TINJAUAN PUSTAKA
asing, habitat dan daerah tumbuh, budidaya, morfologi, kandungan kimia, khasiat
sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo :Malvales
Family : Steculiceae
Genus : Guazuma
Nama daerah dari tanaman jati belanda adalah jati belanda (Melayu), jati
londo (Jawa Tengah), jati landi dan jatos landi (Jawa), bastard cedar (Inggris),
5
Universitas Sumatera Utara
dan Jawa Timur. Jati belanda tumbuh secara liar terutama di Pulau Jawa dan
penyebarannya pada daerah dataran rendah hingga 800 m dpl (Sulaksana dan
Dadang, 2005).
2.1.4 Budidaya
Tanaman diperbanyak dengan biji, dapat juga dengan stek tunas berakar.
percabangan ramping. Bentuk daun bundar telur sampai lanset, panjang helai daun
jantung, bagian ujung tajam, permukaan daun bagian atas berambut jarang,
mm, mempunyai daun penumpu berbentuk lanset atau berbentuk paku, panjang 3
berbunga banyak, bentuk bunga agak ramping dan berbau wangi: panjang gagang
bunga lebih kurang 5 mm; kelopak bunga lebih kurang 3 mm; mahkota bunga
panjang 2 mm sampai 2,5 mm; tabung benang sari berbentuk mangkuk; bakal
buah berambut, panjang buah 2 cm sampai 3,5 cm. Buah yang telah masak
senyawa aktif seperti tanin dan mucilago. Kulit batang mengandung 10% zat
berlendir, 93% damar-damaran, 2,7% tannin, beberapa zat pahit, glukosa dan
asam lemak (Sulaksana dan Dadang, 2005). Daun jati belanda juga mengandung
6
Universitas Sumatera Utara
alkaloid, saponin, flavonoid, damar, fenol, triterpen, glikosida sianogenik, dan
Daun, buah, biji dan kulit kayu bagian dalam merupakan bagian tanaman
yang dapat dipergunakan sebagai obat. Daun jati belanda mengandung zat lendir
dan serat (fiber) yang bersifat lubricating untuk melicinkan sehingga mengurangi
minuman sehingga memperlancar buang air besar (Mun’im dan Hanani, 2011).
Daun jati belanda memiliki rasa agak kelat karena mengandung tanin.
Tanin merupakan senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi
(lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein (Utomo, 2008).
Tannin yang terdapat dalam daun berfungsi sebagai astringen dan merupakan zat
yang dapat mengendapkan protein makanan yang terdapat pada mukosa yang
melapisi bagian dalam usus sehingga lapisan ini sulit ditembus maka dapat
mengurangi lemak yang masuk ke dalam tubuh (Jasaputra, 2011; Mun’im dan
Hanani, 2011).
Uji toksisitas dengan pemberian dosis tunggal secara oral ekstrak etanol
daun jati belanda sampai dosis maksimum pada hewan uji (tikus) 6324,14
mg/kgBB atau sekitar 31,6 kali dosis yang lazim dipakai pada manusia tidak
menimbulkan kematian pada hewan uji. Nilai LD50 ekstrak etanol daun jati
belanda lebih besar dari 6324,14 mg/kgBB. Ekstrak etanol daun jati belanda
adalah bahan yang praktis tidak toksik dan bermakna menurunkan berat badan
7
Universitas Sumatera Utara
pada kelompok tikus wistar yang mendapat perlakuan dengan dosis sama atau
lebih besar dari dosis yang lazim dipakai di masyarakat (Utomo, 2008).
Pemberian ekstrak etanol daun jati belanda dosis bertingkat selama 7 hari
Pemberian ekstrak kering daun jati belanda dosis 2,4 dan 8 g/kgbb pada
tikus jantan sekali sehari selama 3 bulan tidak menaikkan kadar kreatinin dan urea
plasma serta ukuran rata-rata diameter glomerulus ginjal tikus. Hasil pengamatan
jangka panjang daun jati belanda tidak mengganggu fungsi ginjal (Harahap, dkk.,
2.2 Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Biasanya
a. Maserasi
8
Universitas Sumatera Utara
menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperature kamar.
remaserasi.
b. Perkolasi
yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakuka pada
temperature kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pelembaman bahan, tahap
a. Refluks
temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
b. Digesti
c. Sokletasi
ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
9
Universitas Sumatera Utara
d. Infudasi
e. Dekoktasi
2.3 Tablet
Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Depkes RI,
1979).
seperti asam sitrat atau asam tartrat dan natrium bikarbonat. Bila tablet ini
dimasukkan ke dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium
karbondioksida serta air. Reaksinya cukup cepat dan biasanya berlangsung dalam
waktu satu menit atau kurang. Disamping menghasilkan larutan yang jernih, tablet
juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang dapat membantu
asam dan senyawa karbonat untuk menghasilkan gas CO2. CO2 yang terbentuk
10
Universitas Sumatera Utara
dapat memberikan rasa segar, sehingga rasa getir dapat tertutupi dengan adanya
CO2 dan pemani. Reaksi ini dikehendaki terjadi secara spontan ketika
suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartarat daripada hanya satu macam asam
saja, karena penggunaan bahan asam tunggal saja akan menimbulkan kesukaran.
Apabila asam tartarat sebagai asam tunggal, granul yang dihasilkan akan mudah
menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi granul (Ansel, 1989). Reaksinya
pembentukan larutan dalam waktu cepat dan mengandung dosis obat yang tepat.
secara kimia. Kelembaban udara selama pembuatan produk sudah dapat untuk
memulai reaksi efervesen. Selama reaksi berlangsung air yang dibebaskan dari
Anderson, 1994).
basah.
11
Universitas Sumatera Utara
1. Metode granulasi basah
bersifat plastik dan kohesif, dihaluskan sampai diperoleh distribusi ukuran partikel
yang optimum dan dikeringkan untuk menghasilkan granul yang dapat dikempa
Prinsip dari metode ini, satu molekul air yang ada pada setiap molekul
asam sitrat bertindak sebagai unsur penentu bagi pencampuran serbuk. Asam sitrat
meratakan pencampuran. Pengadukan dilakukan secara cepat dan lebih baik pada
uap air dari udara oleh bahan-bahan kimia sehingga reaksi kimia terjadi lebih dini.
Setelah selesai pengadukan serbuk diletakkan diatas nampan dan, serbuk dioven
pada suhu antara 930C - 1040C, dibolak balik memakai spatel tahan asam. Saat
kepadatan yang tepat (seperti adonan roti) serbuk dikeluarkan dari oven dan
diremas melalui suatu ayakan untuk membuat granul sesuai yang diinginkan.
(Ansel, 1989).
kondisi khusus yaitu pada kelembaban relatif kurang lebih 25% (Mohrle, 1989).
12
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Bahan tambahan tablet efervesen
efervesenadalah sebagai berikut: sumber asam meliputi food acid yaitu bahan
yang mengandung asam atau yang dapat membuat suasana asam pada campuran
efervesenseperi asam sitrat, asam malat, asam suksinat, dan asam fumarat. Asam-
asam ini sangat penting pada pembuatan tabletefervesen, jika direaksikan dengan
air bahan tersebut akan terhidrolisa kemudian akan melepaskan asam yang dalam
yang digunakan harus tahan panas, mudah dikempa dan larut dalam air
(Lieberman,dkk., 1989).
Pada umumnya bahan baku tablet efervesen terdiri dari zat aktif dan bahan
a. Sumber asam
Senyawa asam dapat diperoleh dari tiga sumber asam yaitu asam makanan,
asam anhibrida dan garam asam. Asam makanan paling sering dan umum
digunakan pada makanan serta secara alami terdapat pada makanan contohnya
asam sitrat, asam tartrat, asam malat, asam fumarat, asam adipat dan asam
Asam sitrat merupakan jenis asam yang biasa digunakan dalam sediaan
farmasetika dan produk makanan terutama untuk mengatur pH, paling banyak
tersedia dan murah. Asam sitrat berupa hablur kuning, tidak berwarna atau serbuk
hablur, putih, tidak berbau, sangat mudah larut dalam air, mempunyai kekuatan
asam yang tinggi, sangat higroskopik, serta memberikan rasa jeruk pada
Asam tartrat juga digunakan dalam banyak sediaan tablet efervesen karena
13
Universitas Sumatera Utara
banyak tersedia secara komersial. Asam tartrat mengabsorbsi sejumlah lembab
yang signifikan pada kelembapan relatif sampai kira-kira 65%, tetapi pada
kelembapan relatif di atas 75%, asam ini menjadi lembab cair (Siregar dan
Wikarsa, 2010).
b. Sumber basa
CO2. Sumber karbonat yang biasa digunakan adalah natrium bikarbonat, natrium
Natrium bikarbonat ini menghasilkan rasa yang enak dan segar karena
c. Bahan pengisi
Bahan pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk
(penuh). Pengisi juga dapat ditambahkan karena alasan untuk memperbaiki daya
kohesif sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan pengisi adalah netral terhadap bahan
yang berkhasiat, inert (stabil) secara farmakologi serta tidak boleh berbahaya atau
tidak tercampur dengan bahan berkhasiat. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah
mudah larut sehingga dapat membentuk larutan yang jernih (Banker dan
Anderson, 1994).
14
Universitas Sumatera Utara
spray dried, manitol, sorbitol, sukrosa (Lieberman, dkk., 1989). Laktosa
merupakan bahan pengisi yang paling banyak digunakan dalam bentuk hidrat atau
anhidrat dan dapat larut air (Banker dan Anderson, 1994). Laktosa memiliki sifat
bahan pengisi yang baik, antara lain dapat larut dalam air, rasanya enak, non-
1998).
d. Bahan pengikat
bentuk serbuk menjadi granul sampai tablet pada proses pengempaan (Rohdiana,
2002). Sebagai bahan pengikat yang khas antara lain: gula dan jenis ati, turunan
tidak berbau dan tidak memiliki rasa, dan berupa serbuk berwarna putih. Dapat
dkk, 2009).
kompresi yang sama bahan pengikat HPMC menghasilkan tablet yang memiliki
kerapuhan yang lebih baik jika dibandingkan dengan tablet yang menggunakan
sehingga menghasilkan larutan yang jernih dan dapat menghasilkan tablet yang
cukup keras.
15
Universitas Sumatera Utara
e. Bahan pelicir
bahan pengatur aliran, bahan pelicir dan bahan pemisah bentuk. Bahan pengatur
aliran berfungsi memperbaiki daya luncur massa yang ditabletasi, bahan pelicir
melalui pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak melalui
pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dan permukaan
lengketnya massa tablet pada stempel dan pada dinding dalam ruang cetak
(Rohdiana, 2002).
Zat pelicir yang paling banyak digunakan yaitu talk, asam stearate, garam
stearate dan derivatnya. Bentuk garam yang paling banyak dipakai adalah kalsium
[Mg(C18H38O2)2] merupakan salah satu zat pelicir yang digunakan dalam tablet.
Antirekat (pelicir) yaitu zat yang meningkatkan aliran bahan memasuki cetakan
tablet dan mencegah lekatnya bahan pada cetakan serta membuat tablet menjadi
f. Pemanis
menyembunyikan rasa obat yang tidak disukai. Pemanis yang biasa digunakan
adalah sakarin, sukrosa dan aspartam. Aspartam adalah senyawa metil ester
dipeptida yang memiliki kemanisan 120 – 280 kali lebih manis dari gula tebu
(Ansel, 1989).
16
Universitas Sumatera Utara