Anda di halaman 1dari 9

IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLAT PADA EKSTRAK DAUN SALAM

(Syzygium polyanthum) MENGGUNAKAN METODE MASERASI DAN SOKLETASI

(Jurnal Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fitokimia)

DISUSUN OLEH:
Diah Riska NL
1012020016

BAGIAN BIOLOGI S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN HARAPAN BANGSA JEMBER
2020
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sebagai Negara tropis, banyak tumbuhan yang tumbuh di Negara Indonesia.
Terutama di pulau Jawa sendiri. Salah satu tumbuhan yang tumbuh dan memili
kegunaan sebagai rempah masakan dan memiliki khasiat media yaitu daun salam.
Tumbuhan ini dapat tumbuh baik di Indonesia karna cukupnya curah hujan di Negara
tropis ini.
Seperti yang kita ketahui, daun salam berasal dari bagian pohon salam yang
memiliki kegunaan tidak hanya sebagai rempah makanan tetapai juga memiliki
kegunaan medis. Oleh karna itu banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui
kandungan-kandungan senyawa kimia di dalam ekstrak daun salam yang nantinya
dapat dikembangkan sebagai obat medis.
Bagian tumbuhan ini yang sering digunakan adalah daunnya. Dalam daun
salam terdapat banyak senyawa kimia yang memiliki kegunaan medis, salah satunya
adalah senyawa fenolat. Senyawa fenolat ini bias kita dapatkan melalui proses
ekstraksi daun. Sedangkan untuk metode ekstraksi sendiri bermacam- macam, dua
diantaranya adalah metode ekstraksi maserasi dan metode ekstraksi sokletasi.
Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa kimia fenolat
pada ekstrak daun salam menggunakan metode maserasi dan metode sokletasi.
Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih jauh untuk mengetahui cara
pengelolahan/ formulasi sediaan farmasi dari ekstrak daun salam dengan
pemanfaatan senyawa fenolatnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Bagaimanakah klasifikasi ilmiah tumbuhan salam?
1.2.2 Apakah yang dimaksud senyawa fenolat?
1.2.3 Apakah yang dimaksud metode ekstraksi maserasi?
1.2.4 Apakah yang dimaksud metode ekstraksi sokletasi?
1.2.5 Bagaimanakan perbandingan kadar senyawa fenolat ekstrak daun salam
menggunakan metode maserasi dan sokletasi?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Untuk mengetahui klasifikasi ilmiah tumbuhan salam
1.3.2 Untuk mengetahui senyawa fenolat
1.3.3 Untuk mengetahui metode ekstraksi maserasi
1.3.4 Untuk mengetahui metode ekstraksi sokletasi
1.3.5 Untuk mengetahui perbandingan kadar senyawa fenolat ekstrak daun salam
dengan metode maserasi dan sokletasi
BAB II DASAR TEORI

2.1 KLASIFIKASI ILMIAH TUMBUHAN SALAM


Berikut ini adalah klasidfikasi secara ilmiah dari tumbuhan salam (Syzygium
polyanthum) berdasarkan buku tumbuhan berguna Indonesia jilid III karya BPPKRI:

Kerajaan : Plantae
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : S. polyanthum

Pohon berukuran sedang, mencapai tinggi 30 m dan gemang 60 cm. Pepagan


(kulit batang) berwarna coklat abu-abu, memecah atau bersisik. Daun tunggal
terletak berhadapan, dengan tangkai hingga 12 mm. Helai daun berbentuk jorong-
lonjong, jorong sempit atau lanset, 5-16 x 2,5–7 cm, gundul, dengan 6-11 urat daun
sekunder, dan sejalur urat daun intramarginal tampak jelas dekat tepi helaian,
berbintik kelenjar minyak yang sangat halus. Karangan bunga berupa malai dengan
banyak kuntum bunga, 2–8 cm, muncul di bawah daun atau kadang-kadang pada
ketiak. Bunga kecil-kecil, duduk, berbau harum, berbilangan-4; kelopak seperti
mangkuk, panjangnya sekitar 4 mm; mahkota lepas-lepas, putih, 2,5-3,5 mm; benang
sari banyak, lk. 3 mm, terkumpul dalam 4 kelompok, lekas rontok; piringan tengah
agak persegi, jingga kekuningan. Buah buni membulat atau agak tertekan, 12 mm,
bermahkota keping kelopak, berwarna merah sampai ungu kehitaman apabila masak
(Heyne K; 1987).

Daun salam mengandung zat bahan warna, zat samak dan minyak atsiri yang
bersifat antibakteri. Zat tanin yang terkandung bersifat menciutkan (astringent).
Manfaat daunsecara tradisional, daun salam digunakan sebagai obat sakit perut.
Daun salam juga dapat digunakan untuk menghentikan buang air besar yang
berlebihan. Pohon salam bisa juga dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat, stroke,
kolesterol tinggi, melancarkan peredaran darah, radang lambung, gatalgatal, dan
kencing manis (Kun Harismah dan and Chusniatun, 2016).

Untuk mengambil kandungan kimia dan pemisahan kandungan kimia yang


banyak terkandung di daun salam dapat dilakukan dengan proses ekstraksi yaitu
kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan
yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Senyawa yang di ekstrak mengandung
senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa aktif yang tidak dapat larut seperti serat,
karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai
simplisia dapat di golongkan kedalam beberapa golongan yaitu minyak atsiri,
alkaloid, flavonoid, fenol dan lain-lain (Alan Kuspendy, Anita Ratna Faoziyah, 2017).

2.2 SENYAWA FENOLAT


Fenolat merupakan golongan metabolit sekunder yang distribusinya cukup
luas pada tanaman. Golongan fenolat memiliki berbagai aktivitas antioksidan,
antibakteri, anti-inflamasi, antikanker. Kandungan fenolat dalam tumbuhan berperan
sebagai antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai oksidan dan radikal bebas
yang berbahaya bagi kesehatan (Verawati, Nofiandi and Petmawati, 2017).
Semakin tingginya kandungan senyawa fenolat dalam tanaman menunjukkan
potensi terapetik antioksidan yang kuat. Senyawa ini ditemukan dalam daun salam.
Senyawa fenolat bekerja sebagai aseptor radikal bebas dan pemutus rantai ikatan.
Fenolat mengganggu oksidasi lipid dan molekul lainnya secara cepat dengan
mendonorkan atom hidrogen pada senyawa radikal. Pencegahan penyakit oleh
senyawa fenolat juga dapat melalui mekanisme yang berbeda dari fungsi antioksidan,
seperti melalui sinyal selular, ekspresi gen, dan modulasi aktivitas enzimatik (Salim et
al., 2020).

2.3 METODE EKSTRAKSI MASERASI


Metode maserasi merupakan metode sederhana yang sering disebut dengan
metode ekstraksi dingin yang dapat digunakan dalam skala kecil sampai skala
besar.Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang
sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi
dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut
dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan
dari sampel dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah
memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar
kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin saja
sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat
menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil (Mukhriani, 2014).

2.4 METODE EKSTRAKSI SOKLETASI


Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung
selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas
labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan
suhu penangas diatur di bawah suhu reflux. Keuntungan dari metode ini adalah
proses ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil
kondensasi sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak
waktu. Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi
karena ekstrak yang diperoleh terus-menerus berada pada titik didih (Mukhriani,
2014).
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 PREPARASI SAMPEL


Setelah sampel terkumpul kemudian daun salam dicuci di bawah air yang
mengalir untuk membersihkan daun dari kotorankotoran yang menempel pada daun.
Sampel yang telah dicuci kemudian ditiriskan dan disortasi untuk memilih daun yang
baik dan tidak cacat untuk dijadikan sampel. Kemudian sampel dikeringkan dibawah
sinar matahari dengan ditutupi kain flanel selama 3-4 hari. Daun kering kemudian
dihaluskan dengan cara diblender dan diayak dengan ayakan B40. Setelah serbuk
simplisia daun salam sudah halus lalu dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi
dan soxhletasi (Alan Kuspendy, Anita Ratna Faoziyah, 2017).

3.2 EKSTRAKSI MENGGUNAKAN METODE MASERASI


Menimbang serbuk daun salam sebanyak 50 gram kemudian rendam dalam
2000 mL etanol 70% pada beaker glass ukuran 1000 mL dan ditutup dengan
aluminium foil. Dilakukan pemerasan setiap hari sambil sesekali diaduk. Filtrat yang
diperoleh diupakan diatas kompor listrik, kemudian dipekatkan diatas waterbath
sampai terbentuk ekstrak pekat daun salam (Alan Kuspendy, Anita Ratna Faoziyah,
2017).

3.3 EKSTRAKSI MENGGUNAKAN METODE SOKLETASI


Menimbang 50 gram serbuk daun salam, kemudian dibungkus dengan kertas
saring lalu dimasukkan ke dalam tabung soxhlet. Sebanyak 500 mL etanol 70%
dimasukkan melalui bagian atas alat soxhlet. Dibiarkan sampai pelarut terlihat jernih
atau diamkan selama 6 jam. Filtrat yang diperoleh diuapkan diatas kompor listrik dan
dipekatkan diatas waterbath sampai terbentuk ekstrak pekat (Alan Kuspendy, Anita
Ratna Faoziyah, 2017).

3.4 PENENTUAN KADAR SENYAWA FENOLAT EKSTRAKSI DAUN SALAM


a. Pembuatan kurva kalibrasi
Senyawa fenolat standar (asam galat) dibuat dalam beberapa seri konsentrasi
larutan yaitu 20, 40, 60, 80, 100 μg/mL dalam campuran methanol dan aquades
(1:1). Dari masing-masing larutan dipipet 0,5 mL kemudian dicampurkan dengan
5 mL reagen Folin-Ciocalteu (diencerkan 1:10) dengan aquades tambahkan 4 mL
larutan natrium karbonat 1 M biarkan selama 15 menit, ukur serapan pada
panjang gelombang serapan maksimum (751,5 nm) dengan spektrofotometer
UV-Vis. Berdasarkan data konsentrasi dan serapan larutan standar, dibuat kurva
kalibrasi yang menunjukkan persamaan garis lurus y = a + bx
b. Penentuan kadar fenolat total ekstrak daun salam
Masing-masing ekstrak daun salam dibuat dalam konsentrasi 200 ppm dan
dipipet 0,5 mL masukkan ke dalam vial, tambahkan 5 mL pereaksi Folin-Ciocalteu
(diencerkan 1:10 dengan aquades) kemudian tambahkan 4 mL larutan natrium
karbonat 1 M kocok homogen, biarkan pada suhu kamar selama 15 menit dan
tentukan kadar senyawa fenolat dengan mengukur serapan pada panjang
gelombang serapan maksimum (751,5 nm) dengan spektrofotometer UV-Vis
(Verawati, Nofiandi and Petmawati, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Alan Kuspendy, Anita Ratna Faoziyah, A. R. (2017) ‘PENGARUH METODE EKSTRAKSI


MASERASI DAN SOXHLETASI TERHADAP KADAR FENOL TOTAL EKSTRAK ETANOL DAUN
SALAM (Syzygiumpolyanthum (Wight.) Walp.) Alan’, Journal of Chemical Information and
Modeling, 1(1), pp. 1–6.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid III. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Republik Indonesia. Hlm 1521

Kun Harismah dan and Chusniatun (2016) ‘PEMANFAATAN DAUN SALAM (Eugenia
polyantha) SEBAGAI OBAT HERBAL DAN REMPAH PENYEDAP MAKANAN’, WARTA LPM,
19(2), pp. 110–118.

Mukhriani (2014) ‘EKSTRAKSI, PEMISAHAN SENYAWA, DAN IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF’,


Jurnal Kesehatan, VII(2), pp. 361–367. doi: 10.17969/agripet.v16i2.4142.

Salim, S. A. et al. (2020) ‘Review Artikel: Kelebihan dan Keterbatasan Pereaksi Folinciocalteu
dalam Penentuan Kadar Fenol Total Pada Tanaman’, Farmaka, 18(1), pp. 46–57.

Verawati, V., Nofiandi, D. and Petmawati, P. (2017) ‘PENGARUH METODE EKSTRAKSI


TERHADAP KADAR FENOLAT TOTAL DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAUN SALAM (Syzygium
polyanthum (Wight) Walp.)’, Jurnal Katalisator, 2(2), p. 53. doi: 10.22216/jk.v2i2.1744.

Anda mungkin juga menyukai