PENDAHULUAN
- Pelarut
Pemilihan solven eluen tergantung pada jenis adsorben yang digunakan dan kemurnian
senyawa yang dipisahkan. Solven harus mempunyai kemurnian yang tinggi, karena
keberadaan pengganggu seperti air, alkohol, atau asam pada solven yang kurang polar
akan mengganggu aktivitas adsorben (Braithwaite and Smith, 1995).
Bab III
Metode Kerja
3.1 Bahan
1) Silica Gel
2) Fraksi Etil Asetat
3) Heksan
4) Ekstrak Jati Belanda
5) Aquadest
3.2 Alat
1) Gelas Kimia
2) Gelas ukur
3) Batang Statif dan Kolom
4) Erlenmeyer
5) Corong
6) Botol Vital
3.3 Cara Kerja
c
Bab IV
Data Pengamatan Dan Pembahasan
4.1 Hasil
Pelarut
Komponen 2 Belum
Larut Dengan Pelarut
Komponen 1 Sudah
Sedikit Larut
Dengan Pelarut
Fase diam
(silica gel)
Kapas
4.2 Pembahasan
Pemisahan dengan memakai teknik kromatografi kolom didasarkan pada afinitas
kepolaran analit dengan fase diam. Sedangkan fase gerak selalu memilki kepolaran yang
berbeda dengan fase diam. Pada percobaan ini yang menjadi fase membisu yaitu silika gel
(SiO3) yang bersifat polar dan fase geraknya yaitu larutan n-heksana yang bersifat non
polar. Digunakan pelarut non polar dikarenakan pelarut non polar lebih gampang mengelusi
zat warna yang bersifat non polar terlebih dahulu.
Metode ini adalah penyiapan kolom dan fase diam digunakan pratikum adalah silika
gel karena dapat membentuk ikatan hydrogen dipermukaanya (bersifat polar). Jika fase
gerak non polar, komponen – komponen yang bersifat polar akan terikat dan tertahan dalam
fase diam, komponen yang tidak polar akan keluar bersama fase gerak lebih cepat.
Metode dalam pratikum adalah metode basah. Masukan kapaske kolom untuk
penyaring, silica gel ditimbang 50 gram dilarutkan dengan n-heksan, perlahan kedalam
kolom melewati dinding kolom agar tidak ada gelembung udara ditengah-tengah silica gel.
Setelah itu tambahkan etil asetat yang sudah dilarutkan dan tambahkan fraksi etil asetat
kemudian hasil isolasi ditampung kedalam botol vial.
Dilakukan subfraksinasi pada pelarut n-heksan: Etil asetat dengan perbandingan 1:1
pada botol vial 1 isolat berwarna hijau keruh, perbandingan 2:1 pada botol vial 2 berwarna
kuning keruh, perbandingan 5:1 pada botol vial berwarna hijau tua, perbandingan 8:1 hijau.
Pada daun jati belanda rata – rata berawarna hijau karena banyak seklai kandungan klorofil
untuk berfotosintetis dan kandungan klorofilnya mulai berkurang, tetapi ada 2:1
Dari hasil pratikum diperoleh hasil kromotografi kolom sebanyak 7 botol vial berwarna hijau
dan 1 botol pada perbandingan 2.1 berwarna kuning keruh sesuai dengan literatur yang
dilakukan oleh difraksinasi berturut-turut dengan n-heksan dan etil asetat berwarna kuning
kehijauan karena larutan yang turun pertama yaitu larutan n-heksana yang sifatnya non
polar dan daun jati belanda termaksud golongan Flavonoid senyawa kuersetin.
Bab V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pratikum dapat disimpulkan
Daun jati belanda rata-rat berwarna hijau makan semakin tidak polar karena daun jati
belanda mudah mengelusi zat warna
Dari ke 8 botol vial hasil fraksi didapatkan hanya 1 fraksi yang berwarna kuning
keruh maka, 1 botol vial tersebut bersifat polar.
5.2 Saran
Saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan, sehingga
penyusunan laporap untuk kedepannya menjadi lebih baik
Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/doc/308332687/makalah-fitokim
Diakses 22 Desember 2022
file:///Users/fast3/Downloads/17519-Article%20Text-53699-2-10-20170821.pdf
Diakses 22 Desember 2022
https://www.scribd.com/document/347643608/Laporan-praktikum-kromatografi-kolom
Diakses 22 Desember 2022
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_riwayat_penelitian_1_dir/
53ec468ff7745a6ba01a9b80011cd6b0.pdf
Diakses 22 Desember 2022
http://etheses.uin-malang.ac.id/524/5/09620034%20Bab%202.pdf
Diakses 22 Desember 2022