Anda di halaman 1dari 16

PENGUAPAN PELARUT PADA SAMPEL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang banyak memiliki
keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan. Khususnya dalam
bidang farmasi, banyak tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai bahan
dalam pembuatan obat. Banyak masyarakat yang secara aktif
mengkonsumsi obat yang berasal dari tanaman untuk menyembuhkan
penyakitnya. Hal ini dikarenakan karena banyaknya senyawa yang
terdapat pada tumbuhan yang dapat dimanfaatkan. Penggunaan obat
tradisional ini banyak digemari oleh masyarakat. Hal ini karena efek
samping yang dihasilkan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan obat
yang dibuat dengan senyawa kimia. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat
adalah pulai (Alstonia scholaris L.).
Manfaat pulai untuk kesehatan antara lain adalah mengatasi demam,
menyembuhkan penyakit malaria, menyembuhkan diare, menyembuhkan
penyakit beri-beri, mengatasi sakit badan dan dada, memperkuat
lambung, mengobati kencing manis dan menyembuhkan penyakit malaria.
Daun pulai juga dapat menyembuhkan beri-beri.
Salah satu cara untuk mengambil senyawa kimia yang terkadung
dalam tanaman adalah dengan cara ekstraksi dan setelah itu dilakukan
penguapan untuk memperoleh ekstrak. Penguapan atau evaporasi adalah
proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan
spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari
kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan
secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume
signifikan. Untuk itu, dilakukan praktikum penguapan pelarut pada sampel
setelah diperoleh hasil ekstrak dari praktikum ekstraksi sampel.

DEVY NUR AZALIA HASANUDDIN RIANTI ANISA


15020150250
PENGUAPAN PELARUT PADA SAMPEL

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalah bagaimanakah proses penguapan
pada sampel tumbuhan pulai (Alstonia scholaris L.)?
C. Maksud Praktikum
Adapun maksud praktikum adalah untuk mengetahui cara proses
penguapan pada tumbuhan pulai (Alstonia scholaris L.)?
D. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum Praktikum
Mampu mengetahui proses penguapan pada tumbuhan pulai
(Alstonia scholaris L.).
2. Tujuan Khusus Praktikum
Mampu menetukan cara penguapan menggunakan rotavapor
pada tumbuhan pulai (Alstonia scholaris L.).
E. Manfaat Praktikum
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil praktikum ini dapat mengetahui cara proses
penguapan menggunakan rotavapor.
2. Manfaat Praktis
Dapat memberikan informasi mengenai bobot ekstrak setelah
proses penguapan pada tumbuhan pulai (Alstonia scholaris L.).

DEVY NUR AZALIA HASANUDDIN RIANTI ANISA


15020150250
PENGUAPAN PELARUT PADA SAMPEL

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

a. Klasifikasi Tanaman ( BPOM, 2008)


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatopyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledoneae
Bangsa : Gentianales
Suku : Apocynaceae
Marga : Alstonia
Jenis : Alstonia scholaris L.
b. Morfologi Tanaman
Tanaman berbentuk pohon, tinggi 20 - 25 m. Batang lurus,
diameternya mencapai 60 cm, berkayu, percabangan menggarpu.
Kulit batang rapuh, rasanya sangat pahit, bergetah putih. Daun
tunggal, tersusun melingkar 4 - 9 helai, bertangkai yang panjangnya
7,5 - 15 mm, bentuknya lonjong sampai lanset atau lonjong sampai
bulat telur sungsang, permukaan atas licin, permukaan bawah buram,
tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 10 - 23 cm, lebar 3 - 7,5 cm,
warna hijau. Perbungaan majemuk tersusun dalam malai yang
bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna
hijau terang sampai putih kekuningan, berambut halus yang rapat.
Buah berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 - 50
cm, menggantung. Biji kecil, panjang 1,5 - 2 cm, berambut pada
bagian tepinya dan berjambul pada ujungnya. Perbanyakan dengan
biji atau setek batang dan cabang (Sulina, 2010).

DEVY NUR AZALIA HASANUDDIN RIANTI ANISA


15020150250
PENGUAPAN PELARUT PADA SAMPEL

c. Nama Lain
Kayu gabus, pulai (Sumatera); lame (Sunda); polay (Madura)
(Agromedia, 2008).
d. Kandungan Kimia
Alkaloid ditain, ekitamin (ditamin), ekitenin, ekitamidin, alstonin,
ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin, triterpen pikrinin, dan asam ursolat
(Agromedia, 2008).
e. Khasiat Tanaman
Berkhasiat mengatasi demam, malaria, limfa membesar, batuk
berdahak, diare, disentri, kurang nafsu makan, perut kembung, sakit
perut, kolik, anemia, kencing manis, wasir, gangguan haid, bisul,
hipertensi, rematik akut, beri-beri (Agromedia, 2008).
B. Metode
Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat
ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar
muka, kemudian berdifusi ke dalam pelarut dan setelah pelarut diuapkan
maka zat aktifnya akan diperoleh. Tujuan Ekstraksi yaitu penyarian
komponen kimia atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan
beberapa jenis hewan termasuk biota laut. Komponen kimia yang terdapat
pada tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan pada umumnya
mengandung senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik.
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman adalah
pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik
di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini
akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi
cairan zat aktif di dalam dan di luar sel (Adrian, 2000).
Pembagian ekstrak, ekstrak cair adalah ekstrak yang diperoleh dari
hasil penyarian bahan alam masih mengandung larutan penyari. Ekstrak

DEVY NUR AZALIA HASANUDDIN RIANTI ANISA


15020150250
PENGUAPAN PELARUT PADA SAMPEL

kental adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan, dan tidak
mengandung cairan penyari lagi, tetapi konsistensinya tetap cair pada
suhu kamar. Ekstrak kering adalah ekstrak yang telah mengalami proses
penguapan dam tidak mengandung pelarut lagi dan mempunyai
konsistensi padat (berwujud kering) (Ditjen POM, 1979).
Penguapan dimaksudkan untuk mendapatkan kosistensi ekstrak yang
lebih pekat. Dan tujuan dilakukn penguapan adalah untuk menghilangkan
cairan penyari yang digunakan, agar tidak mengganggu pada proses
partisi (Syamsul, 2015).
Tujuan penguapan adalah menghilangkan cairan penyari yang
digunakan pada ekstrak. Metode yang dipilih untuk menguapkan cairan
penyari bergantung pada volume ekstrak, kemudahan pelarut untuk
menguap, termostabilitas senyawa yang terekstraksi dan kecepatan
penguapan yang dibutuhkan. Sebelum melakukan penguapan, wadah
penguapan akhir yang kosong harus ditimbang sebelumnya supaya hasil
akhir mudah ditimbang tanpa perlu memindahkan ekstrak ke wadah lain.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu penguapan sederhana
menggunakan pemanasan, penguapan pada tekanan yang diturunkan,
penguapan dengan cairan gas, beku kering, vakum desikator dan oven
(Tobo, 2001).
Rotary evaporator adalah alat yang digunakan untuk melakukan
ekstraksi, penguapan pelarut yang efisien dan lembut. Komponen
utamanya adalah pipa vakum, pengontrol, labu evaporasi, kondensator
dan labu penampung hasil kodensasi. Prinsip rotary evaporator adalah
proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan
yang dipercepat oleh putaran dari labu, cairan penyari dapat menguap 5-
10 C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya
penurunan tekanan. Prinsip ini membuat pelarut dapat dipisahkan dari zat
terlarut di dalamnya tanpa pemanasan yang tinggi (Rachman, 2009).

DEVY NUR AZALIA HASANUDDIN RIANTI ANISA


15020150250
PENGUAPAN PELARUT PADA SAMPEL

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan (Sudjadi,


1986) :

a. Suhu berpengaruh pada kecepatan penguapan, makin tinggi suhu


makin cepat penguapan. Disamping mempengaruhi kecepatan
penguapan, suhu juga berperanan terhadap kerusakan bahan yang
diuapkan. Banyak glikosida dan alkaloida terurai pada suhu di bawah
100oC.
b. Hormon, enzim dan antibiotic lebih peka lagi terhadap pemanasan.
Karena itu pengaturan suhu sangat ppenting agar penguapan dapat
berjalan cepat dan kemungkinan terjadinya peruraian dapat ditekan
sekecil mungkin. Untuk zat-zat yang peka terhadap panas dilakukan
penguapan secara khusus misalnya dengan pengurangan tekanan
dan lain-lain.
c. Waktu Penerapan suhu yang relatif tinggi untuk waktu yang singkat
kurang menimbulkan kerusakan dibandingkan dengan bila dilakukan
pada suhu rendah tetapi memerlukan waktu lama.
d. Kelembaban Beberapa senyawa kimia dapat terurai dengan mudah
apabila kelembabannya tinggi, terutama pada kenaikan suhu.
Beberapa reaksi peruraian seperti hidrolisa memerlukan air sebagai
medium untuk berlangsungnya reaksi tersebut.
e. Cara Penguapan Bentuk hasil akhir seringkali menentukan cara
penguapan yang tepat. Panci penguapan dan alat penyuling akan
menghasilkan produk bentuk cair atau padat. Penguapan lapis tipis
menghasilkan produk bentuk cair. Umumnya cara pemekatan tidak
dilakukan dengan lebih dari satu cara.

DEVY NUR AZALIA HASANUDDIN RIANTI ANISA


15020150250
PENGUAPAN PELARUT PADA SAMPEL

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat
Adapun alat yang digunakan, yaitu aluminium foil, cawan porselen,
corong kaca, gelas ukur 250 mL, hair dryer, pipet tetes, rotavapor,
sendok tanduk, statif dan klem, timbangan analitik.
2. Bahan
Adapun bahanan yang digunakan, yaitu sampel dalam pelarut
metanol, yaitu hasil ekstrak maserasi, perkolasi dan soxhletasi sampel
daun pulai (Alstonia scholaris L.)
B. Prosedur Kerja (Anonim, 2017)
1. Metode penguapan menggunakan hair dryer
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Dipasang hair dryer pada statif. Setelah itu, dimasukkan ekstrak cair ke
dalam mangkok. Ditempatkan mangkok berisi ekstrak dibawah hair
dryer. Kemudian diuapkan dengan menggunakan hair dryer.
Dihentikan penguapan ketika ekstrak terlihat lebih kental. Setelah
penguapan selesai dan diperoleh ekstrak yang lebih pekat, hasil
ekstrak kemudian ditimbang.
2. Metode penguapan menggunakan rotavapor (Rotary vacum
evaporator)
Sampel atau ekstrak cair yang akan diuapkan dimasukkan
kedalam labu alas bulat dengan volume 2/3 bagian dari volume labu
alas bulat yang digunakan, kemudian water bath distel pada suhu yang
sesuai (5-100C dibawah titik didih pelarut yang digunakan) dengan
menekan tombol on-off. Setelah suhu tercapai, labu alas bulat yang

DEVY NUR AZALIA HASANUDDIN RIANTI ANISA


15020150250
PENGUAPAN PELARUT PADA SAMPEL

telah diisi dengan ekstrak dipasang dengan kuat pada ujung rotor yang
menghubungkan kondesor. Aliran air pendingin dan pompa vakum
kemudian tombol rotor diputar dengan kecepatan tertentu, kemudian
dilanjutkan dengan mengaktifkan pompa vakum. Ekstrak dapat
ditambah melalui selang dengan terlebih dahulu memjtar tombol rotor
kearah nol dengan sendirinya ekstrak akan terisap masuk kedalam
labu, setelah itu penguapan dilanjutkan dengan memutar kembali rotor
pada kecepatan semula.
Setelah proses selesai, maka alat dihentikan dengan terlebih
dahulu menekan tombol off pada water bath, tombol rotor diputar
kearah nol dan pompa vakum dan aliran air dihentikan kemudian labu
alas bulat dikeluarkan, kemudian kran vakum diputar pada posisi yang
sama pada saat memasukan sampel himgga sisa udara keluar secara
sempurna. Sampel yang telah dipekatkan dipindahkan dalam wadah
dan selanjutnya akan dikentalkan dengan menggunakan penangas air
ataupun mantel pemanas.

DEVY NUR AZALIA HASANUDDIN RIANTI ANISA


15020150250
PENGUAPAN PELARUT PADA SAMPEL

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

No. Pengamatan Maserasi Soxhletasi Perkolasi

1 Metode Penguapan Rotavapor Hair dryer Hair dryer

2 Konsistensi Kental Kental Kering

3 Bobot Ekstrak (g) 31,54 gram 18,72 gram 2,9 gram

Penguapan dimaksudkan untuk mendapatkan kosistensi ekstrak


yang lebih pekat. Tujuan penguapan adalah menghilangkan cairan
penyari yang digunakan pada ekstrak. Metode yang dipilih untuk
menguapkan cairan penyari bergantung pada volume ekstrak, kemudahan
pelarut untuk menguap, termostabilitas senyawa yang terekstraksi dan
kecepatan penguapan yang dibutuhkan.
Rotary evaporator adalah alat yang digunakan untuk melakukan
ekstraksi, penguapan pelarut yang efisien dan lembut. Prinsip rotary
evaporator adalah proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya
dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu, cairan penyari
dapat menguap 5-10 C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh
karena adanya penurunan tekanan. Prinsip ini membuat pelarut dapat
dipisahkan dari zat terlarut di dalamnya tanpa pemanasan yang tinggi.
Pada praktikum kali ini, ekstraksi dengan metode maserasi dilakukan
penguapan pelarut menggunakan alat rotavapor, sedangkan untuk
metode soxhletasi dan perkolasi dilakukan penguapan pelarut
menggunakan hair dryer.
Pada penguapan dengan menggunakan alat rotary vacum
evaporator (rotavapor), penguapan dapat terjadi karena adanya

DEVY NUR AZALIA HASANUDDIN RIANTI ANISA


15020150250
PENGUAPAN PELARUT PADA SAMPEL

pemanasan yang dipercepat oleh putaran labu alas bulat dan cairan
penyari dapat menguap 5-100C dibawah titik didih pelarutnya dan
dipercepat oleh adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa
vakum uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan
mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni
yang ditampung dalam labu alas bulat penampung. Pada proses
penguapan yang dilakukan pada dengan menggunakan alat rotavapor,
proses yang dilakukan dengan memasukkan sampel dalam labu alas bulat
setelah 30 menit ekstrak dipindahkan ke wadah lain untuk dilanjutkan
proses penguapan dengan metode sederhana menggunakan hair dryer.
Adapun keuntungan dari penggunaan rotavapor adalah proses
penguapan berlangsung cepat dan kualitas ekstrak yang dihasilkan lebih
baik yaitu bersifat efektif dan efisien. Sedangkan kekurangan dari alat ini
adalah tidak cocok untuk sampel yang mengandung saponin karena akan
terjadi frooting pada saat rotavapor bekerja (berputar).
Sedangkan dengan hair dryer proses yang dilakukan yaitu dengan
menuangkan ekstrak pada wadah yang lebih mudah mengalami sirkulasi
udara bebas (misalnya piring atau mangkuk), kemudian ditempatkan di
bawah hair drayer, dan dibiarkan hingga semua cairan penyari mengering.
Setelah di dapatkan ekstrak kental, maka langsung dimasukkan ke dalam
wadah tertutup baik. Penguapan dapat terjadi karena udara panas kering
yang dikeluarkan alat yang mampu menguapkan pelarut pada sampel.
Adapun alasan penggunaan metode sederhana dengan pemanasan atau
dengan alat hair dryer karena sifat dari metanol atau pelarut dari simplisia
yang mudah menguap yang mengakibatkan proses penguapan pelarut
dapat berlangsung cepat.
Setelah dilakukan penguapan pada masing-masing metode
ekstraksi, diperoleh bahwa bobot untuk ekstrasi dengan metode maserasi
setelah dilakukan penguapan diperoleh bobot ekstrak 31,54 g dengan

DEVY NUR AZALIA HASANUDDIN RIANTI ANISA


15020150250
PENGUAPAN PELARUT PADA SAMPEL

konsistensi kental. Sedangkan untuk metode ekstrkasi soxhletasi dan


perkolasi yang penguapannnya menggunakan hair dryer diperoleh bobot
ekstrak pada metode soxhletasi 18,72 g dengan konsistensi kental dan
metode perkolasi 2,9 g dengan konsistensi kering.

DEVY NUR AZALIA HASANUDDIN RIANTI ANISA


15020150250
PENGUAPAN PELARUT PADA SAMPEL

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dapat diketahui bahwa metode maserasi yang penguapannya


menggunakan rotavapor diperoleh bobot ekstrak 31,54 g dengan
konsistensi kental yang paling banyak dibandingkan dengan meode
soxhletasi dan perkolasi yang pengupannya menggunakan hair dryer.
B. Saran
Sebaiknya praktikan teliti dan cermat dalam menjalani praktikum
sehingga hasil yang diperoleh dapat akurat.

DEVY NUR AZALIA HASANUDDIN RIANTI ANISA


15020150250
PENGUAPAN PELARUT PADA SAMPEL

DAFTAR PUSTAKA
Adrian, peyne, 2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber
Bahan Obat. Pusat Penelitian. Universitas Negeri Andalas.

Anonim. 2017. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia 1. Fakultas


Farmasi Universitas muslim Indonesia : Makassar.

Agromedia. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Redaksi Agromedia :


Jakarta.

Badan POM. 2008. Direktorat Obat Asli Indonesia. Depkes RI :


Jakarta.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.

Sudjadi, Drs. 1986. Metode Pemisahan. UGM Press : Yogyakarta.

Sulina. 2010. Tanaman Obat Indonesia.


http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=154.

Syamsul. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta: Niaga Swadaya.

Tobo, Fachruddin, 2001. Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia I,


Laboratorium Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.

DEVY NUR AZALIA HASANUDDIN RIANTI ANISA


15020150250
PENGUAPAN PELARUT PADA SAMPEL

Lampiran 2. Gambar Tanaman

DEVY NUR AZALIA HASANUDDIN RIANTI ANISA


15020150250
PENGUAPAN PELARUT PADA SAMPEL

Lampiran 3. Hasil Pengamatan

DEVY NUR AZALIA HASANUDDIN RIANTI ANISA


15020150250
PENGUAPAN PELARUT PADA SAMPEL

SKEMA KERJA

A. Maserasi
Sampel dalam pelarut metanol

Dimasukkan ke dalam labu alas


bulat
Dipasang pada alat rotavapor
Dinyalakan alat rotavapor
Diuapkan selama 30 menit
Dilepas labu alas bulat pada
alat dan dimasukkan ke dalam
wadah
Diuapkan lagi dengan hair dryer
Ekstrak Kental
B. Perkolasi
Sampel dalam pelarut metanol

Dimasukkan dalam cawan porselen


Diuapkan dengan hair dryer

Ekstrak Kering
C. Soxhletasi
Sampel dalam pelarut metanol

Dimasukkan ke dalam wadah


Diuapkan dengan hair dryer

Ekstrak Kental

DEVY NUR AZALIA HASANUDDIN RIANTI ANISA


15020150250

Anda mungkin juga menyukai