TINJAUAN PUSTAKA
limonia (L.) Swingle, Schinus limonia L. English : Wood Apple, Elephant Apple,
Monkey Fruit or Curd Fruit, Hindi: Kaitha, Kath Bel or Kabeet, Oriya: Kaitha.
Malayalam: Vilam Kai, Bengali: Koth Bel, Gujarati: Kothu, Malaysia: Belinga,
dengan tinggi 12 m yang tergolong dalam famili Rutaceae. Kulit batangnya kasar
dengan cabang dan ranting yang ramping, serta memiliki kebiasaan meluruhkan
daunnya. Cabang pohon kawista biasanya ditumbuhi duri yang tajam dan lurus.
berhadapan, dua sampai tiga pasang. Bunga kawista biasanya bergerombol dengan
warna putih atau hijau dan kemerahan. Bunga keluar dari ketiak daun atau terletak
di ujung ranting. Buah kawista berbentuk bulat, berkulit keras dan bersisik, dan
berwarna coklat putih. Daging buahnya berbau harum berwarna coklat kehitaman.
Buah kawista yang telah cukup masak akan jatuh dengan sendirinya, karena kulit
buahnya yang keras, meskipun jatuh buah ini tidak akan rusak (Pandavadra &
Sumitra, 2014).
10
11
Kulit batang
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subclass : Rosidae
Ordo : Sapindales F
Famili : Rutaceae
Genus : Limonia L.
(Indonesia)
bagian untuk mengobati penyakit yang berbeda. Seperti pada batang yang dapat
12
dan sitotoksi (Ilango, 2009). Kulit batang pohon kawista dipercaya juga dapat
menjadi campuran jamu untuk mengatasi haid yang berlebihan, gangguan hati,
(Fikayuniar, 2017). Kulit kayu dan daun kawista menunjukkan aktivitas sebagai
pilifenolat, monoterpenoid, dan seskuiterpenoid. Selain itu, daun dan kulit batang
saponin, asam amino dan vitamin (Gupta, 2011 dalam Husna, 2013), Kulit kayu
2.2 Pelarut
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau
gas yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam
kehidupan sehari-hari adalah air (Selva, 1979). Pelarut lain yang juga umum
digunakan adalah bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga disebut
pelarut organik. Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih mudah
antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat dalam jumlah
Pemilihan jenis pelarut didasarkan pada jenis bahan yang diekstrak dan
pertimbangan harga pelarut tersebut. Dalam pemilihan jenis pelarut, faktor yang
Dalam penelitian ini pelarut yang digunakan adalah etanol 70%, etil asetat dan
aquadest.
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut atau
alkohol saja. Etanol sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tidak
berwarna, berbau spesifik dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Secara garis besar penggunaan etanol adalah sebagai
pelarut zat organik maupun anorganik, selain itu etanol juga digunakan untuk
polar yang banyak digunakan untuk mengekstrak komponen polar suatu bahan
ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang lebih tinggi pada
ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air. Konsentrasi yang lebih tinggi dari
senyawa flavonoid terdeteksi dengan etanol 70% karena polaritas yang lebih
tinggi dari pada etanol murni. Etanol lebih mudah untuk menembus membran sel
untuk mengekstrak bahan intraseluler dari bahan tumbuhan (Tiwari, et al., 2010).
14
pertanian, 2017). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Rizkia, (2014)
pelarut etanol 70% dapat mengekstraksi senyawa flavonoid yang terdapat pada
flavonoid, tanin, dan saponin dapat di ekstrak dengan pelarut etanol 70% pada
penelitian Hapsari, dkk (2017), hasil fitokimia yang menggunakan pelarut etanol
70% pada ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urb) mengandung
Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semi polar. Etil asetat
secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semi polar seperti fenol dan
pelarut dalam mengekstraksi suatu bahan alam seperti pada kulit batang juwet
Hasil penelitian Chunaifi dan Tukiran (2014), hasil uji fitokimia yang
menggunakan pelarut etil asetat pada ekstrak kulit batang tumbuhan nyiri batu
2.2.3 Aquadest
tradisional menggunakan air sebagai pelarut, tetapi ekstrak tumbuhan dari pelarut
dibandingkan dengan ekstrak air (Tiwari, et al., 2011). Air juga melarutkan
al., 2011).
menggunakan pelarut aquadest ekstrak daun kopi robusta (Coffea cabephora L.)
menggunakan pelarut aquadest ekstrak daun pacar kuku (Lawsonia inermis L.)
2.3 Ekstraksi
melarutkan suatu zat ke dalam campuran pelarut yang sesuai (Vitaningrum, 2015).
Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi hal ini dapat
merupakan salah satu metode umum dalam proses ekstraksi bahan alam, selain itu
a. Maserasi
adalah suatu proses pembuatan ekstrak yang menggunakan pelarut dengan cara
tertentu pada temperatur ruangan dan terlindungi dari cahaya. Metode ini tidak
memerlukan pemanasan yang dapat merusak zat aktif dalam simpilia. Remaserasi
dan seterusnya.
17
b. Perlokasi
adalah proses pembuatan ekstrak yang selalu menggunakan pelarut baru hingga
sempurna, yang pada umumnya dilakukan pada temperatur ruangan yang sama
(Vitaningrum, 2015).
a. Soxhlet
yang selalu baru yang pada umumnya dilakukan dengan cara menggunakan alat
soklet sehingga menjadi ekstrak yang kontinyu dalam jumlah pelarut relatif
b. Refluks
pada temperatur titik didih yang dalam waktu tertentu dalan jumlah pelarut yang
c. Digesti
d. Infusa
Eksrtraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infuse
e. Dekok
Infusa yang dilakukan dengan cara perebusan dengan air pada waktu yang
lebih lama dan temperatur sampai titik didih air, metode ini untuk ekstraksi bahan
2.4 Maserasi
melarutkan suatu zat ke dalam campuran pelarut yang sesuai (Vitaningrum, 2015).
Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi hal ini dapat
digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi. Maserasi adalah salah satu jenis
metode ekstraksi tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin,
jadi pada metode ini pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali.
senyawa yang tidak tahan panas atau tahan panas. Namun biasanya maserasi
digunakan untuk mengekstrak senyawa yang tidak tahan panas (termolabil) atau
senyawa yang belum diketaui sifatnya. Metode ini membutuhkan pelarut yang
isolasi senyawa bahan alam karena selain murah dan mudah dilakukan, dengan
perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel
akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolik-
metabolik sekunder yang ada dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan
19
sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pelarut yang
adalah pipa vakum pengontrol, labu evaporasi, kondensator dan labu penampung
hasil kondensasi (Rahayu, 2009). Prinsip kerja Rotary evaporator yaitu proses
pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh
putaran dari labu, cairan penyaring dapat menguap 5-10oC di bawah titik didih
murni yang ditampung dalam penampung. Prinsip ini membuat pelarut dapat
dipisahkan dari zat terlarut di dalamnya tanpa pemanasan yang tinggi. Penguapan
dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas
langsung yaitu antara bahan yang akan dikeringkan (bahan basah) dan media
20
pemanas terdapat dinding pembatas sehingga air dalam bahan basah/ lembab yang
menguap tidak terbawa bersama media pemanas. Hal ini menunjukkan bahwa
Conduction Dryer/ Indirect Dryer. Pengeringan beku (Freeze drying) adalah salah
high dengan pemanasan pada kondisi sedang, sehingga mengakibatkan air dalam
bahan pangan tersebut akan menyublim dan akan menghasilkan produk padat.
2.7 Fitokimia
organik yang ada pada tumbuhan baik tentang struktur kimia, perubahan dan
secara alami. Fitokimia atau disebut dengan fitonutrien, adalah segala jenis zat
kimia atau nutrient yang diturunkan dari tumbuhan, buah-buahan dan sayuran.
Fitokimia terdapat pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh dan memiliki efek bagi kesehatan dan
analisis pada aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh
cara melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna
Senyawa fenolik merupakan senyawa yang memiliki satu atau lebih grup
hidroksil yang terikat secara langsung pada sebuah cincin aromatik fenol dalam
mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatic yang mengandung satu atau dua gugus
hidroksil. Senyawa fenolik adalah kelompok molekul yang besar dan beragam,
terdiri dari kelompok yang berbeda dari metabolik sekunder aromatik pada
tumbuhan. Fenolik adalah metabolik sekunder yang terbesar dalam tumbuhan dan
lignin, asam hidroksinamat yang terikat ke dinding sel dan senyawa terlarut
misalnya asam fenolat, fenilpropanoid, flavonoid dan quinon (Rispail et al, 2005).
2.7.1 Flavonoid
golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan seperti lignin, melanin, dan
tanin adalah senyawa polifenol dan kadang-kadang satuan fenolik dijumpai pada
Perbedaan yang terjadi dalam status oksidasi gugus C3, akan menentukan sifat-
flavonol, isoflavon. Flavonoid umumnya terdapat pada setiap bagian dari tanaman
seperti biji, buah, benang sari, akar dan sebagainya (Winarno dan
Kartawidjajaputra, 2007).
2.7.2 Alkaloid
yang bersifat basa yang tidak larut dalam air namun larut dalam pelarut organik.
Secara sederhana alkaloid dalam tumbuhan memiliki rasa pahit dilidah (Djamal,
tanaman. Biasanya dijumpai pada bagian daun, ranting, biji, dan kulit batang.
Alkaloid memiliki efek yang baik untuk kesehatan diantaranya pemicu sistem
penenang dan obat penyakit jantung (Simbala & Herny E.I., 2009).
23
2.7.3 Tanin
terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,
(Desmiaty, Dkk, 2008). Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks mulai
dari pengendapan protein hingga pengkhelat logam. Tanin juga dapat berfungsi
mengakibatkan senyawa intraselulaer akan keluar (Nuria dkk, 2009). Selain itu,
24
2.7.5 Terpenoid
yang memiliki ciri berbau dan dapat diekstraksi dari bahan-bahan nabati dengan
2.8 Antioksidan
radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas
terhadap sel normal (Mailandari, 2012). Radikal merupakan molekul yang tidak
berpasangan dan sangan reaktif. Radikal terbentuk dalam semua makhluk hidup
selama terjadi reaksi oksidasi, hal ini merupakan metabolisme yang normal.
Namun dalam keadaan tertentu seperti adanya tekanan lingkungan, penyakit, dan
dan membran (lipid dan protein), selain itu akan terjadi kerusakan berantai. Reaksi
dan elektron yang tidak berpasangan mendapatkan pasangan elektron dan menjadi
stabil. Antioksidan dapat melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dan
lain-lain (Winarsi,2007).
26
radikal bebas yang terbentuk akibat faktor stress, radiasi UV, polusi udara dan
diperlukan antioksidan dari luar. Antioksidan di luar tubuh dapat diperoleh dalam
sintetik dibatasi oleh aturan pemerintah karena jika penggunaannya melebihi batas
justru dapat dapat menyebabkan racun dalam tubuh dan bersifat karsinogenik,
tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
a. Antioksidan Primer
Antioksidan primer dapat berasal dari alam atau sintetis. Contoh antioksidan
sangat reaktif, kemudian diubah menjadi senyawa stabil atau tidak reaktif.
Antioksidan ini dapat berperan sebagai donor hidrogen CB-D (Chain Breaking
Donor) dan dapat berperan sebagai akseptor elektron atau CB-A (Chain Breaking
Aceptor).
b. Antioksidan Sekunder
c. Antioksidan Tersier
biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas. Kerusakan DNA yang
terinduksi senyawa radikal bebas dicirikan oleh rusaknya Single and Double
jalur yaitu penangkapan radikal bebas (free radical scavenging), antioksidan jenis
senyawa fenolik seperti vitamin E dan flavonoid. Kemudian yang kedua yaitu
28
dilakukan secara in vivo dan in vitro. Beberapa metode uji untuk menentukan
DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering
bahan alami. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron
atau radikal hidrogen pada DPPH akan menetralkan karakter radikal bebas dari
DPPH.
dan dapat menganalisis sejumlah besar sampel dalam jangka waktu singkat.
panjang gelombang 571 nm. Data absorbansi yang diperoleh digunakan untuk
29
diperoleh nilai IC50 ekstrak dengan analisis statistik menggunakan regresi linear.
larutan akan berubah warna dari ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi
pada panjang gelombang 517 nm akan hilang. Perubahan ini dapat diukur dengan
stoikiometri sesuai dengan jumlah elektron atau atom hidrogen yang ditangkap
oleh molekul DPPH akibat adanya zat antioksidan. Struktur molekul senyawa
radikal bebas DPPH sebelum dan sesudah berikatan dengan elektron lain dapat
2. Uji ABTS
substrat dari peroksidase. Prinsip uji ABTS adalah penghilangan warna kation
radikal kation ABTS. ABTS adalah suatu radikal dengan pusat nitrogen yang
akan berubah menjadi bentuk nonradikal, dari berwarna menjadi tidak berwarna.
kuning yang melalui reduksi oleh radikal superoksida membentuk formazan yang
standar untuk menentukan trolox ekuivalen (TE), nilai ORAC kemudian dihitung
dari TE dan dinyatakan sebagai satuan atau nilai ORAC. Semakin tinggi nilai
Pada uji ini β-phycoerythrin (β-PE) digunakan sebagai target radikal bebas,
AAPH sebagai penghasil radikal peroksil dan trolox sebagai kontrol standar.
antioksidan dinyatakan sebagai trolox ekuivalen (TE) (Bank & Lenoble, 2002).
hidroksi yang terbantuk oleh oksidasi dibuat bereaksi dengan dimetil sulfoksida
kuning intensif dengan pereaksi nash (ammonium asetat 2 M). Intensitas dari
warna kuning yang terbentuk diukur pada panjang gelombang 421 nm dengan
2.10 Inflamasi
Inflamasi adalah reaksi tubuh terhadap adanya infeksi, iritasi atau zat
asing, sebagai upaya mekanisme pertahan tubuh. Pada reaksi inflamasi akan
sel, kerusakan jaringan dan perbaikan yang ditunjukan sebagai upaya pertahanan
tubuh dan biasanya respon ini terjadi pada beberapa kondisi penyakit yang serius,
bahan kimianya seperti histami, serotonin dan bahan kimia lainnya. Histamin
yang merupakan mediator kimia utama inflamasi juga dilepaskan oleh basofil dan
Tanda-tanda klasik umum yang terjadi pada saat inflamasi ada lima
macam yaitu:
a. Rubor (kemerahan)
Terjadi pada pertama dari proses inflamasi yang terjadi karena terkumpul
di daerah jaringan yang cedera akibat dari pelepasan mediator kimia tubuh (kinin,
prostaglandin dan histamin). Ketika reaksi radang timbul maka pembuluh darah
b. Kalor (panas)
kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif lainnya yang dapat
33
d. Tumor (Pembengkakan)
Gejala yang paling menyolok dari perandangan akut adalah tumor atau
pembengkakan yang ditandai oleh adanya aliran plasma ke daerah jaringan yang
cedera.
pada daerah yang bengkak dan sakit disertai dengan adanya sirkulasi yang
abnormal akibat penumpukan dan aliran darah yang meningkat juga menghasilkan
lingkungan lokal yang abnormal sehingga tertentu saja jaringan yang terinflamasi
kerusakan sel, sebagai reaksi terhadap kerusakan sel maka sel tersebut akan
arakidonat. Setelah asam arakinodat tersebut bebas maka akan diaktifkan oleh
merubah asam arakidonat kedalam bentuk yang tidak stabil (hidroperoksid dan
2.11 Antiinflamasi
terutama dipakai sebagai agen antiinflamasi untuk meredakan inflamasi dan nyeri
(Kee & Hayes, 1994). Sampai beberapa tahun yang lalu, ada dua jenis jalan yang
ssteroid dan yang kedua adalah penggunaan obat anti inflamsi non steroid (AINA)
(Olson, 2003).
secara kimiawi tidak sama dan berbeda aktivitas antiinflamasinya. Obat-obat ini
Oleh karena itu efeknya lebih baik dibandingkan AINS, namun efek sampingnya
lebih berbahaya pada dosis tunggal dan penggunaan lama (Tjay & Rahardja,
2007).
dari suatu obat, kandungan kimia, maupun herbal. Metode yang dapat dilakukan
secara in vivo antara lain pembentukan edema buatan, eritema, iritasi dengan
sinovitis. Selain itu, metode in vitro juga dapat dilakukan untuk menguji aktivitas
Sel darah merah manusia (eritrosit) telah digunakan sebagai suatu model
Ketika sel darah merah mengalami stress hipotonik, pelepasan hemoglobin (Hb)
dari sel darah merah dapat dicegah oleh agen antiinflamasi (Askandari, 2015).
dianggap dapat bertanggung jawab pada kondisi patologis tertentu seperti jaringan
36
jantung, stok septik, Rheumatoid artritis, dan lain-lain. Aktivitas ekstraseluler dari
release.
mediator inflamasi. Stabilisasi pada membran sel ini menghambat lisis dan
pelepasan isi dari sitoplasma yang ikut membatasi kerusakan jaringan dan
eksaserbasi dari respon imun inflamasi. Oleh karena itu, diharapkan dapat
2.13 Spektrofotometer
ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan
spektrofotometer meliputi :
37
a. Sumber Sinar
Pada komponen sinar tampak terdapat lampu tungsen yang terbuat dari
logam tungsen, lampu tungsen mengemisikan sinar pada panjang gelombang 350-
satu isotop hidrogen yang mempunyai satu neutron lebih banyak dibanding
hidrogen biasa dalam inti atomnya. Suatu lampu deuterium merupakan sumber
energi tinggi yang mengemisikan sinar pada panjang gelombang 200-370 nm dan
b. Monokromator
monokromarik yakni sinar dengan satu panjang gelombang tertentu. Hal ini
terdapat sejumlah garis yang berjarak sama yang terpotong-potong, jarak antar
potongan kurang lebih sama dengan panjang gelombang sinar sehingga berkas
38
gelombangnya oleh suatu kisi. Kisi selanjutnya diputar untuk memilih panjang
c. Detektor
yang bereaksi untuk mengubah intensitas berkas sinar ke dalam sinyal elektrik
yang dapat diukur dengan mudah dan juga bereaksi sebagai suatu pengganda
mengenai katoda, hal ini akan melepaskan elektron yang akan tertarik pada suatu
anoda. Ketika elektron mengenai anoda ini maka akan melepaskan beberapa
elektron yang tentunya akan tertarik pada anoda diatas. Proses ini akan terulang.
Dalam cara ini suatu aliran elektro dihasilkan dan sinyal dikuatkan.
2.14 Spektrofotometri
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
(200-380 nm), daerah Visible (380-700 nm), dan daerah Infrared (700-3000 nm).
Warna yang diserap oleh suatu senyawa merupakan warna komplemeter dari
Panjang Gelombang
Warna yang Diserap Warna Komplementer
(nm)
harus monokromatik, energi radiasi yang diabsorbsi harus homongen, tidak terjadi