Anda di halaman 1dari 8

6

ANTI KANKER

Oleh:
Suarny, Juspidayanti, Mutya Angelia, Nur Azizah, Taufiq Khoerun, Tri Puspita Roska
REFERENSI PENDAHULUAN

1
American Cancer Society. Cancer Kanker merupakan sebuah kelompok penyakit yang ditandai
Facts & Figures 2013. Atlanta: dengan pertumbuhan dan penyebaran sel abnormal yang tidak
American Cancer Society; 2013. terkontrol. Ada banyak jenis kanker yang dapat diderita, salah
satunya adalah kanker payudara yangmerupakan keganasan pada
sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara yang dapat berasal
dari epitel duktus maupun lobulusnya [1]
2
Komite Penanggulangan Kanker Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden
Nasional. Panduan kanker payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50
Penatalaksanaan Kanker tahun,riwayat keluarga dan genetik, riwayat penyakit payudara
Payudara. Jakarta: Kementrian sebelumnya , riwayat menstruasi dini (< 12 tahun) atau menarche
Kesehatan Republik Indonesia. lambat (>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan
2016. tidak menyusui), hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, riwayat
radiasi dinding dada, faktor lingkungan [2].
Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, KPD
menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar
18,6%. Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah
12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar
92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu
27/100.000 atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada wanita.
Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki dengan frekuensi
sekitar 1 %. Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada
pada stadium yang lanjut, misalnya artis senior Rima Melati
dimana upaya pengobatan sulit dilakukan. Hanya beberapa
penyakit kanker yang dapat diobati, terutama jika diobati saat
masih stadium dini. Keberhasilan pengobatan sangat ditentukan
oleh jenis kanker, stadium kanker, keadaan umum penderita, dan
usaha penderita untuk sembuh[2] ...
Pada makalah ini akan dibahas mengenai patofisiologi dan
berbagai jenis obat anti kanker payudara.

PEMBAHASAN
3
Price, Sylvia A. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Kanker payudara bermula saat sel pada payudara bertumbuh
Penyakit Edisi 6. Penerbit Buku diluar kendali. Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial,
Kedokteran EGC: Jakarta. 2006. dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi
hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini
akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma.
Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari
sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba ( kira-kira berdiameter 1 cm ). Pada ukuran itu, kira-
kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastase.
Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya
oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering terjadi
adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan
mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat
4
American cancer society. 2016. pecahnya benjolan-benjolan pada kulit ulserasi[3].
Breast cancer. USA Meskipun banyak jenis kanker yang dapat menyebabkan
5
DR. Dr. Samuel Johny Haryono, Sp. benjolan pada payudara, tetapi tidak semuanya. Ada gejala lainnya
B(K). Gamma knife Center dari kanker payudara yang harus diketahui dan diberitahu pada
Indonesia. Jakarta : Siloam Senior petugas kesehatan. Adapun gejala atau ciri-ciri dari penyakit kanker
Healt Community payudara yaitu adanya benjolan dipayudara yang tidak terasa
nyeri, kepadatannya cenderung keras, permukaannya tidak rata,
dapat melekat ke dasar dinding dada ataupun permukaan kulit
payudara, penampilan payudara mengerut dan berlesung
menyerupai kulit jeruk, ataupun puting tertarik melesak ke dalam
6
Smeltzer, S.C & Bare, B.G.Buku dan keluarnya cairan kemerahan dari penting [4,5]
Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume Stadium dan klasifikasi kanker payudara adalah sebagai
2, Alih Bahasa Kuncara, H.Y, dkk, berikut : Stadium I (stadium dini) Besarnya tumor tidak lebih dari 2
EGC: Jakarta. 2002. - 2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran (metastase) pada
kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini, kemungkinan
penyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa
ada atau tidak metastase ke bagian tubuh yang lain, harus
diperiksa di laboratorium. Stadium II Tumor sudah lebih besar dari
2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada kelenjar getah bening di
ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh hanya 30 -
40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium
I dan II biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel
kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah
operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-
sel kanker yang tertinggal. Stadium III Tumor sudah cukup besar,
sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, dan kemungkinan
untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah tidak
ada artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran
dan kemoterapi (pemberian obat yang dapat membunuh sel
kanker). Kadang-kadang juga dilakukan operasi untuk mengangkat
bagian payudara yang sudah parah. Usaha ini hanya untuk
menghambat proses perkembangan sel kanker dalam tubuh serta
untuk meringankan penderitaan penderita semaksimal mungkin [6].
Dalam upaya pengobatan penyakit dilakukan beberapa
macam pengobatan. Diantaranya menggunakan pengobatan
farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi nonfarmakologi yang
biasa dilakukan yaitu pembedahan atau operasi, radiasi ataupun
radioterapi.
Pada terapi farmakologis biasanya dilakukan secara
kemoterapi (metode terapi kanker dengan menggunakan obat-
obatan kimiawi). Dewasa ini, pemberian agen kemoterapi masih
menjadi lini terdepan dalam penanganan penyakit kanker.
Menurut asal obat, struktur kimia dan mekanisme kerjanya,
obat antikanker dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu:
1. Antimetabolit
Antimetabolit terkait secara struktural dengan normal yang
7
Harvey, Richard A. & Champe ada dalam sel. Antimetabolit umumnya tersedianya nukleotida
Pamel C. Farmakologi Ulasan purin atau pirimidin normal, entah dengan kemajuan sintesisnya
Bergambar Edisi 4. Penerbit Buku atau berkompetisi dengan prekursor ter sebut dalam sintesis DNA
Kedokteran EGC: Jakarta. 2014. atau RNA. Efek sitotoksik maksimalnya berada dalam spesifik-fase-
s (jadi spesifik siklus-sel)[7].
a. Methotrexate
Vitamin folic acid mempuyai peranan penting dalam berbagai
reaksi metabolik yang melibatkan transfer unit satu karbon dan
penting bagi replikasi sel. Methotrexate (MTX) berhubungan secara
structural dengan folic acid dan bekerja sebagai antagonis vitamin
tersebut dengan menghambat dehidro folat reduktase (DHFR)-
enzim pengubah folic acid menjadi bentuk ko enzimnya yang aktif,
tertahidrofolic acid (FH4).[7]
b. 6-mercaptopurine
Obat 6-mercaptopurine (6-MP) adalah analog tiol
hypoxanthine. 6-MP dan 6-Thioguanine merupakan analog purin
pertama yang terbukti bermanfaat untuk mengobati penyakit
neoplastic. Pada prinsipnya, 6-MP digunakan dalam pemeliharaan
remisi pada leukimia limfoblastik akut. 6-MP dan analognya,
azathioprine, juga bermanfaat dalam terapi penyakit chron.[7]
c. 5-fluorouracil
5-fluorouracil (5-FU), suatu analog pirimidin, mempunyai
atom fluorine yang stabil sebagai pengganti atom hydrogen pada
posisi 5 cincin urasil. Fluorine menganggu konversi deoxyuridylic
acid menjadi thymidylic acid sehingga menghilangkan sel timidin,
salah satu precursor penting untuk sintesis DNA.  Obat ini terutama
digunakan pada pengobatan tumor padat yang tumbuh lambat. 5-
Fu tidak memiliki aktivitas anti neoplastik. Sintesis DNA menurun
karena kekurangan timidin, efek ketidakseimbangan pertumbuhan
sel dan "kematian akibat-kekurangan-timidin" pada sel-sel yang
membelah secara cepat. Catatan: Leucovorin diberikan bersama
dengan 5-Fu karena koenzim folat tereduksi diperlukan dalam
penghambatan timidilat sintase. Tambahan koenzim meningkatkan
keefektifan 5-Fu untuk membentuk kompleks 3 molekul dan
menghasilkan efek antipirimidin. Sebagai contoh, regimen standar
untuk kanker kolorektal lanjut yang digunakan saat ini adalah
irinotecan ditambah 5-Ful leucovorin 5-Fu juga menyatu dalam
RNA, dan kadar rendah pernah terdeteksi dalam DNA. Dalam kasus
terakhir suatu glikosilase memotong 5-FU sehingga merusak DNA.
5-FU menghasilkan efek antikanker pada fase S siklus sel. [7]
2. Antibiotika
Kerja sitotoksik antibiotika antitumor yang disebabkan oleh
interaksinya dengan DNA, menyebabkan gangguan pada fungsi
DNA. Selain Interkalasi, kemampuan antibiotika antitumor untuk
menghambat topoisomerase (I dan II) dan menghasilkan radikal
bebas juga berperan penting dalam efek sitotoksiknya. Antibiotika
ini nonspesifik siklus sel.[7]
a. Doxorubicin dan daunorubicin
Doxorubicin dan daunorubicin digolongkan sebagai antibiotika
anthracycline. Dororubicin adalah analog daunorubicin yang
terhidroksilasi. Idarubisin, analog-4-demetoxy daunorubicin, dan
epirubicin juga tersedia. Aplikasi agen-agen ini berbeda-beda meski
memiliki kesamaan struktur dan mekanisme kerja yang tampak
serupa. Obat ini digunakan dalam kombinasi dengan agen-agen
lainnya salah satunya untuk terapi kanker payudara. Daunorubicin
dan digunakan dalam terapi leukemia akut. Mekanisme kerja
golongan anthracycline memiliki tiga aktivitas utama yang dapat
bervariasi sesuai tipe sel. Ketiganya efektif dalam fase S dan G2. [7]
3. Alkalyting Agent
Agen pengeluaran efek sitotoksiknya melalui pengikatan
secara kovalen dengan kelompok nukleofilik pada berbagai
komponen sel. Alkilasi DNA mungkin merupakan reaksi yang
penting sekali yang menyebabkan letal bagi sel-sel tumor. Agen
pengalkilasi tidak membedakan antara sel-sel yang bersiklus dan
yang beristirahat, tetapi agen ini paling toksik bagi sel-sel yang
membelah secara cepat. Agen ini digunakan dalam kombinasi
dengan agen lainnya untuk menangani berbagai macam kanker
limfatik dan padat. Selain bersifat sitotoksik, semua agen bersifat
mutagenik, serta menimbulakn keganasan sekunder, seperti
leukimia.[7]
a. Cyclophosphamide dan ifosfamide
Obat-obat ini sangat unik, yaitu bisa digunakan secara oral
dan merawat sitotoksik hanya bentuk-bentuk alkilasinya, yang
dihasilkan melalui hidroksilasi oleh sitokrom P450. Agen-agen ini
memiliki spektrum klinis yang luas dan digunakan secara tunggal
atau sebagai bagian dari suatu regimen dalam terapi berbagai
penyakit neoplastik, seperti limfoma Burkit dan kanker payudara.
Cyclophosphamide dan ifosfamide mula-mula mengalami
biotransformasi menjadi zat perantara yang terhidroksilasi,
terutama dalam hati oleh system sitokrom P450. Kemudian, zat
terhidroksilasi mengalami pemecahan untuk membentuk senyawa
aktif, mostar fosforamida dan acrolein. Reaksi mostar fosforamida
dengan DNA dianggap sebagai langkah sitotoksik. [7]
4. Penghambat Mikrotubulus
Gelendong mitotik adalah bagian dari tulang rangka
intraseluler (sitoskeleton) yang lebih besar dan penting bagi
pergerakan struktur dalam sitoplasma pada keseluruhan sel
eukariotik. Gelendong mitotik penting untuk membagi DNA secara
selektif menjadi dua sel anak yang terbentuk saat suatu sel
eukariotik membelah. Beberapa substansi yang berasal dari
tanaman, yang digunakan sebagai obat antikanker, mengganggu
proses ini dengan memengaruhi keseimbangan antara bentuk
polimerisasi dan depolimerisasi mikrotubulus sehingga
menyebabkan sitotoksisitas.[7]
a. Vinkristin dan Vinblastin
Vincristin (VX) dan Vinblastin (VBL) adalah senyawa yang
saling terkait secara struktural dan berasal dari tanaman rambat,
Vinca rosea. VX digunakan dalam terapi leukimia limfoblastik akut
pada anak-anak, tumor Wilms, sarkoma jaringan lunak Ewing,
Limfoma Hodking dan non-Hodking, serta beberapa neoplasma
yang berpoliferasi secara cepat lainnya. VBL diberikan bersama
dengan bleomycin dan ciplastin untuk terapi karsinoma testikular
metastatik. VX dan VBL bersifat spesifik siklus sel dan spesifik fase
karena obat-obat ini menghambat mitosis pada metafase (Fase M).
Ikatannya pada mikrotubulus, tubulin, bersifat tergantung GTP dan
menghambat kemampuan tubulin untuk berpolimerisasi
membentuk mikrotubulus. Akibatnya, terbentuk agregat-agregat
paracrystalline yang terdiiri dari dimer tubulin dan obat alkaloid.
Aparatus gelendong disfungsional yang dihasilkan, terhenti pada
metafase, mencegah segregasi kromosomal dan poliferase sel. [7]
b. Paclitaxel dan docetaxel
Paclitaxel adalah anggota kelompok taxane pertama yang
digunakan dalam kemoterapi kanker. Paclitaxel telah menunjukkan
aktivitas yang baik terhadap kanker ovarium stadium lanjut dan
kanker payudara metastatik. Docetaxel menunjukkan manfaat
yang mengagumkan dengan efek samping yang lebih sedikit pada
kondisi-kondisi tersebut. Kedua obat aktif dalam fase G2/M pada
siklus sel. Obat-obat ini berikatan secara reversible dengan subunit
B-tubulin, tetapi tidak seperti alkaloid vinca, obat-obat ini memicu
polimerase dann stabilisasi polimer, dan bukan pembongkaran.
Oleh sebab itu, kedua obat ini mengubah proses depolimerisasi-
polimerisasi menjadi akumulasi mikrotubulus. Mikrotubulus terlalu
stabil yang dibentuk bersifat nonfungsional dan desegregasi
kromosom tidak terjadi. Hal ini menyebabkan kematian sel. [7]
1. Hormon Steroid dan Antagonisnya
Tumor yang sensitif-hormon steroid dapat bersifat responsif
terhadap hormon, yang ditandai pengurangan tumor sesudah
terapi menggunakan hormon spesifik; bergantung pada hormon
yang penghilangan rangsangan oleh hormon menyebabkan regresi
tumor; atau keduanya. Penghilangan perangsang hormon pada
tumor yang bergantung pada hormon dapat dilakukan melalui
pembedahan atau dengan obat-obat.[7]
a. Tamoxiven
Obat ini merupakan antagonis estrogen dan terkait secara
struktural dengan estrogen sintetik diethylstilbestrol dan
digunakan untuk terapi lini pertama pada terapi kanker payudara
yang positif reseptor strogen. Tamoxifen digolongkan sebagai
selective estrogen-reseptor modulator (SERM). Tamoxifen
berikatan dengan reseptor estrogen, tetapi kompleks tidak
produktif secara transkripsional. Sehingga, kompleks gagal
menginduksi gen-gen responsif-estrogen, dan sintesis RNA tidak
terjadi. Hasilnya adalah deplesi (down-regulation) reseptor
estrogen, begitu pula, efek pemicu pertumbuhan hormon alami
dan faktor pertumbuhan lainnya ditekan. Kerja tamoxifen tidak
berhubungan dengan fase spesifik apapun pada siklus sel. [7]
b. Penghambat aromatase
Reaksi aromatase bertanggung jawab atas sintesis estrogen
ekstradrenal dari androstenedione, yang bertempat di dalam hati,
lemak, otot, kulit dan jaringan payudara, termasuk keganasan
payudara. Aromatisasi perifer adalah sumber estrogen penting
pada wanita pascamenopause. Penghambat aromatase
menurunkan produksi estrogen pada wanita. [7]
1) Aminoglutethimide merupakan penghambat aromatase
pertama untuk terapi kanker payudara metastatik pada wanita
pascamenopause. Aminoglutethimide menunjukkan bahwa
obat ini dapat menghambat sintesis pregnenolon (suatu
prekursor estrogen) dari kolesterol pada adrenal maupun sitesis
ekstra-adrenal. Karena obat ini juga menghambat sintesis
hydrocortisone, yang dapat menimbulkan kenaikan kompensasi
pada sekresi hormon adrenokortikotropik yang cukup untuk
mengatasi hambatan adrenal, obat ini biasanya diberikan
bersama dengan hydrocortisone.[7]
2) Anastrozole dan letrozole merupakan penghambat aromatase
imidazole yang bersifat nonsteroidal. Keduanya bermanfaat
dalam terapi kanker payudara karena lebih kuat (menghambat
aromatisasi 96% sedangkan aminoglutethimide sebesar 90%);
lebih selektif daripada aminoglutethimide; tidak perlu
ditambahkan hydrocortisone; dan tidak memiliki efek samping
adronergik yang terjadi pada penghambat aromatase steroidal.
Anastrozole dan letrozole dianggap sebagai terapi lini kedua
sesudah tamoxifen untuk kanker payudara yang tergantung
hormon di Amerika Serikat, sedangkan keduanya telah menjadi
obat lini pertama di negara lain untuk terapi kanker payudara
pada wanita pascamenopause. Obat-obat ini aktif secara oral
dan menyebabkan supresi pada hampir seluruh sintesis
estrogen.[7]
3) Exemestane merupakan penghambat aromatase ireversibel
steroidal. Metabolisme hepatik dilakukan oleh isozim CYP3A4,
tetapi tidak ada interaksi obat yang pernah dilaporkan hingga
hari ini. Karena metabolitnya diekskresikan ke dalam urine,
dosis obat perlu disesuaikan pada pasien dengan gagal ginjal. [7]
c. Progestin
Megestrol acetate awalnya merupakan progestin yang
digunakan paling banyak dalam pengobatan neoplasma
endometrium dan payudara yang responsif-hormon yang
bermetastasis. Obat ini efektif secara oral. Agen lain biasanya
dibandingkan dengan obat ini dalam percobaan klinis. Tetapi,
penghambat aromatase menggantikannya dalam terapi. [7]
5. Antibodi Monoklonal
Antibodi monoklonal ditujukan pada target spesifik dan
memiliki efek samping yang kecil. Sel hibrid yang dihasilkan dapat
diduplikat secara individual, dan setiap duplikat akan menghasilkan
antibodi yang ditujukan melawan tipe antigen. [7]
a. Trastuzumab
Trastuzumab suatu antibodi monoklonal terhumanisasi dan
dihasilkan oleh DNA rekombinan, secara spesifik menargetkan
domain ekstraseluler reseptor pertumbuhan HER2 yang memiliki
aktivitas tirosin kinase intrinsik. Trastuzumab terikat dengan lokasi
HER2 pada jaringan kanker payudara dan menghambat proliferasi
sel-sel yang mengekspresikan protein HER2 secara berlebihan
sehingga menurunkan jumlah sel dalam fase S. [7]
b. Bevacizumab
Antibodi monoklonal bevacizumab disebut agen
antiangiogenesis. Obat ini digunakan untuk kanker kolorektal
metastatik dan diberikan bersama kemoterapi. Bevacizumab
diinfus melalui IV berikatan dengan dan menghentikan faktor
pertumbuhan endotel vaskuler untuk merangsang pembentukan
pembuluh darah baru, sehingga tumr tidak menerima oksigen dan
nutrient.[7]
c. Cetuximab
Cetuximab adalah antibodi monoklonal chimeric lain yang
menunjukkan efek antineoplastik dengan menargetkan reseptor
faktor pertumbuhan epidermis dan permukaan sel kanker dan
mengganggu pertumbuhannya. Cetuximab diberikan secara IV
dapat menyebabkan kesulitan bernafas dan tekanan darah rendah
selama pengobatan pertama, konstipasi dan nyeri abdomen. [7]
Belum ditemukan obat kanker yang ideal, yang dapat
menghancurkan sel-sel kanker tanpa mencederai sel-sel yang
normal. Meskipun demikian, banyak penderita yang dapat diobati
dengan obat-obat antikanker (kemoterapi) dan beberapa
diantaranya mengalami kesembuhan. Tetapi, pengobatan kanker
dengan kemoterapi masih ada efek samping yang umum, seperti
rambut rontok, mual, kelelahan, dan muntah. Terapi kombinasi
sering diberikan termasuk beberap jenis kemoterapi yang
dikombinasikan dengan beberapa pengobatan lainnya.

KESIMPULAN

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker


terbanyak di Indonesia. Persentase terkenanya kanker payudara
pada wanita 100x lebih beresiko dibandingkan pria. Dalam upaya
pengobatan kanker dilakukan pengobatan farmakologi dan
nonfarmakologi. Terapi nonfarmakologi yang biasa dilakukan yaitu
pembedahan atau operasi dan radiasi atau radioterapi. Pada terapi
farmakologis biasanya menggunakan obat-obatan. Menurut asal
obat, struktur kimia dan mekanisme kerjanya, obat antikanker
dibagi menjadi 7 golongan yaitu alkilator, antimetabolit, antibiotik,
inhibitor mikrotubuli, Inhibitor topoisomeras, hormon, dan target
molekuler.

Anda mungkin juga menyukai