Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BAHASA INDONESIA

EKSTRAKSI DAUN JAMBU BIJI

Oleh :

Adiestyola Putri Hafindy (17033010068)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAWA TIMUR

2017 / 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki peluang yang pontesial dalam pencarian sumber obat baru dari bahan
alam. Negara tropis yang kaya sumber daya hayati ini memilik sekitar 30.000 spesies tumbuhan
dan kurang lebih 7.000 spesies di antaranya yang baru diketahui sebagai tanaman berkhasiat
obat.

Berdasarkan pengalaman empiris tanaman daun jambu biji oleh masyarakat digunakan untuk
suplemen diet, diare, antioksidan, antinflamasi dan antihipertensi sebagai zat kimia yang
ditambahkan sedikit untuk makanan dan industri kecil, oleh sebab itu digunakan dalam obat
tradisional untuk mengatasi berbagai gangguang kesehatan dan sebagai bahan baku industri.

Dalam proses ektraksi suatu bahan tanaman, banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kandungan senyawa hasil ektraksi diantaranya : jenis pelarut, konsentrasi pelarut, metode
ektraksi dan suhu yang digunakan untuk mengekstraksi. Pada pengujian yang dilakukan
menggunakan metanol dengan dua macam metode ektraksi yaitu pengadukan (dingin) dan reflux
(panas).

B. Tujuan

1. Mengetahui cara-cara untuk mengekstraksi daun jambu biji (Psidium guajava)..

2. Mengetahui pemanfaatan ekstraksi dari daun jambu biji (Psidium guajava) bagi kehidupan
sehari-hari.

C. Manfaat

1. Mampu mengetahui cara-cara untuk mengekstraksi daun jambu biji (Psidium guajava).
2. Mampu mengetahui pemanfaatan ekstraksi dari daun jambu biji (Psidium guajava) bagi
kehidupan sehari-hari.
BAB II

ISI

A. Pengertian Jambu Biji

Nama ilmiah jambu biji adalah psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu
“psidium” yang berarti delima, “guajava” berasal dari nama yang diberikan oleh orang
spanyol.Jambu biji merah merupakan tanaman perdu bercabang banyak, tingginya dapat
mencapai 3 – 10 m. (Apandi, 1984: 89). Umumnya umur tanaman jambu biji hingga sekitar 30 –
40 tahun. Tanaman yang berasal dari biji relatif berumur lebih panjang dibandingkan hasil
cangkokan atau okulasi. Tanaman yang berasal dari okulasi memiliki postur lebih pendek dan
bercabang lebih banyak. Tanaman ini sudah mampu berbuah saat berumur sekitar 2-3 bulan
(Heyne, 1987a:167)

Batang jambu biji merah memiliki ciri khusus, diantaranya berkayu keras, liat, tidak mudah
patah, kuat dan padat. Kulit kayu tanaman jambu biji merah halus dan mudah terkelupas. Pada
fase tertentu tanaman mengalami pergantian atau peremajaan kulit. Batang dan cabang-
cabangnya mempunyai kulit berwarna coklat atau coklat keabu-abuan (Heyne, 1987a:168)

Daun jambu biji merah berbentuk bulat panjang, bulat langsing, atau bulat oval dengan ujung
tumpul atau lancip. Warna daunnya beragam seperti hijau tua, hijau muda, merah tua, dan hijau
berbelang kuning. Permukaan daun ada yang halus mengkilap dan hijau berbelang kuning. Tata
letak daun saling berhadapan dan tumbuh tunggal Heyne, 1987b:79)

Panjang helai daun sekitar 5- 15 cm dan lebar 3-6 cm, sementara panjang tangkai daun berkisar
3-7 mm. Tanaman jambu biji dapat berbuah dan berbunga sepanjang tahun. Bunga keluar di
ketiak daun. Kelopak dan mahkota masing-masing terdiri dari 5 helai. Benang sari banyak
dengan tangkai sari berwarna putih. Bunganya ada yang sempurna (hemaprodit) sehingga
pembuahannya akan terbentuk jika terjadi penyerbukan. Ada pula yang tanpa penyerbukan
(partenokarpi) sehingga terbentuk buah jambu biji tanpa biji. Jumlah bunga disetiap tangkai
antara 1-3 bunga (Apandi, 1984: 99)

B. Tujuan Ekstraksi
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik bahan atau zat-zat yang dapat larut dalam bahan
yang tidak larut dengan menggunakan pelarut cair (Tobo dkk., 2001:45).

Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi ke dalam pelarut dan
setelah pelarut diuapkan maka zat aktifnya akan diperoleh (Adrian, 2000:11).

3. Jenis-jenis Ekstraksi

Menurut Tim Dosen UPN “Veteran” Jawa Timur (Tanpa tahun), jenis-jenis ekstraksi bahan
alam yang sering dilakukan yaitu:

a. Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel langsung dipanaskan dengan
pelarut; dimana umumnya digunakan untuk sampel yang mempunyai bentuk dan dinding sel
yang tebal.

b. Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana untuk maserasi dilakukan
dengan cara merendam simplisia, sedangkan soxhlet dengan cara cairam penyari dipanaskan dan
uap cairan penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan turun menyari simplisia.

4. Cara-Cara Ekstraksi

1. Maserasi

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar
terlindung dari cahaya (Tobo dkk., 2001:45). Metode maserasi digunakan untuk menyari
simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Adrian, 2000:14)

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang
digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama
dan penyariannya kurang sempurna (Adrian, 2000:14).

Menurut Abdullah dan Marzuki (2013:5), maserasi dapat dilakukan modifikasi, antara lain:
a. Digesti

Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40 – 50
Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap
pemanasan.

b. Maserasi dengan mesin pengaduk

Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus- menerus, waktu proses maserasi dapat
dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.

c. Remaserasi

Cairan penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama,
sesudah dienaptuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.

d. Maserasi melingkar

Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan
menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui

serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.

e. Maserasi melingkar bertingkat

Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena
pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatas
dengan maserasi melingkar bertingkat.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain : gaya
berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya
gesekan (friksi) (Tobo dkk., 2001:46).

3. Soxhletasi

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari


dipanaskan hingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul cairan oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia di dalam klonsong (Tobo dkk., 2001:45).
Selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa siphon, proses ini
berlangsung hingga proses penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan
penyari yang melalui pipa siphon tersebut atau jika diidentifikasi dengan KLT tidak memberikan
noda lagi (Adrian, 2000:15).

4. Refluks

Metode refluks merupakan metode berkesinambungan dimana cairan penyari secara kontinu
akan menyari zat aktif di dalam simplisia (Adrian, 2000:15). Cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap dan uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga mengalami
kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali ke dalam labu alas bulat sambil
menyari simplisia, proses ini berlangsung secara berkesinambungan dan dilakukan 3 kali dalam
waktu 4 jam (Adrian, 2000:17).

5. Destilasi Uap Air

Destilasi uap dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia yang mengandung
komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal. Pada pemanasan biasa
kemungkinan akan terjadi kerusakan zat aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut maka penyarian
dilakukan dengan destilasi uap (Tobo dkk., 2001:48).

D. Pembahasan

Dalam suatu tanaman yang akan diambil atau akan dipisahkan komponen kimianya dari
tanaman tersebut maka tahap selanjutnya adalah ekstraksi yang merupakan suatu cara pemisahan
(isolasi) zat aktif dari suatu simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai dan metode
tertentu. Tujuan ekstraksi yaitu untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia dengan menggunakan pelarut organik tertentu. Ekstraksi ini didasarkan pada
perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antarmuka, kemudian berdifusi masuk kedalam pelarut.

Prosesnya adalah sebagai berikut : pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk
kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terelarut sehingga terjadi
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel. Maka
larutan terpekatakan berdifusi keluar sel, dan proses ini berulang terus sampai terjadi
keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan diluar sel.

No Pengamatan Sampel

1 Bobot sebelum diekstraksi (gr) 360


2 Bobot ekstrak kering (gr) 34,5107
3 Persentase ekstrak rendemen (%) 9,58
4 Jumlah cairan penyari (ml) 1200
5 Jumlah ekstrak cair (ml) 1000

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan oleh Heyne (1987b: 199) dipatkan bahwa
metode yang digunakan adalah perajangan, pengeringan, penyaringan serta penambahan pelarut
yang xsesuai dengan sampel. Cairan penyari yang digunakan yaitu metanol yang memiliki bau
khas untuk menarik komponen dari sampek yang telah diserbuk namun sebelumnya sampel telah
ditimbang dan cairan penyari (metanol) juga diukur, sesuai dengan yang telah dilakukan jumlah
cairan penyari yang digunakan adalah 1200 ml, adapun bobot sebelum diektraksi 360 gram dan
bobot ektrak kering 74,5107 gram dengan kadar air yang hilang yaitu 9,58 %. Sedangkan jumlah
ekstrak cair 1000 ml dengan cairan penyari yaitu 1200 ml. Digunakan metanol karena efektif
dalam proses ekstraksi dibandingkan dengan yang lain.

Dasar-dasar dan syarat-syarat pemilihan cairan penyari yaitu ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan yaitu jenis senyawa yang akan ditarik atau kandungan kimia pada zat aktif dan
cairan penyari yang digunakan (pelarut yang digunakan) dalam hal ini tingkat kepolarannya.
Tidak toksik, murah, mudah terbakar, ramah lingkungan mudah didapat
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengekstraksi daun jambu biji (Psidium
guajava) yaitu secara dingin melalui maserasi, perkolasi, dan soxhletasi juga secara panas
melalui refluks dan destilasi uap air.
2. Pemanfaatan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) antara lain digunakan sebagai
suplemen diet, diare, antioksidan, antinflamasi dan antihipertensi sebagai zat kimia yang
ditambahkan sedikit untuk makanan dan industri kecil.

B. Saran

1. Hendaknya asisten laboratorium mampu membimbing para praktikan dalam menggunakan


alat panas agar tidak terjadi kecelakaan kerja dan atau kerusakan alat.

2. Sebaiknya laboran menambah jumlah peralatan praktikum di dalam laboratorium agar proses
praktikum yang dilakukan oleh beberapa kelompok berjalan lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah dan Marzuki, Ismail. 2013. Penunutun dan Buku Kerja Praktikum Fitokmia I.
Laboratorium Bahan Alam Fakultas Farmasi. Makassar

Adrian, Peyne. 2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Pusat
Penelitian. Kanisius. Yogyakarta.

Apandi, Marzuki. 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Penerbit Alumni Bandung. Bandung.

Heyne, K. 1987. Buah-Buahan, Menjaga Kesehatan Tubuh. Erlangga. Jakarta

----------. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Edisi III. Yayasan sarana Warna Jaya.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Tim Dosen Teknologi Pangan UPN “Veteran” Jawa Timur. Tanpa tahun. Pemandu Praktikum
Pengetahuan Bahan Pangan. UPN “Veteran” Jawa Timur. Surabaya

Tobo, Fachruddin dkk. 2001. Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia I. Laboratorium Fitokimia
Jurusan Farmasi Unhas. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai