Anda di halaman 1dari 23

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

FITOKIMIA
METODE EKSTRAKSI

OLEH :

TAUFIK KHOERUN N111 15 341

ATON N111 15 038

KETUT WIRADANA N111 15 036

AHMAD RAFI’I N111 15 040

SEATO GRAHA P. N111 15 321

MAKASSAR
2017
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Saat ini, orang cenderung kembali ke alam (back to nature).

Terutama dalam hal pengobatan. Hal ini disebabkan karena dengan

menggunakan bahan-bahan dari alam efek samping yang tidak diinginkan

dapat dihindari sekecil mungkin, terutama bila dibandingkan dengan

penggunaan bahan-bahan sintesis kimia.

Di berbagai Negara penyakit dan cara pengobatannya dengan

bahan alam itu berbeda satu sama lain akan sifat dan penilaiannya,

sesuai dengan keanekaragaman tempat, waktu dan keadaannya. Atas

dasar berbagai kenyataan tersebut di atas, maka dapat diambil

kesimpulan, bahwa di Indonesia pun sejak dahulu kala pasti telah ada

ilmu pengobatan asli.

Berbagai bahan kimia yang terkandung dalam tumbuhan dapat

diekstraksi untuk dijadikan bahan baku berbagai jenis obat makanan dan

kosmetik. Pemanfaatan potensi bahan obat yang berasal dari alam di

Indonesia kini mulai berkembang karena adanya kesadaran yang semakin

tinggi akan penggunaan bahan-bahan yang berasal dari alam


Sebagai mahasiswa farmasi yang lebih banyak tahu obat-obatan

maka mengenal asal, habitat, spesies dan sifat spesifikasinya merupakan

hal yang sangat penting. Pengetahuan yang cukup dalam mengenai

berbagai macam tumbuhan yang berkhasiat obat, baik bentuk simplisia,

morfologi secara umum, kegunaan, cara ekstraksi, isolasi dan identifikasi

komponen kimia yang terdapat dalam suatu simplisia merupakan hal yang

perlu diketahui oleh seorang mahasiswa Farmasi. Pengetahuan ini dapat

digunakan sebagai salah satu jalan untuk memberikan penjelasan kepada

masyarakat dalam fungsinya sebagai “Drug Informer” nantinya setelah

terjun ke masyarakat.

Melihat hal tersebut sehingga kita sebagai farmasis harus

mengetahui cara mengekstraksi yang baik dan benar untuk menghasilkan

bahan obat dari alam yang nantinya akan dijadikan precursor awal obat

tradisional dan bisa juga dijadikan obat semi sintesis.

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud

Mengetahui dan memahami cara mengambil ekstrak yang

terkandung dari sampel daun Pepaya (Carica Papaya) dengan metode

tertentu.
I.2.2 Tujuan

Mengekstraksi komponen kimia yang terdapat dalam Pepaya

(Carica Papaya) dengan menggunakan metode maserasi.

I.3 Prinsip Percobaan

Penyarian simplisia berdasarkan proses difusi dan osmosis yang

terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi di dalam dan di luar sel.

Cairan penyari akan menembus dinding sel dan melarutkan komponen

kimia dalam rongga sel, karena adanya perbedaan konsentrasi di dalam

dan di luar sel maka akan terjadi difusi dimana zat aktif bersama cairan

penyari akan keluar menembus dinding sel. Demikian seterusnya hingga

terjadi keseimbangan konsentrasi di dalam dan di luar sel.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.1 KLASIFIKASI ILMIAH

Kingdom :   Plantae (Tumbuhan)


Sub kingdom :   Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi :   Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi :   Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :   Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas :   Dilleniidae
Ordo :   Violales
Famili :   Caricaceae
 Genus :   Carica
Spesies:   Carica papaya L. (1)

II.1.2 Deskripsi tanaman

Pepaya merupakan tanaman buah menahun, asli dari Amerika.


Tumbuhnya pada ketinggian 1-1000 m dpl. Semak berbentuk pohon
ini bergetah dan tumbuh tegak dengan tinggi 2,5-10 m. Bentuk
batang bulat, berongga, dibagian atas kadang bercabang. Kulit
batang terdapat tanda bekas tangkai daun yang telah lepas. Daun
berkumpul di ujung batang dan ujungnya bercabang. Tangkai daun
bulat silindris, berongga, panjang 25-100 cm. Helaian daun bulat
telur, diameter 25-75 cm, berbagi menjari, ujung runcing, pangkal
berbentuk jantung, warna permukaan atas hijau tua, permukaan
bawah hijau muda. Tulang daun menonjol di permukaan bawah.
Cuping-cuping daun berlekuk sampai bergerigi tidak beraturan.
Bunga jantan berkumpul dalam tandan. Mahkota berbentuk terompet
berwarna putih kekuningan. Buah buni yang biasanya bermacam-
macam, baik warna, bentuk, dan rasa dagingnya. Bijinya banyak,
bulat dan berwarna hitam setelah masak (2)
Tanaman ini mulai berbuah pada umur 4-7 bulan. Setelah 4
tahun produksi buahnya menurun. Buah, bunga, dan daun dapat
dimakan, sebagai buah dan sayur. Buah muda disayur, buah
mengkal dibuat rujak dan manisan, sedangkan masak dimakan
sebagai buah meja. Perbanyakan tanaman dilakukan melalui biji.
Daun muda direbus dan dibuat lalapan, sedangkan daun yang
diremas-remas dapat digunakan sebagai pelunak daging (2).
II.1.3 KANDUNGAN KIMIA
Daun, akar, dan kulit batang Carica papaya mengandung
alkaloid, saponin, dan flavonoid, disamping itu daun dan akar juga
mengandung polifenol dan bijinya mengandung saponin (3). Buah
mengandung beta karoten, pektin, delta-galaktosa, lamda-arabinosa,
papain, papayotimin papain, alkaloid karpain, fitokinase, vitamin A,
vitamin C (2).

II.2 Ekstraksi

II.2.1 Pengertian Ekstraksi

Ekstraksi adalah penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif

dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan

termasuk biota laut. Komponen kimia yang terdapat pada tanaman,

hewan dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung

senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut organic. Pelarut

organic yang paling umum digunakan untuk mengekstraksikan

komponen kimia dari sel tanaman adalah methanol, etanol,

kloroform, heksan, eter, aseton, benzene dan etil asetat.


Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman

adalah pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke

dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut

dalam pelarut organic di luar sel, maka larutan terpekat akan

berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi

keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di

luar sel. (4)

Jadi tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik bahan atau

zat-zat yang dapat larut dalam bahan yang tidak larut dengan

menggunakan pelarut cair. (4)

II.2.2 Jenis Ekstraksi

Jenis ekstrasksi bahan alam yang sering dilakukan adalah (4):

a. Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel

langsung dipanaskan dengan pelarut; dimana umumnya digunakan

untuk sampel yang mempunyai bentuk dan dinding sel yang tebal.

b. Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana

untuk maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia,

sedangkan soxhlet dengan cara cairam penyari dipanaskan dan

uap cairan penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi

dan turun menyari simplisia.


Perkolasi (3,4)

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan

mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah

dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain : gaya

berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa,

adesi, daya kapiler dan daya gesekan (friksi).

Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator,

cairan yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau

menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut

sari/perkolat, sedang sisa setelah dilakukannnya penyarian disebut

ampas atau sisa perkolasi.

Kecuali dinyatakan lain, perkolasi dilakukan sebagai berikut :

10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus

yang cocok dibasahi dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan

penyari, lalu dimasukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-

kurangnya selama 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke

dalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, dituangi dengan

cairan penyari secukupnya sambil cairan mulai menetes dan di atas

simplisia masih terdapat selapis cairan penyari. Lalu perkolator

ditutup dan dibiarkan selama 24 jam.

Cara perkolator lebih baik dibandingkan dengan cara

maserasi karena :
1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang

terjadi dengan larutan yang konsentasinya lebih rendah, sehingga

meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.

2. Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran

tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler

tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan

batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.

Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari,

maka cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Dalam proses

perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang

maksimal.

Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu perkolator berbentuk

tabung, perkolator berbentuk paruh dan perkolator berbentuk

corong. Pemilihan perkolator bergantung pada jenis serbuk

simplisia yang akan disari. Serbuk kina yang mengandung sejumlah

besar zat aktif yang larut, tidak baik bila diperkolasi dengan alat

perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan segera menjadi pekat

dan berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak cair,

jumlah cairan penyari yang diperlukan untuk melarutkan zat aktif.

Pada keadaan tersebut, pembuatan sediaan digunakan perkolator

lebar untuk mempercepat proses perkolasi.


Maserasi (3,4)

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana,

yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam

cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar

terlindung dari cahaya.

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang

mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan

penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.

Maserasi umumnya dilakukan dengan cara : memasukkan

simplisia yang sudah diserbukkan dengan derajat halus tertentu

sebanyak 10 bagian ke dalam bejana maserasi yang dilengkapi

pengaduk mekanik, kemudian ditambahkan 75 bagian cairan penyari

ditutup dan dibiarkan selama 5 hari pada temperatur kamar

terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari,

disaring kedalam dalam bejana penampung, kemudian ampasnya

diperas dan ditambah cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk

kemudian disaring lagi hingga diperoleh sari 100 bagian. Sari yang

diperoleh ditutup dan disimpan pada tempat yang terlindung dari

cahaya selama 2 hari, endapan yang terbentuk dipisahkan dan

filtratnya dipekatkan.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah

diusahakan.

Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan

penyariannya kurang sempurna.

Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya :

1. Digesti

Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan

pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40 – 50 oC. Cara maserasi ini

hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan

terhadap pemanasan.

Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan antara lain :

b. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan

berkurangnya lapisan-lapisan batas.

c. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga

pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan

pengadukan.

d. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan

berbanding terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan

berpengaruh pada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif

akan meningkat bila suhu dinaikkan.


2. Maserasi dengan mesin pengaduk

Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus- menerus,

waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.

3. Remaserasi

Cairan penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi

dengan cairan penyari pertama, sesudah dienaptuangkan dan

diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua

4. Maserasi melingkar

Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan

penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari

selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui serbuk

simplisia dan melarutkan zat aktifnya. Keuntungan cara ini :

a. Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas.

b. Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam, sehingga akan

memperkecil kepekatan setempat.

c. Waktu yang diperlukan lebih pendek.

5. Maserasi melingkar bertingkat

Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan

secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila

keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatas dengan

maserasi melingkar bertingkat.


Soxhletasi (3,4)

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara

berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan hingga menguap, uap

cairan penyari terkondensasi menjadi molekul cairan oleh pendingin

balik dan turun menyari simplisia di dalam klonsong dan selanjutnya

masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa

siphon, proses ini berlangsung hingga proses penyarian zat aktif

sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang

melalui pipa siphon tersebut atau jika diidentifikasi dengan KLT tidak

memberikan noda lagi.

Keuntungannya : cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit

dan lebih pekat. Penyarian dapat diteruskan sesuai dengan

keperluan, tanpa menambah volume cairan penyari. Kerugiannya :

larutan dipanaskan terus-menerus, sehingga zat aktif yang tidak

tahan pemanasan kurang cocok.

Metode soxhlet bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara

panas namun proses ekstraksinya secara dingin, sehingga metode

soxhlet digolongkan dalam cara dingin.

Sampel atau bahan yang akan diekstraksi terlebih dahulu

diserbukkan dan ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam

klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa (tinggi

sampel dalam klonsong tidak boleh lebih dari pipa sifon). Selanjutnya

labu alas bulat diisi dengan cairan penyari yang sesuai kemudian
ditempatkan di atas water bath atau heating mantel dan diklem

dengan kuat kemudian klonsong yang telah diisi sampel dipasang

pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem dan cairan penyari

ditambahkan untuk membasahkan sampel yang ada dalam klonsong

(diusahakan tidak terjadi sirkulasi). Setelah itu kondensor dipasang

tegak lurus dan diklem pada statif dengan kuat. Aliran air dan

pemanas dilanjutkan hingga terjadi proses ekstraksi zat aktif sampai

sempurna (biasanya 20 – 25 kali sirkulasi). Ekstrak yang diperoleh

dikumpulkan dan dipekatkan pada alat rotavapor.

Refluks (3,4)

Metode refluks merupakan metode berkesinambungan

dimana cairan penyari secara kontinu akan menyari zat aktif di dalam

simplisia. Cairan penyari dipanaskan sehingga menguap dan uap

tersebut dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga mengalami

kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali ke

dalam labu alas bulat sambil menyari simplisia, proses ini

berlangsung secara berkesinambungan dan dilakukan 3 kali dalam

waktu 4 jam.

Keuntungan metode refluks :

- Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan

secara langsung diperoleh hasil yang lebih pekat.


- Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang

murni, sehingga dapat menyari zat aktif lebih banyak.

Simplisia yang biasa diekstraksi dengan cara ini adalah

simplisia yang mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap

pemanasan dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang,

buah/biji dan herba.

Serbuk simplisia atau bahan yang akan diekstraksi secara

refluks ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bulat

dan ditambahkan pelarut organik misalnya metanol sampai serbuk

simplisia terendam kurang lebih 2 cm diatas permukaan simplisia,

atau 2/3 dari volume labu kemudian labu alas bulat dipasang kuat

pada statif pada water bath atau heating mantel lalu kondensor

dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem pada

statif. Aliran air dan pemanasan (water bath) dijalankan sesuai

dengan suhu pelarut yang digunakan. Setelah 4 jam dilakukan

penyaringan filtratnya ditampung dalam wadah penampung dan

ampasnya ditambah lagi pelarut dan dikerjakan seperti semula,

ekstraksi dilakukan sebanyak 3 – 4 jam. Filtrat yang diperoleh

dikumpulkan dan dipekatkan dengan alat rotavapor, kemudian

dilakukan pengujian selanjutnya.


BAB III

METODE KERJA

III.1.1 Alat

Alat alat yang digunakan ialah timbangan, toples, batang pengaduk,


mangkuk, cawan porselen, seperangkat alat soxhlet dan refluks.

III.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalahetanol 96%, sampel daun pepaya


(carica papaya) dan kayu manis.

III.2 Cara kerja

A. Maserasi
1. Sampel pepaya (carica papaya) yang telah kering ditimbang
sebanyak 300 gram lalu dimasukan ke dalam toples
2. Masukan pelarut etanol 96% sebanyak 1 liter sedikit demi sedikit
agar sampel terbasahi dengan sempurna
3. Didiamkan selama 5 hari
4. Kemudian ekstrak disaring dan dimasukan kedalam mangkok
kaca untuk di angin-anginkan agar pelarut yang digunakan
menguap.
B. Soxhlet
1. Sampel kayu manis dihaluskan terlebih dahulu.
2. Bungkus simplisia yang sudah halus dengan menggunakan
kertas saring
3. Masukan simplisia ke dalam slongsong
4. Masukan pelarut pada labu alas bulat. Rangkai alat soxhlet
dengan baik dan benar
5. Nyalakan hot plate untuk memanaskanpelarut
6. Amati hingga 1 siklus
C. Refluks
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Di timbang simplisia yang telah dikeringkan
3. Simplisia dimasukan kedalam labu alas bulat dan direndam
dengan cairan penyari secukupnya
4. Tempatkan diatas mantel heat dan dismbungkan ke dalam
aliran listrik
5. Cairan penyari yang telah menguap akan terkondensasi
olehpendingin balik
6. Proses ekstraksi berlangsung secara berkesinambungan
7. Tunggu hingga 30 menit.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan esktraksi pada daun pepaya

dengan metode maserasi. Praktikum diawali dengan menyiapkan simplisia

daun pepaya yang telah disortasi kering dan dikemas. Kemudian daun

pepaya yang telah menjadi simplisia dimasukkan ke dalam sebuah toples

kosong kemudian ditambahkan pelarut metanol dan direndam sambil

digojok. Tujuan perendaman ialah agar terjadi proses osmosis pelarut

metanol sehingga dapat masuk ke dalam sel daun pepaya, yang

kemudian melarutkan senyawa-senyawa yang diinginkan. Setelah itu

terjadilah difusi akibat perbedaan gradien konsentrasi zat terlarut di dalam

sel daun pepaya yang menagkibatkan perpindahan senyawa kimia dari

dalam sel daun pepaya ke luar sel daun pepaya untuk menyeimbangkan

gradien konsentrasi. Sedangkan tujuan penggojokan ialah untuk

memudahkan pelarut bersentuhan dengan senyawa kimia di dalam sel

daun pepaya sehingga larutan penyari dapat dengan mudah menarik

senyawa kimia di dalam sel daun pepaya. Proses perendaman dan

penggojokan ini dilakukan dalam beberapa hari. Setelah dilakukan proses

tersebut didapatkanlah hasil berupa larutan ekstrak berwarna hijau gelap

yang merupakan hasil ekstraksi daun pepaya.

Daun pepaya mengandung senyawa fenol dan flavonoid. Senyawa

fenol dan flavonoid merupakan senyawa yang bersifat polar, sehingga


digunakanlah larutan penyari yang bersifat polar. Metanol merupakan

senyawa yang bersifat polar sehingga efektif dalam menarik senyawa-

senyawa yang bersifat polar. Oleh sebab itu, dalam ekstraksi daun pepaya

kali ini digunakan larutan penyari metanol karena sifatnya yang polar

dapat dengan mudah menarik senyawa fenol dan flavonoid yang

terkandung di dalam daun pepaya.

Selain itu, metode ekstraksi yang digunakan pada praktikum ini

adalah maserasi. Maserasi merupakan teknik ekstraksi dingin yang umum

digunakan dalam mengekstraksi simplisia-simplisa yang memiliki struktur

yang lemah dan tipis, seperti daun. Maserasi juga efektif dalam

mengekstraksi senyawa-senyawa yang tidak tahan panas, karena proses

ekstraksi tidak membutuhkan proses pemanasan. Daun pepaya memiliki

struktur yang lunak dan tipis dan mengandung senyawa flavonoid yang

rusak apabila dipanaskan. Sehingga, dengan alasan tersebut dipilihlah

metode ekstraksi maserasi.


BAB V

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

VI.2 S a r a n

DAFTAR PUSTAKA

1. Steenis, C. G. G. J. van., (1988),”Flora : Untuk Sekolah Di Indonesia”,

PT Pradnya Paramitha, Jakarta, 272.

2. Ditjen POM., (1995),”Farmakope Indonesia”, Depkes RI, Jakarta, 7.

3. DEPKES RI., (1989), “Sediaan Galenik”, Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, 10-28, 30.


4. Gritter J.R., James, M.B., (1991), “Pengantar Kromatografi”, Penerbit

ITB, Bandung, 6, 83, 107, 109

5. Tim Dosen, (2011), “Penuntun Praktikum Fitokiomia I”, Laboratorium

Farmakognosi Fitokimia, Farmasi, Universitas Hasanuddin,

Makassar.

6. Ahmad, (2006), Anti Inflammatory Activities of Nigella sativa Linn

(Kalongi, blackseed), (Online), http://lailanurhayati.multiply.com/jour

nal. Diakses 15 Maret 2008.

7. Guether, E., (2006), Minyak Atsiri, Jilid I, (diterjemahkan oleh Ketaren.

S.), Universitas Jakarta, Jakarta.


LAMPIRAN :
Gambar alat ekstraksi:

Refluks Soxhlet

c
d

Keterangan :

a. pendingin

b. mantel
e
c. pipa samping

d. sifon

e. labu alas bulat

Alat Soxhket

Anda mungkin juga menyukai