Anda di halaman 1dari 10

FORMULASI SEDIAAN SALEP SEBAGAI ANTISKABIES DENGAN

BAHAN AKTIF SULFUR PRECIPITATUM

Eka Pramuda W. (16020200029), Andre Giovano (17020200009), Aulia Dinda S.


(17020200013), Ayu Septa N. (17020200014), Faniliyarani (17020200028), Nala
Lifianto (17020200056) dan Rezania Risa M. (17020200069).

Program Studi S1 Farmasi


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah Sakit Anwar Medika
Sidoarjo
ekapramuda1@gmail.com

ABSTRAK
Antiskabies adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit scabies (kudis).
Salep merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Sulfur Praecipitatum adalah salah satu bahan aktif yang digunakan untuk
antiskabies yaitu untuk mengobati jerawat yang timbul pada wajah. Tujuan dari percobaan
formulasi sediaan larutan yaitu : untuk mengetahui formulasi dari bahan aktif sulfur
praecipitatum dan untuk mengetahui evaluasi fisik formulasi salep sulfur praecipitatum.
Formulasi untuk sediaan salep sulfur ini yaitu sulfur 5% sebagai zat aktif, meti paraben
0,2% dan propil paraben 0,3% sebagai pengawet. Asam sitrat 1% dan natrium sitrat 1%
sebagai dapar. Propilenglikol 10% sebagai enhancer. BHT 0,1% sebagai antioksidan.
Gliserin 10% sebagai humektan. Vaselin ad 100% sebagai basis salep. Hasil evaluasi fisik
sediaan salep sulfur untuk uji organoleptis yang dilakukan pada formulasi sediaan yaitu
berwarna kuning, berbau sulfurt, berbentuk saleo, dan memiliki tekstur sedikit kasar. Nilai
pH yang didapatkan yaitu 5. Hasil uji daya sebar yaitu 5,68 cm. Hasil uji daya lekat yaitu
4,31 detik. Uji hedonik menunjukkan bahwa sukarelawan menyukai sediaan dari segi kesan
tidak lengket, tekstur, dan kurang suka pada aroma dan warna sediaan. Terakhir yaitu uji
homogenitas yang menunjukkan bahwa sediaan gel yang kami buat kurang seragam dan
tidak homogen.
Kata kunci : Antiskabies, Salep, Sulfur praecipatum, formulasi, evaluasi fisik

ABSTRACT
Antiskabies is a drug used to treat scabies (scabies). Ointments are semi-solid
preparations that are easily applied and used as an external medicine. Sulfur Praecipitatum
is one of the active ingredients used for antiskabies, which is to treat acne that appears on
the face. The purpose of the experimental solution formulations were: to find out the
formulation of the preecipitatum sulfur active ingredient and to know the physical
evaluation of the preecipitatum sulfur ointment formulation. The formulations for this
sulfur ointment are 5% sulfur as an active ingredient, 0.2% methyl paraben and 0.3% propyl
paraben as a preservative. 1% citric acid and 1% sodium citrate as buffer. Propilenglikol
10% as an enhancer. BHT 0.1% as an antioxidant. Glycerin 10% as a humectant. Vaseline
ad 100% as a base ointment. Results of physical evaluation of sulfur ointment preparations
for organoleptic tests carried out on the preparation formulations are yellow, sulfuric, saleo-
shaped, and have a slightly rough texture. The pH value obtained is 5. The spread test
results are 5.68 cm. The results of the sticky power test were 4.31 seconds. The hedonic
test showed that volunteers liked the preparation in terms of non-stickiness, texture, and
lack of flavor and color. Finally, the homogeneity test shows that the gel preparations that
we make are less uniform and not homogeneous.
Keywords: Antiskabies, Ointment, Sulfur praecipatum, formulation, physical
evaluation

PENDAHULUAN (Syamsuni, 2007). Salah satu sediaan


Latar Belakang obat yang akan dibahas adalah sediaan
Antiskabies adalah obat yang semisolida khususnya salep.
digunakan untuk mengobati penyakit Salep merupakan sediaan
scabies (kudis). Kudis adalah kondisi setengah padat yang mudah dioleskan
yang ditandai dengan munculnya rasa dan digunakan sebagai obat luar. Bahan
sangat gatal di kulit, terutama pada obat harus larut atau terdispersi homogen
malam hari, disertai dengan timbulnya dalam basis salep yang cocok (FI III).
ruam bintik-bintik menyerupai jerawat Salep tidak boleh berbau tengik, kecuali
atau lepuhan kecil bersisik. Kondisi ini dinyatakan lain kadar bahan obat dalam
merupakan dampak dari adanya tungau salep yang mengandung obat keras atau
yang hidup dan bersarang di kulit. narkotik adalah 10%.
Dalam bidang farmasi Setiap Formulasi yang akan dibuat
bentuk sediaan obat memiliki fungsi dan dalam peneltian ini adalah formulasi
kegunaan masing-masing sesuai dengan sediaan salep dengan bahan aktif sulfur
kebutuhan dan tujuan pemakaian, secara praecipitatum yang ditujukan untuk
garis besar ada tiga bentuk sediaan obat penggunaan secara topikal. Sulfur
yaitu padat, semi solida, dan liquida Praecipitatum adalah salah satu bahan
aktif yang digunakan untuk antiskabies Tujuan
yaitu untuk mengobati jerawat yang Tujuan dari percobaan formulasi
timbul pada wajah. sediaan larutan yaitu :
Pemilihan sediaan salep ini 1. Mengetahui formulasi dari bahan aktif
dikarenakan Sulfur Praecipitatum sulfur praecipitatum.
memiliki karakteristik fisik yaitu tidak 2. Mengetahui evaluasi fisik formulasi
larut dalam air dan tidak larut dalam salep sulfur praecipitatum.
etanol(Sweetman, 2009). Setelah
dilakukan formulasi sediaan salep ini METODE PENELITIAN
akan dilakukan evaluasi fisik terhadap Alat dan Bahan
kualitas salep sulfur praecipitatum, yang Alat-alat yang digunakan pada
meliputi organoleptis, pH, daya sebar, saat penelitian yaitu : Beaker glass, Gelas
daya lekat, dan uji homogenitas. ukur, Pipet tetes, Mortir, Stamfer, Batang
Rumusan Masalah pengaduk, Cawan porselen, Neraca
Berdasarkan latar belakang yang analitik, Sendok tanduk, Spatula logam,
telah dijelaskan diatas maka dapat dibuat dan Mikroskop.
rumusan masalah sebagai berikut : Bahan-bahan yang dibutuhkan
1. Bagaimana formulasi salep dari bahan pada saat penelitian yaitu : Sulfur
aktif sulfur praecipitatum? praecipitatum, Metil paraben, Propil
2. Bagaimana evaluasi fisik formulasi paraben, Gliserin, Propilenglikol, Asam
salep sulfur praecipitatum? sitrat, Natrium sitrat, BHT, dan Vaselin
putih.
Formulasi
No Komponen Fungsi Kadar Skala Lab Skala Pilot
1. Sulfur Precipitatum Zat Aktif 5% 1 5
2. Metil Paraben Pengawet 0,2% 0,04 0,2
3. Propil Paraben Pengawet 0,3% 0,06 0,3
4. Gliserin Humektan 10% 2 10
5. Propilenglikol Enhancer 10% 2 10
6. Asam Sitrat Dapar 1% 0,2 1
7. Natrium Sitrat Dapar 1% 0,2 1
8. BHT Antioksidan 0,1% 0,02 0,1
9. Vaselin Basis Ad 100% 14,48 72,4

Metode Pembuatan Langkah pertama yang


1. Skala Lab dilakukan adalah disetarakan timbangan.
Kedua, ditimbang sulfur praecitatum 1
gram, lalu gerus ad halus. Ketiga, precipitatum dan digerus ad terbentuk
ditimbang metil paraben 0,04 gram dan masa salep. Keenambelas, masukkan
larutkan dengan propilenglikol kedalam pot salep, beri etiket dan label.
secukupnya aduk ad larut. Keempat, 2. Skala Pilot
ditimbang propil paraben 0,06 gram dan Langkah pertama yang
larutkan dengan propilenglikol dilakukan adalah disetarakan timbangan.
secukupnya aduk ad larut. Kelima, Kedua, ditimbang sulfur praecitatum 5
ditimbang gliserin 2 gram. Keenam, gram, lalu gerus ad halus. Ketiga,
ditimbang propilenglikol 2 gram. ditimbang metil paraben 0,2 gram dan
Ketujuh, ditimbang asam sitrat 0,2 gram larutkan dengan propilenglikol
dan larutkan dengan aquadest secukupnya aduk ad larut. Keempat,
secukupnya aduk ad larut. Kedelapan, ditimbang propil paraben 0,3 gram dan
ditimbang natrium sitrat 0,2 gram dan larutkan dengan propilenglikol
larutkan dengan aquadest secukupnya secukupnya aduk ad larut. Kelima,
aduk ad larut. Kesembilan, ditimbang ditimbang gliserin 10 gram. Keenam,
BHT 0,02 gram. Kesepuluh, ditimbang ditimbang propilenglikol 10 gram.
vaselin putih 14,48 gram. Kesebelas, Ketujuh, ditimbang asam sitrat 1 gram
vaselin putih dilebur sampai mencair lalu dan larutkan dengan aquadest
ditambahkan gliserin dan BHT, secukupnya aduk ad larut. Kedelapan,
kemudian digerus ad homogen. ditimbang natrium sitrat 1 gram dan
Keduabelas, campuran vaselin, gliserin larutkan dengan aquadest secukupnya
dan BHT yang sudah mencair aduk ad larut. Kesembilan, ditimbang
selanjutnya digerus ad homogen pada BHT 0,1 gram. Kesepuluh, ditimbang
mortir panas. Ketigabelas, campuran vaselin putih 72,4 gram. Kesebelas,
yang sudah homogen tersebut vaselin putih dilebur sampai mencair lalu
ditambhakan larutan metil paraben dan ditambahkan gliserin dan BHT,
larutan propil paraben, digerus ad kemudian digerus ad homogen.
homogen. Keempatbelas, campuran yang Keduabelas, campuran vaselin, gliserin
sudah ditambahkan pengawet tersebut dan BHT yang sudah mencair
kemudian ditambahkan larutan dapar selanjutnya digerus ad homogen pada
asam sitrat dan natrium sitrat kemudian mortir panas. Ketigabelas, campuran
digerus ad homogen. Kelimabelas, yang sudah homogen tersebut
setelah larutan pendapar telah homogen ditambhakan larutan metil paraben dan
dengan bahan yang lainnya kemudian larutan propil paraben, digerus ad
tambahkan zat aktifnya yaitu sulfur homogen. Keempatbelas, campuran yang
sudah ditambahkan pengawet tersebut kemudian diletakkan dalam kaca bulat,
kemudian ditambahkan larutan dapar kaca lainya diletakan diatasnya lalu
asam sitrat dan natrium sitrat kemudian dibiarkan selama 1 menit. Setelah itu
digerus ad homogen. Kelimabelas, ditambahkan kurang lebih 150 gram
setelah larutan pendapar telah homogen beban dan dibiarkan selama 1 menit.
dengan bahan yang lainnya kemudian Terakhir diukur diameter sampai konstan
tambahkan zat aktifnya yaitu sulfur 4. Daya Lekat
precipitatum dan digerus ad terbentuk Cara pengujian daya lekat yaitu
masa salep. Keenambelas, masukkan ambil sampel sebanyak 0,25-1 gram
kedalam pot salep, beri etiket dan label. sediaan dilettkan diantara 2 gelas objek
Evaluasi Sediaan pada alat uji daya lekat. Kemudian
1. Organoleptis diletakkan dengan beban 1 kg selama 5
Cara pengujian dengan menit. Beban diangkat dan diberi beban
menggunakan indera manusia sebagai 80 gram pada alat dan dicatat waktu
alat utama. Macam uji yaitu warna, bau, pelepasan sediaan semisolida.
tekstur, dan bentuk. Selain itu 5. Homogenitas
pengamatan secara organoleptis juga Mengamati homogenitas sediaan
digunakan untuk melihat ada atau dengan mengoles sediaan pada kaca
tidaknya mikroba dalam sediaan yang objek tipis-tipis untuk mendapatkan
telah dibuat. permukaan sediaan yang homogen,
2. Uji pH dilakukkan dengan menggeserkan
Uji pH dilakukan menggunakan sejumlah sediaan dari ujung kaca objek
pH universal. Cara kerja alat ini yaitu dengan bantuan batang.sehingga sediaan
dengan menyiapkan sampel yang akan harus menunjukkan susunan yang
diukur secukupnya, diambil satu kertas homogen dan tidak terlihat adanya
pH universal. Kemudian dicelupkan butiran kasar.
kertas pH kedalam larutan sampel. 6. Uji Hedonik atau Kesukaan
Setelah kertas berubah warna, ukur pH Uji kesukaan dilakukan terhadap
larutan dengan membandingankan warna 30 orang responden atau sukarelawan
pada kertas dengan warna pada kotak dengan menggunakan angket. Pengujian
kemasan. dilakukan dengan cara meminta
3. Daya Sebar sukarelawan untuk mencoba sediaan
Proses evaluasi daya sebar semisolida yang telah dibuat kemudian
sediaan semisolida dilakukan dengan diminta tanggapannya dari warna, aroma,
cara diambil 0,5-1 gram sediaan tekstur dan kesan tidak lengket.
7. Uji Mikroba Namun pada percobaan kali ini uji
Uji mikroba umumnya dilakukan mikroba hanya dilakukan dengan
dengan cara sampel seberat 100 mg mengamati bentuk sediaan secara fisik
dimasukkan ke dalam sumuran petri yang ada tidaknya pertumbuhan mikroba.
berisi agar multer hilter telah 8. Uji distribusi ukuran partikel
ditumbuhkan bakteri, kemudian Uji distribusi ukuran partikel
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 dapat dilakukan dengan menggunakan
jam. Selanjutnya diukur diameter daerah mikroskop. Langkah kerja dalam
penghambatan bakteri, dengan cara yang melakukan uji distribusi ukuran partikel
sama dilakukan penanaman basis tanpa dengan meletakkan sedikit sediaan salep
obat sebagai blanko untuk pembanding yang telah dibuat pada kaca preparat.
dilakukan penanaman sediaan baku yaitu Kemudian ditutup dengan kaca objek.
larutan clindamycin dalam dapar Setelah itu diamati dibawah mikroskop
phosphat atau dapat ditambahkan dengan keseragaman ukuran partikel dan
tryptic sour soy (TSA) untuk persebaran ukuran partikel dalam sediaan
menganalisa bakteri, yeast dan jamur. tersebut. Kemudian dilakukan
Untuk bakteri diinkubasi pada suhu pengulangan sebanyak 3 kali agar
30°C-35ºC selama 5 hari, dan untuk yeast diperoleh hasil yang presisi (Ansel,
dan jamur diinkubasi pada suhu 20°C- 1989).
25°C selama 5-7 hari (Paye et al, 2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Jenis Uji Sebelum Penyimpanan Setelah Spesifikasi
Penyimpanan
Organoleptis:
a. Warna a. Jernih a. kuning a. kuning
b. Tekstur b. Sedikit kasar b. Sedikit kasar b. Lembut
c. Bau c. Berbau sulfur c. Berbau sulfur c. Bau sulfur
d. Bentuk d. Salep d. salep d. salep
pH 4,5 5 4,5 – 6,5
(Hiskia,1992)
Daya Sebar - 5,05 – 5,68 cm 5 - 7 cm
(Voight,1994)
Daya Lekat - 4,31 detik 3 - 5 detik
(Syamsuni,2007)
Homogenitas - Tidak Homogen Homogen
Ukuran Partikel - Partikel tidak merata Partikel merata
Mikrobiologi - Tidak ada bakteri Tidak ada bakteri
12
10
8
6
4
2
0
tidak suka kurang suka suka sangat suka

warna aroma tekstur kesan

Sulfur precipitatum adalah yang terkena scabies. Selain itu sulfur


paling aktif, karena serbuknya yang precipitatum berperan sebagai bakterisid
terhalus. Dahulu zat ini digunakan dan fungisid oleh kuman tertentu pada
sebagai laksans lemah berkat kulit sehingga sangat efektif apabila
perombakan dalam usus menjadi sulfide dibuat sediaan salep karena bahan aktif
(natrium/kalium) yang merangsang bisa langsung berpenetrasi ke dalam
peristaltic usus (Tjay dan Rahardja, jaringan kulit. Salep yang telah dibuat ini
2008). Sulfur juga biasa digunakan untuk berupa salep yang memiliki warna
terapi acne, dandruff atau ketombe, kuning dengan pH 5. Selain dapat
scabies, seborroic condition atau mempertahankan pH, buffer sitrat juga
kelebihan minyak pada kulit kepala, dan dapat digunakan untuk mencegah
infeksi jamur permukaan. Scabies oksidasi bahan aktif obat. Pada sediaan
merupakan infeksi parasit pada kulit salep ini basis yang digunakan yaitu
yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei vaselin putih karena dapat memberikan
(kompedia). Sulfur sering bentuk sediaan salep yang lembut dikulit
dikombinasikan dengan asam salisilat dan mudah diaplikasikan dikulit. Gliserin
menghasilkan efek keratolitik yang digunakan sebagai humektan atau
sinergis. Sulfur dipakai sebesar 10% emolient baik pada formula. Enhancer
adalah dosis yang optimal sebagai yang digunakan pada semua formula ini
keratolotik agent dan merupakan dosis yaitu propilen glikol. Selain untuk
maksimum untuk terapi scabies/kudis enhancer propilen glikol juga digunakan
sehingga akan mendapatkan hasil yang sebagai pelarut nipagin dan nipasol.
efektif (Sweetman,2002). Sedangkan, Nipagin dan nipasol
Sediaan dengan bahan aktif digunakan sebagai pengawet untuk
sulfur precipitatum dibuat dalam bentuk mencegah kontaminasi mikroba.
sediaan salep bertujuan untuk agar Sedangkan untuk mencegah
mudah digunakan pada pasien yang
teroksidasinya sediaan salep ini maka mortir panas ini ditujukan untuk menjaga
ditambahkan bahan antioksidan BHT. suhu basis pada saat pencampuran.
Salep sulfur precipitatum adalah Karena apabila yang digunakan mortir
sediaan obat yang dilarutkan dalam basis dingin maka akan sulit untuk mencampur
seperti vaselin putih dan parafin padat semua bahan karena basis cepat kembali
atau penggantinya yang memgandung padat. Kesembialan, ditambahkan
5% yang digunakan untuk antiscabies. nipagin dan nipasol diaduk sampai
Pembuatan sulfur precipitatum dalam homogen. Kesepuluh ditambahkan buffer
bentuk salep bertujuan untuk sitrat untuk menjaga pH sediaan tetap
memudahkan pasien dalam stabil pada pH kulit. Kesebelas,
menggunakan obat dan mengurangi efek ditimbang sulfur precipitatum dan
samping. digerus samapai halus. Penggerusan
Langkah pertama sebelum dilakukan untuk memperkecil ukuran
membuat salep sulfur precipitatum partikel sulfur precipitatum. Selanjutnya
adalah mempersiapkan alat dan bahan sulfur precipitatum dimasukkan kedalam
terlebih dahulu. Kedua menimbang semua campuran bahan dan dilakukan
sulfur precipitatum dan digerus ad halus. pengadukan sampai terbentuk masa
Penggerusan ini dilakukan untuk salep.
memperkecil ukuran partikel sulfur Uji evaluasi formulasi salep
precipitatum. Ketiga, ditimbang metil precipitatum dilakukan satu minggu
paraben dan propil paraben dan setelah pembuatan. Uji evaluasi yang
dilarutkan dengan propilen glikol dilakukan antara lain uji organoleptis
secukupnya sampai larut karena nipagin yang bertujuan untuk mengetahui
dan nipasol sukra larut dalam air. perubahan warna, bentuk, dan bau
Keempat, ditimbang gliserin dan sediaan. Uji homogenitas digunakan
propilen glikol. Kelima, ditimbang buffer untuk mengetahui keseragaman ukuran
sitrat dan dilarutkan dengan aquadest partikel. Uji homogenitas dilakukan
secukupnya dan dilakukan pengadukan dengan cara meneteskan sediaan pada
agar cepat larut. Keenam, ditimbang kaca preparat dan ditutup dengan cover
BHT yang berfungsi sebagai antioksidan. glass, selanjutnya sediaan diamati
Ketujuh, ditimbang basis masing masing dimikroskop untuk melihat keseragaman
formula. Kedelapan, masing masing ukuran partikelnya. Uji pH dilakukan
basis dilebur, setelah basis mencair untuk mengetahui perubahan pH setelah
ditambahakan BHT dan gliserin aduk ad dilakukan penyimapanan selama satu
homogen pada mortir panas. Penggunaan minggu karena sediaan salep sulfur ini
untuk penggunaan topikal, maka sediaan tanpa beban dengan rata – rata 5,05 cm.
harus mempunyai tingkat keasaman atau Pada penambahan beban 50 gram
pH dalam permukaan kulit. Hal ini didapatkan rata – rata 5,25 cm. Pada
dikarenakan apabila sediaan terlalu asam penambahan beban 100 gram didapatkan
akan menyebabkan iritasi pada kulit, rata – rata 5,42 cm. Pada penambahan
sedangkan sediaan yang terlalu basa akan beban 150 gram didapatkan rata – rata 5,5
membuat kulit menjadi kering. Pada uji cm. Pada penambahan beban 200 gram
pH dengan menggunakan kertas didapatkan rata – rata 5,68 cm Dari hasil
indikator universal didapatkan pH tersebut dapat disimpulkan bahwa daya
sediaan salep sulfur precipitatum sebesar sebar dari salep yang dibuat memenuhi
4,5 sebelum penyimpanan. pH yang persyaratan karena berdasarkan (Garg,
didapatkan setelah penyimpanan selama et.al.) rentang daya sebar yang
1 minggu masih tergolong aman untuk disyaratkan untuk sediaan topikal adalah
kulit yaitu 5 karena rentang persyaratan sebesar 5-7cm.
dalam pembuatan sediaan topikal yaitu Uji daya lekat ini dengan cara
antara 4,5 – 6,5. Sedangkan, pada uji meletakkan gel secukupnya diatas objek
organoleptis didapatkan sediaan glass yang telah ditentukan luasnya.
berwarna kuning, berbau sulfur dengan Letakkan objek glass yang lain diatas gel
tekstur sedikit kasar, dimana hal ini tidak tersebut dan tekanlah dengan beban 1 kg
sesuai dengan yang kita harapkan bahwa selama 5 menit. Dilepaskan beban dan
sediaan salep harus lembut. catat waktunya hingga kedua objek glass
Uji selanjutnya yaitu uji daya tersebut terlepas. Uji ini dilakukan
sebar. Uji ini dilakukan untuk sebanyak 3 kali. Didapatkan hasil
mengetahui kecepatan penyebaran salep replikasi 3 kali dengan rata – rata 4,31
pada kulit dan mengetahui kelunakan detik. Hal ini sesuai dengan literatur
dari salep untuk menyebar pada kulit. Uji dimana uji daya lekat salep yang baik ada
ini dilakukan dengan meletakkan 0,5 pada rentang 3 – 5 detik.
gram sediaan ditengah cakram bersekala Uji Hedonik atau Uji Kesukaan
dan kemudian ditutup dengan cakram dilakukan terhadap 20 panelis dimana
penutup dan diberi beban secara bertahap setelah mencoba sediaan setiap panelis
hingga diamter penyebaran konstan. diminta untuk mengisi kuisioner yang
Hasil uji daya sebar yang dilakukan telah diberikan. Hasil persentase yang
dengan cara mengukur diagonal diagonal didapatkan pada warna sediaan 50%,
sediaan pada saat setelah diberikan tekstur 45%, aroma 40%, dan rasa tidak
beban. Sehingga didapatkan hasil pada lengket sebesar 60%. Hal ini bisa
dikatakan bahwa sukarelawan menyukai yaitu 5. Hasil uji daya sebar yaitu 5,68
sediaan dilihat dari segi kemudahan cm. Hasil uji daya lekat yaitu 4,31 detik.
dicuci, tekstur, bentuk sediaan, rasa pada Uji hedonik menunjukkan bahwa
kulit, dan rasa tidak lengket. Dari semua sukarelawan menyukai sediaan dari segi
evaluasi tersebut menunjukkan bahwa kesan tidak lengket, tekstur, dan kurang
formulasi sediaan gel yang kami buat suka pada aroma dan warna sediaan.
belum sepenuhnya berhasil karena hasil Terakhir yaitu uji homogenitas yang
evaluasi yang di dapatkan tidak menunjukkan bahwa sediaan gel yang
semuanya sesuai dengan teori yang ada. kami buat kurang seragam dan tidak
Uji Homogenitas didapatkan hasil homogen. Hal ini menunjukkan bahwa
sediaan kurang homogen. Uji Distribusi formulasi yang kami buat belum
partikel didapatkan hasil sediaan kurang sepenuhnya berhasil karena hasil
terdistribusi merata. Uji mikrobiologi, evaluasi yang didapat ada yang tidak
bahwa sediaan tidak terdapat bakteri. sesuai dengan teori yang ada.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan percobaan yang 1. Anonim. 2006. Pengujian
telah dilakukan maka dapat disimpulkan: organoleptik Evaluasi. Dalam
Formulasi untuk sediaan salep Industri Pangan
sulfur ini yaitu sulfur 5% sebagai zat 2. Ansel, H. C. 1989. Pengantar
aktif, meti paraben 0,2% dan propil Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta:
paraben 0,3% sebagai pengawet. Asam UI Press.
sitrat 1% dan natrium sitrat 1% sebagai 3. Chaerunnisa, Anis, dkk. (2009).
dapar. Propilenglikol 10% sebagai FARMASETIKA DASAR:
enhancer. BHT 0,1% sebagai Konsep Teoritis dan Aplikasi
antioksidan. Gliserin 10% sebagai Pembuatan Obat. Bandung:
humektan. Vaselin ad 100% sebagai Widya Padjajaran
basis salep. 4. Depkes RI. 1978. Formularium
Hasil evaluasi fisik sediaan salep Nasional Edisi Kedua. Jakarta :
sulfur untuk uji organoleptis yang Departemen Kesehatan RI
dilakukan pada formulasi sediaan yaitu 5. Dirjem POM. 1979. Farmakope
berwarna kuning, berbau sulfurt, Indonesia edisi III. Jakarta :
berbentuk saleo, dan memiliki tekstur Departemen Kesehatan Republik
sedikit kasar. Nilai pH yang didapatkan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai