Anda di halaman 1dari 17

SKRINING FITOKIMIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak zaman dahulu, masyarakat Indonesia telah mengenal tanaman


yang mempunyai khasiat obat atau menyembuhkan berbagai macam
penyakit. Saat ini, para peneliti semakin berkembang untuk mengeksplorasi
bahan alami yang mempunyai aktivitas biologis yang positif bagi manusia.
Tumbuhan dapat digunakan dalam pengobatan sesuai dengan
kandungan yang dimilikinya, sebagaimana yang biasa digunakan orang
tua-tua sebagai obat maka kita sebagai anak farmasi untuk mengetahui
tumbuhan tersebut memiliki khasiat maka dilakukan berbagai proses
pengujian seperti skrining. Skrining merupakan tahap awal dalam
mengidentifikasi suatu kandungan senyawa yang terdapat dalam
tumbuhan tertentu.
Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat tradisional
yaitu daun paliasa (Kleinhovia hospital L.). Tumbuhan yang memiliki
kandungan flavonoid, saponin, polifenol dan steroid ini dapat digunakan
sebagai obat sakit kepala dan mempercepat penyembuhan luka.
Pada praktikum kali ini dengan judul skrining fitokimia dilakukan
pengujian identifikasi suatu kandungan senyawa berupa diidentifikasi
golongan tanin, flavonoid, dioksiantrakinon, saponin, dan steroid dari
suatu sampel yaitu tumbuhan mali-mali dengan menggunakan beberapa
pereaksi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu uji sk\rining ?
2. Apakah sampel daun paliasa (Kleinhovia hospital L.) memiliki
kandungan senyawa yang dapat berkhasiat sebagai obat?
3. Uji apa saja yang dilakukan pada uji skrining pada sampel daun
gandarusa daun paliasa (Kleinhovia hospital L.)

NUR QALBI AHMAD JUMADI


15020150106
SKRINING FITOKIMIA

C. Maksud Praktikum
Untuk mengetahui suatu kandungan dari daun paliasa
(Kleinhovia hospital L.) apakah memiliki kandungan senyawa kimia yang
dapat berkhasiat sebagai pengobatan atau bahan obat.
D. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum Praktikum
Untuk mengetahui cara melakukan uji skrining fitokimia pada
tumbuhan dengan baik dan benar. Serta menganalisis tumbuhan agar
d\\apat mengetahui kandungan pada tumbuhan tersebut yang berguna
\\dalam pengobatan.
2. Tujuan Khusus Praktikum
Untuk menganalisis tumbuhan pada daun paliasa (Kleinhovia
hospital L.) apakah memilki suatu kandungan senyawa kimia yang
dapat digunakan dalam suatu pengobatan.
E. Manfaat Praktikum
1. Manfaat Teoritis
Agar mahasiswa dapat memahami cara melakukan uji skrining
pada tumbuhan dengan baik dan benar berdasarkan literature yang
diperoleh.
2. Manfaat Praktis
Untuk mengetahui tumbuhan daun paliasa (Kleinhovia hospital
L.) dan juga mampu membantu mengevaluasi hasil yang didapat dari
uji skrining fitokimia daun paliasa dengan uji tabung (uji pendahuluan,
uji alkaloid, uji dioksiantrakinon, uji flavonoid, uji tannin, dan uji
saponin).

NUR QALBI AHMAD JUMADI


15020150106
SKRINING FITOKIMIA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman
a. Klasifikasi Tanaman (Kokasih, 2013)
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Kleinhovia
Spesies : Kleinhovia hospita L.
b. Morfologi Tanaman (Lauredsen, 1986)
K. hospita dapat tumbuh lebat sampai 20 m tinggi, dengan kanopi
membulat padat dan bunga merah muda. Daun sederhana dan stipula
ensiform linier, sekitar 8 mm; petiola adalah 2,5-30 cm; daun-lancip
bulat telur/membentuk ke jantung, rata di kedua sisi, dengan puncaknya
runcing. Jari-jari tulang daun sekunder terjadi pada 6-8 pasang.
Bunga K. hospita adalah terminal, dalam malai longgar menonjol
dari mahkota; bunga sekitar 5 mm lebar, berwarna merah muda pucat,
berbunga sepanjang tahun.
Tanaman ini mulai berbuah mulai dari tahun ketiga setelah
penanaman. Buah dari K. hospita bulat, 5-lobed, berdinding tipis,
kapsul membranosa, 2-2.5 cm, loculicidally pecah, masing-masing
memiliki 1-2 biji locule. Biji bulat, berwarna keputihan.
c. Nama Lain
Nama Simplisia : Kleinhovia Follium
Nama Daerah
(Bugis Makassar) : Palili atau Palia\ Kausuasan
d. Kandungan Kimia : Saponin, antrakuinon, cardesolin, bufadienol.
e. Khasiat Tanaman : K. hospita digunakan sebagai obat
tradisionaldi Indonesia, Malaysia, dan Papua

NUR QALBI AHMAD JUMADI


15020150106
SKRINING FITOKIMIA

Nugini untuk mengobati kudis. Kulit dan daun


digunakan sebagai pencuci rambut atau
shampo (hair-wash) pembunuh kutu,
sementara cairan daun digunakan sebagai
pencuci mata. Daun muda bisa dimakan
sebagai bahan sayuran dan sebagai
antihepatitis.
B. Metode Ekstraksi Bahan Alam
1. Pengertian (Ditjen POM, 2000).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang
dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan
pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia
dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid,
dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung
simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi
yang tepat
2. Tujuan Ekstraksi (Dirjen POM, 1986)
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen
kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada
prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian
berdifusi masuk ke dalam pelarut.
3. Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM, 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah
ekstraksi secara panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air
dan ekstraksi secara dingin dengan cara maserasi, perkolasi dan alat
soxhlet.
4. Cara-cara ekstraksi (Dirjen POM, 2000)
Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

NUR QALBI AHMAD JUMADI


15020150106
SKRINING FITOKIMIA

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari


akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel
maka larutan terpekat didesak keluar.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur
ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan, tahap
maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya terusmenerus
sampai diperoleh ekstrak (perkolat). Cara perkolasi lebih baik
dibandingkan dengan cara maserasi karena: Universitas
Sumatera Utara - Aliran cairan penyari menyebabkan adanya
pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang
konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat
perbedaan konsentrasi. - Ruangan diantara butir-butir serbuk
simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari.
Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut
cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Cara Panas
c. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik
d. Soxhletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus
sehingga terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif
konstan dengan adanya pendingin balik.

NUR QALBI AHMAD JUMADI


15020150106
SKRINING FITOKIMIA

e. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu)
pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu
secara umum dilakukan pada temperatur 40-500 C.
f. Infudasi
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan
untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari
bahan-bahan nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 90 0 C
selama 15 menit.
g. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur
sampai titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-1000 C

NUR QALBI AHMAD JUMADI


15020150106
SKRINING FITOKIMIA

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun yang digunakan adalah aluminium foil, bunsen, capor,
gelas objek, kertas saring, label, rak tabung, plat tetes, pipet tetes,
pinset, tabung reaksi, tissue, dan vial.
2. Bahan
Adapun Bahan yang digunakan adalah aquadest, etanol 95%
P, FeCl3 1 N, FeCl3, P, Hcl 0,5N, HCl 2 N, HCl P, KOH 10 %, Pereaksi
Mayer, pereaksi Bauchardat, pereaksi Dragendroff.
B. Prosedur Kerja (Anonim, 2017)
A. Reaksi identifikasi golongan tanin
1. Reaksi identifikasi terhadap katekol
a) Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika mengandung
katekol akan menghasilkan warna hijau.
b) Sampel dibasahi dengan larutan brom, jika mengandung katekol
akan terjadi endapan.
2. Reaksi identifikasi terhadap pirogalotanin
a) Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika mengandung
pirogalatanin akan menghasilkan warna biru.
b) Sampel dibasahi dengan larutan brom, jika mengandung
pirogalatanin akan tidak terjadi endapan.
B. Reaksi identifikasi golongan dioksiantrakinon
Sedikit serbuk dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu ditetesi
dengan KOH 10% P b/v dalam etanol P, jika mengandung
dioksiantrakinon akan menghasilkan warna merah.
C. Reaksi identifikasi Golongan alkaloid
Ekstrak methanol dimasukkan kedalam masing-masing tabung
reaksi kemudian ditetesi :
1. HCl 0,5 N dan pereaksi mayer, jika mengandung alkaloid maka
akan menghasilkan endapan kuning.

NUR QALBI AHMAD JUMADI


15020150106
SKRINING FITOKIMIA

2. HCl 0,5 N dan pereaksi bauchardat, jika mengandung alkaloid


maka akan menghasilkan endapan coklat.
3. HCl 0,5 N dan pereaksi dragoundrof, jika mengandung alkaloid
maka akan menghasilkan endapan warna jingga.
D. Reaksi identifikasi gologan saponin
Serbuk dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml
air panas, didinginkan kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik
terbentuk buih, lalu tambahkan HCl 2 N, buih tidak hilang.
E. Reaksi identifikasi golongan flavonoid
Serbuk ditambahkan dengan FeCl3 dan HCL P, jika terjadi warna
merah menunjukkan adanya flavonoid.

NUR QALBI AHMAD JUMADI


15020150106
SKRINING FITOKIMIA

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Skrining fitokimia atau penapisan kimia adalah tahapan awal untuk
mengidentifikasi kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan,
karena pada tahap ini kita bisa mengetahui golongan senyawa kimia yang
dikandung dalam tumbuhan yang sedang kita uji/teliti.
Gandarusa adalah jenis tanaman yang berupa semak, pada umumnya
ditanam sebagai pasar hidup atau tumbuh liar di hutan, tanggul sungai
atau dipelihara sebagai tanaman obat. Tanaman ini mengandun alkaloid,
triterpenoid, tanin, justicin, steroid, dan flavonoid. Senyawa ini mempunyai
khasiat sebagai antifertilitas yaitu mencegah penetrasi spermatozoa
dengan menurunkan aktivitas enzim hialuronidase.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan diantaranya adalah
reaksi identifikasi terhadap Tanin, Dioksiantrakinon, Alkaloid, Saponin dan
flavonoid. Tanin (atau tanin nabati, sebagai lawan tanin sintetik) adalah
suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan
kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein, atau berbagai
senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid. Alkaloid
adalah senyawa organik yang terdapat dialam yang bersifat basa atau
alkali, sifat basa ini disebabkan karena adanya atom Nitrogen dan betuk
cincin heterosiklik. Saponin adalah suatu senyawa yang memiliki berat
molekul tinggi atau besar, tersebar dalam beberapa tumbuhan.
Merupakan bentu glikosida dengan molekul gula yang terikat dengan
aglikon terterpen atau steroid. Flavonoid adalah senyawa metabolit
sekunder yang memiliki struktur inti C6-C3-C6 yang tersebar luas pada
beberapa tumbuhan.
Maksud dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui kandungan dari
daun (Gmelina arborea Roxb.) apakah memiliki kandungan senyawa kimia
yang dapat berkhasiat sebagai pengobatan atau bahan obat.
Tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara melakukan uji
skrining fitokimia pada tumbuhan dengan baik dan benar. Serta

NUR QALBI AHMAD JUMADI


15020150106
SKRINING FITOKIMIA

menganalisis tumbuhan agar dapat mengetahui kandungan pada


tumbuhan tersebut yang berguna dalam pengobatan. Dan untuk
menganalisis tumbuhan pada daun gandarusa (Justicia gendarussa
Burm.f) apakah memilki suatu kandungan senyawa kimia yang dapat
digunakan dalam suatu pengobatan.
Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian reaksi identifikasi
terhadap golongan tanin yaitu katekol dan pirogalotanin. Mula-mula
serbuk sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan FeCl3 1 N sebanyak 3 tetes setelah itu dilihat perubahan
warna yang terjadi. Jika setelah penambahan pereaksi sampel mengalami
perubahan warna menjadi hijau berarti mengandung katekol dan jika
berubah warna menjadi biru berarti sampel gandarusa mengandung
pirogalotanin. Penambahan FeCl3 berfungsi untuk menentukan
kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada bagian inti.
Kemudian dilakukan pengujian reaksi identifikasi terhadap
dioksiantrakinon dengan mengambil ekstrak dari sampel gandarusa,
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan KOH 10% sebanyak
3 tetes lalu diamati perubahan warna yang terjadi, bila penambahan
pereaksi mengalami perubahan warna menjadi merah maka sampel daun
gandarusa mengandung senyawa dioksiantrakinon. Selanjutnya dilakukan
pengujian reaksi identifikasi terhadap golongan alkaloid dimana ekstrak
dari sampel daun gandarusa dimasukkan kedalam 3 tabung. Masing-
masing tabung yang berisi ekstrak ditambahkan HCl 0,5 N sebanyak 4
tetes kemudian pada tabung pertama diteteskan pereaksi Mayer, tabung
kedua pereaksi Bauchardat, dan tabung ketiga pereaksi Dragendroff
sebanyak 3 tetes. Setelah itu amati perubahan yang terjadi pada tiap
tabung. Pada penambahan pereaksi Mayer menghasilkan endapan
kuning, penambahan pereaksi Bauchardat menghasilkan endapan coklat
dan penambahan pereaksi Dragendroff menghasilkan endapan jingga
maka positif mengandung alkaloid. Adapun Tujuan penambahan HCl
adalah karena alkaloid bersifat basa sehingga biasanya diekstrak dengan
pelarut yang mengandung asam. Adapun endapan terbentuk, terjadi

NUR QALBI AHMAD JUMADI


15020150106
SKRINING FITOKIMIA

karena alkaloid merupakan senyawa dari golongan basa nitrogen, dimana


jika basa nitrogen direaksikan dengan asam, dalam hal ini adalah HCl
maka akan membentuk garam yang tidak larut, sehingga garam inilah
yang akan membentuk endapan.
Pengujian selanjutnya dilakukan untuk golongan saponin. Pertama
serbuk dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 10 mL air panas
lalu dikocok kuat-kuat, terbentuk buih, lalu ditambahkan lagi 1 tetes HCl 2
N kemudian diamati jika buih yang dihasilkan tadi tidak hilang maka positif
mengandung saponin. Lalu dilanjutkan dengan pengujian terhadap
golongan flavonoid yang mulanya sampel serbuk dimasukkan kedalam
tabung dan ditambahkan dengan FeCl3 dan HCl pekat sebanyak masing-
masing 3 tetes, jika terjadi perubahan warna menjadi merah maka positif
mengandung flavonoid. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 1.1

1.1 Hasil pengamatan uji skrining fitokimia terhadap daun gandarusa


(Justicia gendarussa Burm.f)

N Golongan Pereaksi/perlakuan Pengamatan


o komponen sampel
. kimia
1. Tanin (Katekol) Sampel serbuk + FeCl3 1 (+) warna hijau
N
2. Dioksiantrakinon Serbuk + KOH 10% (+) warna
merah
3. Alkaloid a. HCl 0,5 N + pereaksi (-) endapan
Mayer kuning
b. HCl 0,5 N +pereaksi (-) endapan
Bauchardat coklat
c. HCl 0,5 N + pereaksi (-) endapan
Dragendroff jingga
4. Flavonoid Serbuk + FeCl3 + HCl P (-) warna
merah
5. Saponin Serbuk + 10 mL air panas (+) buih tidak

NUR QALBI AHMAD JUMADI


15020150106
SKRINING FITOKIMIA

+ dikocok 10 detik + 1 hilang (buih


tetes HCl 2 N tidak hilang)
6. Steroid Ekstrak diuapkan + (+) terbentuk 2
Aquadest, fase.
+ Eter Steroid
+ Bauchardat dibagian
atas
berwarna
merah
muda.
Keterangan : (+) : mengandung senyawa kimia (-) : tidak
mengandung senyawa kimia

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh positif terhadap


identifikasi golongan tanin pada reaksi identifikasi terhadap katekol, positif
mengandung senyawa Dioksiantrakuinon, identifikasi golongan flavonoid
diperoleh hasil (-) karena tidak menimbulkan warna merah setelah diberi
pereaksi FeCl3 dan HCL P, tidak mengandung flavonoid, pada identifikasi
golongan saponin yang ditunjukkan dengan tidak menghilangnya buih
pada akhir penambahan HCl 2 N sehingga daun paliasa positif
mengandung saponin. Sedangkan pada pengujian identifikasi golongan
dioksiantrakinon dan positif mengandung steroid karena terbentuk 2 fase
dan pada bagian atas terdapat steroid yang berwarna merah muda, dan
identifikasi golongan alkaloid diperoleh hasil negatif yang menunjukan
bahwa daun paliasa (Kleinhovia hospital L.) tidak mengandung senyawa
tersebut.
Berdasarkan hasil yang didapat pada pengujian alkaloid dengan
penambahan pereaksi Mayer, Bauchardat dan Dragendroff diperoleh hasil
negatif dimana tidak mengandung alkaloid. Hal ini sesuai dengan literatur
yang ada bahwa daun paliasa (Kleinhovia hospital L.) tidak mengandung
alkaloid.

NUR QALBI AHMAD JUMADI


15020150106
SKRINING FITOKIMIA

BAB V
KESIIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum uji skrining fitokimia diperoleh hasil
terhadap identifikasi golongan senyawa kimia dari tumbuhan daun paliasa
(Kleinhovia hospital L.) diperoleh tidak mengandung golongan senyawa
flavonoid ditandai dengan tidak terjadi perubahan warna menjadi merah,
tidak mengandung golongan senyawa alkaloid, mengandung saponin
yang ditandai dengan adanya buih yang tidak hilang, mengandung
golongan tanin pada identifikasi terhadap katekol yang menghasilkan
warna hijau, mengandung dioksiantrakuinon karena terbentuk warna
merah, dan mengandung golongan senyawa steroid karena terbentuk 2
fase dimana pada bagian atas terdapat steroid yang berwarna merah
muda.
B. Saran
Sebaiknya ketelitian dan kecermatan mengenai praktikum lebih
ditingkatkan lagi dalam keefektifannya, dan dalam mengefesienkan waktu
dalam praktikum.

NUR QALBI AHMAD JUMADI


15020150106
SKRINING FITOKIMIA

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2017. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia 1.


Universitas Muslim Indonesia Fakultas Farmasi : Makassar.

Ditjen POM. 1986. Sediaan Galenik. Jilid II. Departemen Kesehatan RI :


Jakarta.

Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat


Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Kokasih, 2013. Herbal Indonesia Berkhasiat Bukti Ilmiah & Cara Racik.
PT Trubus Swadaya : Depok.

Lauredsen, 1986. Phitochemical Method Metode Fitokimia Terjemahan


oleh Padmawinata & Iwang Soediro. ITB : Bandung.

Prajogo, B.E.W., 2007. Jurnal Farmasi Indonesia ( Aktivitas


Antifertilitas Flavonoid Daun Justicia gendarussa Burm.f. :
penelitian eksperimental pencegahan penetrasi Spermatozoa
Mencit dalam Proses Fertilisasi in Vitro, disertasi). Universitas
Airlangga : surabaya

NUR QALBI AHMAD JUMADI


15020150106
SKRINING FITOKIMIA

LAMPIRAN
1. Skema Kerja Praktikum
a. Tanin
Identifikasi Katekol Identifikasi Pirogalotanin

Sampel Sampel

+ FeCI3 1 N + FeCI3 1 N

Warna hijau Warna Biru

b. Dioksiantrakinon

Ekstrak sampel

+ KOH 10%
Warna merah

c. Alkaloid

Ekstrak sampel + HCl 0,5 N

+ Mayer +Bauchardat +Dragendroff


Endapan kuning Endapan coklat Endapan jingga

d. Flavonoid
Sampel

+ FeCI3 + HCI P

Warna Merah

NUR QALBI AHMAD JUMADI


15020150106
SKRINING FITOKIMIA

e. Saponin

Serbuk sampel

+ 10 mL air panas, dinginkan dan


kocok

Terbentuk buih

+ 1 tetes HCl 2 N

Buih tidak hilang

2. Gambar Tanaman

3. Gambar Hasil Praktikum

Uji Tanin Uji Tanin Uji Saponin


(+) mengandung (+) mengandung (+) mengandung
Tanin (katekol) Tanin (Pirogalotanin) saponin
\

NUR QALBI AHMAD JUMADI


15020150106
SKRINING FITOKIMIA

(+) mengandung Uji Alkaloid


Dioksiantrakinon (-) mengandung
Alkaloid

(+) mengandung
Steroid

NUR QALBI AHMAD JUMADI


15020150106

Anda mungkin juga menyukai