RENCANA PENELITIAN
JUDUL PENELITIAN
musculus)
NAMA MAHASISWA
: FITRIANI HUSIN
BAB I
PENDAHULUAN
1
1
antiradang
dilakukan
dengan
cara
mengamati
inhibisi
pemerahan, berat dan tebal (Dwidjo, 2007). Oleh karena itu pemanfaatan
tumbuhan obat dengan khasiat antiinflamasi perlu dilakukan untuk
yang berasal dari alam. Umumnya gel merupakan sediaan semi padat
yang jernih dan tembus cahaya yang mengandung zat-zat aktif dalam
keadaan terlarut (Lachman dkk, 1994).
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah sediaan gel
ekstrak daun paku Hata
sehingga
kehidupan sehari-hari.
dapat
dimanfaatkan
oleh
masyarakat
dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae
Divisi
: Pterydophyta
Kelas
: Filicinae / filicopsida
Ordo
: Filices / leptosporangiatae
Family
: Lygodiaceae
Genus
: Lygodium
Spesies
2. Nama daerah
Paku hata, paku hata beyas, paku hata leuntik (Sunda).
3. Morfologi
Akar rimpang merayap, tumbuh-tumbuhan memanjat yang
cukup besar panjang 1-10 m. Batang bulat kaku hijau kecoklatan
Daun menyirip, dengan sirip majemuk ibu tangkai daun serupa
batang, membelit kekiri, setiap kali diatas tangkai yang pendek
terdapat dua sirip yang berhadapan dengan panjang 1-4 cm, anak
tangkai pada ujungnya menebal semacam bongkol dan beruas.
Paku hata merupakan tumbuhan yang tumbuh dihutan
ditempat basah, hutan semak, liar di pinggir-pinggir jalan, semak
belukar atau di hutan-hutan, sering memanjat di pohon. Tumbuh
dari dataran rendah sampai pegunungan dari ketinggian 100m
sampai 2.000 m di atas permukaan laut ( Steenis, 2006).
4. Kandungan kimia
Seluruh bagian tanaman paku Hata mengandung saponin,
kardeloin, dan tannin (Widyaningrum, H., dkk. 2011).
5. Manfaat dan kegunaan
Paku Hata berkhasiat sebagai obat antiradang, peluru air
seni dan obat sakit kuning (Widyaningrum, H., dkk. 2011).
B. Ekstrak
1. Pengertian ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Ditjen POM RI, 1995).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang
dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut
dengan menggunakan suatu pelarut cair. Simplisia yang diekstraksi
mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang
tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain
(Ditjen POM RI, 2000).
2. Pembagian Metode Ekstraksi
menggunakan
pelarut
dengan
beberapa
kali
terus
menerus
sampai
diperoleh
ekstrak
mengurangi
lapisan
batas,
sehingga
dapat
adalah
ekstraksi
dengan
pelarut
pada
terkondensasi
pada
kondensor
bola
menjadi
Prinsip
kerja
metode
ini
berlangsung
secara
uap
cairan
penyari
terkondensasi
menjadi
10
C selama 30 menit.
mudah
11
yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi
cairan (Ansel, 1989).
Gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semi padat
terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil
atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika
massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel
digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium
Hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase
terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan
sebagai magma (misalnya Magma Bentonit). Baik gel maupun
magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat jika
dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok
dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal ini
tertera pada etiket. Jika massanya banyak mengandung air, gel itu
disebut jelly. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang
tersebar serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak
terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan
cairan (Ditjen POM, RI., 1995).
Hidrogel mengandung bahan yang terdispersi sebagai koloid
atau larut dalam air, seperti bentonit, veegum, silica, alumina, pectin,
tragacanth,
sodium
alginate,
methylcellulose,
sodium
12
meliputi
hidrokarbon,
lemak
hewan/tumbuhan,
basis
sabun
13
14
dinamis
dan
kontinyu.
Peradangan
tersebut
adanya
rangsangan
agen
berbahaya
misalnya
karena
invasi
mikroorganisme
patogen
yang
15
Radang
merupakan
mekanisme
pertahanan
tubuh
antara
lain
histamin,
bradikinin
kalidin,
serotonin,
cepat
dan
terisi
penuh
dengan
darah
yang
16
17
jaringan
sehingga
menyebabkan
jaringan
menjadi
bengkak.
e. Funsio laesa (Gangguan fungsi)
Gangguan fungsi yang diketahui merupakan konsekuensi
dari suatu proses radang. Gerakan yang terjadi pada daerah
radang, baik yang dilakukan secarasadar ataupun secara reflak
akan mengalami hambatan oleh rasa sakit, pembengkakan yang
hebat secara fisik mengakibatkan berkurangnya gerakjaringan.
(Price, dkk., 1995)
E. Mekanisme Terjadinya Inflamasi
Terjadinya Inflamasi adalah reaksi setempat dari jaringan atau
terhadap suatu rangsang atau cedera. Setiap ada cedera, terjadi
rangsangan untuk dilepaskannya zat kimia tertentu yang akan
menstimulasi terjadinya perubahan jaringan pada reaksi radang
tersebut, diantaranya adalah histamin, serotonin, bradikinin, leukotrien
dan prostaglandin. Histamin bertanggung jawab pada perubahan yang
paling awal yaitu menyebabkan vasodilatasi pada arteriol yang
18
menimbulkan
rasa
sakit,
vasodilatasi,
meningkatkan
19
20
tromboksan.
glukokortikoid
dapat
memblok
jalur
antinflammatory
drugs)
hanya
membolok
jalur
melalui
mekanisme
lain
seperti
inhibisi
21
22
dan
berbagai
cara
pemberian
induktor),
secara
fisika
23
3. Morfologi
Mencit (Mus musculus) merupakan hewan pengerak yang
dapat berkembang biak dengan cepat, mudah dipelihara dalam
jumlah banyak, variasi genetika yang cukup besar, dapat hidup
dalam berbagai iklim, bersifat penakut fotofobik, cenderung
berkumpul dengan sesamanya, sembunyi dan aktif pada malam
I.
: AQUA DESTILLATA
Nama lain
Berat molekul
: 18,02
Rumus molekul
: H2O
Pemerian
Penyimpanan
Kegunaan
: Pelarut
: CARBOMER
Nama Lain
Polyacrylic
acid,
Pemulen, Acrylic
Pemerian
24
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
: Bahan
pengental
viskositasnya
yang
baik,
tinggi, menghasilkan
: 0,5 % - 2,0 %
: GLYCEROLUM
Nama lain
: Gliserin
Rumus bangun
: C3H8O3
Pemerian
: Cairan
seperti
sirop,
jernih,
tidak
hangat.
Higroskopik
disimpan
: Dapat
bercampur
dengan
air
dan
25
: Humektan (pelembab)
Range
tidak
mempunyai
rasa,
tebal
: Larut dalam 500 bagian air, dalam 20
bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian
etanol (95%)p, dan dalam 3 bagian
aseton P, mudah larut dalam eter P dan
dalam larutan alkali hidroksida, larut
dalam 60 bagian gliserol P panas dan
dalam 40 bagian minyak lemak nabati
panas.
26
Penyimpanan
Kegunaan
Range
: TRIETHANOLAMIN
Nama lain
: Trolamin
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
Range
: 2% - 4% (Rowe, 2006)
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen
yang merupakan penelitian laboratorium dengan menggunakan
rancangan eksperimental sederhana, yaitu untuk mengetahui efek
antiinflamasi
Fitokimia,
Laboratorium
Teknologi
Farmasi
dan
28
(Lygodium
ad
(b/v)
0
(b/v)
2
(b/v)
4
(b/v)
6
1
2
20
0,2
1
2
20
0,2
1
2
20
0,2
1
2
20
0,2
100 ml
100 ml
100 ml
100 ml
29
30
digosokkan
dan
diratakan.
Massa
gel
harus
31
pada
bagian
yang
dengan cara
bengkak.
Kemudian
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Allen, dkk., 2002. The Art, Science and Technology of Pharmaceutical
Compounding, Second Edition, America Pharmaceutical
Association, Washington D.C.
Ansel H.C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi IV,
Penerbit Universitas Indonesia.
Ditjen POM RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. :Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 1, 10-11
Ditjen POM RI, 1977. Meteri Medika Indonesia Jilid I. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta
Ditjen POM RI., 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta
Ditjen POM RI., 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta
Ditjen POM RI., 1986. Sediaan galenika, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Dwidjo. 2007. Penelitian Antibakteri dan Antiinflamasi Babandotan dan
Jahe. http//www.kbigemari.com
Ganiswara, S. G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian
Farmakologi FK UI, Jakarta
Goodman G., 2006. The Pharmacological Basis of Therapeutics Eleventh
Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc: USA.
Kelompok Kerja Ilmiah Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto
Medica, 1993, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam
Phyto Madica, Jakarta.
Katzung, B. G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku II. Edisi VIII.
Jakarta. Penerbit Salemba Medika. Hal. 449 - 454
Lachman, L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Kedua. Jilid
Kedua. UI Press. Jakarta. Hal. 1098, 1105.
34
35
Mencit 15 ekor
Maserasi
Pemeliharaan
Pembuatan sediaan
Gel ekstrak daun Paku Hata
Ditimbang
Dikelompokkan
Perlakuan
Pengumpulan data
36
Gambar 2: Skema kerja uji daya antiinflamasi sediaan gel ekstrak daun
paku Hata (Lygodium scandens L. Sw.) terhadap volume
udema buatan pada mencit (Mus musculus)