Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett (1908), seorang ahli botani
Rusia. Diambil dari bahasa Yunani (chromato = penulisan dan grafe = warna). Yang
berarti penulisan dengan warna. Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang
didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase,
yaitu fase diam (stationary) dan fasa bergerak (mobile). Dimana dalam kromatografi fasa
diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fasa bergerak dapat berupa zat cair
atau gas.
Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan
senyawa yang akan dipisahkan. Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan
substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Kromatografi kolom
konvensional adalah metode kromatografi klasik yang sampai saat ini masih banyak
digunakan. Metode ini banyak digunakan oleh peneliti-peneliti bahan alam pada
umumnya dan juga digunakan oleh percobaan-percobaan praktikan mahasiswa.
1.2 Tujuan
- Memahami prinsip kerja dari kromotografi kolom
- Mehami teknik kromatografi kolom konvesional
1.3 Manfaat
Mehami prinsip dalam mekanisme kromatografi kolom dalam fase diam silika gel, dalam
memisahkan senyawa dengan berbagai perandingan eluen dari yang rendah sampai tinggi.
Bab II
Tinjauan Pustaka
Daun Jati Belanda (Guazuma Ulmifolia Lamk)
2.1 Klasifikasi Tanaman Daun Jati Belanda
- Nama Umum : Jati Belanda
- Nama Ilmiah : Guazuma ulmifolia Lamk Familia: Sterculiaceae
- Synonyms: Theobroma guazuma, Guazuma tomentosa Nama daerah: Jati londo; Jati
sabrang
- Kandungan Kimia: Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) mempunyai banyak
manfaat bagi kehidupan manusia khususnya dalam bidang farmakologi sebagai bahan
baku obat tradisional. Hal ini karena Jati Belanda mempunyai banyak kandungan
kimia diantaranya alkaloid, saponin, flavanoid, steroid, tannin dan kuinon (Iswantini
dkk., 2003).
- Diskripsi Tumbuhan : Adalah Guazuma ulmifolia Lamk atau yang dikenal di
Indonesia dengan nama “Jati Belanda”, merupakan tanaman yang tumbuh baik di
iklim tropis seperti negara kita ini. Tanaman dari kelas Dicotyledonae ini termasuk
dalam famili Sterculiaceae, dan diduga berasal dari negara Amerika yang beriklim
tropis. Tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian 800 mdpl.
Jati belanda biasanya ditanam sebagai pohon peneduh, tanaman pekarangan atau
tumbuh liar begitu saja. Jati Belanda adalah pohon berukuran sedang, biasanya
bercabang dari dasar. Daun adalah alternatif, di pesawat rata di cabang lama,
upperside hijau gelap, lampu bawah hijau- biru. Daun dasar menonjol asimetris, dan
daun memiliki nuansa kasar. Ada tiga urat daun utama yang timbul bersama-sama
dari pangkal daun, merupakan karakteristik dari keluarga ini dan juga beberapa
keluarga yang terkait. Pohon itu mempunyai bunga berwarna putih krim selama
musim kemarau. Ini berkembang menjadi aneh, buah kayu yang terlihat mirip dengan
Rudraksh benar, digunakan sebagai manik- manik di maala rudraaksh dipakai oleh
sadhus. Tetapi memiliki rasa buah cherry jika dikunyah. jati belanda atau jati londo
dalam bahasa Jawa, dan dikenal dengan nama bastard cadar dalam bahasa Inggris,
merupakan pohon yang berbatang keras bercabang, berkayu bulat dengan permukaan
batang yang kasar, dan berwarna coklat kehijauan. Daunnya berbentuk bulat telur
berwarna hijau dengan pinggiran bergerigi, permukaan kasar, ujung rucing, pangkal
berlekuk, pertulangan menyirip berseling, dan berukuran panjang 10-16 cm serta lebar
3-6 cm. Bunganya, berwarna kuning, berbau wangi serta memiliki titik merah di
bagian tengah, berbentuk mayang dan muncul di ketiak daun. Buah dari tanaman ini
berbentuk bulat, keras, memiliki lima ruang, permukaan tidak rata berwarna hijau
ketika muda dan berubah menjadi cokelat kehitaman setelah tua. Tanaman ini
biasanya diperbanyak dengan biji, cara memperbanyak dengan cangkok masih sulit
dilakukan dengan tingkat keberhasilan 50 persen. Ditambah lagi, cara setek dengan
perlakuan khusus sekalipun belum banyak membantu. Daun Jati belanda akan siap
dipanen ketika pohon sudah berumur 2-3 tahun dan akan berbuah setelah berumur
kurang lebih 5-6 tahun.Jati Belanda ditemukan di Karibia,Asia Tenggara, Meksiko,
Amerika Tengah dan Kolombia, Ekuador, Peru, Bolivia, Paraguay, Argentina, dan
Brasil. Telah dibudidayakan di India selama lebih dari 100 tahun. Cara Budidaya
Perbanyak tanaman menggunakan biji
- Kandungan dan Manfaat Jati Belanda
- Kandungan Kimiawi : Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia yang
sudah diketahui, antara lain:- Kulit : asam damar, zat samak. Daun, buah, biji : zat
pahit, glikose, minyak lemak, triterpen/ sterol, alkaloid, karotenoid, flafonoid, tanin,
karbohidrat dan saponin.
- Bagian Tanaman yang digunakan : Daun Merupakan tanaman obat yang berfungsi
menguruskan badan atau menurunkan berat badan. Jati Belanda ( Guazauma
Ulmifolia ) berasal dari Amerika. di Pulau jawa tumbuhan ini tumbuh liar. Nama lain
jati belanda adalah jati londo asing guasima (Mexico),Bastard cedar (Inggris).
Manfaatnya adalah mengandung kafein,sterol dan amsa fenolat. Tanin dan musilago
yang terdapat dalam jati belanda mengendapkan mukosa protein yang ada di dalam
permukaan usus halus. Sehingga mengurangi penyerapan makanan. Obesitas dapat
terhambat.
Menurut penelitian Jati Belanda berfunsi untuk menurunkan kadar kolesterol
( Monica 2000, dalam suharmiati dan herti, 2003). Daun jati belanda berkhasiat
sebagai obat pelangsing tubuh dan bijinya sebagai obat mencret,obat penyakit
cacing,kaki gajah, menciutkan urat darah. Pemakaian jati belanda dalam jangka
panjang tidak mempengaruhi fungsi lever atau hati. Tanaman lain yang berfungsi
menurunkan berat badan, melarutkan lemak, anti diare.
- Penyakit Yang Dapat Diobati :
Khasiat Diaforetik, tonik, dan astringen. Penelitian Yusuf Husni, 1986. Fakultas
Farmasi, UNAIR. Telah melakukan penelitian pengaruh pemberian daun Jati belanda
terhadap kadar kreatin dan urea pada serum darah kelinci. Dari hasil penelitian
tersebut, ternyata pemberian daun Jati belanda selama 2 bulan tidak menaikkan kadar
kreatin dan urea. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui ada
tidaknya kelainan fungsi ginjal setelah pemberian Jati belanda. Subandrio Joko
Semedi, 1987. Fakilltas Farmasi, UNAIR. Telah melakukan penelitian pengaruh
pemberian seduhan daun Jati belanda terhadap aktivitas enzim SGOT, SGPT, dan
SGGT. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata pemberian seduhan daun Jati belanda
selama 1 bulan tidak berpengaruh terhadap aktivitas enzim SGOT, SGPT, dan SGGT.
Hal ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui ada tidaknya kelainan fungsi
hati setelah pemberian Jati belanda. Lies Andarini, 1987.Jurusan Biologi, FMIPA
UNAIR. Telah melakukan penelitian pengaruh pemberian infus daun Jati belanda
terhadap berat badan mencit. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian
infus daun Jati belanda 5 %, 10 %, 15 %, dan 20%, masing-masing sebanyak 0,5 ml
dapat menurunkan berat badan mencit. Pemberian infus daun Jati belanda 15% dan
20%, masing-masing 0,5 ml dapat menurunkan jumlah makanan mencit.
- Manfaat Jati Belanda untuk:
 KEGEMUKAN: Daun jati belanda 7 helai; Daun tempuyung 7 helai; Serbuk majakan
sedikit; Air 115 ml, Direbus atau diseduh, Diminum 1 kali sehari 100 ml; diulang
selama 30 hari.
 PERUT KEMBUNG: Buah jati belanda ( serbuk) 2 sendok teh; Air mendidih 100 ml;
Minyak adas ( bila perlu) 1 tetes, Diseduh, Diminum 2 kali sehari; pagi; sore; tiap kali
diminum 100 ml; diulang selama 7 hari
 PELURUH KOLESTEROL: Peluruh Kolesterol, ambil beberapa lembar daun
jati belanda kering kemudian seduh dengan air panas secukupnya seperti
membuat teh. Saring sebelum diminum Agar tidak hambar tambahkan 1
sendok madu atau gula batu.
 PEREDA DIARE: Pereda Diare, Daun jati belanda kering di giling dan di
jadikan serbuk ambil 20gr serbuk ini dan seduh dengan air panas.
kemudian saring dan minum 2x sehari. Jika suka, bisa di campur kencur dan
madu secukupnya, tetapi untuk di perhatikan : Orang yang bermasalah
dengan Ginjal sebaiknya menghindarai ramuan ini
 PELANGSING: Pelangsing, ambil 7 lembar daun jati belanda segar lalu cuci
bersih tambahkan sepotong rimpang bangle, temulawak atau kunyit putih.
Rebus dengan1, 5 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas.
Setelah dingin saring dan minum, saat meramunya harus bersamaan
dengan temulawak atau kunyit putih guna mengurangi efek
iritasi lambung. Selama mengkonsumsi ramuan ini teteplah minum banyak
air putih.

2.2 Kromatografi Kolom


- Kromotografi
Pada kromatografi kolom, hal-hal yang paling berperan dalam keberhasilan
suatu proses pemisahan adalah pemilihan adsorben, dan eluen/pelarut, dimensi
kolom yang digunakan serta kecepatan elusi yang dilakukan (Endarini, 2016)
Kromatografi adalah proses pemisahan yang tergantung pada perbedaan distribusi
campuran komponen antara fase gerak dan fase diam. Fase diam dapat berupa
pembentukan kolom dimana fase gerak dibiarkan untuk mengalir (kromatografi kolom)
atau berupa pembentukan lapis tipis dimana fase gerak dibiarkan untuk naik berdasarkan
kapilaritas (kromatografi lapis tipis). Senyawa yang berinteraksi lemah dengan fase diam
akan bergerak lebih cepat melalui sistem kromatografi. Senyawa dengan interaksi yang
kuat dengan fase diam akan bergerak sangat lambat (Christian, 1994; Skoog, 1998).
- Eluen
Silika gel adalah fase diam (adsorben) yang paling sering digunakan untuk
pemisahan produk alam (Cannel, 1998). Banyaknya adsorben yang digunakan
bergantung pada tingkat kesulitan pemisahan dari suatu senyawa dan jumlah sampel
yang akan dipisahkan. Secara umum, tiap gram sampel yang dipisahkan membutuhkan
adsorben 30 – 50 gram. Jika pemisahan yang dilakukan cukup sulit, jumlah adsorben
yang dibutuhkan dapat mencapai 200 gram. Jumlah adsorben yang dibutuhkan akan
lebih sedikit untuk pemisahan senyawa-senyawa yang perbedaan kepolarannya cukup
besar (Kristanti, dkk., 2008). Pengisian adsorben dalam kolom dilakukan:
a. Pengisian cara basah
Pengisian cara basah dilakukan dengan membuat campuran antara adsorben
dengan eluen yang akan digunakan untuk elusi. Campuran dibuat dengan kekentalan
tertentu agar dapat dituang dalam kolom. Adsorben ditambahkan pada pelarut sedikit
demi sedikit agar tidak terjadi gumpalan dalam campuran. Campuran yang terbentuk
dimasukkan dalam kolom menggunakan corong. Selama proses pemasukan adsorben
campuran, dinding kolom diketukketuk agar lapisan yang terbentuk benar-benar mampat
dan juga tidak terdapat gelembung. Kran bagian bawah dari kolom dibuka untuk
mengeluarkan pelarut. Langkah tersebut diulang sampai seluruh adsorben yang akan
digunakan untuk elusi berhasil dimasukkan dalam kolom. Setelah itu, ditunggu cairan
yang berada di atas adsorben sampai jernih (Kristanti, dkk., 2008).

- Pelarut
Pemilihan solven eluen tergantung pada jenis adsorben yang digunakan dan kemurnian
senyawa yang dipisahkan. Solven harus mempunyai kemurnian yang tinggi, karena
keberadaan pengganggu seperti air, alkohol, atau asam pada solven yang kurang polar
akan mengganggu aktivitas adsorben (Braithwaite and Smith, 1995).
Bab III
Metode Kerja
3.1 Bahan

1) Silica Gel
2) Fraksi Etil Asetat
3) Heksan
4) Ekstrak Jati Belanda
5) Aquadest

3.2 Alat
1) Gelas Kimia
2) Gelas ukur
3) Batang Statif dan Kolom
4) Erlenmeyer
5) Corong
6) Botol Vital
3.3 Cara Kerja

Larutkan silika gel


dengan eluen Larutkan fraksi etil asetat sebanyak
4 gr dengan sedikit eluen (50:10)

Isi kolom silika gel Masukan kapas kedalam kromotografi


berukuran 0,063 – 0,200 kolom sebagai penyaring (50:10)
mm

Masukan campuran eleun dan Tambah fraksi etil


silica gel ke kromotografi asetat yang sudah
kolom sampai sejengkal dilarutkan

Hasil dimasukan ke Tambah eleun secara


dalam botol vial berulang hingga
terjadi pemisahan

c
Bab IV
Data Pengamatan Dan Pembahasan
4.1 Hasil

Pelarut

Komponen 2 Belum
Larut Dengan Pelarut

Komponen 1 Sudah
Sedikit Larut
Dengan Pelarut

Fase diam

(silica gel)

Kapas
4.2 Pembahasan
Pemisahan dengan memakai teknik kromatografi kolom didasarkan pada afinitas
kepolaran analit dengan fase diam. Sedangkan fase gerak selalu memilki kepolaran yang
berbeda dengan fase diam. Pada percobaan ini yang menjadi fase membisu yaitu silika gel
(SiO3) yang bersifat polar dan fase geraknya yaitu larutan n-heksana yang bersifat non
polar. Digunakan pelarut non polar dikarenakan pelarut non polar lebih gampang mengelusi
zat warna yang bersifat non polar terlebih dahulu.
Metode ini adalah penyiapan kolom dan fase diam digunakan pratikum adalah silika
gel karena dapat membentuk ikatan hydrogen dipermukaanya (bersifat polar). Jika fase
gerak non polar, komponen – komponen yang bersifat polar akan terikat dan tertahan dalam
fase diam, komponen yang tidak polar akan keluar bersama fase gerak lebih cepat.
Metode dalam pratikum adalah metode basah. Masukan kapaske kolom untuk
penyaring, silica gel ditimbang 50 gram dilarutkan dengan n-heksan, perlahan kedalam
kolom melewati dinding kolom agar tidak ada gelembung udara ditengah-tengah silica gel.
Setelah itu tambahkan etil asetat yang sudah dilarutkan dan tambahkan fraksi etil asetat
kemudian hasil isolasi ditampung kedalam botol vial.
Dilakukan subfraksinasi pada pelarut n-heksan: Etil asetat dengan perbandingan 1:1
pada botol vial 1 isolat berwarna hijau keruh, perbandingan 2:1 pada botol vial 2 berwarna
kuning keruh, perbandingan 5:1 pada botol vial berwarna hijau tua, perbandingan 8:1 hijau.
Pada daun jati belanda rata – rata berawarna hijau karena banyak seklai kandungan klorofil
untuk berfotosintetis dan kandungan klorofilnya mulai berkurang, tetapi ada 2:1
Dari hasil pratikum diperoleh hasil kromotografi kolom sebanyak 7 botol vial berwarna hijau
dan 1 botol pada perbandingan 2.1 berwarna kuning keruh sesuai dengan literatur yang
dilakukan oleh difraksinasi berturut-turut dengan n-heksan dan etil asetat berwarna kuning
kehijauan karena larutan yang turun pertama yaitu larutan n-heksana yang sifatnya non
polar dan daun jati belanda termaksud golongan Flavonoid senyawa kuersetin.
Bab V
Penutup

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pratikum dapat disimpulkan

 Daun jati belanda rata-rat berwarna hijau makan semakin tidak polar karena daun jati
belanda mudah mengelusi zat warna
 Dari ke 8 botol vial hasil fraksi didapatkan hanya 1 fraksi yang berwarna kuning
keruh maka, 1 botol vial tersebut bersifat polar.
5.2 Saran
Saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan, sehingga
penyusunan laporap untuk kedepannya menjadi lebih baik
Daftar Pustaka

https://www.scribd.com/doc/308332687/makalah-fitokim
Diakses 22 Desember 2022

file:///Users/fast3/Downloads/17519-Article%20Text-53699-2-10-20170821.pdf
Diakses 22 Desember 2022

https://www.scribd.com/document/347643608/Laporan-praktikum-kromatografi-kolom
Diakses 22 Desember 2022

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_riwayat_penelitian_1_dir/
53ec468ff7745a6ba01a9b80011cd6b0.pdf
Diakses 22 Desember 2022

http://etheses.uin-malang.ac.id/524/5/09620034%20Bab%202.pdf
Diakses 22 Desember 2022

Modul Pratikum Fitokimia Semester III

Anda mungkin juga menyukai