PENDAHULUAN
1
diharapkan dapat mengetahui efektifitas perlakuan yang paling baik sehingga
didapatkan randemen yang paling banyak.
1.3. Hipotesis
1. Pada ekstraksi maserasi di suhu dingin atau di kulkas karena memang suhu
sangat berpengaruh pada hasil ekstraksi dan mengakibatkan perbedaan
kecepatan kelarutan komponen dan kemudahan
2. Bahwa penyimpanan pada kondisi kamar mengakibatkan terjadinya
perubahan intensitas zat warna yang cukup besar akibat reaksi kopigmentasi
dan kerja enzim polifenol, sedangkan penyimpanan pada kondisi dingin
dapat menghambat terjadinya reaksi kopigmentasi dan reaksi pencoklatan.
Sedangkan hasil organoleptik dari segi aroma didapatkan aroma pada
perlakuan 2 (suhu dingin) lebih menyengat aroma bunga kembang
sepatunya dibandingkan dengan aroma pada perlakuan 1 (suhu kamar).
1.4. Variabel
Macam-macam variabel dalam percobaan :
Variabel bebas : Suhu
Variabel terikat : Kembang sepatu, pelarut,
Variabel kontrol : Kembang Sepatu, pelarut dan suhu
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
sebenarnya (penetesan atau penampungan perkolat) sampai diperoleh ekstrak
(Depkes, 2000).
Keuntungan dari metode perkolasi ini adalah proses penarikan zat
berkhasiat dari tumbuhan lebih sempurna, sedangkan kerugiannya adalah
membutuhkan waktu yang lama dan peralatan yang digunakan mahal (Agoes,
2007).
c. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan pelarut akan terdestilasi menuju pendingin dan akan
kembali ke labu (Depkes, 2000).
d. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi kontinu menggunakan alat soklet, dimana
pelarut akan terdestilasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh
membasahi dan merendam sampel yang mengisi bagian tengah alat soklet,
setelah pelarut mencapai tinggi tertentu maka akan turun ke labu destilasi,
demikian berulang-ulang (Depkes, 2000).
e. Infus
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada suhu 900C selama 15 menit (Depkes, 2000).
f. Digesti
Digesti meruapakn maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) yang
dilakukan pada suhu tinggi dari suhu ruangan, secara umum dilakukan pada
suhu 400C-50C (Depkes, 2000).
4
mahkota yang berwarna merah muda, mempunyai benang sari banyak dengan
tangkai sari berwarna merah, kepala sari berwarna kuning dan putik berbentuk
tabung (Nurlela, 2011).
Bunga pada tanaman kembang sepatu bergantung pada panjang umur
dan pergantian bunga. Biasanya bunga kembang sepatu hanyadapat bertahan
satu hari dan dikelompokkan sebagai tanaman yang bersifat sementar
(Trivellini, dkk., 2007). Tanaman kembang sepatu banyak ditanam selain
karena keindahan warna yang dihasilkan juga bermanfaat untuk kesehatan.
Sudah sejak lama tanaman ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tanaman
obat diantaranya obat demam pada anak-anak, obat batuk, dan obat sariawan
(Iqbal dan Sulistyorini, 2009).
Daun, bunga, dan akar tanaman kembang sepatu mengandung flavonoida.
selain itu daunnya juga mengandung saponin dan polifenol, dan bunganya
mengandung polifenol, akarnya juga mengandung tanin, saponin, skopoletin,
cleomiscosin A, dan cleomisconin C (Ukuweze, dkk., 2009).
2.4 Antosianin
Antosianin merupakan pigmen larut air yang secara alami terdapat pada
berbagai jenis tumbuhan. Pigmen ini memberikan warna pada bunga, buah,
dan daun tumbuhan hijau yang biasanya dimanfaatkan oleh manusia sebagai
pewarna alami pada berbagai produk pangan maupun non-pangan (Hambali
dkk., 2014). Secara kimiawi antosianin bisa dikelompokan ke dalam flavonoid
dan fenolik. Zat tersebut dapat ditemukan di berbagai tanaman yang ada di
darat dan tidak dapat ditemukan di tanaman laut, hewan atau mikroorganisme
(Samsudin dan Khoiruddin, 2011).
Antosianin adalah glikosida dari antosianidin (aglikon) dan gula.
Antosianin merupakan zat warna yang bersifat polar dan akan larut dengan baik
pada pelarut-pelarut polar (Samsudin dan Khoiruddin, 2011). Antosianin lebih
larut dalam air dan karakteristik ini membantu proses ekstraksi dengan air,
meskipun penggunaan alkohol yang lebih rendah juga diizinkan (Mortensen,
2006).
5
Antosianin berpotensi sebagai pewarna makanan alami karena
keaneragaman warna yang dimilikinya. Namun, mempunyai kelemahan dalam
stabilitas warnanya. Intensitas suatu stabilitas pigmen antosianin tergantung
pada berbagai faktor termasuk struktur dan konsentrasi dari pigmen, pH, suhu,
intensitas cahaya, kualitas, dan kehadiran pigmen lain bersama-sama, ion
logam, enzim, oksigen, asam askorbat, gula, belerang oksida dan lain
sebagainya (Tanaka dkk., 2008).
2.5 Etanol
Etanol merupakan pelarut polar yang memiliki sifat fisika dengan
dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon
etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga
membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari senyawa organik lannya dengan
masa molekul yang sama. Etanol tidak menyebabkan pembembangkakan
membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. keuntungan
lainnya ialah etanol mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja
enzim (Nurlela, 2011).
Umumnya yang digunakan sebagai cairan pengekstrasi adalah
campuran bahan pelarut yang berlainan, khususnya campuran etanol-air.
Etanol sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal,
dimana bahan pengganggu hanya skala kecil yang turut ke dalam cairan
pengekstrasi. Etanol dapat melarukan alkaloid basa, minyak menguap,
glikosida. kurkumin, kurmarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil
(Indraswati, 2008). Sedangkan lemak, malam, tanin, dan saponin hanya dapat
sedikit yang larut dalam etanol (Indraswati, 2008)
6
BAB III
METODE PERCOBAAN
7
5. Mahkota bunga kembang sepatu yang sudah dilarutkan dengan etanol 97%
kemudian didiamkan atau diekstrak secara maserasi selama 24 jam dan
disimpan pada suhu ruang (perlakuan 1) dan pada suhu dingin atau kulkas
(perlakuan 2) dengan tujuan untuk dapat dibedakan hasilnya.
6. Setelah 24 jam maka hasil ekstraksi masing-masing perlakuan difiltrasi
menggunakan kertas saring dengan tujuan untuk memisahkan antara filtrat
dan residu.
7. Setelah itu hasil filtrat ekstrak bunga kembang sepatu dievaporasi pada suhu
550C selama 15 menit untuk menguapkan pelarut etanolnya sehingga hanya
tersisa ekstrak antosianin dari bunga kembang sepatu yang akan diamati.
8
BAB IV
PEMBAHASAN
Tabel 4.2
Hasil Perhitungan
Data Hasil Perhitungan
9
kulkas)
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil data pengamatan dan perhitungan pada tabel 4.1 dan
4.2 maka dapat diketahui bahwa dari masing-masing perlakuan yang awalnya
menggunakan berat bahan baku awal sama yaitu berat mahkota bunga
kembang sepatu 25 gram ditambah dengan pelarut etanol 97% sebanyak 250
ml ternyata hasil randemennya berbeda. Pada perlakuan 1 (suhu ruang)
didapatkan hasil ekstrak antosianin bunga kembang sepatu sebesar 45 ml yang
artinya randemennya sebesar 16,36%, sedangkan pada perlakuan 2 (suhu
kulkas) didapatkan hasil ekstrak antosianin bunga kembang sepatu sebanyak
49% yang artinya rendemennya sebesar 17,81%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa antara perlakuan 1 dan perlakuan 2 didapatkan randemen terbesar pada
perlakuan 2 yaitu pada ekstraksi maserasi di suhu dingin atau di kulkas karena
memang suhu sangat berpengaruh pada hasil ekstraksi dan mengakibatkan
perbedaan kecepatan kelarutan komponen dan kemudahan antosianin
teroksidasi (Sari dkk., 2005). Padahal menurut Geabkoplis dalam Sari dkk.,
(2005), semakin tinggi suhu ekstraksi maka kecepatan perpindahan massa dari
solut ke solven akan semakin tinggi karena suhu mempengaruhi nilai koefisien
transfer massa dari suatu komponen. Oleh sebab itu seharusnya didapatkan
randemen yang paling tinggi adalah pada perlakuan 1 (suhu ruang),
kemungkinan hal yang mengakibatkan terjadinya hasil randemen perlakuan 1
(suhu ruang) lebih rendah dibandingkan perlakuan 2 (suhu kulkas) dikarenakan
ketidaksempurnaan dalam proses penutupan alumunium foil pada beaker glass
sehingga mengakibatkan pelarut etanol menguap (Indraswari, 2008). Tetapi
meskipun suhu yang tinggi dapat mempercepat perpindahan massa dari solut
ke solven atau pelarut, struktur antosianin akan mengalami degradasi atau
kerusakan apabila suhu ekstraksi terlalu tinggi (Harborne, 1987). Serta semakin
tinggi suhu maka difusi juga akan semakin besar sehingga ekstraksi akan
berjalan secara cepat (Ibrahim dkk., 2015).
Hasil organoleptik dari ekstrasi antosianin bunga kembang sepatu didapatkan
data yang menunjukkan bahwa warna pada perlakuan 1 yaitu merah marun
10
pekat,sedangkan pada perlakuan 2 berwarna merah marun cerah. Hal tersebut
sesuai dengan Ibrahim dkk., (2005), bahwa peningkatan suhu menyebabkan
laju ekstraksi semakin tinggi, dan tingginya laju reaksi dapat mengakibatkan
tingkat kecerahan warna semakin gelap dan sebaliknya. Berdasarkan
Samsudin dan Khoiruddin dalam Sholikhin dkk., (2012), bahwa penyimpanan
pada kondisi kamar mengakibatkan terjadinya perubahan intensitas zat warna
yang cukup besar akibat reaksi kopigmentasi dan kerja enzim polifenol,
sedangkan penyimpanan pada kondisi dingin dapat menghambat terjadinya
reaksi kopigmentasi dan reaksi pencoklatan. Sedangkan hasil organoleptik dari
segi aroma didapatkan aroma pada perlakuan 2 (suhu dingin) lebih menyengat
aroma bunga kembang sepatunya dibandingkan dengan aroma pada perlakuan
1 (suhu kamar). Hal tersebut ternyata tidak sesuai dengan pernyataan Ibrahim
dkk., (2005), yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu maka aroma akan
semakin kuat atau tajam. Adanya ketidaksesuaian hasil kemungkinan terjadi
akibat pada suhu rendah atau dingin dapat memperhambat proses
matabolisme sehingga aroma bunga kembang sepatu masih terjaga saat
proses ekstraksi (Sutardi, 1980). Sedangkan pada suhu ruang kemungkinan
aroma bunga kembang sepatu sudah mulai menyengat saat proses ekstraksi
sehingga kelamaan aroma menjadi berkurang karena tidak ada proses
pengawetan yang mampu menjaga aroma bunga kembang sepatu tersebut
(Hambali dkk., 2014).
BAB V
11
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Pembahasan diatas maka dapat di simpulkan bahwa :
1. Perbandingan randemen dari masing-masing perlakuan yakni perlakuan 1
(suhu ruang) didapatkan hasil akhir sebesar 45 ml dengan randemen
16,36%, sedangkan perlakuan 2 (suhu dingin) didapatkan hasil akhir sebesar
49 ml dengan randemen 17,81% dari masing-masing berat awal yang sama
yaitu sebesar 25 gram mahkota bunga kembang sepatu ditambah 250 ml
etanol 97%.
2. Uji organoleptik dari segi warna didapatkan warna yang paling merah tua
atau pekat yaitu pada perlakuan 1 (suhu ruang), sedangkan aroma yang
paling menyengat bunga kembang sepatu pada perlakuan 2 (suhu dingin).
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum berikutnya dilakukan kegiatan ekstraksi
antosianin dengan bahan baku yang berbeda dengan penambahan analisa
kimia sehingga akan menambah wawasan.
12