Anda di halaman 1dari 16

Analisis Asam Askorbat

Dalam Sediaan Likuida


KELOMPOK 1 / B1 / S1 FARMASI 2017
Anggota Kelompok :
1. Eka Pramuda Wardani (16020200029)
2. Elisah Dwi Febrianti (17020200018)
3. Hardiyansyah (17020200036)
4. Sela Mustika Sari (17020200076)
5. Septy Lutfiyana Mirliyanti(17020200078)
Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah memahami Teknik
preparasi sampel pada sediaan likuida.
Dasar Teori
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting
dalam menangkal berbagai penyakit.
Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin
C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas
ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya dan
logam. Meskipun jeruk dikenal sebagai buah penghasil vitamin C lebih banyak 47% daripada jeruk.
Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada besarnya nilai absorpsi suatu
zat terhadap radiasi sinar elektromagnetik. Prinsip kerja spektrofotometri adalah dengan
menggunakan spektrofotometer yang pada umumnya terdiri dari unsur – unsur seperti sumber
cahaya, monokromator, sel, fotosel, dan detector. Sumber radiasi spektrofotometer dapat digunakan
lampu deuterium untuk radiasi di daerah sinar ultraviolet sampai 350 nm atau lampu filamen untuk
sinar tampak sampai inframerah. Sinar yang dikeluarkan sumber radiasi merupakan sinar
polikromatis, sehingga harus dibuat menjadi sinar monokromatis oleh monokromator.
Radiasi yang melewati monokromator diteruskan ke zat yang akan diukur dan sebagian radiasinya
akan diserap oleh zat tersebut. Zat yang akan diukur nilai absorbannya diletakkan pada sel dengan
wadah kuvet. Sinar yang diteruskan akan mencapai fotosel dan energi sinar diubah menjadi energi
listrik (Khopkar, 2003).
Alat dan Bahan
 Alat
Peralatan yang digunakan adalah tabung reaksi, labu ukur, gelas
ukur, spektrofotometer UV-Vis dan beaker glass.
 Bahan
Bahan yang digunakan adalah aquades dan asam askorbat.
Metode Percobaan
Pembuatan Kurva Standar Asam Askorbat
Larutan Asam Askorbat

Dibuat larutan induk asam askorbat 200 ppm sebanyak 25 mL.

Dibuat larutan standar asam askorbat menggunakan pelarut aquades dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40,
dan 50, masing – masing sebanyak 10 mL.

Diambil larutan standar asam askorbat dengan konsentrasi terbesar, kemudian lakukan scanning Panjang
gelombang maksimum asam askorbat.

Dibuat kurva standar askorbat dengan instrument spektrofotometer UV-Vis pada Panjang gelombang
maksimum.
 Tentukan nilai persamaan regresi linear kurva standar hingga diperoleh koefisien variasi () mendekati
0,999.

Hasil
Perhitungan
•  Larutan Induk
Larutan induk  200 ppm sebanyak 25 mL
ppm   40 dari 1000 mL : 25 mL
200 : 40 = 5 mg (asam askorbat)
Larutan Standar
10 ppm  10 x 10 = 200 x V2 ; V2 = 0,5 mL
20 ppm  20 x 10 = 200 x V2 ; V2 = 1 mL
30 ppm  30 x 10 = 200 x V2 ; V2 = 1,5 mL
40 ppm  40 x 10 = 200 x V2 ; V2 = 2 mL
50 ppm  50 x 10 = 200 x V2 ; V2 = 2,5 mL
Data Hasil
NO. PERLAKUAN PENGAMATAN
1. Dibuat 200 ppm larutan induk sebanyak 25 mL Larutan induk terbuat 25 mL.
2. Dibuat larutan standar asam askorbat dengan konsentrasi Larutan dibuat untuk masing –
10, 20, 30, 40 dan 50 ppm. masing konsentrasi sebanyak 10 mL.
3. Diambil larutan induk : 0,5 mL  10 ppm ; 1 mL  20 Didapat masing – masing konsentrasi
ppm ; 1,5 mL  30 ppm ; 2 mL  40 ppm dan 2,5 mL  dan semua larutan tidak berwarna.
50 ppm di masukkan labu ukur 10 mL, di add kan dengan
aquades sampai tanda batas dan labu ukur ditutup dengan
aluminium foil.
4. Diambil larutan standar asam askorbat dengan konsentrasi Panjang gelombang maks 50 ppm
terbesar (50 ppm) dan dilakukan scanning Panjang adalah 255 nm.
gelombang maksimum.
5. Ditentukan persamaan regresi linear kurva standar Lihat tabel 1
Tabel 1
• Absorbansi • Konsentrasi yang terbuat
Konsentrasi Absorbansi Seharusnya Hasil
10 ppm 0,434 10 ppm 9,288 ppm
20 ppm 0,931
20 ppm 19,46 ppm
30 ppm 1,420
40 ppm 2,036
30 ppm 28.89 ppm
50 ppm 2,353 40 ppm 41,60 ppm
50 ppm 48,19 ppm
Intercept (A) = (-) 0,0481
Slope (B) = 0,0494
R = 0,997
Y = B (x) + A
Y = 0,0494 + (-) 0,0481
Y = 0,0494 – 0,0481
Pembahasan
Prinsip Spektrofotometri
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hokum Lambert-Beer, bila cahaya
monokromatik melalui suatu media (larutan) maka sebagian cahaya tersebut
diserap, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi dipancarkan. Transmitan adalah
perbandingan intensitas cahaya yang di transmisikan ketika melewati sampel
dengan intensitas cahaya mula – mula sebelum melewati sampel. Persyaratan
hukum Lambert-Beer antara lain : radiasi yang digunakan harus monokromatik,
energi radiasi yang di absorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia,
sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus homogen, tidak terjadi fluorosensi dan
indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan harus pekat
(tidak encer).
Asam askorbat merupakan bahan farmasi yang banyak dikonsumsi sebagai
antioksidan. Asam askorbat dalam sediaan farmasi dapat ditentukan dengan
metode titrasi iodometri atau spektrofotometri ultraviolet pada panjang
gelombang 265 nm. Pada praktikum ini akan dilakukan pengukuran kurva
standar asam askorbat, didapatkan Panjang gelombang maksimum 255 nm hal
ini tidak sesuai dengan literatur. Hal ini dikarenakan asam askorbat bersifat tidak
stabil terhadap suhu, oksigen sehingga perlakuan sampel seharusnya sangat
memperhatikan stabilitas asam askorbat tersebut agar tidak terjadi degradasi
asam askorbat.
Dari pengukuran standar diperoleh nilai absorbansi sebagai berikut : pada
konsentrasi 10 ppm didapat nilai absorbansi sebesar 0,434. Pada konsentrasi 20
ppm didapat nilai absorbansi sebesar 0,931. Pada konsentrasi 30 ppm didapat
nilai absorbansi sebesar 1,420. Pada konsentrasi 40 ppm didapat nilai absorbansi
sebesar 2,036. Pada konsentrasi 50 ppm didapat nilai absorbansi sebesar 2,353.
Dari pengukuran standar diperoleh intercept (A) sebesar (-) 0,0481; slope (B)
sebesar 0,0494 dan R sebesar 0,997 sehingga didapatkan persamaan Y = 0,0494
– 0,0481.
Dilakukan perbandingan antara konsentrasi seharusnya dengan hasil
praktikum. Pada 10 ppm diperoleh 9,288 ppm. Pada 20 ppm diperoleh 19,46
ppm. Pada 30 ppm diperoleh 28,89 ppm. Pada 40 ppm diperoleh 41,60
ppm. Pada 50 ppm diperoleh 48,19 ppm. Pada konsentrasi 40 ppm
keluar dari rentang seharusnya. Hal ini dikarenakan
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Khopkar SM. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press.
Jakarta.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai