TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Tanaman
: Plantae (Tumbuhan)
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
: Dilleniidae
: Ericales
: Ericaceae
: Vaccinium
: Vaccinium varingiaefolium (Bl.) Miq
Cantigi (Vaccinium sp.) adalah tumbuhan khas pegunungan yang tumbuh alami di
pulau Jawa (Sadiyah dan Kodir, 2012).
Menurut buku Flora Pegunungan Jawa karya van Steenis (2010)
V. varingiaefolium (Bl) Miq. : Ujung cabang berbunga. Habitus berupa perdupohon, sering berbentuk sapu, kebanyakan benjol-benjol dan bengkok. Tinggi
mencapai 10m, diameter batang 50cm. Kayu sangat keras dengan panjang daun
2.5-6cm dan lebar daun 1-2.5cm. Buah buni dapat dimakan tetapi agak hambar.
Berada di atas ketinggian 1350mdpl, terutama banyak terdapat di ketinggian
1800-3340mdpl. Merupakan penyusun utama hutan elfin dan hutan lumut, pada
punggung bukit, lereng, dan puncak. Dominansi spesies ini mudah terlihat bila
ketika mencari informasi seputar cantigi ini, tertulis dalam halaman Wikipedia
bahwa :
Walaupun tumbuhan ini mendominasi sekitar kawah pegunungan di pulau
Jawa, penelitian yang dilakukan untuk mengungkap potensinya masih sangat
minim. Dengan demikian, berbagai aspek tumbuhan ini, mulai dari aspek
botani sampai kepada penggunaannya untuk kepentingan manusia masih
terbuka luas dan memiliki prospek yang menjanjikan.
Bagaimana ekofisiologi dalam tubuh cantigi sehingga mampu bertahan di tempattempat ekstrem sepanas dan segersang puncak gunung dengan asap belerang dan
tanah beracun? Pertahanan semacam apa yang tumbuhan ini punyai?
Referensi :
Backer, C.A dan van den Brink, R.C.B. 1965. Flora of Java (Spermatophytes
Only) Volume II. Groningen-Netherland: N.V.P. Noordhoff.
Sadiyah, E.R dan Kodir, R.A. 2012. Studi awal kandungan antosianin pada buah
cantigi ungu (Vaccinium varingiaefolium (Bl.) Miq.) yang berpotensi sebagai
suplemen antioksidan. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM.
Setiawati dan Wulan, P. 2011. Studi makroskopis, mikroskopis, dan skrining
fitokimia daun dan batang Vaccinium varingiaefolium (Blume) Miq. L. Thesis
Universitas Airlangga.
Van Steenis, C.G.G.J. 2010. Flora Pegunungan Jawa (The Mountain Flora of
Java). Pusat Penelitian Biologi LIPI. Bogor : Indonesia. pp: 253.
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Euphorbiales
Suku
: Euphorbiaceae
Marga
: Phyllanthus
Jenis
: Majemuk, lonjong, berseling, panjang 5-6 cm, lebar 2-3 cm, tepi
rata, ujung runcing, pangkal tumpul, pertulangan menyirip, halus,
tangkai silindris, panjang 2 cm, hijau muda.
Bunga
Buah
Biji
Akar
2.1.3 Nama
a. Sinonim
P. distichus Muell. Arg., P. cicca Muell. Arg., Cicca disticha Linn.,
C. nodiflora Lamk., C.acida (L.) Merr., Averrhoa acida L.
b. Nama Daerah
Sumatera : Ceremoi (Aceh), crme (Gayo), ceramai (Melayu), camincamin (Minangkabau).
Jawa : careme, crme (Sunda), crme (Jawa).
Nusa Tenggara : Carmen, cermen (Bali), careme (Madura), sarume
(Bima).
Sulawesi : Lumpias aoyok, tili (Gorontalo), lombituko bolaano (Buol),
caramele (Makassar, Bugis), carameng.
Maluku : Ceremin (Ternate), selemele, selumelek (Roti), salmele,
cermele (Timor).
c. Nama Asing
Cheramelier (P), country gooseberry (I).
d. Nama Simplisia
Phyllanthi acidi Folium (daun ceremai)
(Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1)
2.1.4 Kandungan Kimia
Senyawa Fenol
Istilah senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari
tumbuhan. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya
mereka sering kali berikatan dengan gula sebagai glikosida. Flavonoid
merupakan golongan terbesar, beberapa golongan bahan polimer penting dalam
tumbuhan- lignin, melanin, dan tanin adalah senyawa polifenol ( Harborne,
1984:47).
2. Saponin
Merupakan suatu glikosida dalam tanaman dan terdiri atas gugus
sapogenin (steroid; CG27) atau triterpenoid (C30), gugus heksosa, pentose, atau
asam uronat (Kiki, 2010). Saponin dapat mengakibatkan sel mikroba lisis yaitu
dengan mengganggu stabilitas membrane (Sari, 2013).
3. Tanin
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae
terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi
dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Di dalam
tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila
jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya, maka reaksi penyamakan
dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan
pencernaan hewan. Pada kenyataannya, sebagian besar tumbuhan yang banyak
bertanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat
(Harborne,1984:102).
4. Flavonoid
Flavonoid mempunyai rumus molekul C15H5O4. Merupakan kelompok
pigmen tanaman yang memberikan warna pada buah-buahan (Kiki, 2010)
2.1.5 Khasiat
7
2.5 Bakteri
: Schizomycota
Kelas
: Schizomycetes
Ordo
: Eubacteriales
Famili
: Micrococcaceae
Genus
: Staphylococcus
Spesies
: Staphylococcus aureus
(Yuliani dan Indrayudha, 2010).
Staphylococcus adalah sel-sel berbentuk bola dengan garis
Staphylococcus
mudah
tumbuh
pada
kebanyakan
10
merupakan
suatu
substrat
yang
diperlukan
untuk
bakteriologi untuk :
Uji biasa dari air dan produk pangan
Media transport untuk stok kultur
Untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri
Untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni
Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari
ekstrak beef,pepton dan agar (Margie dkk,2011)
11
2. Media Diperkaya
Merupakan media yang ditambah zat-zat tertentu
(misalnya : serum, darah, ekstrak tumbuhan) sehingga dapat
digunakan untuk menumbuhkan mikroba tertentu (Margie dkk,
2011)
3. Media Selektif
Merupakan media yang ditambah zat-zat tertentu yang
bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain.
Misal : Kristal violet (Margie dkk,2011)
4. Media Diferensiasi
Merupakan media yang ditambah zat kimia tertentu,
sehingga suatu mikroba membentuk pertumbuhan tertentu dan
dapat untuk membedakan tipe-tipenya. Contoh : Media Agar
Darah dapat membedakan bakteri hemolitik dan bakteri non
hemolitik, yang ditandai oleh adanya zona (halo) disekitar
koloni (Margie dkk,2011)
5. Media Penguji
Merupakan media dengan susunan tertentu yang
digunakan untuk pengujian vitamin-vitamin, asam amino,
antibiotik dan sebagainya. Contoh : Mueller Hinton Agar
(Margie dkk,2011).
12
2. Metode Tebar
Setetes inokulum diletakkan dalam sebuah medium agar
nutrien dalam cawan petri dan dengan menggunakan batang kaca
yang bengkok dan steril. Inokulasi itu disebarkan dalam medium
batang yang sama dapat digunakan untuk menginokulasikan
pinggan kedua yang dapat menjamin penyebaran bakteri yang
merata dengan baik. Pada beberapa pinggan akan muncul kolonikoloni yang terpisah-pisah.
3. Metode Tuang
Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran.
Dasar
melakukan
pengenceran
adalah
penurunan
jumlah
4. Metode Tusuk
Yaitu dengan cara meneteskan atau menusukan ujung jarum
ose yang di dalamnya terdapat inokulum, kemudian dimasukkan
kedalam media (Margie dkk,2011).
2.8 Karakteristik Bahan Tambahan
1. Asam Sitrat
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih; tidak
berbau; rasa sangat asam; agak higroskopik;
merapuh dalam udara kering dan panas
Kelarutan : Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam
1,5 bagian etanol (95%) P, sukar larut dalam eter
P (Anonim, 1979. Halaman 50).
Kegunaan : Buffering Agent
Range
: 0,1-2,0 % (HOPE 6th , Pages 181).
13
2. Natrium Benzoat
Pemerian : Butiran atau serbuk hablur; putih; tidak berbau
atau hampir tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian air dan dalam 90 bagian
etanol (95%) P (Anonim,1979. Halaman 395 ).
Kegunaan : Antimicrobial Preservative
Range
: 0,02-0,5% (HOPE 6th , Pages 627)
3. Natrium Sakarin
Pemerian : Serbuk kristal; putih; berasa
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan propylene glycol,
sukar larut dalam etanol (95%), sangat sukar
larut dalam etanol dan praktis tidak larut dalam
propan-2-al
Kegunaan : Sweetening Agent
Range
: 0,075-0,6% (HOPE 6th , Pages 609).
4. Gliserin
Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih. Tidak berwarna; tidak
berbau; manis diikuti rasa hangat. Higroskopik.
Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah
dapat memadat membentuk massa hablur tidak
berwarna yang tidak melebur hingga suhu
mencapai 200.
Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol
(95%)P; praktis tidak larut dalam kloroform P
dalam eter P dan dalam minyak lemak.
(Anonim, 1979. Halaman 271).
Kegunaan : Humektan
Range : 30% (HOPE 6th , Pages 283).
5. Peppermint Oil
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, kuning pucat atau kuning
kehijauan, bau aromatik, rasa pedas dan hangat,
kemudian dingin.
Kelarutan : Larut dalam 4 bagian etanol (70%)
Kegunaan : Pemberi rasa sejuk, pengaroma
14
15