Anda di halaman 1dari 5

Pengertian

Losterol Plus adalah obat herbal terstandar yang mengandung ekstrak daun jati belanda, dan daun teh.
Losterol Plus digunakan untuk membantu mengurangi resiko penyakit jantung, membantu mengurangi
lemak didalam darah. Losterol Plus diproduksi oleh PT. Industri Jamu Borobudur dalam bentuk sediaan
kapsul.

Keterangan

Golongan: Obat Tradisional Terstandar

Kelas Terapi: Suplemen & Terapi Tambahan; Jamu; Herbal.

Kandungan: Guazuma ulmifolia (daun jati belanda) 412.5 mg, Camellia sinensis (daun teh) 137.5 mg

Bentuk: Kapsul

Satuan Penjualan: Botol; Strip

Kemasan: Botol @ 30, 60, 100 Kapsul; Box, 10 Strip @ 5, 10, 12 Kapsul

Farmasi: PT. Industri Jamu Borobudur

Kegunaan

Losterol Plus secara tradisional digunakan untuk membantu mengurangi resiko penyakit jantung dan
membantu mengurangi lemak didalam darah.

Dosis & Cara Penggunaan

Dosis pemberian: 1 kapsul, diminum 3 kali sehari.

Efek Samping
Belum ada efek samping yang dilaporkan. Jika terjadi efek samping yang tidak diinginkan, hentikan
penggunaan dan segera hubungi Dokter.

Kontraindikasi

Hindari penggunaan pada pasien yang memiliki indikasi hipersensitif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Uraian
tanaman meliputi sistematika tanaman, nama daerah, morfologi, habitat dan daerah tumbuh,
kandungan kimia dan khasiat. 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman jati belanda (Sulaksana dan
Dadang, 2005) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies :
Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Malvales : Sterculiaceae : Guazuma :
Guazuma ulmifolia Lamk. 2.1.2 Morfologi Tanaman Jati belanda merupakan tanaman semak atau pohon
dengan tinggi 10-20 m, berbatang keras, bulat, permukaan kasar, beralur banyak, berkayu, bercabang,
berwarna hijau keputih-putihan. Bunga tunggal, muncul dari ketiak daun, panjang 2-4 cm, berjumlah
banyak, bentuk agak ramping, memiliki tangkai bunga sekitar 5 mm, kelopak bunga lebih kurang 3-4
mm, warna kuning dan berbau wangi. Berakar tunggang dengan warna putih kecoklatan. Berdaun
tunggal dengan warna 5

hijau, berbentuk bulat telur dengan permukaan kasar, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal berlekuk,
pertulangan menyirip, panjang 4-22,5 cm, dan lebar 2-10 cm, panjang tangkai daun 5-25 mm,
mempunyai daun penumpu berbentuk lanset atau berbentuk paku yang panjangnya 3-6 mm. Buah
berbentuk kotak, bulat, keras, permukaan berduri, warna hijau dan menjadi hitam jika tua (Ditjen POM.,
1978; Suharmiati dan Maryani, 2003; Sulaksana dan Dadang, 2005). 2.1.3 Nama Daerah dan Nama Asing
Nama daerah dari tanaman jati belanda adalah jati londo (Jawa Tengah), jati belanda (Melayu), jati landi
dan jatos landi (Jawa), bastard cedar (Inggris), guacimo (Spanyol), bois d orme (Perancis), hapayillo
(Peru), tapaculo (Tamil), ibixuma (Brazil), guasima (Meksiko), guacimobaba (Cuba) (Andriani, 2005). 2.1.4
Habitat dan Daerah Tumbuh Tanaman jati belanda berasal dari Amerika yang beriklim tropis, kemudian
dibawa oleh Portugis ke Indonesia di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jati belanda tumbuh secara liar
terutama di pulau Jawa dan penyebarannya pada daerah dataran rendah hingga 800 m di atas
permukaan laut (Sulaksana dan Dadang, 2005). 2.1.5 Kandungan Tanaman Seluruh bagian tanaman jati
belanda mengandung senyawa aktif seperti tanin. Kulit batang juga mengandung damar, tanin dan
beberapa zat pahit, glukosa dan asam lemak (Sulaksana dan Dadang, 2005). Daun jati belanda juga
mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, damar, fenol, triterpen, glikosida sianogenik, dan steroid.
Buah mengandung saponin, alkaloid, flavonoid, 6
terpenoid, glikosida jantung. Bunga segar jati belanda mengandung kaemferitin, kuersetin, dan
kaemfenol (Kemenkes RI, 2011; Mun im dan Hanani, 2011). 2.1.6 Khasiat Tanaman Daun, buah, biji dan
kulit kayu bagian dalam merupakan bagian tanaman yang dapat dipergunakan sebagai obat (Jasaputra,
2011). Daun jati belanda mengandung zat lendir dan serat untuk melicinkan sehingga mengurangi
penyerapan lemak, glukosa, kolesterol yang terdapat dalam makanan atau minuman sehingga
memperlancar buang air besar (Mun im dan Hanani, 2011). Zat lendir adalah suatu polisakarida
heterogen dengan struktur polimer bercabang yang tersusun atas berbagai macam gula dan asam
uronat. Zat lendir bersifat hidrofilik dan mampu menangkap air untuk membentuk gel. Sifat zat lendir
yang mampu menangkap air tersebut menyebabkan zat lendir berfungsi sebagai pembentukan massa
feses (Utomo, 2008). Serat bersifat menyerap air dalam usus sehingga menimbulkan efek rasa kenyang
(Peter dan Billintong, 2009). Daun jati belanda memiliki rasa agak kelat karena mengandung tanin. Tanin
merupakan senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi dan dapat membentuk
kompleks dengan protein (Utomo, 2008). Tanin yang terdapat dalam daun berfungsi sebagai astringen
dan merupakan zat yang dapat mengendapkan protein makanan yang terdapat pada mukosa yang
melapisi bagian dalam usus sehingga lapisan ini sulit ditembus maka dapat mengurangi lemak yang
masuk ke dalam tubuh. Daun jati belanda juga banyak dimanfaatkan untuk mengatasi kolesterol
(Jasaputra, 2011). 7

2.1.7 Data Keamanan dan Manfaat Uji klinis pemberian ekstrak etanol daun jati belanda dosis 100 mg
terhadap manusia dapat menurunkan berat badan 1,2 kg (Saing, 2014). Ekstrak etanol daun jati belanda
adalah bahan yang praktis tidak toksik dan bermakna menurunkan berat badan pada kelompok tikus
wistar yang mendapat perlakuan dengan dosis sama atau lebih dari dosis yang lazim dipakai di
masyarakat (Utomo, 2008) dan dapat menurunkan aktivitas enzim lipase (Rahardjo, dkk., 2005).
Pemberian ekstrak etanol daun jati belanda dosis bertingkat selama 7 hari terhadap gambaran histologi
duodenum tikus tidak menunjukkan adanya erosi maupun perubahan pada mukosa duodenum (Gumay
dan Noor, 2008). Pemberian ekstrak kering daun jati belanda dosis 2,4 dan 8 g/kgbb pada tikus jantan
sekali sehari selama 3 bulan tidak menaikkan kadar kreatinin dan urea plasma serta ukuran diameter
rata-rata glomerulus ginjal tikus. Hasil pengamatan mikroskopik preparat histologi ginjal juga tidak
memperlihatkan adanya perbedaan dengan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
jangka panjang daun jati belanda tidak menganggu fungsi ginjal (Harahap, dkk., 2005). 2.2 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan
yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil ekstraksi disebut dengan ekstrak, yaitu sediaan pekat
yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan. Simplisia yang digunakan
dalam proses pembuatan ekstrak adalah bahan alamiah 8

yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan (Ditjen POM., 2000). Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan
penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang
akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel
maka larutan terpekat didesak ke luar (Ditjen POM., 2000). 2.3 Sediaan Tablet Hisap 2.3.1 Uraian umum
Tablet Hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan
bahan dasar beraroma dan manis yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan
dalam rongga mulut (Ditjen POM, 1995). Berbeda dengan tablet biasa, tablet hisap tidak digunakan
bahan penghancur, dan bahan yang digunakan sebagian besar adalah bahan-bahan yang larut air. Tablet
hisap cendrung menggunakan banyak pemanis seperti sukrosa, manitol, sorbitol, selain itu tablet hisap
biasanya berbentuk datar dengan diameter sekitar >18 mm atau kurang dan ditujukan untuk dihisap dan
melarut di mulut. Penggunaan jenis tablet ini dimaksudkan untuk memberi efek lokal antibakteri pada
mulut dan tenggorokan (Peters, 1989). Persyaratan mutu fisik tablet hisap berbeda dengan tablet biasa,
perbedaan tersebut diantaranya adalah kekerasan lebih tinggi dari tablet biasa, yaitu minimal 10 kg dan
maksimal 20 kg (Parrot, 1971), serta larut atau terkikis secara perlahan dalam mulut dalam jangka waktu
5-10 menit (Banker dan Anderson, 1994). 9

Tablet hisap yang diperdagangkan dapat dibuat dengan kompres menggunakan mesin tablet dengan
punch yang besar dan datar. Mesin dijalankan pada derajat tekanan yang tinggi untuk menghasilkan
tablet hisap yang lebih keras dari tablet biasa sehingga perlahan-lahan melarut akan hancur di dalam
mulut (Ansel, 1989). Ada dua tipe lozenges yang telah banyak digunakan karena kemampuannya dalam
menyesuaikan perkembangan teknologi dalam metode pembuatan tablet hisap. Kedua tipe ini adalah
hard candy lozenges dan compressed tablet lozenges: hard candy lozenges adalah suatu sediaan yang
terdiri dari campuran gula dan karbohidrat dalam bentuk amorf atau kristal. Bentuk ini dapat berupa
sirup gula padat yang secara umum mempunyai kandungan air 0,5% -1,5%. Sedangkan compressed
tablet lozenges prinsipnya sama dengan pembuatan tablet kompresi biasa. Perbedaan yang mendasar
adalah pada bahan dasar, ukuran tablet dan waktu hancur penyimpanan tablet. Biasanya memiliki
diameter yang lebar (antara 5/8-3/4 inci), dikempa dengan bobot tablet antara 1,5-4,0 g dan diformulasi
agar mengalami disintegrasi dalam mulut secara perlahan-lahan. Metode granulasi basah ini merupakan
metode yang paling sering digunakan dalam memproduksi tablet (Peters, 1989). 2.3.2 Metode
pembuatan tablet Pembuatan tablet hisap dapat dilakukan seperti pada pembuatan tablet pada
umumnya ada tiga yaitu: 1. Metode kempa langsung Istilah kempa langsung berlaku untuk proses umum
pada pembuatanpembuatan tablet yang dikompressi ketika tidak ada perlakuan pendahuluan atau 10

hanya perlakuan kecil yang dibutuhkan sebelum memasukkan bahan ke dalam mesin tablet (Lachman,
dkk., 1994). 2. Metode granulasi basah Granulasi basah adalah proses penambahan cairan pada suatu
serbuk atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan
menghasilkan granul (Siregar dan Wikarsa, 2010). 3. Metode granulasi kering Metode ini digunakan pada
keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan,
kelembaban, atau keduanya (Lachman, dkk., 1994). Metode granulasi kering dibentuk oleh pelembaban
atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan
massa dalam jumlah yang besar dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan
pecahan-pecahan ke dalam massa granul yang kering. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang
tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena
untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1989). 2.3.3 Komposisi tablet
Pada dasarnya bahan tambahan dalam pembuatan tablet harus bersifat netral, tidak berbau dan tidak
berasa dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voight, 1995).

Anda mungkin juga menyukai