Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai
berbagai macam tanaman dan tumbuhan. Kondisi wilayah yang cukup baik
membuat berbagai macam tanaman dapat tumbuh subur yang salah satunya
ialah tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.). Tanaman kembang
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) memiliki bunga yang berwarna cantik dan
indah sehingga tanaman ini dijadikan sebagai tanaman hias yang biasanya
terdapat pada pekarangan atau halaman rumah (Nurlela, 2011). Adapun warna
dari bunga kembang sepatu diantaranya berwarna merah, merah muda, dan
kuning. Selain sebagai tanaman hias, bunga sepatu juga memiliki beberapa
kandungan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia salah satunya ialah
kandungan berupa antosianin.
Antosianin merupakan pigmen larut air yang secara alami terdapat pada
berbagai jenis tumbuhan. Pigmen ini memberikan warna pada bunga, buah,
dan daun tumbuhan hijau yang biasanya dimanfaatkan oleh manusia sebagai
pewarna alami pada berbagai produk pangan maupun non-pangan (Agustin
dan Ismiyanti, 2015). Antosianin pada bunga kembang sepatu saat ini mulai
banyak diekstrak dan diteliti untuk pengoptimalan kegunaan atau manfaatnya.
Adapun salah satu cara mengambil atau mengekstrak antosianin dari bunga
kembang sepatu ialah dengan metode ekstrasi maserasi atau perendaman
dengan zat pelarut tertentu (Agustin dan Ismiyanti, 2015).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Oktiarni dkk., (2013), telah
memanfaatkan ekstrak antosianin bunga kembang sepatu sebagai pewarna
alami sekaligus pengawet alami pada mie basah. Hal tersebut menunjukkan
bahwa antosianin pada bunga kembang sepatu memiliki manfaat yang harus
dioptimalkan sehingga optimalisasi manfaat bunga kembang sepatu dapat
digunakan oleh banyak masyarakat. Oleh karena itu tim kami melakukan
kegiatan praktikum ekstraksi antosianin bunga kembang sepatu yang nantinya

1
diharapkan dapat mengetahui efektifitas perlakuan yang paling baik sehingga
didapatkan randemen yang paling banyak.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah perbandingan hasil randemen antara perlakuan 1 (suhu
ruang) dan perlakuan 2 (suhu dingin).?
2. Bagaimanakah hasil uji organoleptik dari segi warna dan aroma dari masing-
masing perlakuan ?

1.3. Hipotesis
1. Pada ekstraksi maserasi di suhu dingin atau di kulkas karena memang suhu
sangat berpengaruh pada hasil ekstraksi dan mengakibatkan perbedaan
kecepatan kelarutan komponen dan kemudahan
2. Bahwa penyimpanan pada kondisi kamar mengakibatkan terjadinya
perubahan intensitas zat warna yang cukup besar akibat reaksi kopigmentasi
dan kerja enzim polifenol, sedangkan penyimpanan pada kondisi dingin
dapat menghambat terjadinya reaksi kopigmentasi dan reaksi pencoklatan.
Sedangkan hasil organoleptik dari segi aroma didapatkan aroma pada
perlakuan 2 (suhu dingin) lebih menyengat aroma bunga kembang
sepatunya dibandingkan dengan aroma pada perlakuan 1 (suhu kamar).

1.4. Variabel
Macam-macam variabel dalam percobaan :
 Variabel bebas : Suhu
 Variabel terikat : Kembang sepatu, pelarut,
 Variabel kontrol : Kembang Sepatu, pelarut dan suhu

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Perngertian Ekstraksi


Ekstraksi adalah suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari
bahan asal dengan menggunakan pelarut. Zat aktif yang terdapat dalam
simplisia tersebut dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri,
alkaloid, flavonoid dan lain-lain (Depkes, 2000). Tujuan utama ekstraksi ini
adalah untuk mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat
yang memiliki khasiat. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
ekstraksi diantaranya ialah pengembangan atau pemelaran bahan
ekstraksi, difusi, pH, ukuran partikel, dan temperatur, pilihan pelarut
ekstraksi dan kosentrasinya, serta alkaloid sebagai model zat aktif (Pifferi
dan Vaccari, 1996)

2.2 Metode Ekstraksi


Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dilakukan dengan
beberapa cara (Depkes, 2000) diantaranya :
a. Maserasi
Maserasi ialah penarikan maserat dari bahan tertentu dengan cara
merendam bahan tersebut kedalam cairan penyari atau suatu larutan tertentu
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar,
sedangkan remaserasi merupakan pengulangan penambahan pelarut setelah
dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya (Depkes, 2000).
Sedangkan maserat ialah hasil dari proses maserasi. Keuntungan dari metode
maserasi yaitu prosedur dan peralatannya sederhana sekaligus mudah (Agoes,
2007).
b. Perkolasi
Perkolasi adalah suatu cara penarikan memakai alat yang disebut
perkolator dimana simplisia terendam dalam cairan penyari, zat-zat akan
terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan. Prosesnya terdiri
dari tahapan pengembangan bahan, tahap perendaman antara, tahap perkolasi

3
sebenarnya (penetesan atau penampungan perkolat) sampai diperoleh ekstrak
(Depkes, 2000).
Keuntungan dari metode perkolasi ini adalah proses penarikan zat
berkhasiat dari tumbuhan lebih sempurna, sedangkan kerugiannya adalah
membutuhkan waktu yang lama dan peralatan yang digunakan mahal (Agoes,
2007).
c. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan pelarut akan terdestilasi menuju pendingin dan akan
kembali ke labu (Depkes, 2000).
d. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi kontinu menggunakan alat soklet, dimana
pelarut akan terdestilasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh
membasahi dan merendam sampel yang mengisi bagian tengah alat soklet,
setelah pelarut mencapai tinggi tertentu maka akan turun ke labu destilasi,
demikian berulang-ulang (Depkes, 2000).
e. Infus
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada suhu 900C selama 15 menit (Depkes, 2000).
f. Digesti
Digesti meruapakn maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) yang
dilakukan pada suhu tinggi dari suhu ruangan, secara umum dilakukan pada
suhu 400C-50C (Depkes, 2000).

2.3 Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L)


Tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) memiliki warna
bunga yang cantik dan indah sehingga tanaman ini dijadikan sebagai tanaman
hias yang biasanya terdapat pada pekarangan atau halaman rumah (Nurlela,
2011). Bunga kembang sepatu mempunyai kelopak bunga berwarna merah,
merah muda, dan kuning. Bunga ini termasuk bunga tunggal yang berbentuk
terompet dan terletak di ketiak daun. Kelopak bunga berbentuk lonceng, terbagi
lima dan berwarna hijau kekuningan. Mahkota bunga terdiri dari 15-20 daun

4
mahkota yang berwarna merah muda, mempunyai benang sari banyak dengan
tangkai sari berwarna merah, kepala sari berwarna kuning dan putik berbentuk
tabung (Nurlela, 2011).
Bunga pada tanaman kembang sepatu bergantung pada panjang umur
dan pergantian bunga. Biasanya bunga kembang sepatu hanyadapat bertahan
satu hari dan dikelompokkan sebagai tanaman yang bersifat sementar
(Trivellini, dkk., 2007). Tanaman kembang sepatu banyak ditanam selain
karena keindahan warna yang dihasilkan juga bermanfaat untuk kesehatan.
Sudah sejak lama tanaman ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tanaman
obat diantaranya obat demam pada anak-anak, obat batuk, dan obat sariawan
(Iqbal dan Sulistyorini, 2009).
Daun, bunga, dan akar tanaman kembang sepatu mengandung flavonoida.
selain itu daunnya juga mengandung saponin dan polifenol, dan bunganya
mengandung polifenol, akarnya juga mengandung tanin, saponin, skopoletin,
cleomiscosin A, dan cleomisconin C (Ukuweze, dkk., 2009).

2.4 Antosianin
Antosianin merupakan pigmen larut air yang secara alami terdapat pada
berbagai jenis tumbuhan. Pigmen ini memberikan warna pada bunga, buah,
dan daun tumbuhan hijau yang biasanya dimanfaatkan oleh manusia sebagai
pewarna alami pada berbagai produk pangan maupun non-pangan (Hambali
dkk., 2014). Secara kimiawi antosianin bisa dikelompokan ke dalam flavonoid
dan fenolik. Zat tersebut dapat ditemukan di berbagai tanaman yang ada di
darat dan tidak dapat ditemukan di tanaman laut, hewan atau mikroorganisme
(Samsudin dan Khoiruddin, 2011).
Antosianin adalah glikosida dari antosianidin (aglikon) dan gula.
Antosianin merupakan zat warna yang bersifat polar dan akan larut dengan baik
pada pelarut-pelarut polar (Samsudin dan Khoiruddin, 2011). Antosianin lebih
larut dalam air dan karakteristik ini membantu proses ekstraksi dengan air,
meskipun penggunaan alkohol yang lebih rendah juga diizinkan (Mortensen,
2006).

5
Antosianin berpotensi sebagai pewarna makanan alami karena
keaneragaman warna yang dimilikinya. Namun, mempunyai kelemahan dalam
stabilitas warnanya. Intensitas suatu stabilitas pigmen antosianin tergantung
pada berbagai faktor termasuk struktur dan konsentrasi dari pigmen, pH, suhu,
intensitas cahaya, kualitas, dan kehadiran pigmen lain bersama-sama, ion
logam, enzim, oksigen, asam askorbat, gula, belerang oksida dan lain
sebagainya (Tanaka dkk., 2008).

2.5 Etanol
Etanol merupakan pelarut polar yang memiliki sifat fisika dengan
dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon
etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga
membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari senyawa organik lannya dengan
masa molekul yang sama. Etanol tidak menyebabkan pembembangkakan
membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. keuntungan
lainnya ialah etanol mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja
enzim (Nurlela, 2011).
Umumnya yang digunakan sebagai cairan pengekstrasi adalah
campuran bahan pelarut yang berlainan, khususnya campuran etanol-air.
Etanol sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal,
dimana bahan pengganggu hanya skala kecil yang turut ke dalam cairan
pengekstrasi. Etanol dapat melarukan alkaloid basa, minyak menguap,
glikosida. kurkumin, kurmarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil
(Indraswati, 2008). Sedangkan lemak, malam, tanin, dan saponin hanya dapat
sedikit yang larut dalam etanol (Indraswati, 2008)

6
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Metode Penelitian


Metode penelitian dilakukan dengan cara eksperimen.

3.2 Alat dan Bahan


 Alat :
1. Beaker glass;
2. erlenmayer;
3. gelas ukur;
4. spatula;
5. pisau;
6. timbangan digital;
7. alumunium foil;
8. kertas saring;
9. evaporator;
10. botol kecil.
 Bahan :
1. Bunga kembang sepatu 50 gram;
2. pelarut etanol 97% sebanyak 500 ml

3.3 Cara Kerja


1. Menyiapkan bahan praktikum diantaranya ialah bunga kembang sepatu
sebagai bahan yang akan diekstrak antosianinnya dan pelarut etanol 97%.
2. Memisahkan bagian antara kelopak, tangkai, dan mahkota dari bunga
kembang sepatu serta yang dipakai adalah mahkota bunga kembang sepatu.
3. Mahkota bunga kembang sepatu kemudian dipotong-potong dengan tujuan
untuk membuat mahkota bunga kembang sepatu terluka sehingga dapat
mengeluarkan zat antosianin dengan baik.
4. Setelah itu ditimbang sebesar 25 gram dan dilarutkan dengan etanol 97%
sebanyak 250 ml.

7
5. Mahkota bunga kembang sepatu yang sudah dilarutkan dengan etanol 97%
kemudian didiamkan atau diekstrak secara maserasi selama 24 jam dan
disimpan pada suhu ruang (perlakuan 1) dan pada suhu dingin atau kulkas
(perlakuan 2) dengan tujuan untuk dapat dibedakan hasilnya.
6. Setelah 24 jam maka hasil ekstraksi masing-masing perlakuan difiltrasi
menggunakan kertas saring dengan tujuan untuk memisahkan antara filtrat
dan residu.
7. Setelah itu hasil filtrat ekstrak bunga kembang sepatu dievaporasi pada suhu
550C selama 15 menit untuk menguapkan pelarut etanolnya sehingga hanya
tersisa ekstrak antosianin dari bunga kembang sepatu yang akan diamati.

8
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan dan Perhitungan


Tabel 4.1
Hasil Pengamatan
Data Hasil Pengamatan
Rendeme Rendemen
Berat Berat n Awal Akhir
Perlakuan Warna Aroma
Awal Ampas (Setelah (Setelah
Filtrasi) Evaporasi)
1 Ungu/merah Tidak
(Maserasi 25 12,329 marun menyengat
240 ml 45 ml
suhu gram gram pekat aroma
ruang) bunga
2
Ungu/merah Menyengat
(Maserasi 25 12,329
270 ml 49ml marun aroma
suhu gram gram
cerah bunga
kulkas)

Tabel 4.2
Hasil Perhitungan
Data Hasil Perhitungan

Perlakuan Berat Awal


Berat Ekstrak
(berat bunga + Randemen
Antosianin
berat etanol)
1
(Maserasi
275 gram 45 ml 16,36%
suhu
ruang)
2 275 gram 49ml 17,81%
(Maserasi
suhu

9
kulkas)

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil data pengamatan dan perhitungan pada tabel 4.1 dan
4.2 maka dapat diketahui bahwa dari masing-masing perlakuan yang awalnya
menggunakan berat bahan baku awal sama yaitu berat mahkota bunga
kembang sepatu 25 gram ditambah dengan pelarut etanol 97% sebanyak 250
ml ternyata hasil randemennya berbeda. Pada perlakuan 1 (suhu ruang)
didapatkan hasil ekstrak antosianin bunga kembang sepatu sebesar 45 ml yang
artinya randemennya sebesar 16,36%, sedangkan pada perlakuan 2 (suhu
kulkas) didapatkan hasil ekstrak antosianin bunga kembang sepatu sebanyak
49% yang artinya rendemennya sebesar 17,81%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa antara perlakuan 1 dan perlakuan 2 didapatkan randemen terbesar pada
perlakuan 2 yaitu pada ekstraksi maserasi di suhu dingin atau di kulkas karena
memang suhu sangat berpengaruh pada hasil ekstraksi dan mengakibatkan
perbedaan kecepatan kelarutan komponen dan kemudahan antosianin
teroksidasi (Sari dkk., 2005). Padahal menurut Geabkoplis dalam Sari dkk.,
(2005), semakin tinggi suhu ekstraksi maka kecepatan perpindahan massa dari
solut ke solven akan semakin tinggi karena suhu mempengaruhi nilai koefisien
transfer massa dari suatu komponen. Oleh sebab itu seharusnya didapatkan
randemen yang paling tinggi adalah pada perlakuan 1 (suhu ruang),
kemungkinan hal yang mengakibatkan terjadinya hasil randemen perlakuan 1
(suhu ruang) lebih rendah dibandingkan perlakuan 2 (suhu kulkas) dikarenakan
ketidaksempurnaan dalam proses penutupan alumunium foil pada beaker glass
sehingga mengakibatkan pelarut etanol menguap (Indraswari, 2008). Tetapi
meskipun suhu yang tinggi dapat mempercepat perpindahan massa dari solut
ke solven atau pelarut, struktur antosianin akan mengalami degradasi atau
kerusakan apabila suhu ekstraksi terlalu tinggi (Harborne, 1987). Serta semakin
tinggi suhu maka difusi juga akan semakin besar sehingga ekstraksi akan
berjalan secara cepat (Ibrahim dkk., 2015).
Hasil organoleptik dari ekstrasi antosianin bunga kembang sepatu didapatkan
data yang menunjukkan bahwa warna pada perlakuan 1 yaitu merah marun

10
pekat,sedangkan pada perlakuan 2 berwarna merah marun cerah. Hal tersebut
sesuai dengan Ibrahim dkk., (2005), bahwa peningkatan suhu menyebabkan
laju ekstraksi semakin tinggi, dan tingginya laju reaksi dapat mengakibatkan
tingkat kecerahan warna semakin gelap dan sebaliknya. Berdasarkan
Samsudin dan Khoiruddin dalam Sholikhin dkk., (2012), bahwa penyimpanan
pada kondisi kamar mengakibatkan terjadinya perubahan intensitas zat warna
yang cukup besar akibat reaksi kopigmentasi dan kerja enzim polifenol,
sedangkan penyimpanan pada kondisi dingin dapat menghambat terjadinya
reaksi kopigmentasi dan reaksi pencoklatan. Sedangkan hasil organoleptik dari
segi aroma didapatkan aroma pada perlakuan 2 (suhu dingin) lebih menyengat
aroma bunga kembang sepatunya dibandingkan dengan aroma pada perlakuan
1 (suhu kamar). Hal tersebut ternyata tidak sesuai dengan pernyataan Ibrahim
dkk., (2005), yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu maka aroma akan
semakin kuat atau tajam. Adanya ketidaksesuaian hasil kemungkinan terjadi
akibat pada suhu rendah atau dingin dapat memperhambat proses
matabolisme sehingga aroma bunga kembang sepatu masih terjaga saat
proses ekstraksi (Sutardi, 1980). Sedangkan pada suhu ruang kemungkinan
aroma bunga kembang sepatu sudah mulai menyengat saat proses ekstraksi
sehingga kelamaan aroma menjadi berkurang karena tidak ada proses
pengawetan yang mampu menjaga aroma bunga kembang sepatu tersebut
(Hambali dkk., 2014).

BAB V

11
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Pembahasan diatas maka dapat di simpulkan bahwa :
1. Perbandingan randemen dari masing-masing perlakuan yakni perlakuan 1
(suhu ruang) didapatkan hasil akhir sebesar 45 ml dengan randemen
16,36%, sedangkan perlakuan 2 (suhu dingin) didapatkan hasil akhir sebesar
49 ml dengan randemen 17,81% dari masing-masing berat awal yang sama
yaitu sebesar 25 gram mahkota bunga kembang sepatu ditambah 250 ml
etanol 97%.
2. Uji organoleptik dari segi warna didapatkan warna yang paling merah tua
atau pekat yaitu pada perlakuan 1 (suhu ruang), sedangkan aroma yang
paling menyengat bunga kembang sepatu pada perlakuan 2 (suhu dingin).

5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum berikutnya dilakukan kegiatan ekstraksi
antosianin dengan bahan baku yang berbeda dengan penambahan analisa
kimia sehingga akan menambah wawasan.

12

Anda mungkin juga menyukai