PEMBAHASAN
Sifat-sifat asam amino yang dapat larut dalam air dapat membentuk
kristal. Harga konstanta dielektrikum yang tinggi, memiliki netralisasi seperti
pada H dan OH dan dalam medan listrik misalnya dengan eklektrophoresa tak
bergerak dalam keadaan tertentu. Masa asam amino dipercayai memiliki sifat
amfoter atau dalam keadaan zwitter ion yang memiliki muatan (+) dan (-)
yang seimbang.
4
Reaksi Zwiter akan terbentuk dengan pergeseran proton dari gugus
karboksil ke gugus amino. Ion-ion positif dan negatifnya tidak bebas, karena
ikatan yang kuat dari ion-ion ini melalui atom C. Internal salt disebut Zwitter
Ion. Sebuah asam amino ditandai dengan adanya gugus nitrogen berupa
gugus amino (-NH2), gugus karboksil (-COOH), dan sebuah atom hidrogen di
mana ketiganya terikat pada sebuah atom C yang disebut sebagai karbon α
(dibaca karbon alfa), serta gugus R sebagai rantai samping atau rantai cabang.
Gugus amino atau amin ditulis di dalam struktur kimia di atas sebagai
NH3+ dan gugus karboksil sebagai COO karena dalam lingkungan air berada
dalam bentuk ion yang bersifat. Adanya kedua ion plus dan minus dalam satu
buah asam amino membuat asam amino bersifat dipolar (dua muatan ion plus
dan minus).
5
Titik isolistrik adalah titik atau pH asam amino mempunyai muatan
listrik yang netral. Titik isolistrik asam amino asam pada pH 3, diperlukan
larutan yang lebih asam untuk asam amino golongan ini untuk menambah
proton gugusan karboksilat kedua. Titik isolistrik basa asam amino basa
sekitar pH 9-10, diperlukan larutan yang lebih basa untuk menghilangkan
proton dari gugusan amonium kedua.
2. Protein
Protein berasal dari kata protos (bahasa Yunani) yang berarti "yang
paling utama". Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul
tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang
dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein
mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta
fosfor. Protein terdapat pada semua sel hidup, kira-kira 50% dari berat
keringnya dan berfungsi sebagai pembangun struktur, biokatalis, hormon,
sumber energi, penyangga racun, pengatur pH, dan sebagai pembawa sifat
turunan dari generasi ke generasi. Protein berperan penting dalam struktur
dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
6
B. Klasifikasi Asam Amino
1. Asam Amino Esensial dan Non Esensial
Berdasarkan kebutuhan dan kemampuan tubuh untuk menghasilkan asam
amino tersebut yaitu asam amino esensial dan asam amino nonesensial.
a. Asam amino esensial adalah asam-asam amino yang tidak dapat
disintesis di dalam tubuh kita dan oleh karena itu untuk
mencukupi kebutuhan harus diperoleh dari protein makanan yang
kita makan.
b. Asam amino nonesensial adalah asam-asam amino yang dapat
disintesis dalam tubuh dari zat makanan tertentu.
2. Asam Amino Bersifat Basa, Asam, dan Netral
Rantai samping atau rantai cabang asam-asam amino mempunyai sifat yang
khas. Berdasarkan sifat yang khas ini, asam–asam amino diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok:
7
c. Asam amino netral (neutral amino acid)
yaitu asam amino dengan rantai samping selain yang telah
disebutkan.
8
5. Asam Amino Glikogenik dan Ketogenik
Melalui reaksi biokimiawi, beberapa asam amino dalam tubuh dapat diubah
menjadi glukosa atau glikogen; asam amino ini disebut asam amino
glukogenik atau glikogenik. Asam amino yang di dalam tubuh dapat diubah
menjadi senyawa-senyawa keton (keton bodies) atau menjadi Asetil S-KoA
dikenal sebagai asam-asam amino ketogenik. Beberapa asam amino
termasuk keduanya, yaitu sebagai asam amino glikogenik dan ketogenik.
Suatu peptida adalah suatu amida yang dibentuk dari dua asam amino
atau lebih. Ikatan kovalen yang terbentuk antara dua molekul asam amino
ketika gugus karboksil (-COOH) asam amino bereaksi dengan gugus α-
amino dari asam amino yang lain dengan melepaskan molekul air (H2O) yang
disebut dengan ikatan peptida. Berdasarkan jumlah asam amino yang
berikatan, dikenal adanya di, tri, tetra, dan seterusnya (polipeptida).
9
Ikatan peptida cukup stabil, kestabilan ini disebabkan adanya resonasi
antara atom nitrogen dan gugus karbonil. Nitrogen amida tidak lagi sebagai
basa kuat dari ikatan C-N tidak dapat berputar bebas karena telah dibatasi
oleh sifat ikatan rangkap dua. Nama asam amino biasanya menjadi tiga huruf,
misalnya asam amino alanin menjadi ala, glisina menjadi gly, demikian
seterusnya.
Ikatan gugus amida yang terdiri dari atom karbon karbonil, nitrogen,
dan tiga atom hidrogen terletak dalam bidang datar yang sama (planar), lihat
gambar dibawah. Panjang ikatan antara karbon dan nitrogen adalah 1,32 Å,
lebih pendek dari panjang ikatan karbon dan nitrogen yang biasa (1,47 Å).
Hal ini menunjukkan bahwa ikatan karbon-nitrogen pada peptide mempunyai
sifat ikatan rangkap dua. Panjang ikatan tunggal karbon-karbon (C-C) adalah
1,51 Å, sedangkan panjang ikatan rangkap dua (C=C) adalah 1,33 Å.
10
menyebabkan pelepasan molekul air (H2O). Dengan demikian, reaksi ini
disebut sebagai reaksi kondensasi. Pembentukan ikatan ini membutuhkan
energi yang berasal dari ATP (adenosin trifosfat). Polipeptida dan protein
adalah rantai dari asam amino yang saling bergabung melalui ikatan peptida.
Organisme hidup memanfaatkan enzim untuk menghasilkan polipeptida, dan
ribosom untuk menghasilkan protein. Peptida disintesis oleh enzim tertentu.
Berikut adalah contoh pembentukan dipeptida:
11
Asam amino dengan gugus amino bebas, biasanya diletakkan pada ujung kiri
struktur itu. Asam amino ini disebut asam amino N-ujung. Asam amino dengan
gugus karboksil bebas, ditaruh diujung kanan disebut asa amino C-ujung. Nama
peptida terdiri dari asam amino seperti permunculannya dari kiri ke kanan,
dimulai dari asam amino N-ujung.
12
Kalau karbohidrat yang paling banyak ditemui dialam adalah struktur D
nya, maka asam amino berbeda. Strktur yang lebih banyak ditemui dialam
adalah struktur L nya.
2. Kelarutan
Asam amino adalah zat yang sangat mudah mengkristal, pada umumnya
larut dalam air. sedikit atau bahkan tidak larut dalam alkohol dan tidak
larut sama sekali dalam air. Artinya adalah asam amino itu lebih mudah
larut dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut nonpolar.
13
4. Dalam larutan dapat membentuk ion zwitter
Karena asam amino memiliki gugus karboksil (–COOH) yang bersifat
asam dan gugus amino (–NH2) yang bersifat basa, maka asam amino dapat
mengalami reaksi asam-basa intramolekul membentuk suatu ion dipolar
yang disebut ion zwitter.
E. Elektroforesis
14
Pergerakan ini dapat dijelaskan dengan gaya Lorentz, yang terkait
dengan sifat-sifat dasar elektris bahan yang diamati dan kondisi elektris
lingkungan:
F adalah gaya Lorentz, q adalah muatan yang dibawa oleh objek, E adalah
medan listrik. Secara umum, elektroforesis digunakan untuk memisahkan,
mengidentifikasi, dan memurnikan fragmen DNA.
15
Pada gambar tersebut dapat dilihat komponen yang bermuatan positif
akan mengalir ke arah kutub negatif, sedangkan komponen bermuatan negatif
akan mengalir ke arah kutub positif.
G. Macam elektroforesis
1. Elektroforesis kertas
Elektroforesis kertas adalah jenis elektroforesis yang terdiri dari kertas
sebagai fase diam dan partikel bermuatan yang terlarut sebagai fase gerak,
terutama ialah ion-ion kompleks. Pemisahan ini terjadi akibat adanya
gradasi konsentrasi sepanjang sistem pemisahan.
Pergerakan partikel dalam kertas tergantung pada muatan atau valensi zat
terlarut, luas penampang, tegangan yang digunakan, konsentrasi elektrolit,
kekuatan ion, pH, viskositas, dan adsorpsivitas zat terlarut.
Dengan menggunakan medium kertas, pemisahan dan analisis
terhadap asam amino, peptida, nukleotida, dan ion-ion logam yang kecil
dapat dilakukan.
2. Keuntungan penggunaan kertas selulosa asetat adalah:
a. Pemisahan spot menjadi lebih kecil
b. Mudah memisahkan sampel dengan spektrofotometri
c. Mudah dilarutkan dalam pelarut dalam jumlah sedikit
3. Kelemahan penggunaan kertas selulosa asetat adalah:
a. Adanya gangguan yang disebabkan oleh adanya gugus OH- yang
terdapat pada selulosa yang dapat berinteraksi dengan molekul polar
16
sehingga daya migrasi molekul tersebut terganggu dan menjadi lebih
rendah.
b. Kelemahan ini dapat diatasi dengan cara asetilasi gugus hidroksil
dengan menggunakan kertas selulosa asetat yang tidak polar. Hal ini
menyebabkan migrasi molekul polar tidak terganggu, resolusi lebih
baik, dan proses pemisahan berlangsung lebih cepat.
H. Elektroforesis gel
17
Gambar Prosedur Kerja Elektroforesis Gel
I. Elektroforesis kapiler
Elektroforesis kapiler adalah metode elektroforesis yang digunakan
untuk memisahkan asam amino, protein, lipid, karbohidrat, dan nukleotida
dengan resolusi tinggi yang dilakukan pada pipa kapiler berisi buffer.
Metode ini mulai digunakan secara luas pada akhir tahun 1940 untuk
aplikasi dalam berbagai bidang seperti bioteknologi, kimia, lingkungan,
dan analisis farmasi.
18
Elektroforesis kapiler (CE), juga dikenal sebagai zona elektroforesis
kapiler, dapat digunakan untuk memisahkan spesies ion oleh muatan mereka
dan gesekan kekuatan dan radius hidrodinamika. Elektroforesis, bermuatan
listrik bergerak analit dalam konduktif cairan menengah bawah pengaruh
suatu medan listrik. Diperkenalkan pada tahun 1960-an, teknik elektroforesis
kapiler (CE) dirancang untuk spesies terpisah berdasarkan ukuran mereka
untuk mengisi rasio dalam interior sebuah kapiler kecil penuh dengan
elektrolit.
19
2. Asam amino dengan gugus R mengutup tak bermuatan
Golongan ini lebih mudah larut dalam air dari golongan yang tak
mengutuh karena gugus R mengutuo dapat membentuk ikatan hydrogen
dengan molekul air. Selain trionin dan tirosin yang kekutubannya
disebabkan oleh adanya gugus hidroksil (OH-) merupakan asam amino
yang termasuk golongan ini. Selain itu, yang termasuk dalam golongan ini
juga adalah asparagin dan glutamine yang kekutubannya disebabkan oleh
gugus amida (CONH2) serta sistein oleh gugus sulfidril (-SH).
b. Titik Isoelektrik
20
berfungsi sebagai asam (donor proton) dan juga basa (akseptor proton).
Oleh karena sifatnya yang dipolar dan dapat berfungsi sebagai asam dan
basa, asam amino sering disebut sebagai amfoter atau amfolit (amfoter
elketroit), ion ammonium (NH3+) berfungsi sebagai asam dan ion
karboksilat (COOH-) berfungsi sebagai basa.
c. Stereoisomer
K. Pembentukan Protein
1. Transkripsi
Adalah proses sintesis RNA dengan menggunakan DNA sebagai cetakan.
DNA berlaku sebagai arsitek yang merancang pola penyusunan protein
sedangkan RNA yang akan menjadi duta sebagai pembawa informasi
genetik berupa kode-kode genetik atau kodon-kodon. Pada tahap ini akan
menghasilkan 3 jenis RNA, yaitu mRNA, tRNA, rRNA. Tahap ini dapat
berlangsung di dalam sitoplasma dengan diawali proses pembukaan rantai
ganda yang dimiliki oleh DNA dengan bantuan enzim RNA polimerase.
Pada tahap ini terdapat rantai tunggal yang bertugas sebagai rantai sense,
sedangkan rantai lain yang berasal dari pasangan DNA dinamakan rantai
anti sense. Tahap transkripsi sendiri terbagi atas 3 tahap, yaitu tahap
inisiasi, elongasi dan terminasi, yaitu:
21
a. Inisiasi
Pada saat proses replikasi terdapat daerah yang disebut sebagai
pangkal replikasi, lalu pada proses transkripsi juga dikenal nama
promoter yang merupakan wilayah DNA yang digunakan sebagai
tempat melekatnya RNA polimerase untuk melakukan transkripsi.
Terdapat proses dimana RNA kemudian akan melekat dengan
promoter, kemudian promoter akan mengikat kumpulan protein yang
kemudian proses ini disebut sebagai faktor transkripsi. Dari sini, RNA
polimerase, promoter dan faktor transkripsi akan disebut sebagai
kompleks inisiasi transkripsi. Dimana selanjutnya RNA polimerase
akan bertugas membuka rantai ganda yang dimiliki oleh DNA.
b. Elongasi
Setelah terjadi proses inisiasi subunit σ (faktor sigma) akan
melepaskan diri dan sintesis RNA dilanjutkan Core enzim (enzim
yang tidak menganduk faktor sigma) menggunakan utas cetakan arah
51 – 31 dan membutuhkan 4 macam nukleotida (ribonukleosida 51
trifosfat). Yaitu r-ATP, r-CTP, r-GTP, r-UTP.
c. Terminasi
Transkripsi berlangsung sampai ditemukannya tanda untuk
berhenti. Tanda terminasi yang sederhana adalah bagian dari DNA
yang dengan urutan basa GC disebut palidrome dan diikuti oleh
bagian DNA yang kaya akan basa AT. Bila genom tidak mengandung
palidrome maka terminasi menggunakan protein Rho.
2. Tahap Translasi
Proses sintesis atau pembentukan protein dengan menggunakan m
RNA sebagai cetakan. Proses ini membutuhkan m RNA yang terdiri atas 3
urutan basa yang akan di baca atau diterjemahkan dalam bentuk triplet
yang disebut kodon, tiap kodon menterjemahkan atau menyandikan satu
asam amino misalnya AUU (Isoleusin), CUA (Leusin), GUA (Valin).
22
Ribosom merupakan kompleks ribosom RNA dengan protein yang
terdiri dari subunit besar dan sub unit kecil ( P site dan A site). P site
adalah tempat terikatnya t RNA dengan rantai polipeptida yang sedang
tumbuh (peptidyl t RNA), sedangkan A site adalah tempat terikatnya
aminosil t RNA. Tahap translasi juga terbagi atas 3 tahap, yaitu tahap
inisiasi, elongasi dan terminasi, yaitu:
a. Inisiasi
Diawali dengan proses aktivasi terhadap t RNA. P-site yang berisi f
Met dan t Rna. A-site kosong nantinya akan diisi oleh aminoasil- t
RNA sesuai dengan kodon berikutnya. Selanjutnya pembentukan
ikatan peptida antara asam amino baru dengan f Met.
b. Elongasi
Perpanjangan sintesis protein dengan pembacaan kodon (sandi
genetik). t RNA akan dilepaskan dari P-site, A-site kembali kosong,
dan akan diisi oleh aminoasil-tRNA yang baru sesuai dengan kodon
baru (step 1). Amino asil yang baru akan membentuk ikatan peptida
dengan rantai polipeptida sebelumnya (step 2). Kompleks kembali
bergerak tRNA kembali dilepaskan dan A-site kembali kosong, proses
ini berlangsung terus sampai ditemukan stop kodon (UAG, UGA,
UAA).
c. Terminasi
Elongasi berhenti bila stop kodon yang ditemui terisi dengan protein
Release Factor (RF). Proses ini berlangsung diikuti dengan
dihidrolisisnya rantai peptida yang terbentuk dari tRNA. Kompleks
ribosom dibebaskna dari mRNA. Protein yang dihasilkan akan
mengalami perubahan agar dapat berfungsi secara fisologis.
L. Struktur protein
23
rantai polipeptida, sedangkan yang dimaksud posisinya yaitu dalam kaitannya
dengan hubungan masing-masing dalam molekul protein.
1. Struktur Primer
Struktur primer merupakan protein rantai lurus tidak bercabang yang
berikatan melalui peptida secara kovalen. Karena protein struktur
primer disusun oleh protein rantai lurus, maka akam diperoleh protein
berbentuk sangat panjang dan pipih. Protein struktur primer jarang
sekali dijumpai di alam. Berat molekul, komposisi asam amino, dan
posisi residu asam amino dalam polipeptida penyusun protein sangat
berperan dalam protein struktur primer. Pengukuran berat molekul
dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain metode osmotic
pressure, light scattering, diffusion and viscosity, gel filtration,
sedimentasi dengan ultracentrifuge, dan komposisi kimiawi. Setiap
metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
24
b. Struktur Sekunder
25
yang terdiri dari 124 residu asam amino membentuk ikatan silang di
empat tempat melalui jembatan disulfida dengan N-terminal berupa
Lys dan C-terminal berupa Val.
c. Struktur Tersier
d. Struktur Kuartener
26
adalah ikatan hidrogen dan ikatan elektrostatik yang dibentuk antar
residu pada permukaan rantai peptida. protein hasil agregasi ini
disebut oligomer, dan rantai polipeptida penyusunnya disebut
protomer atau monomer atau subunit. Protein oligomer yang sering
ditemukan mengandung 2 atau 4 monomer, misalnya hemoglobin
disusun oleh 4 monomer yaitu 2 monomer bentuk α dan 2 monomer
bentuk β. Contoh lain ensim glikogen fosforilase yang disusun oleh 4
monomer, apabila keempat monomer itu berdiri sendiri maka tidak
mempunyai aktifitas ensim. Oligomer yang disusun oleh 2 monomer
disebut dimer dan yang disusun oleh 4 monomer disebut tetramer.
27
M. Sifat-sifat protein
1. Kelarutan
Kelarutan protein dalam berbagai pelarut (air, larutan encer dari garam,
alkohol) berlainan dan pernah dipakai untuk membagi protein-protein
dalam golongan-golongan. Masih dipergunakan dalam biokimia klinik.
2. Sifat sebagai koloid hidrofil
(diameter koloid : 1-100 mili mikron). BM protein : ±6.000-jutaan. Maka
menunjukkan sifat-sifat dari koloid. Hidrofil karena mengandung gugus-
gugus hidrofil (-NH2, -COOH, -OH) maka protein berlaku seperti koloid
hidrofil, mempunyai sifat mengadsorpsi H2O. Sifat mengadsorpsi air
diperkuat oleh asam dan ini dapat dilihat pada keadaan bengkak bila
disengat lebah, yang mengeluarkan HCOOH.
Dengan NaHCO3 : netralisasi untuk ini: bengkak berkurang
3. Sifat amfoter (penahan pH)
Gugus-gugus asam : -COOH, -SH, -OH-fenol
H
Gugus-gugus asam : -NH2, H2N‒C‒N‒ ‒
||
NH
4. Bentuk protein tergantung pada Ph seperti asam amino
28
6. Pembentukan Busa
Jika larutan protein dikocok busa
8. Denaturasi
29
ikatan kovalennya. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya suhu akan
membuat energi kinetik molekul bertambah. Bertambahnya energi kinetik
molekul akan mengacaukan ikatan-ikatan hidrogen. Dengan naiknya suhu,
akan membuat perubahan entalpi sistem naik. Selain itu bentuk protein
yang terdenaturasi dan tidak teratur juga sebagai tanda bahwa entropi
bertambah. Entropi sendiri merupakan derajat ketidakteraturan, semakin
tidak teratur maka entropi akan bertambah. Pemanasan juga dapat
mengakibatkan kemampuan protein untuk mengikat air menurun dan
menyebabkan terjadinya koagulasi.
Selain oleh panas, asam dan basa juga dapat membuat protein
terdenaturasi. Seperti telah diketahui bahwa protein dapat membentuk
struktur zwitter ion. Protein juga memiliki titik isoelektrik dimana jumlah
muatan positif dan muatan negatif pada protein adalah sama. Pada saat
itulah, protein dapat terdenaturasi yang ditandai dengan membentuk
gumpalan dan larutannya menjadi keruh. Pada saat ini entalpi pelarutannya
akan menjadi tinggi, karena jumlah kalor yang dibutuhkan untuk
melarutkan sejumlah protein akan bertambah. Mekanismenya adalah
penambahan asam dan basa dapat mengacaukan jembatan garam yang
terdapat pada protein. Ion positif dan negatif pada garam dapat berganti
pasangan dengan ion positif dan negatif dari asam ataupun basa sehingga
jembatan garam pada protein yang merupakan salah satu jenis interaksi
pada protein, menjadi kacau dan protein dapat dikatakan terdenaturasi.
30
dapat mengendapkan protein misalnya Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+, Fe2+, Cu2+,
dan Pb2+.
31
Kemudian seperti telah dibahas sebelumnya bahwa proses
perubahan dari folded ke unfolded berjalan reversibel namun sangat
lambat berarti memungkinkan terjadi proses renaturasi. Proses
renaturasi atau pengembalian struktur dari struktur protein
terdenaturasi menjadi struktur protein awal bisa saja terjadi. Namun,
perlu diingat apabila struktur protein awal terlalu kompleks, maka
proses renaturasi atau refolding tersebut akan berlangsung sangat
lambat dan sulit. Contohnya seperti pada protein yang terdapat pada
telur. Apabila protein tersebut telah terdenaturasi, maka akan sulit
untuk mengembalikan ke kondisi naturalnya.
COO - COOH
H3N+ - C – H + H+ H3N+ - C – H
R asam R
COO - COO -
R basa R
32
Cara fisik seperti suhu, denaturasi karena panas biasanya terjadi
pada suhu 40 – 80 0C.
9. Koagulasi
Koagulasi adalah keadaan dimana protein tidak lagi terdispersi
sebagai suatu koloid karena unit ikatan yang terbentuk cukup banyak.
33
Koagulasi juga dapat diartikan sebagai kerusakan protein yang terjadi
akibat pemanasan dan terjadi adanya penggumpalan serta pengerasan pada
protein karena menyerap air pada proses tersrbut (Makfoeld, 2008).
Koagulasi berbeda dari denaturasi protein, dimana pada koagulasi protein
sifat biologi dan aktivitas protein tidak berubah.
Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan koagulsi suatu protein, yaitu
:
Asam
Proses koagulasi protein dapat terjadi karena penambahan asam. Pada
proses pembuatan yoghurt, susu yang didalamnya terkandung bahan protein
dalam bentuk laktosa dan kasein difermentasi dengan penambahan bakteri
dari spesies lactobacillus. Dalam proses fermentasi tersebut, susu kemudian
mengalami koagulasi karena berubahnya sifat susu menjadi asam yang
disebabkan oleh dihasilkannya asam laktat oleh bakteri yang ditambahkan.
Perubahan tersebut mengakibatkan susu teragulasi yang membuat
teksturnya menjadi kental sehingga terbentuk curd atau yoghurt.
Garam
Garam berfungsi dalam membantu pengeluaran protein (whey) dari
koagulan, pengaturan kadar air dan keasaman keju (sebagai contoh dari
34
adanya koagulasi), pembentukan cita rasa keju (Foster et.al., 1961). Prescott
dan Dunn, 1982 mengatakan bahwa jumlah penambahan garam juga
berpengaruh pada cita rasa, tekstur, penampakan, jumlah asam laktat, dan
menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk. Bila tidak dilakukan
penggaraman, maka keju akan lunak, tekturnya tidak elastis, dan
pematangan tidak normal. Apabila pengaraman diberikan terlalu banyak
maka akan membuat keju menjadi keras dan proses pematangannya berjalan
lambat. Penggaraman dapat menyebabkan produksi asam terhambat,
sehinggu pH keju setelah penggaraman tidak akan turun lagi.
Panas
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan tumbukan antar partikel-
partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini
melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid, akibatnya
partikel tidak bermuatan. Suhu lingkungan juga merupakan faktor penting
bagi pertumbuhan mikroba dan sintesis produk metabolisme. Pada suhu
optimum mikroba dapat tumbuh dan melakukan metabolism sebaik-
baiknya. Suhu optimum pertumbuhan belum tentu merupakan suhu
optimum untuk pembentukan enzim. Suhu adalah salah satu faktor penting
yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan produksi metabolit,
mengingat suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimia, konfigurasi tiga
dimensi protein dan kecepatan aktivitas enzim. Suhu yang terlalu rendah
menyebabkan reaksi metabolism relative rendah karena tidak cukup energy
untuk mencapai suatu reaksi. Pada suhu yang lebih tinggi molekul enzim
yang terproduksi lebih aktif dan terjadi tumbukan molekul, dapat memulai
suatu reksi selama protein enzim tidak terdenaturasi. Optimal produksi
enzim didefinisikan sebagai maksimum produk, pada kondisi ini enzim
diproduksi terus-menerus.
Enzim
Enzim adalah suatu protein yang bertindak sebagai katalisator reaksi
biologi (biokatalisator). Pemanfaatan enzim saat ini berkembang pesat
terutama pada industry pengolahan pangan misalnya penggunaan enzim
rennet untuk menggumpalkan susu pada proses pembuatan keju. Suhu dan
35
pH merupakan factor yang mempengaruhi aktivitas enzim rennet mikrobia.
Oleh karena itu, perlu dikaji penggunaan enzim amobil dengan matriks
alginate terhadap lingkungan suhu dan pH yang berbeda sehingga diperoleh
kondisi yang optimum bagi enzim amobil untuk melaksanakan reaksi
katalitik. Proses koagulasi susu dengan penambahan enzim rennet mikrobia
pada saat pembuatan keju memiliki suhu optimum sekitar 30 – 400C,
sedangkan pada suhu 150C tidak akan terjadi koagulasi susu dan bila suhu
600C enzim rennet mikrobia menjadi inaktif (Winarno, 1983). Menurut
Radiati dan Fardiaz (1991) enzim rennet stabil dalam menggumpalkan susu
pada pH 4 – 6.
Mikroba
Pentingnya mikroba dalam proses penggumpalan protein adalah
karena beberapa jenis mikroba menghasilkan suatu enzim yang dapat
menyebabkan penggumpalan. Selain itu, mikroba menghasilkan asam laktat
dari laktosa sehingga diperoleh kondisi pH yang diinginkan dan diperlukan
saat proses penggumpalan seperti pada proses pembuatan keju. Proses
pembentukan curd (gumpalan) pemisahan ataupun pelepasan whey (cairan)
dari curd, pembentukan tekstur keju dan pengerasan curd di akhir proses
secara signifikan dipengaruhi oleh pH. Fungsi lain dari mikroba adalah
menghasilkan residu karbohidrat yang bersama dengan penurunan
kelembapan akan mempertahankan stabilitas mikroba keju. Sifat proteolitik
dan residu metabolisme mikroba akan akan berperan atau paling tidak
sangat esensial dalam pembentukan aroma dan rasa selama proses
pemeraman. Mikroba yang digunakan untuk menggumpalkan protein
didominasi oleh kelompok grup Streptococcus seperti Streptococcus lactis,
S. cremonis, S. diacetylactis dan Leuconostoc cremonis. Selain itu, mikroba
jenis lain yang sering digunakan adalah mikroba thermofil (tahan panas)
seperti Lactobacilli dan S. thermophilus. Mikroba umumnya digunakan
sebagai starter untuk menggumpalkan protein.
36
Faktor yang dapat memengaruhi keberagaman tekstur koagulasi:
37
Mekanisme Koagulasi
38
Contoh Pemanfaatan Koagulasi:
a. Keju
Keju merupakan salah satu hasil olahan susu yang telah dikenal
masyarakat. Pada proses pembuatan keju digunakan enzim rennet yang
digunakan sebagai koagulan. Enzim rennet adalah enzim protease yang
diperoleh dari lambung anak sapi yang berumur 3-4 minggu. Proses
pembuatan keju menurut Radiati dan Fardiaz (1991) sebagai berikut : Susu
dipasteurisasi pada suhu 72 – 730C selama 15 menit, didinginkan sampai
400C dan diberi starter Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus
thermophillus (2 : 1) sebanyak 5% (v/v), diinkubasi suhu 430C selama 1 – 2
jam dalam waterbath. Suhu diatur sesuai perlakuan (32, 37 dan 420C) dan
dibiarkan hingga tercapai pH sesuai perlakuan (5,0; 5,5 dan 6,0). Larutan
CaCl2 25% kemudian ditambahkan sebanyak 0,1% (v/v) dan enzim rennet
amobil sebanyak 2,5% (b/v), dibiarkan hingga susu membentuk curd. Curd
dipotong kecil-kecil dan ditiriskan untuk memisahkan whey, kemudian curd
dipanaskan pada suhu 500C, dan dipres selama 2 – 3 jam. Tidak lupa pada
tahap ini, enzim amobil dipisahkan dengan penyaringan. Koagulum
direndam dalam larutan garam 2% selama 2 jam, ditiriskan selama 1 jam
dan dibungkus dengan aluminium foil dan disimpan dalam lemari pendingin
sampai digunakan untuk tahap selanjutnya.Suhu koagulasi yang optimum
akan meningkatkan proses koagulasi, sehingga pengeluaran whey akan lebih
besar dan air yang terikat dalam curd lebih sehingga keju yang dihasilkan
juga semakin keras.
b. Youghurt
Didalam susu sapi terdapat protein yang disebut kasein dan
karbohidrat berupa laktosa. Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam
susu yang digunakan oleh kultur L. bulgaricus dan S. thermopillus sebagai
sumber karbon dan energi untuk pertumbuhannya. Laktosa dihirolisis
menghasilkan asam piruvat lalu asam piruvat menjadi asam laktat. Asam
laktat yang dihasilkan menyebabkan penurunan pH susu. Jika pH susu
39
menjadi sekitar 4,6 atau lebih rendah maka keasaman susu akan menjadi
tidak stabil dan akan terkoagulasi.
c. Tahu
Tahu susu merupakan salah satu produk turunan dari susu yang diolah
dengan cara menggumpalkan proteian yang terdapat di dalam susu. Bahan
penggumpalan yang biasa dipakai dalam pembuatan tahu susu tidak berbeda
dengan yang digunakan dalam pembuatan tahu kedelai. Prinsip
pembuatannya adalah menggumpalkan protein dalam susu (kasein) yang
bisa dilakukan dengan menambahkan bahan yang memiliki sifat asam,
misalnya cuka.
40
10. Renaturasi Protein
Renaturasi protein adalah proses pembentukan kembali struktur untai
ganda dari keadaan terdenaturasi. Renaturasi merupakan suatu proses yang
dapat terjadi secara in vivo maupun in vitro. Renaturasi in vitro merupakan
suatu fenomena yang sangat berguna untuk analisis molekuler, misalnya
untuk megetahui kesamaan atau kedekatan genetis antara suatu organisme
dengan organisme lain, untuk mendeteksi macam RNA tertentu, untuk
mengetahui apakah suatu urutan nukleotida tertentu ada lebih dari satu
pada suatu jasad, serta untuk mengetahui lokasi spesifik suatu urutan
nukleotida pada genom.
2. Sifat amfoter
Sifat ini timbul karena adanya gugus amino (-NH2) yang bersifat
basa dan gugus karboksil (-COOH) yang bersifat asam yang terdapat pada
molekul protein pada ujungujung rantainya, maka dengan larutan asam
atau pH rendah, gugus amino pada protein akan bereaksi dengan ion H+,
sehingga protein bermuatan positif, sebaliknya dalam larutan basa gugus
karboksilat bereaksi dengan ion OH-, sehingga protein bersifat negatif.
Adanya muatan pada molekul protein menyebabkan protein bergerak
dibawah pengaruh medan listrik (Yazid, 2006).
41
3. Pembentukan ikatan peptida
4. Binding of Ion
a. Pada pH > pI :
Protein / AA bersifat anionik (COO-) mengikat Cation (Ca2+, dll)
b. Pada pH < pI :
Protein / AA bersifat cationik (NH3+) mengikat Anion (Cl-, dll)
5. Hydration of protein, Hydrasi protein tergantung pada :
a. Konsentrasi protein
b. pH
c. Adanya senyawa lain (kekuatan ion)
d. Suhu
6. Interaksi protein dan air
a. Melalui ikatan peptida dalam rantai polipeptida dipole – dipole atau
ikatan hidrogen
b. Melalui gugus R (rantai cabang) asam amino (AA) Interaksi melalui
ionisasi, polar dan non polar
7. Kelarutan protein dalam air tergantung pada :
a. pH : pH > pI protein bermuatan -
b. pH < pI protein bermuatan +
c. pH = pI protein netral (NEC=0) protein mengendap
42
pada 0,5 – 1 M kelarutan protein naik salting in.
pada > 1 M kelarutan protein turun salting out protein
mengendap karena interaksi : Air – garam > air – protein sehingga terjadi
interaksi protein – protein.
Maillard reaction :
a. Jenis gula (gugus karbonil)
b. Jenis protein (gugus amino)
9. Analisis Protein
Analisis Protein Kualitatif dilakukan dengan cara reaksi warna, reaksi ini
berdasarkan adanya ikatan peptid, maupun adanya sifat-sifat dari asam
amino yang dikandungnya.
a. Reaksi Biuret
43
b. Reaksi Ninhidrin
Larutan protein ditambah dengan beberapa tetes larutan
ninhidrin kemudian dipanaskan beberapa saat dan didiamkan
hingga dingin, hasil positif apabila terbentuk warna biru
c. Reaksi Millon
Dilakukan dengan cara menambahkan larutan protein dengan
beberapa tetes reagen millon diaduk sampai adanya endapan
putih kemudian dipanaskan hati-hati dan ditambahkan NaNO3
setelah dingin. Hasil positif ditandai dengan terjadinya warna
merah pada larutan tersebut.
44
10. Analisis Protein Kuanitatif dilakukan dengan cara:
1. Cara Kjeldahl
Cara Kjeldahl pada umumnya dapat dibedakan atas tiga cara, yaitu
cara makro, semimakro, dan mikro. Cara makro Kjeldahl digunakan untuk
contoh yang sukar dihomogenisasi dan besar contoh 1-3 gram, semimakro
Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg
dari bahan yang homogen, dan cara mikro digunakan untuk contoh
yang lebih kecil lagi yaitu 10-30 mg.
a. Tahap Destruksi
Dalam tahap ini, sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga
terurai menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon,
hidrogennya teroksidasi menjadi CO, CO2, H2O, sedangkan
nitrogennya berubah menjadi NH4HSO4. Untuk mempercepat
proses destruksi, ditambah selenium sebagai katalisator.
45
b. Tahap destilasi
c. Tahap Titrasi
46
oksida. Semua atom karbon dan hidrogen akan diubah menjadi
CO2 dan uap air. Semua gas dialirkan kedalam larutan NaOH dan
dilakukan pengeringan gas. Semua gas terabsorpsi kecuali gas
nitrogen, dan gas ini kemudian dianalisis dan diukur.
O. Klasifikasi Protein
1. Protein Sederhana
Protein sederhana adalah protein yang apabila dihidrolisahanya akan
menghasilkan asam- asam amino atau derivatnya saja. Berdasarkan
bentuk dan kelarutannya maka protein sederhana dikelompokkan menjadi
dua yaitu, protein globular dan protein fibrosa.
a. Protein fibrosa
Protein fibrosa adalah protein yang mempunyai rasio aksial
(perbandingan panjang terhadap lebar) yang mempunyai nilai lebih
besar dari 10. Protein fibrosa mempunyai ciri-ciri antara lain :
1.) Berbentuk benang atau fibriler
2.) Derajat kristalisasinya tinggi atau hampir tidak membentuk kristal
3.) Tidak larut dalam pelarut netral atau larutan garam
Disamping itu juga tahan terhadap sebagian besar enzim. Contoh nya
adalah kolagen dalam jaringan pengikat dan epidermis, serta keratin
pada rambut.
47
Berdasarkan kelarutannya masih dikelompokkan lebih lanjut menjadi:
a. Albumin
Albumin bersifat larut dalam air dan larutan garam. Albumin
terkoagulasi oleh panas dan terendapkan oleh ammonium sulfat.
Contohnya ovalbumin dalam putih telur, laktalbumin pada susu,
albumin dalam serum darah, legumetin dalam kacang-kacangan,dan
leucosin dalam gandum.
b. Globulin
Globulin sedikit larut dalam air dan larut dalam larutan garam (dari
asam kuat atau basa kuat). Globulin terkoagulasi oleh panas. Contoh :
myosin dalam otot, laktoglbulin dalam susu, glysin dalam kedele,
arachin dalamkacang tanah, plasma globulin dalam darah,
ovoglobulin dalam kuning telur, dan legumetin dalam kacang-
kacangan.
c. Glutelin
Glutelin tidak larut dalam pelrut netral tetapi larut dalam larutan asam
atau basa. Contoh: glutelin adalm gandum,dan oryzanin dalam
gandum.
d. Prolamin
Prolamin bersifat larut dalam etanol (50-80%). Contoh : gliadin
dalam agndum, zein dalam jagung dan hordein dalam barley.
e. Histone
Histone larut dalam air, asam atau basa encer,dan larutan garam,
tetapi tidak larut dalam larutan ammonia encer. Contoh : histone
dalam ikan paus, pankreas dan globin dalam darah.
f. Protamin
Protamin larut dalam etanol (70-80%), tetapi tidak larut dalam air dan
etanol absolute. Protamin bersifat basa kuat, dengan asam adan
membentuk garam kuat. Contoh : salmin dalam salmon, klupein
dalam herring dan cryprinin dalam karper.
48
2. Protein kompleks
1. Kolagen
49
produksi kosmetik adalah kolagen yang berasal dari hewan atau
tumbuhan. Contoh kolagen hewan yang digunakan adalah kolagen yang
berasal dari sapi. Kolagen memiliki fungsi yaitu sebagai pelembab
alami bagi kulit. Selain itu, kolagen yang digunakan pada bahan
kosmetik akan berfungsi untuk menahan air karena kolagen tidak larut
dalam air, sehingga kulit wajah tetap dalam keadaan tetap serta
memberi efek baik bagi regenerasi sel kulit sehingga kulit wajah tidak
cepat kusam dan keriput karena adanya kolagen.
Selain dijadikan untuk pelembab, kolagen juga dapat digunakan
untuk pembuatan kulit sintesis. Sebelum adanya aplikasi dari
bioteknologi ini, dengan mentransplantasikan kulit dari satu bagian
tubuh ke tubuh bagian lain. Namun, transplantasi dari satu tubuh
manusia ke tubuh manusia lain ditolak oleh tubuh seseorang yang
menerima transplantasi kulit orang tersebut. Maka dibuatlah
bioteknologi kulit buatan dari kolagen.
Pembuatan kulit buatan juga bisa dibuat dari sel fibroblast. Sumber
fibroblast dapat diambil dari lapisan dermal jaringan kulit khatan.
Kemudian fibroblast di karantina dan diperiksa ada atau tidaknya virus
atau patogen lain. Fibroblast disimpan dalam glass vials kemudian
dibekukan dengan nitrogen 940 F. Pembuatan kolagen dari hewan juga
dapat dilakukan melalui proses ekstraksi. Terdapat dua jenis ekstraksi,
yaitu ekstraksi konvensional maupun ekstraksi enzimatis dengan
menggunakan enzim protease. Ekstraksi enzimatis memberikan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan ekstraksi non konvensional.
2. Tripsin
Pada pembuatan vaksin, protein sangat berperan dalam prosesnya.
Pembuatan vaksin terdiri dari beberapa tahap diantaranya adalah persiapan
benih virus. Setelah disiapkan, kemudian virus ditumbuhkan dalam media
yang mengandung protein misalnya protein yang berasal dari mamalia
(protein murni dari darah sapi). Media ini dapat mendorong proses
reproduksi dari sel. Pertumbuhan virus dapat dibantu dengan bantuan
50
enzim ke medium yang digunakan. Enzim yang digunakan ini adalah
enzim tripsin. Enzim tripsin adalah protein yang berfungsi sebagai katalis
dalam metabolisme dan pertumbuhan sel. Pada proses ini, tripsin
didapatkan dari pankreas sapi. Setelah dilakukan pertumbuhan pada virus,
virus tersebut kemudian dipisahkan dari mediumnya. Pemisahan ini dapat
dilakukan dengan cara filtrasi, sentrifugasi atau teknik lain.
3. Protein DNA
51
4. Protein CFPS
5. Enzim lipolase
52
A/S, yang mempercepat pembuangan lemak yang tertinggal pada kain.
Enzim ini pertama kali di identifikasi pada jamur Humicola languinosa
dengan jumlah yang tidak cukup untuk produksi komersial. Fragmen DNA
dari gen pengode enzim ini di kloning dalam jamur Aspergillus oryzae
sehingga dapat diproduksi secara komersial. Enzim ini terbukti efisien
pada berbagai kondisi pencucian pakaian. Enzim ini juga stabil pada
beberapa variasi suhu dan pH, serta resisten terhadap proteolysis.
53