bersifat menstimulasi dengan durasi Berdasarkan latar belakang di atas
sentuhan 3-5 menit. peneliti tertarik untuk mengembangkan
penelitian tentang intervensi keperawatan
Manipulasi sentuhan dengan khususnya dalam melakuan perawatan
pemijatan yang dikombinasikan dengan neonatus dengan hiperbilirubinemia
terapi cahaya lebih efektif dalam penurunan fisiologis, yang sedang menjalani
bilirubin serum neonatus dengan pengobatan terapi cahaya. Peneliti
meningkatkan frekuensi buang air besar bermaksud untuk melakukan penelitian
pada neonatus (Lei et al., 2018; Lin et al., lebih lanjut untuk mengetahui apakah
2015). penggabungan dari ketiga intervensi
Intervensi feeding management keperawatan di atas yang diberi nama
hiperbilirubinemia pada neonatus yang intervensi caring support NEOBIL
mendapatkan terapi cahaya. Salah satu (bounding stimulus touch, feeding
tatalaksana hiperbilirubinemia menurut management dan positioning) dapat lebih
panduan WHO yaitu pemberian ASI sedini efektif mempengaruhi perubahan nilai
mungkin. Kebutuhan cairan akan kadar bilirubin serum total neonatus
meningkat (growth spurt) seiring dengan hiperbilirubinemia fisiologis sebagai
efek dari paparan sinar terapi cahaya, kelompok intervensi dan pemberian terapi
pemberian volume cairan akan ditambah standar rutin di ruangan RS Dustira sebagai
dengan cara perah payudara (power kelompok kontrol atau pembanding.
pumping), asupan makan yang cukup (ASI) METODE
dapat memicu geraka pristaltik usus
sehingga ekskresi bilirubin hasil pemecahan Jenis Penelitian
terapi cahaya dapat segera dikeluarkan Jenis penelitian kuantitatif dengan
(American Academy of Pediatrics analitik quasi eksperimen non-equivalent
Subcommittee on Hyperbilirubinemia, control group design, one group pre-test
2004). post-test control dan one group pre-test
Intervensi ke tiga alih baring post-test intervention. kelompok kontrol
(positioning), berfokus pada tindakan sebagai pembanding berupa perawatan
merubah posisi yang menjalani terapi standar rutin di ruangan dan kelompok
cahaya. Alih baring pasien dilakukan intervensi mendapat perlakuan caring
dengan cara terlentang, miring kanan, support NEOBIL.
miring kiri. Luasnya area tubuh yang Lokasi dan Waktu Penelitian
terpapar sinar fototerapi dipengaruhi oleh
proposionalnya ukuran tubuh yang terpapar Penelitian ini berlokasi di Rumah
sinar. Selain itu, perubahan posisi tubuh Sakit Dustira Kota Cimahi. Penelitian
bayi setiap 2-3 jam dapat memaksimalkan dilaksanakan pada bulan Desember 2019-
area yang terpapar cahaya dari fototerapi. Januari 2020.
Sehingga dapat membantu memaksimalkan
proses
32
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083-0840|e-ISSN: 2622-5905
Volume 12, Nomor 1, Juni 2020
33
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083-0840|e-ISSN: 2622-5905
Volume 12, Nomor 1, Juni 2020
Tabel 3. Perbandingan Selisih Penurunan Rata-Rata Nilai Kadar Bilirubin Serum Total pada
Kelompok Kontrol dan Intervensi
Variabel Kelompok N Mean Mean difference p-value
Kadar Kontrol 29 11,24 2,68 0,002
bilirubin Intervensi 29 9,17
Sumber data: hasil uji data penelitian 2020
Terjadi penurunan rata-rata nilai untuk kelompok intervensi, dengan ini
kadar bilirubin serum total antara post-test kedua intervensi sama-sama mampu
kelompok kontrol dan kelompok intervensi. menurunkan nilai kadar bilirubin serum
Berdasarkan hasil uji independen t-test total pada neonatus hyperbilirubinemia
didapatkan hasil p-value 0,002 dimana nilai fisiologis.
p < 0,05.
Hasil uji statistik independent sampel
Data disajikan dalam tiga bentuk, test untuk melihat selisih rata-rata nilai
yaitu Tabel, Grafik atau Gambar dan bilirubin serum total dengan tingkat
Narasi. Namun yang perlu diingat bahwa kepercayaan 95% setelah diberikan
untuk satu jenis data hanya boleh disajikan intervensi untuk kedua kelompok
dalam salah satu bentuk, tidak boleh data didapatkan nilai p-value sebesar 0,002 <
yang sama disajikan dalam tabel dan juga 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan,
dalam bentuk grafik. Semua isi artikel harus terdapat perbedaan selisih rata-rata hasil
ditulis dengan jarak satu spasi, indentasi: 1 nilai kadar bilirubin serum total antara
cm, font: Times New Roman 12 regular. kelompok kontrol dan kelompok intervensi,
PEMBAHASAN dengan nilai rata-rata post-test kontrol
sebesar 11,24 dan post-test intervensi
Berdasarkan hasil perhitungan
sebesar 9,17 dengan perbedaan rata-rata
statistik didapatkan bahwa pada derajat
diantara kedua kelompok tersebut sebesar
kepercayaan 95% terdapat perbedaan yang
2,68. Hasil penelitian menunjukan bahwa
signifikan antara nilai kadar bilirubin pre-
pemberian intervensi caring support
test dan post- test diberikan intervensi
NEOBIL lebih efektif terhadap penurunan
terapi caring support NEOBIL pada
nilai kadar bilirubin serum total. Maka
kelompok intervensi, dengan nilai sig. 2
penerapan intervensi caring support
tailed sebesar 0,000 < 0,05 (p 0,000).
NEOBIL bersama dengan fototerapi secara
Sedangkan pada kelompok kontrol yang
statistic lebih baik dalam menurunkan nilai
mendapatkan terapi cahaya dan perawatan
kadar bilirubin serum total
standar rutin di ruangan, didapatkan p-
hyperbilirubinemia fisiologis neonatus.
value sama yaitu p 0,000 artinya, pada
kelompok kontrol juga terdapat perbedaan Pada penelitian field massage yang
yang bermakna antara nilai kadar bilirubin diberikan 2 kali dalam sehari (pagi dan
serum total sebelum dan sesudah pemberian sore) terhadap perubahan bilirubin serum,
terapi cahaya dan pemberian perawatan nilai rata-rata bilirubin serum total setelah
standar rutin hyperbilirubinemia. pemberian intervensi pada kelompok
intervensi mengalami penurunan yang
Adanya perbedaan yang signifikan
signifikan (Novianti et al., 2018).
pada nilai rata-rata (mean) kadar bilirubin
Manipulasi sentuhan terhadap penurunan
serum total sebelum dan sesudah pemberian
kadar bilirubin serum berpengaruh dengan
intervensi antara kedua kelompok
meningkatkan frekuensi buang air besar
merupakan hal yang sangat mungkin terjadi
pada neonatus (Lei et al., 2018).
karena kedua kelompok tersebut sama-sama
diberikan intervensi atau perawatan baik itu Terapi massage yang dikombinasikan
perawatan standar untuk kelompok kontrol dengan terapi cahaya dapat mengurangi
atau perawatan yang diberikan oleh peneliti kadar bilirubin serum dengan meningkatan
34
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083-0840|e-ISSN: 2622-5905
Volume 12, Nomor 1, Juni 2020
frekuensi buang air besar pada neonatus, perawatan untuk diaplikasikan secara
hal ini juga dapat memfasilitasi hubungan bersamaan.
emosional yang lebih baik antara ibu dan
bayi (Aboel-Magd et al., 2017; Babaei & DAFTAR PUSTAKA
Vakiliamini, 2018; Gürol & Polat, 2012; Aboel-Magd, A., Masoed, S., Salma Zoheir,
Lin et al., 2015). &, & Houchi, E. L. (2017). Effect of
Pengaruh positioning terhadap massage on health status of neonates
penuruanan kadar bilirubin yang diberikan with hyperbilirubinemia. In
per 3 jam sekali pada kelompok intervensi International Journal of Research in
mengalami penurunan kadar bilirubin Applied, Natural and Social Sciences
serum lebih cepat dari pada kelompok (IMPACT: IJRANSS) ISSN(P (Vol. 5).
kontrol. Kondisi ini disebabkan kadar Google Scholar
bilirubin dapat diisomerasi oleh sinar American Academy of Pediatrics
fototerapi secara merata keseluruhan bagian Subcommittee on Hyperbilirubinemia.
tubuh neonatus (Wikanthiningtyas & (2004). Management of
Mulyanti, 2016). Luasnya area tubuh bayi hyperbilirubinemia in the newborn
yang terpapar cahaya membawa dampak infant 35 or more weeks of gestation.
pengobatan lebih baik dibandingkan In Pediatrics (Vol. 114, Issue 1, pp.
banyaknya jumlah lampu yang digunakan 297–
(American Academy of Pediatrics 316). Pediatrics.
Subcommittee on https://doi.org/10.1542/peds.114.1.297
Hyperbilirubinemia, 2004). Andaruni, N. Q. R., & Alasiry, E. (2018).
Pengaruh pijat bayi dan breastfeeding
KESIMPULAN DAN SARAN terhadap penurunan kadar bilirubin
Berdasarkan hasil analisa, pada neonatus dengan
perhitungan secara statistik dan didukung hiperbilirubinemia. Jurnal Ilmiah
hasil penelitian sebelumnya dapat Bidan, 3(2), 45–51. Garuda
disimpulkan bahwa penurunan nilai kadar Ayuningtyas, I. F. (2019). Kebidanan
bilirubin serum total pada kelompok yang Komplementer. Pustaka Baru Press.
diberikan intervensi caring support Indonesia Onesearch
NEOBIL lebih efektif dibandingkan dengan Babaei, H., & Vakiliamini, M. (2018).
kelompok yang diberikan perawatan Effect of Massage Therapy on
standar rutin di ruangan saja. Kondisi ini Transcutaneous Bilirubin Level in
sangat mungkin terjadi karena perawatan Healthy Term Neonates: Randomized
pada kelompok intervensi menggabungkan Controlled Clinical Trial. Iranian
tiga intervensi keperawatan dalam satu kali Journal of Neonatology, 9(4),
pemberian perawatan, bounding dengan 41–46.
cara stimulus touch, feeding management https://doi.org/10.22038/ijn.2018.2890
dan positioning yang diberikan secara rutin 6.1386
dan teratur. Badan Kependudukan dan Keluarga
Hasil penelitian ini dapat Berencana Nasional, Badan Pusat
memperkaya khasanah keilmuan Statistik, Kementerian Kesehatan, &
keperawatan khususnya dalam area USAID. (2018). Survei Demografi dan
keperawatan anak. Institusi pendidikan Kesehatan Indonesia 2017. Google
keperawatan dapat Scholar
mengembangkan praktik berbasis fakta dan Gürol, A., & Polat, S. (2012). The effects of
intervensi keperawatan yang aman dan baby massage on attachment between
sesuai dengan keperluan perawatan di mother and their infants. Asian
lapangan. Dapat pula dikembangkan Nursing Research,6(1), 35–41.
berbagai intervensi keperawatan yang https://doi.org/10.1016/j.anr.2012.02.0
dikombinasikan dengan berbagai terapi 06
medis lainya, menjadi satu penerapan Kianmehr, M., Moslem, A., Moghadam,
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083-0840|e-ISSN: 2622-5905
Volume 12, Nomor 1, Juni 2020
35
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083-0840|e-ISSN: 2622-5905
Volume 12, Nomor 1, Juni 2020
36
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083-0840|e-ISSN: 2622-5905
Volume 12, Nomor 1, Juni 2020
Kontribusi Penulis
Conceptualization : An’nisaa Heriyanti, Restuning Widiasih, Murtiningsih
Data curation : An’nisaa Heriyanti
Formal analysis : An’nisaa Heriyanti
Funding acquisition : An’nisaa Heriyanti
Investigation : An’nisaa Heriyanti
Methodology : An’nisaa Heriyanti
Project administration : An’nisaa Heriyanti
Resources : An’nisaa Heriyanti
Supervision : An’nisaa Heriyanti, Restuning Widiasih, Murtiningsih
Validation : An’nisaa Heriyanti
Visualization : An’nisaa Heriyanti
Writing – original draft : An’nisaa Heriyanti, Restuning Widiasih, Murtiningsih
Writing – review & editing : An’nisaa Heriyanti, Restuning Widiasih, Murtiningsih
Artikel DOI
https://doi.org/10.36990/hijp.vi.154
37
56
3
Perawat Perinatal RSUD Wonosobo
Telp. (0286) 323737/ E-mail : ikapurnamasari@unsiq.ac.id
ABSTRAK
Latar belakang : pada 80% bayi baru lahir premature dan mencapai 60% pada bayi lahir aterm
pada minggu pertama kehidupannya. Penanganan utama kasus ini adalah fototerapi yang
mempunyai berbagai efek samping bagi bayi. Penanganan alternatif sangat dibutuhkan untuk
mengatasi hiperbilirubinemia seperti dengan menggunakan baby massage. Tujuan : ini adalah
untuk menganalisa pengaruh baby massage terhadap penurunan kadar bilirubin pada bayi yang
menjalani fototerapi. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experimen dengan non
equivalent control group with pre post test design. Sampel berjumlah 32 bayi yang terbagi dalam 16
responden kelompok intervensi dan 16 responden sebagai kelompok kontrol yang diambil
berdasarkan penghitungan besar sampel komparatif numeric tidak berpasangan dua kelompk satu
kali pengukuran. Data dianalisis menggunakan repeated anova, Dependen T-Test, Independen T-
Test, dan Analysis of Covarians. Hasil : menunjukkan rata-rata kadar bilirubin serum setelah
intervensi pada kelompok intervensi adalah 6,48 sedangkan kelompok kontrol 9,32. Penurunan rata-
rata kadar bilirubin serum kelompok intervensi (7,21+2,59), sedangkan kelompok kontrol
(6,51+3,30), antara kedua kelompok terdapat perbedaan penurunan yang bermakna dengan p-value
=0,000. Simpulan : didapatkan bahwa baby massage sebagai alternative tindakan tambahan yang
dapat menurunkan kadar bilirubin serum secara efektif. Berdasarkan hasil penelitian ini Baby
massage dapat digunakan sebagai intervensi keperawatan dalam penatalaksanaan bayi
hiperbilirubinemia di rumah sakit.
ABSTRACT
Background : 80% of premature newborns reach 60% of term newborns in the first week of life.
The main treatment for this case is phototherapy which has various side effects for the baby.
Alternative treatments are needed to overcome hyperbilirubinemia such as using baby massage.
Objective: this is to analyze the effect of baby massage on decreasing bilirubin levels in infants
undergoing phototherapy. Method : This study is astudy Quasi Experimentwith a non equivalent
control group with pre post test design. The sample consisted of 32 infants divided into 16
respondents in the intervention group and 16 respondents as a control group taken based on the
calculation of the size of the comparative numerical sample which is not paired with two groups of
one-time measurement. Data were analyzed using repeated ANOVA, Dependent T-Test,
Independent T-Test, and Analysis of Covarians. The results showed the average serum bilirubin
level after the intervention in the intervention group was 6.48 while the control group was 9.32.
Decrease in mean serum bilirubin levels in the intervention group (7.21+2.59), while in the control
group (6.51+3.30), there were significant differences between the two groups with a p-value =
57
0,000. The conclusion was found that baby massage as an alternative additional action that can
reduce serum bilirubin levels effectively. Based on the results of this study Baby massage can be
used as a nursing intervention in the management of hyperbilirubinemia infants in the hospital.
media komunikasi antara bayi baru lahir diantara 25–72 jam (ikterik fisiologis), 3)
dengan orang tuanya. Tujuan publikasi ilmiah Kadar bilirubin serum indirek > 10 mg / dl, 4)
ini adalah untuk menganalisa pengaruh baby Bayi tidak kontraindikasi dilakukan baby
massage terhadap penurunan kadar bilirubin massage seperti demam (>380C), dan
bayi yang menjalani fototerapi. mengalami peningkatan tanda-tanda vital dan
lethargi. Adapun kriteria eksklusi dalam
Metode penelitian ini adalah bayi dengan rhesus dan
Penelitian ini menggunakan desain ABO inkompatibilitas, anomaly kongenital,
penelitian Quasi Experimen dengan Non infeksi, obstruksi gastrointestinal, dan atresia
equivalent control group with pre post test bilier, dan tidak bersedia menjadi responden.
design. Kelompok eksperimen dan kelompok Kegiatan awal penelitian yang
kontrol tidak dipilih secara random, setiap dilakukan adalah identifikasi pasien kemudian
kelompok dilakukan pre test dan post test pengecekan kadar bilirubin sebelum
terkait variabel dependen yang diteliti (Polit pemberian tindakan baby massage dan
& Beck, 2014). dilanjutkan pemberian tindakan baby massage
Populasi dalam penelitian ini adalah sesuai dengan IAIM selama 3 hari dan
bayi yang mengalami hiperbilirubinemia dan diakhiri dengan pengecekan kadar bilirubin
mendapatkan penatalaksanaan standar yaitu serum paska tindakan. Langkah-langkah
fototerapi. Jumlah Sampel dalam penelitian pemijatan dilakukan pada area wajah, dada,
ini ditentukan berdasarkan rumus perut, ekstremitas dan punggung. Teknik
penghitungan besar sampel komparatif gerakan pemijatan didasarkan pada pijat bayi
numeric tidak berpasangan dua kelompok satu menurut Roesli (2001). Analisis data
kali pengukuran (Sopiyudin, 2018). dilakukan secara univariat, bivariat, dan
Berdasarkan tabel besar sampel untuk multivariat. Uji normalitas data dan uji
diagnosis komparatif numeric tidak homogenitas dilakukan sebagai persyaratan
berpasangan dua kelompok satu kali dalam statistik parametrik. Hasil Uji
pengukuran dengan rasio simpang baku 1,0 normalitas, diperoleh bahwa data terdistribusi
diperoleh jumlah sampel n1=n2 sebesar 16. normal. Uji statistic selanjutnya adalah
Pengambilan sampel dilakukan secara repeated anova, independen sample t-test,
consecutive sampling berdasarkan kriteria Paired sample t-test dan ANCOVA.
inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi penelitian ini adalah 1)
Bayi lahir aterm ( 37-40 mg) dengan Berat
lahir antara 2500–400 gram, 2) Ikterik muncul
59
Tabel – 1
Karakteristik Responden Bayi Hiperbilirubunemia di Ruang
Peristi RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo
Kontrol (n=16) Intervensi (n=16)
No Kategori F /Mean % / min-max F/Mean % / min-max
1 Jenis Kelamin
a. Laki-laki 15 93.8 10 62,5
b. Perempuan 1 6.3 6 37,5
2 Jenis Persalinan
a. Spontan 100 100 14 87,5
b. SC 0 0 2 12,5
3 Usia Kehamilan 38,1 38-40 38,24 38-40
4 Berat Badan Lahir 3039 2520-4150 2975 2520-3690
5 Usia bayi (hari) 7.2 2-15 6,2 2-12
6 Panjang Badan (cm) 48,1 46-50 47,3 46-48
7 Jenis makanan
a. ASI 0 0 0 0
b. ASI+Formula 16 100 16 100
8 Lama foto terapi 2,4 1-4 2,3 2-3
9 Lama rawat 3,62 2-4 2,9 2-4
Sumber : Data Primer
Tabel – 2
Jumlah Rata-rata Intake Nutrisi (ml) antara Kelompok Kontrol dan Intervensi
Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa dengan p-value α < 0,05. Peningkatan jumlah
jumlah intake nutrisi pada kelompok control nutrisi tampak lebih banyak terjadi pada
dan kelompok intervensi, keduanya kelompok intervensi.
mengalami peningkatan yang signifikan
Tabel – 3 Frekuensi BAB (kali/hari) Rata-rata antara Kelompok Kontrol dan Intervensi
dan bilirubin total terbukti signifikan dengan didapatkan p-value (p=0,000) pada semua
nilai p 0,00. Sedangkan pada kelompok yang jenis bilirubin baik direk, indirek maupun
mendapatkan tindakan standar berupa bilirubin total. Hal ini menunjukkan bahwa
fototerapi dan pijat bayi selama 3 hari terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar
memiliki rata-rata penurunan bilirubin direk bilirubin sebelum dan setelah pemberian pijat
(0,201 + 0,208), bilirubin indirek (7,290 + bayi.
3,618) dan bilirubin total (7,560 + 3,555).
Hasil uji t-test pada kelompok intervensi
Tabel –
5
Perbedaan Rerata kadar Bilirubin pada kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
Kontrol Intervensi
Variabel
t df p-value t df p-value
Bil Direk 1,720 29,71 0,096 2,689 29,99 0,012
Bil Indirek 7,288 17,60 0,000 7,020 18,38 0,000
Bil Total 0,071 15,49 0,944 7,223 18,51 0,000
Independen t-tes bermakna pada p-value α <
0,05
bilirubin indirek. Hasil untuk kelompok
Perbandingan penurunan rata-rata kadar
intervensi diperoleh perbedaan rata-rata yang
bilirubin direk, indirek dan bilirubin total
signifikan pada ketiga jenis bilirubin. Hasil ini
pada kedua kelompok dapat dilihat pada tabel
menunjukkan bahwa terdapat penurunan
5 di atas. Hasil analisis menunjukkan
kadar bilirubin yang signifikan pada
perbedaan rata-rata penurunan kadar bilirubin
kelompok yang mendapatkan pijat bayi.
pada kelompok control signifikan pada kadar
Tabel-6 Analisis Multivariat Rata-Rata Kadar Bilirubin Serum Setelah Intervensi dan
Penurunannya yang Dikontrol Variabel Perancu
Berdasarkan pada tabel 6 analisis bayi. Nilai p pada jumlah minum responden
multivariate dengan uji ANCOVA pada menunjukan nilai yang lebih besar dari nilai
variabel dependen rata-rata penurunan alpha, hal ini menunjukkan bahwa jumlah
bilirubin setelah intervensi, didapatkan nilai p minum responden selama intervensi tidak
sebesar (p=0,88) pada jumlah minum secara signifikan berpengaruh terhadap kadar
responden dan (p=0,00) pada intervensi pijat bilirubin setelah intervensi. Sedangkan untuk
62
intervensi pijat bayi diperoleh nilai (p=0,00, badan, jenis minuman, lama foto terapi yang
p<0,05) yang bermakna bahwa intervensi hampir sama diantara kelompok control dan
pijat bayi berkontribusi terhadap kadar kelompok intervensi.
bilirubin setelah intervensi.
Jumlah dan Jenis Minuman
Pada penelitian ini, karakteristik jumlah
Pembahasan minum dan jenis minuman responden tidak
Hiperbiliubinemia merupakan masalah digunakan sebagai kriteria inklusi. Seluruh
yang cukup banyak terjadi pada masa responden pada penelitian ini mendapatkan
neonates. Pada penelitian ini, jenis kelamin terapi standar penanganan hiperbilirubinemia
menjadi factor risiko terjadinya yaitu fototerapi. Paparan sinar pada fototerapi
hiperbilirubinemia, yaitu 93,8% terjadi pada meningkatkan risiko kekurangan volume
bayi laki-laki pada kelompok control dan cairan pada bayi bahkan dapat mengalami
62,5% bayi laki-laki pada kelompok dehidrasi (Herdman, 2017), sehingga menurut
intervensi. Hal ini sejalan dengan hasil Pedoman The American Academy of
penelitian yang telah dilakukan oleh Novianti, Pediatrics on Nutrition (2004) hidrasi yang
2017 dan Tazami, Mustarim dan Syah (2013) adekuat sangat dibutuhkan untuk kefektifan
yang melaporkan bahwa 68% kasus penatalaksanaan fototerapi. Untuk itu perawat
hiperbilirubinemia terjadi pada bayi laki-laki. sangat bertanggung jawab terhadap
Faktor risiko lain yang ditemukan pemenuhan hidrasi bayi selama menjalani
bahwa jenis persalinan ternyata tidak fototerapi (Hockenberry & Wilson, 2015).
berpengaruh terhadap kejadian Pada penelitian ini seluruh responden
hiperbilirubinemia, dimana 100% bayi yang (100%) menerima jenis minum berupa ASI
terlibat dalam kelompok control merupakan dan susu formula secara bersamaan. Namun
bayi yang dilahirkan secara spontan dan demikian, berdasarkan penelitian sebelumnya,
hanya 12,5% dari kelompok intervensi yang ASI diketahui mempunyai peran dalam
merupakan bayi yang dilahirkan secara Sectio mengembalikan bilirubin ke dalam sirkulasi
Caesaria. Hasil ini berbeda dengan hasil enterohepatik pada neonates, untuk itu
penelitian Kosim et, al (2007) yang edukasi pemberian ASI eksklusif dan
menyebutkan bahwa 40% bayi yang lahir penambahan frekuensi menyusui harus tetap
dengan tindakan bisa terjadi dilakukan kepada ibu dengan bayi
hiperbilirubinemia. Pada penelitian ini, hiperbilirubinemia.
kejadian hiperbilirubinemia secara merata
terjadi pada bayi dengan usia kehamilan, berat
63
hemoglobin dari eritrosit. Pada bayi baru melaporkan hal yang berbeda yaitu bahwa
lahir, peningkatan produksi bilirubin terjadi penggunaan field massage selama 5 hari
akibat usia eritrosit yang lebih pendek (70-90 ternyata tidak dapat mengurangi kadar
hari) dibandingkan dengan orang dewasa (120 bilirubin pada bayi premature, akan tetapi
hari), peningkatan degradasi heme, tum peningkatan frekuensi BAB selama puncak
dapat menurunkan kadar bilirubin. Ketidak bilirubin serum bayi hiperbilrubinemia yang
konsistenan hasil penelitian ini diperkirakan menjalani fototerapi dan meningkatkan
berhubungan dengan penilaian kadar bilirubin frekuensi BAB bayi yang pada akhirnya dapat
dilakukan pada hari puncak kenaikan bilirubin mempercepat pengeluaran kadar bilirubin.
pada neonates dan factor usia premature dari Dengan demikian pijat bayi dapat disarankan
neonates yang dilibatkan dalam penelitian. untuk dilakukan sebagai terapi tambahan
Pijat bayi pada kasus hiperbilirubinemia dalam penanganan hiperbilirubinemia
telah terbukti mampu menstimulasi nervus bersamaan dengan fototerapi. Selain itu, pijat
vagus dan meningkatkan pergerakan usus bayi yang dilakukan oleh ibu atau orang tua
serta menngurangi sirkulasi bilirubin bayi dapat meningkatkan ikatan kasih saying
enterohepatik yang berfungsi untuk diantara keduanya. Pijat bayi yang dapat
meningkatkan ekskresi bilirubin. Selain itu menurunkan kadar bilirubin juga dapat
disebutkan stimulasi pada kulit bayi melalui mengurangi lama perawatan di rumah sakit.
pijat bayi dapat meningkatkan aliran darah
dan limfe serta cairan tubuh lainnya yang
dapat membantu megeksresikan produk DAFTAR PUSTAKA