Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia terletak di daerah khatulistiwa yang beriklim tropis dengan

kelembapan udara tinggi. Indonesia kaya akan sumber daya alam baik itu hayati

dan nonhayati. Khusus sumber daya alam hayati, Indonesia terkenal sebagai

negara yang banyak mempunyai berbagai jenis tumbuhan. Telah banyak

dihasilkan berbagai macam obat tradisional berbahan dasar tanaman sudah banyak

terbukti dapat mengobati berbagai penyakit salah satunya adalahtanaman sirih

merah (Piper crocatum) (Astuti et al., 2014).Hasil skrining fitokimia terhadap

daun sirih merah mengandung sanyawa flavonoid, alkoloid, tanindan polifenol

yang bersifat antioksidan.(Safitri et al., 2011).

Penelitian (Rachmawati et.al 2011) menununjukan bahwa ekstrak daun sirih

merah memiliki aktivitas antioksidan yang diuji dengan menggunakan DPPH

(1,1-diphenyl-2-.picrylhydrazyl). Pengukuran antioksidan sampel secara umum

tidak berdasarkan jenis radikal yang dihambat. DPPH berperan sebagai radikal

bebas yang diredam oleh antioksidan dari bahan uji, dimana DPPH akan bereaksi

dengan antioksidan tersebut membentuk 1,1-difinil 2-pikril hidrazin.

Penggunaan metode DPPH dalam uji aktivitas antioksidan dipilih karena

merupakan metode yang sederhana,mudah digunakan,dapat menganalisis

sejumlah besar sampel dalam jangka waktu yang singkat atau cepat serta

mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi (Ambarsari et.al. 2013). Selain itu,

metode ini terbukti menghasilkan hasil yang bersifat akurat dan reliabel yaitu hasil

1 STIFI Bhakti Pertiwi


2

tetap sama jika dilakukan uji berulang-ulang serta praktis (Sayuti dan

Yenrina,2015).Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan penelitian

mengenai uji Aktivitas antioksidan infusa daun sirih merah (Piper cornatum

N.E.Br )dengan metode DPPH .

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah infusa daun sirih merah (Pipper crocatum) memiliki aktivitas

antioksidan dengan metode DPPH?

2. Apakahkandungan kimia infusa daun sirih merah?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui aktivitas antioksidan infusa daun sirih merah (Pipercrocatum)

dengan metode DPPH.

2. Mengetahui kandungan kimia infusa daun sirih merah (Piper crocatum).

1.4 Manfaat Penilitian

1. Mengetahui manfaat sirih merah sebagai antioksidan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau refrensi bagi

peneliti selanjutnya.

STIFI Bhakti Pertiwi


BABII

TINJAUANPUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tanaman Sirih Merah

Menurut ITIS (Integrated Taxonomy Information System) (2011) klasifikasi

tanaman sirih merah adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper ornatum N.E.Br.

2.2 Nama Daerah

Nama lokal yang dikenal yaitu sirih merah. Nama daerah dari sirih merah

yaitu suruh, sedah (Jawa), Seureuh (Sunda), Ranub (Aceh), Cambai (Lampung),

base (Bali), nahi (Bima), mata (Flores), gapura, donlite, gamjeng dan perigi

(Sulawesi) (Parfati dan Widono, 2016).

2.3 Sirih Merah

Sirih merah termasuk dalam familypiperaceae yang merupakan tanaman asli

Peru kemudian menyebar ke beberapa wilayah di dunia, termasuk

Indonesia.Tanaman ini tumbuh di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi

STIFI Bhakti Pertiwi


4

dengan ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut.Sirih merah merupakan

tanaman semak dengan permukaan daun berwarna merah keperakan dan

mengkilap saat tertimpa cahaya, berbatang bulat dengan warna hijau keunguan.

Batang bersulur dan beruas, dengan jarak buku antara 5-10 cm dan pada setiap

buku tumbuh bakal akar. Perbedaan dengan sirih hijau selain dengan warnanya

merah keperakan, bila daunnya disobek maka akan berlendir serta aromanya lebih

wangi (Hidayat dan Napitupulu, 2015; Evizal, 2013).

2.4 Kandungan Kimia Daun Sirih Merah

Di dalam sirih merah terkandung bahan-bahan kimia dengan khasiat tertentu

yang disebut metabolit sekunder, menyimpan senyawa aktif seperti flavonoid,

alkaloid, tanin-polifenol, steroid, terpenoid, sianogenik, glukosida, isoprenoid,

polevanolad, kavicol, kalvakrol, dan nonprotein aminoacid(Setiawan et.al,2016;

Evizal, 2013).

2.5 Manfaat Sirih Merah

Dalam pengobatan tradisional, sirih merah banyak dimanfaatkan untuk

pengobatan hipertensi, radang liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag,

kanker payudara, nyeri sendi, penurunan dan pengontrol kadar gula darah,

kosmetika, obat gangguan jantung, TBC tulang, tumor payudara, antiseptik,

antibakteri dan antijamur (Parfati dan Widono, 2016).

STIFI Bhakti Pertiwi


5

2.6 Ekstraksi

Ekstraksi adalah salah satu teknik pemisahan kimia untuk memisahkan atau

menarik satu atau lebih komponen atau senyawa-senyawa (analit) dari suatu

sampel dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Leba, 2017). Pelarut yang

digunakan untuk mengekstraksi yaitu air, eter atau campuran etanol dan air.

Ekstraksi simplisia dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi atau penyeduhan

dengan air mendidih (Depkes RI, 1979).

1. Proses Ekstraksi

Menurut Voight (1994), proses ekstraksi dibedakan menjadi dua fase :

a. Fase pembilasan

Cairan ekstraksi kontak dengan material simplisia maka sel-sel yang

rusak atau tidak utuh lagi akibat penghalusan langsung bersentuhan dengan

bahan pelarut menyebabkan komponen sel yang terdapat di dalamnya lebih

mudah terlarut dalam cairan penyari.Oleh karena itu, dalam fase pertama

ekstraksi ini sebagian bahan aktif telah berpindah ke dalam bahan pelarut.

b. Fase ekstraksi

Pada fase ini, bahan pelarut harus mampu mendesak masuk kedalam sel

untuk mendesak komponen dalam asel keluar. Membran sel yang mengering,

mengkerut dalam simplisia harus diubah kondisinya terlebih dahulu sehinga

memungkinkan pelarut masuk ke bagian dalam sel. Hal ini terjadi melalui

pembengkakan, dimana membran mengalami pembesaran volume akibat

masuknya sejumlah molekul pelarut.

STIFI Bhakti Pertiwi


6

2.7 Jenis Ekstraksi

2.7.1 Maserasi

Maserasi berasal dari bahasa latin “macerce” yang berati merendam,sehingga

maserasi diartikan sebagai suau sediaan cair yang dibuat dengan cara merendam

bahan nabati menggunakan pelarut bukan air atau pelarut setengah air seperti

etanol encer selama waktu tertentu. Secara umumdapat disimpulkan maserasi

adalah salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan cara merendam

simplisia nabati menggunakan pelarut tertentu selama waktu tertentu dengan

sesekali dilakukan pengadukan atau penggojokan (Marjoni,2016).

Prinsip kerja maserasi adalah proses melarutnya zat aktif berdasarkan sifat

kelarutanya dalam suatu pelarut (like dissloved like). Ekstraksi zat aktif dilakukan

dengan cara merendam simplisia nabati dalam pelarut yang sesuai selama

beberapa hari pada suhu kamar dan terlindang dari cahaya. Pelarut yang

digunakan akan menembus dinding sel dan kemudian masuk dalam sel tanaman

yang penuh dengan zat aktif.pelarut yang ada pada sel mengandung zat aktif

sehingga terjadi ketidakseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dengan

konsentrasi ini akan menyebabkan proses difusi (Marjoni,2016).

2.7.2 Perkolasi

Perkolasi merupakan proses penyairan dengan jalan melakukan pelarut yang

sesuai secara lambat pada simplisia dalam alat perkolator. Pada proses

perkolasi,sebelum proses dimulai simplisia terlebih dahulu dibasahi dengan

pelarut sebelum dimasukan kedalam perkolator. Pembahasan dilakukan

STIFI Bhakti Pertiwi


7

menggunakan 0,3-1 bagian pelarut dan didiamkan selama 2 jam sampai terjadi

pengembangan sempurna. Pelarut segar digunakan pada tahap penarikan dan

kemudian digunakan lagi untuk ekstraksi simplisia yang segar (Djamal, 2010).

2.7.3 Sokletasi

Sokletasi merupakan proses penyarian bahan alam secara kontinu didalam

alat soklet.proses sokletasi berlangsung saat penguapan dan pendinginan secara

berulang-ulang. Pelarut masuk kedalam wadah sampel, membasahi dan

merendam evator yang dibungkus dalam kantong kertas. Setelah tanda batas,

secara keseluruhan akibat adanya gravitasi pada sistim pipa kapiler dan pengaruh

tekanan permukaan sampel pelarut mengalir kedalam labu dibawahnya sambil

mengosongkan wadah evapor dan akan terisi kembali secara kontinu akibat

pengupan pelarut dari labu penampung (Djamal,2010).

2.7.4 Infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisa nabati

dengan menggunakan air pada suhu 90o selama 15 menit. Campur simplisia

dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan

diatas penangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 900 C sambil

sesekali diaduk. Serkahi selagi panas melalui kain flanel tambahakan air panas

secukupnya melalui ampas hingga volume yang dikehendaki (Djamal,2010).

Infusa merupakan proses penyarian yang umunya digunakan untuk menyari zat

kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.Proses infusa ini

menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang

STIFI Bhakti Pertiwi


8

karena air bisa menjadi media pertumbuhan kuman dan kapang. Sari yang

diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih 2infusa ini menghasilkan

sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang karena air bisa

menjadi media pertumbuhan kuman dan kapang. Sari yang diperoleh dengan cara

ini tidak boleh disimpan lebih 24 jam.Keuntungan dari infusa adalah cara

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana(Anonim,2008)

2.7.5 Dektosa

Dektosa adalah proses penyarian simplisa nabati menggunakan pelarut air

dengan temperatur titik didih air sambil sesekali diaduk selama 30 menit

(Djamal,2010).

2.8 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif

dari simplisia nabati atau simplisia hewani mengunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua pelarut diuapkan dan massa atau sebuk yang terisisa diperlukan

sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapakan (Depkes RI,2020).

Ekstrak cair merupakan sediaan cair simplisa yang mengandung etanol sebagai

pelarut atau pengawet. Ekstrak cair tiap mL mengandung bahan aktif 1 g simplisa

yang memenuhi syarat dan cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan

disaring (Depkes RI,2020).

STIFI Bhakti Pertiwi


9

2.9 DPPH(1,1-diphenyl-2-pycrilhydrazil)

Radikal bebas adalah molekul yang mengandung satu atau lebih elektron

yang tidak berpasangan. Radikal bebas bersifat sangat reaktif dan dengan mudah

menjurus ke reaksi yang tidak terkontrol (winarti,2010). Radikal bebas dapat

menyebabkan potensi kerusakan pada biomolekul intergritas lipid, DNA dan

protein yang menyebabkan penyakit degeneratif, diabtes melitus, penuaan dini,

stres oksidatif dan kanker (Phaniendra et.al,2015). Tubuh manusia dapat

menetralisir radikal bebas jika jumlahnya tidak berlebihan, mekanisme pertahanan

dan endogen. Jika antioksidan endogen tidak mencukupi tubuh manusia salah

satu penceganhya adalah mengkonsumsi makanan atau obat-obatan yang

mengandung antioksidan (Lim et.al,2002).

2.9.1 Sumber Radikal Bebas

Menurut (Winarno,2015) sumber radikal bebas yang terdapat dalam tubuh

seseorang dapat berasal dari dua sumber yaitu sumber endogenus (dari dalam

tubuh sendiri) dan sumber eksogenus (dari luar tubuh).

1. Sumber endogenus

Radikal bebas dapat terjadi akibat auto-oksidasi, oksidasi enzimatis,

fagositosis dalam respirasi, transport elektron yang terjadi di dalam mitokondria,

oksidasi ion-ion logam transisi, atau akibat adanya iskemia (Winarno 2015).

2. Sumber Eksogenus

Menurut Tapan (2005) radikal bebas yang berasal dari luar tubuh meliputi

menghirup asap rokok, menghirup udara dari lingkungan tercemar, radiasi

matahari, radiasi foto terapi (penyinaran), konsumsi obat-obatan termasuk

kemoterapi dan penggunaan pestisida dan zat kimia pencemaran lain.

STIFI Bhakti Pertiwi


10

3. Pembentuk Radikal Bebas

Menurut Sayuti dan Yenrina (2015) radikal bebas dalam tubuh bisa terbentuk

ketika komponen makanan diubah menjadi bentuk energi melalui

prosesmetabolisme. Hal ini dikarenakan pada proses metabolisme ini, sering

terjadinya kebocoran mengakibatkan mudah sekali terbentuknya radikal bebas

seperti anion superoksida, hidroksil dan lain-lain. Radikal juga dapat terbentuk

dari senyawa lain yang sebenarnya bukan radikal bebas tapi mudah berubah

menjadi radikal bebas, misalnya hidrogen peroksida (H2O2) pembentukan radikal

bebas terjadi secara terus-menerus di dalam tubuh, faktor yang menyebabkan

adanya radikal bebas dalam tubuh antara lain sinar UV, asap mobil, bahan kimia

dalam makanan sintetik, obat-obatan dan bahan kimia dari obat-obatan.

2.10 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa pemberi elektron (elektron donor) atau

reduktan.Antioksidanjuga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi

oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekuL yang sangat reaktif.

Akibatnya kerusakan sel akan dihambat (Winarsi, 2007). Antioksidan

dikelompokan menjdai 3 golongan yaitu antioksidan primer,sekunder, dan tersier.

Antioksidan memiliki peran yang sangat penting dalam mempertahankan mutu

produk pangan, kesehatan dan kencantikan. Dalam bidang kesehatan dan

kecantikan antioksidan berfungsi sebagai pencegah penyempitan pembuluh

darah,penyakit kanker,tumor dan penuaan dini (Sayuti dan Yenrina,2015).

1. Aktivitas Antioksidan

Menurut Sayuti dan Yenrina (2015) aktivitas antioksidan terdiri atas beberapa

mekanisme, antara lain:

STIFI Bhakti Pertiwi


11

a. .Mencegah reaksi berantai

b. Mencegah pembentukan peroksida.

c. Mencegah pengambilan atom hydrogen.

d. Mereduksi dan menangkap radikal bebas.

2. Manfaat Antioksidan

a. Mencegah pembentukan radikal bebas

b. Menangkap radikal bebas dan menghentikan pembentukan radikal bebas.

c. Memperbaiki jaringan tubuh yang rusak oleh radikal bebas. (Agung,

2016).

3. Metode pengujian Antioksidan

Metode uji untuk menentukan aktivitas antioksidan antara lain :

DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering

digunakan untuk menilai aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak

bahan alam.Prinsip uji DPPH adalah penghilang warna untuk antioksidan yang

langsung menjangkau radikal DPPH dengan pemantauan absorbansi dengan

panjang gelombang 518 nm menggunakan spektrofotometer.Radikal DPPH

dengan nitrogen organik terpusat adalah radikal bebas stabil dengan warna ungu

gelap yang ketika direduksi menjadi bentuk nonradikal oleh antioksidan menjadi

warna kuning.berwarna ungu gelap. Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan,

DPPH tersebut akan tereduksi dan warnanya akan berubah menjadi kuning.

Perubahan tersebut dapat diukur dengan spektrofotometer, dan diplotkan terhadap

konsentrasi Penurunan intensitas warna yang terjadi disebabkan oleh

berkurangnya ikatan rangkap terkonjugasi pada DPPH. Hal ini dapat terjadi

apabila adanya penangkapan satu elektron oleh zat antioksidan, menyebabkan

tidak adanya elektron untuk beresonansi (Sayuti dan Yenrina,2015).

STIFI Bhakti Pertiwi


12

2.11 Asam Galat

Asam galat adalah senyawa aktif yang terdapat pada tanin sebagai metabolit

tanaman.Keberadaanya dalam tanaman terdapat pada konsentrasi rendah.

Senyawa asam galat dapat bergabung degan glukosa untuk membentuk tanin

terhidrolisis (Vazirian et.al,2011).

Gambar 2.2 Struktur Kimia Asam Galat ( Marino,2014)

2.12 Spektrofotometri UV-Vis

Spekofotometri UV-Vis merupakan pengukuran panjang gelombang dan

intensitas sinar Uv dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar

ultraviolet dan tampak cahaya memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan

elektron pada kulit terluar pada tingkat energi yang paling tinggi. Spektrum UV-

Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi yang bisa didapat

dari spektrum ini namum sangat berguna untuk pengukuran sacara

kuantitatif.kosentrasi dari analit di dalam larutan dintentukan dengan mengukur

absorban dengan panjang gelombang tertentu menggunakan hukum lambert-beer.

Sinar UV berada di panjang gelombang sinar tampak cahaya bereda di daerah

400-800 nm (Dachriyanus, 2004).

STIFI Bhakti Pertiwi


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksankan pada bulan Juni sampai Juli 2022 bertempat

di Laboratorium Penelitian,Laboratorium kimia bahan alam dan Laboratorium

Instrumen Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan yaitu pipet volume (pyrex), tabung reaksi (pyrex),

gelas ukur(pyrex),batang pengaduk,corong (pyrex),erlenmeyer (pyrex), kain

flanel,termometer suhu,vial, neraca analitik,panci penangas airdan

spektrofotometri UV-Vis (Thermoscientific).

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain daun sirih merah

(Piper ornatum N.E.Br.). aquadm, metanol (Smart-lab), HCl pekat, serbuk Mg,

amoniak, kloroform, asam sulfat 2 N,pereaksi mayer, dragendoroff dan

FeCl31%., asam galatdan DPPH (2,2-difenil-2-pikrilhidrazil).

13 STIFI Bhakti Pertiwi


14

3.3 Rancangan Penelitian

3.3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan peneltian eksperimental pengujian aktivitas

antioksidaninfusa daun sirih merah dan kandungan metabolit skunderdaun sirih

merah(Pipercrocatum).

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pengambilan Sampel

Sampel daun sirih merah (Pipercrocatum)diperoleh dari Jalan Ariodillah 3

gang mawar Palembang Sumtera Selatan.

3.4.2 Preparasi Sampel

Daun sirih merah dipetik kemudian disortir lalu dicuci hingga bersih,

selanjutnya ditimbang sebanyak 300 g kemudian ditiriskan dan dirajang halus,

masukan aquadm sebanyak 100 mL didalam penangas air setelah mendidih ukur

suhu menggunakan termometer sampai suhunya 90oClalu masukan daun sirih

merah sebanyak 10 g dibiarkan selama 15 menit sambil sesekali diaduk, setelah

15 menit di angkat dari penangas air lalu di saring dengan kain flanel, tambahkan

air secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus mencapai 100 mL.

3.5 Skrining Fitokimia

3.5.1 Uji Flavonoid

Infusa daun sirih merah (Piper crocatum) dimasukan dalam tabung reaksi 2

mL dan tambahkan serbuk Mg dan 2 tetes HCl pekat.hasil positif terbentuknya

warna merah muda sampai merah bata.

STIFI Bhakti Pertiwi


15

3.5.2 Uji Tanin

Infusa daun sirih merah (Piper croactum) dimasukan dalam tabung reaksi

2 mL Tambahkan 2-3 tetes FeCl31%.Reaksi positif apabila terbentuk warna biru

atau hijau kehitaman.

3.5.3 Uji Fenolik

Infusa daun sirih merah (Piper croacatum) dimasukan kedalam tabung reaksi

sebanyak 2 mL, kemudian ditambahkan 2 tetes FeCl3 5%. Reaksi positif jika

terbentuknya warna hijau atau hijau biru.

3.5.4 Uji Alkaloid

Infusa daun sirih merah (Piper crocatum) dimasukan kedalam tabung reaksi

sebanyak 2 mLditambahkan 3 ml kloroform dan 2 ml amoniak dimasukan dalam

tabung reaksi. Tambahkan 0,5 ml asam sulfat 2 N, kocok perlahan, diamkan

sejenak sehingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas diambil kemudian dipindahkan

ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 1-2 tetes pereaksi mayer dan

dragendoroff. Reaksi mayer ditandai dengan adanya kabut putih hingga gumpalan

putih atau endapan putih. Reaksi positif dragendoroff ditandai dengan

terbentuknya warna kuning atau jingga.

3.5.5 Uji Saponin

Infusa daun sirih merah (Piper crocatum) dimasukan kedalam tabung reaksi

sebanyak 2 mL kemudian dikocok selama 10 menit. Reaksi positif jika adanya

busa setinggi 1-5 cm menunjukan adanya saponin.

STIFI Bhakti Pertiwi


16

3.5.6 Uji Terpenoid

Infusa daun sirih merah (Piper crocatum) dimasukan kedalam tabung reaksi

sebanyak 2 mLditambahkan H2SO4 pekat.Selanjutnya ditambahkan 2 tetes asam

asetat anhidrat. Reaksi positif adanya golongan terpenoid apabila larutan menjadi

bewarna ungu, jingga atau merah.

3.6 Pembuatan Infusa Daun Sirih Merah (Piper croactum)

10 g dalam 100 ml aquadm dipanaskan diatas pengangas air selama 15 menit

terhitung mulai suhu 900C sambil sesekali diaduk. Serkai selagi panas melalui

kain flanel , tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh

volume infus mencapai 100 mL. Sehingga didapatkan larutan induk 1000 ppm

dari larutan 1000 ppm dibuat seri konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm.

3.7 Uji Aktivitas Antioksidan Daun Sirih Merah

3.7.1 Pembuatan DPPH

DPPH sebanyak 3,94 mg dilarutkan dengan metanol hingga 100 mL di dalam

labu ukur 100 mL. Homogenkan hingga diperoleh larutan DPPH 0,1 mM.

(Lampiran 7)

3.7.2 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH

Dipipet metanol 0,2 mL kemudian ditambahkan 3,8 mL Larutan DPPH

0,1 mM lalu masukan kedalam vial dan diinkubasi selama 30 menit ditempat

yang gelap dan terlindung dari cahaya matahari. Ukur absorbansi larutan DPPH

menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada rentang panjang gelombang antara

450-550 nm, hingga diperoleh panjang gelombang maksimum.

STIFI Bhakti Pertiwi


17

3.7.4 Pembuatan Larutan Asam Galat

Timbang 10 mg asamgalat lalu tambahkan metanol kedalam labu ukur 10 mL

sehingga didapatkan konsentrasi 1000 ppm sambil dikocok homogen. Dari larutan

induk dipipet 0,25 mL diencerkan dengan metanol hingga volume 25 mL

sehingga menjadi 10 μg/mL. Buat larutan pembanding dengan konsentrasi 50

ppm, 40 ppm, 30 ppm, 20 ppm, dan 10 ppm.(lampiran 8).

3.7.5 Penentuan Aktivitas Antioksidan

Larutan pembanding dipipet dengan perbandingan DPPH dan sampel Ambil 3,8

ml DPPH tambahkan sampel uji 0,2 mL. Inkubasi selama 30 menit ditempat yang

gelap dan terlindung dari cahaya. Ukur nilai absorbansi dengan spektrofotometri

UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Pengujian dilakukan 3 kali

pengulangan masing-masing konsentrasi larutan.

3.8 Perhitungan Nilai % Inhibisi

Data absorbansi yang diperoleh dari pengukuran dimasukan kedalam

perhitungan persentase inhibisi serapan DPPH dengan menggunakan rumus

𝐴 𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝐷𝑃𝑃𝐻−𝐴 𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 (𝐷𝑃𝑃𝐻+𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)


% INHIBISI = x 100%
𝐴 𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝐷𝑃𝑃𝐻

Keterangan :

AbsorbansiBlanko = Absorbansi DPPH

Absorbansi sampel =Absorbansi sampel uji .

STIFI Bhakti Pertiwi


18

3.9 Analisis Data

Data yang diperoleh berupa hasil skrining fitokimia,Pada uji aktivitas

antioksidan diperoleh panjang gelombang maksimum DPPH, kandungan kimia

infusa daun sirih merah, dan persen inhibisi.

STIFI Bhakti Pertiwi


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1. Hasil skrining fitokimia infusa daun sirih merah menghasilkan kandungan

kimia alkoloid, flavonoid, tanin, saponin dan terpenoid. Hasilnya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Hasil skrining fitokimia infusa daun sirih merah (piper crocatum.)
No. Uji Fitokimia HasilReaksi Keterangan
1 Alkaloid Endapan putih - merah +
2 Fenolik Warna coklat +
3 Flavonoid Warna merah bata +
4 Tannin Warna hijau kehitaman +
5 Saponin Terdapat busa +
6 Terpenoid Warna merah +

2. Panjang gelombang maksimum DPPH range 450-550 diperoleh panjang

gelombang maksimum yaitu 515 nm dengan nilai absorbansi 0,461

3. Hasil persen inhibisi dan dari infusa daun sirih merah (Piper crocatum.) dan

pembanding asam galat dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil absrobansi aktivitas antioksidan infusa daun sirih merah
(piper crocatum.) dan asam galat yang telah direaksikan dengan
DPPH
No Sampel Uji Konsentrasi (ppm) % Inhibisi
250 ppm 38,76 %
500 ppm 49,02 %
1. Infusa daun sirih merah 1000ppm 62,47 %

50ppm 79,82 %
40ppm 57,51 %
2. Pembanding Asam 30ppm 41,3 %
Galat 20ppm 21,60 %
10ppm 6, 43 %

STIFI Bhakti Pertiwi


20

4.2 Pembahasan

Sampel segar daun sirih merah (Piper ornatum N.E.Br) sebanyak 300gram

dibersihkan menggunakan air mengalir. Kemudian ditimbang sebanyak 10 g

dirajang halus sehingga mendapatkan volume infus 100 mL.

Pemeriksaan uji fitokimia terhadap kandungan kimia infusa daun sirih merah

(Piper ornatum N.E.Br).Berdasarkan hasil skrining fitokimia, senyawa metabolit

sekunder yang terdapat pada infusa daun sirih merah (Piper ornatum N.E.Br)

yaitu positif mengandung alkaloid, fenolik, flavonoid, tanin, saponin dan

terpenoid.

Pada uji aktivitas anti oksidan menggunakan metode DPPH. DPPH dibuat

dengan konsentrasi 0,1 mM dan diinkubasi selama 30 menit ditempat yang gelap

dan terlindung dari cahaya karena DPPH sangat mudah teroksidasi. Menurut

Molyneux (2004). pemilihan waktu 30 menit karena waktunya sudah cukup untuk

DPPH berekasi. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron

atau radikal hidrogen pada DPPH akan menetralkan radikal bebas dari DPPH lalu

terbentuk DPPH tereduksi.

Perubahan ini diukur sesuai dengan jumlah atom hidrogen yang ditangkap

oleh molekul DPPH akibat adanya zat reduktor, aktivitas ini yang disebut sebagai

konsentrasi inhibisi (Inhibition Concentration). Dari hasil penelitian diperoleh

panjang gelombang maksimum DPPH yaitu 515 nm dengan nilai absorbansi

0,461.

Pada penelitian ini infusa daun sirih merah (Piper ornatum N.E.Br.) dibuat

konsentrasi 1000 ppm , 500 ppm, 250 ppm diperoleh % inhibisi yaitu 69,64%,

STIFI Bhakti Pertiwi


21

29,55% dan38,76 %. pembanding asam galat pada konsentrasi Menurut Marsifah

et.al (2017) nilai % inhibisi yang didapat menunjukkan semakin tinggi konsentrasi

maka semakin tinggi pula % inhibisi yang diperoleh dikarenakan semakin tinggi

konsentrasi maka semakin tinggi pula senyawa antioksidan dan kemampuan

penghambat radikal bebas semakin meningkat yang ditandai dengan % inhibisi

yang tinggi pada konsentrasi tersebut.

Pada penelitian ini pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan metode

DPPH adanya perubahan dari intensitas warna ungu pada DPPH yang sebanding

dengan konsentrasi larutan DPPH tersebut. Radikal bebas DPPH yang memiliki

elektron tidak berpasangan akan memberikan warna ungu pada larutan. Warna

akan berubah menjadi warna kuning saat elektronya berpasangan. Perubahan

intensitas warna ini terjadi karena adanya peredaman pada radikal bebas yang

dihasilkan reaksi dari molekul DPPH dengan atom hidrogen yang dilepaskan oleh

molekul senyawa sampel sehingga terbentuk senyawa definil pikril hydrazin dan

menyebabakan terjadinya perubahan pada DPPH menjadi warna kuning.

Perubahan warna dari ungu menjadi kuning ini akan memberikan perubahan

absorbansi pada panjang gelombang maksimum DPPH menggunakan

spektrofotometri UV-VIS sehingga akan diketahui nilai dari aktivitas peredaman

radikal bebas yang dinyatakan dengan nilai persen inhbisi (inhbitory

concetration).

STIFI Bhakti Pertiwi


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Infusa daun sirih merah (Piper ornatum N.E.Br) memiliki aktivitas

antioksidan.

2. Kandungan kimia yang terdapat pada infusa daun sirih merah (Piper ornatum

N.E.Br) adalah senyawa flavonoid, tanin atau polifenol, alkoloid, saponin,

danterpenoid.

5.2 Saran

Mengingat adanya keterbatasan dalam penelitian ini, diharapkan bagi peneliti

selanjutnya melakukan penelitian yang serupa dengan menggunakan metode

ekstraksi yang berbeda atau dengan pelarut yang berbeda untuk lebih

membuktikan aktivitas antioksidan dari infusa daun sirih merah (Piper ornatum

N.E.Br).

22 STIFI Bhakti Pertiwi


DAFTAR PUSTAKA

Ambarsari, I., Qanytah, dan Sarjana. 2013. Perubahan Aktivitas Antioksidan Pada
Bawang Putih Selama Proses Pengolahan dan Penyimpanan. Buletin
Teknologi Pasca Panen Pertanian.

Anonim, 2008, Sirih Merah sebagai Tanaman Obat Multi Fungsi, http
://balitto@telkom.net, diakses pada tanggal 2 Maret 2008 Ansel, H.C.
Popouich, N.G., 1990, Pharmaceutical Dosage Form.

Anonim. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, 1979.

Astuti, P., Wahyono &Nababan, O. A. 2014. Antimicrobial and cytotoxic


activities of endophytic fungi isolated from Piper crocatum Ruiz & Pav.
Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine 4: S592-S596.

Dachriyanus, 2004, Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi,


Andalas University Press. Hal. 39, Padang

Depkes RI. (2020). Farmakope Indonesia (Edisi IV). Jakarta: departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI 1979 DEPKES RI, 1995, Farmakope Indonesia, Ed. IV,47-48.548,


Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Djamal, R. (2010). Prinsip-prinsip Dasar Isolasi dan Identifikasi. Padang:


universitas Baiturrahmah.

Evizal, R. (2013). Tanaman Rempah dan Fitofarmaka. Bandar lampung: Lembaga


Penelitian Universitas lampung.

Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan, 49-51, Bandung, ITB Press

Hidayat, S dan Napitupulu, R. M. (2015). Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta:


Penebar Swardaya Grup.Husnawati, 2015. Aktivitas Anti Obesitas Ekstrak
Sirih Merah (Piper crocatum)Terhadap Obesitas Yang Diinduksi Pakan
Tinggi Lemak Pada Tikus. Bogor : IPB. IOSR Journal Of Pharmacy.5(7) :

intagrated Taxonomic Information System. (2011). Taxonomic Piper crocatum.


Diakses dari https://www.itis.gov. Diakses pada 21 November 2019.

23 STIFI Bhakti Pertiwi


24

Leba, M. A. U. (2017). Ekstraksi dan Real Kromatografi, Yogyakarta:


Deepublish.

Lim SN, Cheung PC, Ooi VE, and Ang PO. 2002. Evaluation of antioxidative
activity of extracts from a brown seaweed, Sargassum siliquastrum.

Marjoni, R. (2016). Dasar-dasar fitokimia diplomat III farmasi. Jakarta:CV.Trans


info media.

Marino, T., Galano, A., and Russo, N. (2014). Radical Scavenging Ability of
Gallic Acid Toward OH and OOH Radicals: Reaction Mechanism and Rate
Constants from the Density Functional Theory. The Journal of Physical
Chemistry B. 118(35), 10380-10389.

Marsifah., Rahman, N., dan Abram, P., H. (2017). Uji aktivitas antioksidan
ekstrak dau dan kulit labu air (Lagenaria siceraria (Molina) Standl). Jurnal
Akademika Kimia, 6(2),98-106.

Murray, R. K., Granner, D.K., Rodwell, V.W. (2009). Biokimia Harper, (Andri
Hartono)., Edisi 27. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Molyneux, P. (2004). The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl


(DPPH) For Estimating Antioxidant Activity. Journals science and
technology. 26(2):211-219.

Phaniendra, A., Jestadi, D.B dan Peryasamy, L. (2015). Free Radicals: Properties,
Sources, Targets, and Their Implication in Various Diseases. Indian J Clin
Biochem. 30(1). 11-26.

Parfati, N dan Widono, T. (2016). Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)
Kajian Pustaka Aspek Botani, Kandungam Kimia dan Aktivitas Farmakologi.
Media Pharmaceutical Indonesia, 1(2), 106-115.

Paricia Syaron Manongkoa*,Meiske Sientje Sangia, Lidya Irma Momuata


Jurusan/Prodi.Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Sam Ratulangi.Uji
Senyawa Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Tanaman Patah Tulang
(Euphorbiatirucalli L.)

Rachmawati, S. I., & Ciptati. (2011). Isolasi senyawa antioksidan dari daun sirih
merah (Piper crocatum). Prosiding Simposium Nasional Inovasi
Pembelajaran dan Sains. Robinson, T. (1995). Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi. Penerjemah K. Padmawinata. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.

STIFI Bhakti Pertiwi


25

Safithri, M. 2011. Mekanisme antihiperglikemik minuman fungsional campuran


sirih merah (Piper crocatum) dan kayu manis (Cinnamomum burmannii
Blume). Vol. Doctor Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sam, S., Malik, A., dan Handayani, S. (2016). Penetapankadarfenolik total


dariekstraketanolbunga rosella berwarnamerah (Hibiscus Sabdariffa L.)
denganmenggunakanSpektrofotometri UV-Vis. JurnalFitofarmaka Indonesia,
3 (2), 182-187.

Setiawan, A. A., Megawati, S dan Nisa, D. (2016). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol
Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz&Pav) Sebagai Antiinflamasi Pada
Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley. Farmagezine, 3(1), 1-6.

Sudewo, B. (2005). Basmi penyakit dengan sirih merah. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Sumarwoto, Susilowati, & Adhityanti, Y. (2008). Uji sirih merah (Piper crocatum
ruiz and pav) pada berbagai intnsitas sinar matahari dan media tanam. Jurnal
Pertanian Mapeta, II(1), 1-8

Tapan, E., 2005, Kesehatan Keluarga Penyakit Degeneratif, PT Elex Media


Komputindo, Jakarta.

Vazirian, M., Khanavi, M., Amanzadeh, Y., Hajimehdipoor, H. (2011).


Quantification of Gallic Acid in Fruits of Three Medicinal Plants. Iranian
Journal of Pharmaceutical Research. 10(2). 233-236..

Voigt R. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press, 1984.

Wardani K.R, Tjahjaningsih, W., & Rahardja, S. B. (2012). Uji efektivitas ekstrak
daun sirih merah (Piper Crocatum) terhadap bakteri aeromonas hydrophila
secara in vitro. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 4(1), 1-12. Wijaya, A.
(1996). Radikal bebas

Winarsi, H.M.S. (2007). Antioksidan Alami & radikalbebas. Yogyakarta:


Kanisus.

Winarti, Sri. (2010). Makanan Fungsional. Yogyakarta.

Winarno.2005. Teori dan proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Press.

Yuliani, N.N., Sambara, J., dan Mau, M.A. (2016). Uji aktivitas antioksidan fraksi
etil asetat ekstrak etanol rimpang jahe merah (Zingiber officinalevar.Rubrum)
dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl). Jurnal Info
Kesehatan. 14(1):1091-1111.

STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 1. Gambar Tanaman daun sirih merah(Piper crocatum)

(a)

(b)

Keterangan :

a. Tumbuhan Daun Sirih Merah

b. Daun Sirih Merah


Lampiran 2. Skema Kerja Pembuatan infusa daun sirih merah

Ditimbang 300 gram daun sirih


merah yang sudah dibersihkan
kemudian dirajang halus

Ditimbang 10 gram

Tambahkan 100 ml aquadm


yang ada didalam panci

Masukan ke dalam panci

Panaskan pada suhu


90oselama 15 menit

Serkai infusa ke dalam botol dengan kain


Flanel dan corong ge
Tambahkan air ke dalam serkaian
hingga valome infusa 100 ml

27
Lampiran 3. Hasil Skrining Fitokimia infusa daun sirih merah (Piper
ornatum N.E.Br)

N GolonganSen Pereaksi Hasil Reaksi Keteran Gambar


o yawa gan

1 Alkaloid Reagen Mayer Endapanmerah +

2 Flavonoid Logam Mg + Warnamerahbat +


HCI pekat a

3 Fenolik Aquadest + Warnacoklat +


FeCl3

4 Tanin NaCI + FeCl3 Warnahijaukehit +


aman

5 Terpenoid AsamAsetatAnh Warna Merah +


idrida + H2SO4 jingga

6 Saponin Aquadest + Terdapatbusa 1 +


Kocok 10 menit cm

28
Lampiran 4. Perhitungan Pembuatan Infusa Daun Sirih Merah (Piper
crocatum)

Timbang 10 gram daun sirih merah lalu di masukan dalam penangas air sebanyak

100 mL, kemudian aduk, sehingga diperoleh 1000 ppm.

Ppm= mg/L

X =104

10-1

X =103

X = 1000 ppm

29
Lampiran 5. Skema Kerja Uji Aktivitas Antioksidan infusa daun sirih
merah (Piper ornatum N.E.Br)

Pembuatan Larutan Pembuatan Larutan


Sampel Uji DPPH 0,1 mM Pembuatan Larutan
Pembanding Asam Galat

Sebanyak 3,94 mg
DPPH dilarutkan dalam
100 mL metanol
Pengukuran λ max dan
pengukuran absorbansi

Infusa daun sirih merah

Sebanyak 10 mg sampel uji dilarutkan dalam


10 mL metanol (1000 μg/mL)

Larutan Induk Sampel


Konsentrasi 1000 μg/mL

Sampel larutan induk diencerkan menjadi 3


konsentrasi; 250, 500, 1000 μg/mL.

Hasil Pengenceran sampel


dengan 3 konsentrasi

Ambil DPPH 3,8 mL dari masing-masing


konsentri dan 0,2 mL sampel uji. Diamkan
30 menit.
Perhitungan % inhibisi
Lampiran 6. Perhitungan Pembuatan Infusa Daun Sirih Merah (Piper
crocatum)

Timbang 10 gram daun sirih merah lalu di masukan dalam penangas air sebanyak

100 mL, kemudian aduk, sehingga diperoleh 1000 ppm.

Ppm= mg/L

X = 104

10-1

X =103

X = 1000 ppm

Dari larutan induk 1000 ppm dibuat konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm

V1.M1=V2.M2

V1. 1000 ppm = 10 mL. 500 ppm

= 5 mL
V1.M1=V2.M2

V1. 1000 ppm = 10 mL. 250 ppm

= 2,5 mL

31
Lampiran 7. Perhitungan Reagen DPPH Untuk Pengujian Aktivitas
Antioksidan

1. Pembuatan Larutan DPPH 0,1 mM dalam 100 mL

Diketahui BM DPPH = 394,32

Volume yang dibutuhkan 100 mL

M = 0,1 mM

= 10-4M

Ditanya g ?

M=

M=

g = M x BM x L

= 10-4 x 394,32 x 10-1

= 394, 32 x 10-5

= 0,0039432 g

= 3,94 mg

32
Lampiran 8. Perhitungan konsentrasi pembanding asam galat

Pembuatan larutan induk asam galat 1000 ppm dalam 10 mg dalam labu ukur 10

mL. dilarutkan dengan metanol

Ppm =

1000 =

= 1000 x 102

= 103 x 102

= 10 mg

a. Pembuatan larutan pembanding 50 ppm dalam 10 mL

V1.M1=V2.M2

V1. 1000 ppm = 10 mL. 50 ppm

V1 = 0,5 mL

b. Pembuatan larutan pembanding 40 ppm dalam 10 mL

V1.M1=V2.M2

V1. 1000 ppm = 10 mL. 40 ppm

V1 = 0,4 mL

c. Pembuatan larutan pembanding 30 ppm dalam 10 mL

V1.M1=V2.M2

V1. 1000 ppm = 10 mL. 30 ppm

33
Lanjutan lampiran 8

V1 = 0,3 mL

d. Pembuatan larutan pembanding 20 ppm dalam 10 mL

V1.M1=V2.M2

V1. 1000 ppm = 10 mL. 20 ppm

V1 = 0,2 mL

e. Pembuatan larutan pembanding 10 ppm dalam 10 mL

V1.M1=V2.M2

V1. 1000 ppm = 10 mL. 10 ppm

V1 = 0,1 mL

34
Lampiran 9. Hasil Panjang Gelombang Maksimum DPPH

Keterangan:

Panjang gelombang: 515 nm

Absorbansi: 0,461

35
Lampiran 10. Uji aktivitas Antioksidan Infusa Daun Sirih Merah

Absrobansi 1 Absrobansi 2 Absorbansi 3 rata rata


Konsentrasi

250 ppm 0,396 0,398 0,398 0,398

500 ppm 0,345 0,346 0,346 0,346

1000 ppm 0,228 0,2280,228 0,228

Daun sirih merah y = 0,0404x + 19,11


R² = 0,9991
70
60
Persen Inhibisi

50
40
30
20
10
0
0 200 400 600 800 1000 1200
Konsentrasi (ppm)

Keterangan :

a. Tabel absorbansi antioksidan infusa daun sirih merah

b. Kurva infusa daun sirih merah

36
Lampiran 11. Hasil Persen Inhibisi Infusa Daun Sirih merah (piper
crocatum)


Rumus % inhibisi =

Keterangan: A1 = Absorbansi DPPH

A2 = Absorbansi DPPH + Sampel


250 μg/mL = x 100%

= 29,55%


500 μg/mL = x 100%

= 38,76%


1000 μg/mL = x 100%

= 69,64 %

37
Lampiran 12. Hasil Konsentrasi Pembanding Asam Galat

Konsentrasi Absrobansi 1 Absrobansi 2 Absorbansi 3 rata rata

10 ppm 0,658 0,658 0,658 0,654

20 ppm 0,574 0,549 0,549 0,548

30 ppm 0,419 0,402 0,418 0,413

40 ppm0,301 0,290 0,300 0,297

50 ppm 0,143 0,142 0,141 0,142

(a)

y = 1,841x - 13,497
kurva asam galat R² = 0,9962
90
80
70
60
% inhibisi

50
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60
konsentrasi (ppm)

(b)

Keterangan:
a.Tabel absorbansi antioksidan pembanding asam galat
b.Kurva pembanding asam galat

38
Lampiran 13. Hasil Persen Inhibisi Asam Galat


Rumus % inhibisi =

Keterangan: A1 = Absorbansi DPPH

A2 = Absorbansi DPPH + Sampel


10 ppm = x 100%

= 6,43 %


20 ppm = x 100%

= 21,60 %


30 ppm = x 100%

= 41,3 %


40 ppm = x 100%

= 57,51%


50 ppm = x 100%

= 79, 82 %

39
Lampiran 14. Gambar Perubahan Warna infusa daun sirih merah (Piper
ornatum N.E.Br)yang Direaksikan dengan DPPH

40
Lampiran 15. Sertifikat DPPH

41
Lampiran 16. Sertifikat Asam Galat

42

Anda mungkin juga menyukai