Anda di halaman 1dari 14

SAMBILOTO

Andrographis paniculata (Burm.f.)


Acanthaceae

Nama Sinonim
Justicia paniculata Burm.,[1]

Nama Daerah
Sumatera : pepaitan (Melayu); Jawa : ki oray, ki peurat, takilo, (Sunda), bidara, sadilata,
sambilata, takila (Jawa), ampadu (Padang); Indonesia : sambiloto [1,2].

Nama Asing
Lan He Lian (Cina), Cong Cong (Vietnam), dan Halviva (Inggris), Roi des amers (francis),
Nelaberu (Kannada), Kalmegha; Bhunimba (Sanskrit), Nilavembu (Telugu)[1,2,3].

Deskripsi
Andrographis paniculata tumbuh hingga satu meter, dengan cabang-cabang berwarna hijau
tua. Bunganya muncul secara terpisah sebagai malai kecil, merah muda, tegak, berisi lima
sepal hijau bersama dengan mahkota putih. Kapsul buahnya berukuran panjang sekitar 2 cm
dan lebar 3 mm, menampung banyak biji berwarna kuning kecokelatan. Batang ramping dan
tidak berambut, memiliki tebal 2-6 mm, berbentuk persegi empat. Batang bagian atas
seringkali dengan sudut agak berusuk. Panjang daunnya kira-kira 8 cm dan lebar 2,5 cm,
berbentuk tombak dengan bilah tidak berbulu dan permukaan halus. Daun bersilang
berhadapan, bentuk lanset sampai bentuk lidah tombak, panjang 2-7 cm, lebar 1-3 cm, rapuh
tipis, tidak berambut, ujung dan pangkal daun runcing, dan tepi daun rata. Permukaan atas
daun berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan, dan permukaan bawah berwarna hijau pucat.
Tangkai daun pendek. Kelopak bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak, panjang 3-4 mm, dan
berambut. Daun mahkota berwarna putih sampai keunguan. Buah berbentuk jorong, pangkal
dan ujung tajam, panjang ± 2 cm, lebar ± 4 mm, kadang-kadang pecah secara membujur
menjadi 4 keping. Permukaan luar kulit buah berwarna hijau tua sampai hijau kecoklatan, dan
permukaan dalam berwarna putih atau putih kelabu. Biji agak keras, panjang 1,5-3 mm, dan
lebar ± 2 mm. Permukaan luar biji berwarna coklat muda. Pada penampang melintang
bijiterlihat endosperm berwarna kuning kecoklatan, lembaga berwarna putih kekuningan[1,4]
Gambar 1. Bagian-bagian tanaman sambiloto.
Morfologi daun (a), Habitus tanaman (b), Akar (c), Bunga (d) Buah dan biji (e)[1]

Bagian Tanaman yang Digunakan


Daun, batang, akar[5]

Kandungan Kimia
Andrographis paniculata paniculata dapat diekstraksi dari daunnya, yaitu 2,3%
andrographolide (AG). Daunnya juga mengandung komponen asam lainnya seperti neo-
andrographolide dan diterpenoid; yaitu deoksiandrografolida-19ß-Dglukosida. Akarnya
mengandung 1,8-di-hidroksi-3, 7-dimetoksi-xanton, 4, 8-di-hidroksi-2, 7-dimetoksi-xanton,
1, 2-di-hidroksi-6, 8-dimetoksi- xanton, dan 3, 7, 8-trimetoksi-1-hidroksisanton, flavon,
seperti 5-hidroksi-7,8,2′,3′-tetramethoxy, andrographolide, andrographon, stigmasterol,
andrographosterin 14-deoxy-11,12-didehydroandrographolide, andrographan, dan
homoandrographolide, serta apigenin-7,4′-di-O-metil eter, yang merupakan flavonoid. Daun,
batang, dan akarnya mengandung polifenol, diterpenoid andrografolida, dan 5,7,2′,3′-
tetramethoxyflavanone. Senyawa lain, seperti chalcone glucoside, flavone glycoside,
androechin, asylated flavone glycosides, dan oxygenated flavones, α-alkylidene γ-
butyrolactone, ikatan rangkap D12 (13), hidroksil C-14, dan ikatan rangkap D8[4,5].

Penggunaan
Daun, batang, dan akar sambiloto digunakan untuk peradangan, diabetes melitus, disentri,
dispepsia, gigitan kobra, hipertensi, demam, influenza, kolera, bronkitis, gonore, masalah
pencernaan, penyakit hati lamban, penyakit kuning, diare yang tidak menular, dan infeksi
saluran pernapasan atas yang kompleks [5].
Tabel 1. Kegunaan dan Cara Penggunaan Sambiloto [1]
No. Kegunaan Cara Penggunaan
1. Kanker Paru Daun segar sebanyak 50 gram direbus dengan 4 gelas air
menjadi 2 gelas air, minum 2 kali sehari sampai sembuh
2. Darah Tinggi Daun sebanyak 5-7 lembar diseduh, kemudian diminum sehari
(Hipertensi) 3 kali
3. Typhus Daun segar sebanyak 10-15 lembar direbus dan tambahkan
madu, diminum 3 kali sehari
4. Flu, Sakit Kepala Minum rebusan tanaman sehari 2 kali
5. Diabetes Melitus Setengah genggam daun direbus dengan 3 gelas air sampai
tersisa 2 gelas, saring, kemudian diminum 3 kali sehari
6. Kencing Nanah Setengah genggam daun direbus dengan 4 gelas air sampai
tersisa 2 gelas, saring, kemudian diminum 3 kali sehari.
7. Radang Saluran Daun kering sebanyak 10 gram direbus, kemudian diminum 3
Napas kali sehari.
8. Diare Daun sebanyak 15 gram direbus dengan 2 gelas air, kemudian
diminum 2 kali sehari.
9. TBC Paru Daun kering sebanyak 15 gram direbus dengan 2 gelas air
sampai tersisa 1 gelas, kemudian diminum 2 kali sehari
10. Faringitis Herba segar sebanyak 9 gram dikunyah dan ditelan
11. Batuk Rejan atau Tiga lembar daun sambiloto diseduh dengan air panas dan
Pertusis tambahkan sedikit madu. Minum larutan ini 3 kali sehari
12. Demam Daun sambiloto segar ditempelkan ke badan atau dahi
penderita
13. Hidung Berlendir, Sebanyal 9-15 g tanaman segar direbus dan lainnya diminum
Sakit Gigi
14. Obat Tetes Telinga Tanaman segar dilumatkan dan diperas airnya. Teteskan air
tersebut ke telinga
15. Penambah Nafsu Siapkan daun sambiloto 10 helai. Selain itu, siapkan pula kulit
Makan dan batang tanamannya sebanyak 50 g Bahan-bahan ini dicuci
hingga bersih, kemudian rebus dengan 3000 cc air. Airnya
cukup diminum segelas sehari. Untuk menghilangkan rasa
pahit dapat ditambahkan sedikit madu

Efek Farmakologi
Efek farmakologi A. Paniculata (AP) antara lain:
1. Anti Diabetes Melitus
Ekstrak Ap menghambat aktivitas menghambat aktivitas enzim α-glukosidase dan α-
amilase dan menyebabkan penurunan glukosa darah secara signifikans pada tikus
diabetes. Ekstrak AP memiliki efek pengham-batan α-glukosidase yang cukup besar yaitu
IC50 = (17,2 ± 0,15 mg/ml) dan penghambatan α-amilase yang lemah aktivitas IC50
(50,9 ± 0,17 mg/ml). Androgra-pholide menunjukkan yang serupa IC50 (11,0 ± 0,28
mg/ml) α-glucosidase dan aktivitas penghambatan α-amilase (IC50 = 11,3 ± 0,29 mg/ml).
Ekstrak kloroform akar AP memiliki aktivitas antihiperglikemia pada tikus diabetes
aloksan. AP ditemukan efektif melawan DM tipe 1 dan tipe 2. Tingkat kreatinin, laktat,
dan allantoin ditemukan lebih tinggi dalam urin tikus gemuk dibandingkan dengan tikus
normal, sedangkan tikus diabetes-obesitas ditandai dengan kadar glukosa, kolin dan taurin
tinggi, dan laktat rendah, format, kreatinin, sitrat, 2-oksoglutarat, suksinat, dimetilamina,
acetoacetate, asetat, allantoin dan tingkat hipurat. Pemberian ekstrak air daun AP cukup
efektif dalam merestorasi yang terganggu profil metabolik tikus obesitas-diabetes kembali
ke kondisi normal[6].

2. Antioksidan dan Antiinflamasi


AP memiliki aktivitas sebagai antioksidan (anti radikal bebas) dan antiinflamasi
(antiperadangan). Peradangan melibatkan makrofag dan limfosit teraktivasi serta
pelepasan pro-inflamasimediator, seperti tumor necrosis factor (TNF) -α,interleukin (IL) -
1, IL-6, interferon (IFN) -γ, nitrit oksida (NO) dan molekul adhesi sel yang pada
gilirannya menguatkan peradangan. Aktivitas AP sebagai anti inflamasi dikaitkan dengan
kandungan andrografolidanya. Aktivitas radikal bebas Ap dengan uji DPPH bervariasi
hingga 3 kali lipat, sedangkan kapasitas antioksidan radikal oksigen, dan Folin-Ciocalteu
hingga 1,5 kali lipat[2].

3. Analgesik
Ekstrak Ap ketika diberikan bersama parasetamol, secara signifikan dapat mengurangi
keparahan gejala keseluruhan influenza dan menginduksi lebih banyak perbaikan
yang cepat dari berbagai gejala influenza lebih baik dari pada parasetamol saja[2].
4. Hepatoprotektif
Ekstrak air daun AP memiliki aktivitas hepatopro-tektif terhadap kerusakan hati tikus
yang disebabkan CCl4. Pemberian ekstrak air Ap mengakibatkan peningkatan yang
signifikan pada kadar serum alanin amino transferase, transferase amino aspartat,
alkalin fosfatase, total bilirubin, direct bilirubin, kolesterol total, trigliserida, low
density lipoprotein, dan kepadatan sangat rendah lipoprotein, dan malondialdehyde
pada tikus intoksikasi CCl4 dipulihkan ke tingkat normal ketika diobati dengan
ekstrak AP. Penurunan yang signifikan pada kadar serum total protein, albumin, high
density lipoprotein dan mengurangi glutathione pada tikus intoksikasi CCl4 dapat
dipulihkan ke tingkat normal ketika diobati dengan ekstrak dan CCl4. LD50 dari
ekstrak daun lebih besar dari 3000 mg/kg[7].

5. Antimikroba
Ekstrak kloroform akar dan batang AP menghambat pertumbuhan bakteri Gram
positif (Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis), bakteri Gram negatif (Escherichia
coli, Proteus vulgaris), dan jamur (Aspergillus niger, Penicillium chrysogenum)
dengan metode cup plate. Efek anti mikroba ekstrak Ap sebanding dengan agen anti
bakteri standar seperti benzyl penicillin dan dengan agen anti jamur standar seperti
flukonazol. Antimikroba ekstrak kloroform Ap menunjukkan diameter zona
penghambatan sebesar 15-35 mm, dengan zona penghambatan tertinggi diamati
terhadap E. faecalis (35 mm), diikuti oleh E. cloacae (30 mm), P. aeruginosa (28
mm) dan E. coli (25 mm). Zona penghambatan paling sedikit adalah diamati terhadap
S. aureus (15 mm). Zona penghambatan pada S. Typhimurium hanya 18 mm namun
masih lebih tinggi dibandingkan kontrol positif amikacin[2].

6. Antimalaria
Campuran ekstrak metanol Ap menghambat pertumbuhan Plasmodium falciparum
secara in vitro pada jenis sensitif choloroquine (MRC-pf-20) dan tahan (MRC-pf-
303). Penghambatan maksimal P. falciparum sebesar 97% pada strain yang sensitif
chloroquine dan 95% dalam strain tahan klorokuin diperoleh pada konsentrasi ekstrak
Ap 62,5 μg/ml, sedangkan pada konsentrasi di atadnya (125, 250 dan 500 μg/ml)
menunjukkan penghambatan total kedua strain[2].
Efek farmakologi A. Paniculata berpotensi besar sebagai antikanker yang didukung dengan
hasil penelitian sebagai berikut:
1. Kanker Payudara
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. F.) Ness.) memiliki aktivitas farmakologi
sebagai antikanker. Andrografolid sebagai kandungan utama (biomarker) pada tanaman
sambiloto termasuk ke dalam golongan diterpen lakton. Andrografolid sebagai antikanker
diketahui dapat menghambat NF-κB pada DNA yang mengakibatkan meningkatnya Tumor
Necrosis Factor α sehingga dapat menginduksi apoptosis. Docking senyawa andrografolid
pada protein HER-2 menghasilkan energi ikatan sebesar -6,63 kkal/mol. Apabila
dibandingkan dengan native ligand sebagai kontrol positif untuk menentukan seberapa kuat
dan stabil ikatan, energi ikatan yang dihasilkan oleh andrografolid lebih rendah (lebih
negatif) dari energi ikatan native ligand yang diperoleh yaitu -5,77 kkal/mol yang
menandakan bahwa andrografolid memiliki ikatan yang lebih kuat dan stabil dibandingkan
dengan native ligand. Pada hasil docking andrografolid tidak ditemukan adanya ikatan
hidrogen dimana hal yang sama juga terjadi pada native ligand.
Berdasarkan perbandingan hasil energi ikatan yang diperoleh antara andrografolid dengan
native ligand maka dapat diketahui bahwa andrografolid pada tanaman sambiloto memiliki
aktivitas antikanker payudara dengan cara menghambat ekspresi berlebih dari protein HER-2.
Adanya ekspresi berlebih protein HER-2 dapat mengakibatkan terjadinya proliferasi yang
tidak terkontrol, proses migrasi dan metastasis sel kanker payudara[8].
Aktivitas sitotoksik andrografold pada sambiloto pada fraksi etil asetat sambiloto dengan
kandungan andrografolid 32,13% terhadap sel kanker payudara menunjukkan bahwa fraksi
tersebut memiliki nilai IC50 sebesar 14,32 bpj untuk sel MCF7 dan 17,66 bpj untuk sel
T47D. Keberadaan senyawa pengotor yang lebih banyak merugikan kestabilan dan
mengurangi kadar senyawa aktif di dalam ekstrak sehingga harus dihilangkan. Fraksinasi dan
Purifikasi
ekstrak diharapkan akan meningkatkan khasiat ekstrak dengan meningkatkan komponen
kimia
utama dan mayor dari suatu tanaman obat disamping memperkecil jumlah dosis pemberian
kepada pengguna[9].

2. Kanker Rahim, Kolon, Prostat, Payudara, Leukimia


Ekstrak metanol tanaman menunjukkan penghambatan tertinggi dalam pertumbuhan sel
kanker KB (papillomavirus 8) dan P388 (leukemia). AG menunjukkan efek maksimal pada
ED501,50 μg/mL (sel KB) dan 1,0 μg/mL (sel P388). Studi pada garis sel kanker yang
berbeda dengan cara yang tergantung pada dosis menunjukkan peningkatan produksi IL-2
(Interleukin-2), TNF-α (Tumor necrosis factor-α), dan ekspresi penanda CD, yang merupakan
alasan di balik aktivitas antikanker dari AG.Peran anggota keluarga bcl-2 dalam sel kanker
dikonfirmasi dan menunjukkan inisiasi apoptosis oleh AG. Juga dilaporkan bahwa AG
memulai pembelahan Bid yang bergantung pada caspase 8, perubahan konformasi Bax,
translokasi mitokondria, pelepasan sitokromcdari mitokondria, dan aktivasi caspase 9 dan 3
yang menyebabkan kematian sel apoptosis[5].
Penelitian juga dilakukan pada sel kanker seperti usus besar, prostat, payudara, dan leukemia.
Investigasi pada garis sel kanker usus besar menunjukkan penghambatan pertumbuhan sel
Lovo oleh aktivitas anti-proliferatifnya. Penurunan pembentukan kompleks Cyclin D1/CDK4
dan Cyclin A/ CDK2 menghambat fosforilasi Rb (protein penekan tumor) dan pelepasan
kompleks Rb/E2F (faktor transkripsi). Aktivitas anti-invasif terhadap garis sel kanker usus
besar diamati dengan menghambat aktivitas MMP2 (matrix metalloproteinase). Ekspresi
MMP2 dan adhesi sel regulator seperti β-catenin dan ILK (integrin-linked kinase) tidak
diubah oleh pengobatan AG. Aktivitas ERK (extracellular signal-regulated kinase) tanpa fek
pada aktivitas Akt (protein kinase B) diamati[5].
Penelitian pada garis sel kanker prostat juga menunjukkan aktivitas antikankernya. Aksi AG
dalam sel kanker prostat yang resisten terhadap pengebirian menunjukkan penghambatan
ekspresi AR dan karenanya membatasi pertumbuhan sel kanker prostat. Pendekatan
menghambat pensinyalan reseptor androgen ini dapat menjadi agen terapi potensial untuk
kanker prostat. Efek AG pada ekspresi IL-6 (Interleukin-6) dalam sel kanker prostat, yang
mengakibatkan penghambatan ekspresi IL-6 pada tingkat mRNA dan protein IL-6 autocrine
loop- dan paracrine loop-induced cell signaling juga ditekan, yang meliputi fosforilasi
STAT3 dan ERK. Pada sel kanker prostat manusia yang distimulasi androgen dan dikebiri,
itu menurunkan viabilitas sel dan menginduksi kematian sel apoptosis. Tes ini tidak
menunjukkan
toksisitas yang signifikan terhadap sel epitel prostat normal[5].
Studi tentang garis sel kanker payudara juga dilakukan menguji aktivitas AG dan analog semi
sintetiknya DRF 3188, keduanya menunjukkan aktivitas antikanker dengan menginduksi cell
cycle block pada fase G0/G1. Pengobatan dengan AG dengan cara yang bergantung pada
konsentrasi pada garis sel manusia TD-47 menghasilkan fragmentasi DNA dan apoptosis.
Aktivitas antitumor terhadap tumor payudara pada model tikus NOD/SCID ortotopik dengan
penurunan aktivitas PI3 (fosfoinositida-3-kinase)/Akt dan penghambatan ekspresi OPN
(osteopontin) dan VEGF (faktor pertumbuhan endotel vaskular), yang pro- molekul
angiogenik[5].
Penghambatan pertumbuhan sel leukemia oleh ekstrak AP, ketika dirawat selama 24 jam
diamati menghasilkan IC50nilai 14,01 μg / mL. Oleh karena itu, AG menunjukkan
sitotoksisitas tertinggi dibandingkan deoxyandrographolide dan neoandrographolide. Ini
menghambat pertumbuhan sel HL-60 dan NB4-R2 (model garis sel leukemia promyelocytic
akut) dengan aktivitas penghambatan 2 kali (untuk HL-60) dan 3 kali (sel NB4-R2) lebih
banyak bila dibandingkan dengan aktivitas AG pada sel NB4. Pada peningkatan konsentrasi
AG (2×IC50) menginduksi apoptosis pada sel N + B4 dengan sangat cepat[5].

Berikut adalah diagram skematik yang menunjukkan mekanisme aksi andrographolide (AG)

Gambar 4. Diagram skematik yang menunjukkan mekanisme aksi andrographolide (AG). (a)
Pengobatan AG mengarah pada penghentian siklus sel pada berbagai fase siklus sel dengan
peningkatan regulasi gen dan protein pro-apoptosis seperti Bax, P53, P21, P16, ROS dan
penurunan regulasi gen dan protein anti-apoptosis seperti Bcl -2, protein siklus sel Cyclin
D1/CDK4, aktivitas Cyclin A/CDK2. (b) AG juga menginduksi apoptosis melalui jalur
kematian mitokondria intrinsik (IMDP) atau jalur kematian terkait TRAIL ekstrinsik (ETDP)
dengan meningkatkan ekspresi gen pro-apoptosisBax, Tawaran,dan menurunkan ekspresi gen
anti-apoptosisBcl-2, Bcl-XL, dan peningkatan fosforilasi ROS dan P53. Kematian sel
dimediasi oleh IMDP melalui pembentukan apoptosom dan akhirnya mengeksekusi caspase-
9 setelah aktivasi caspase-3 atau ETDP dimediasi melalui aktivasi caspase-8 setelah aktivasi
caspase-3. (c) Perilaku anti-angiogenik dengan menekan aktivitas pengikatan DNA dari gen
AP-1 ke MMP dan menekan jalur pensinyalan PI3K/Akt/AP-1 dan ERK. Penghambatan jalur
VEGF dengan menekan aktivitas p300 dan ekspresi gen COX-2. Menjadi penghambat NF-
κβ,
upregulasi TLR-4 menekan fosforilasi subunit IκB dan menghambat translokasi subunit NF-
κβ. Aktivasi ubiquitin memediasi degradasi proteasomal protein seperti Src-protein. Semua
peristiwa ini secara kolektif menyebabkan penurunan angiogenesis. (d) AG juga menekan
ekspresi IL-6 dengan menghambat jalur ERK1 dan JAK/STAT-3[5].

3. Peran Andrographis paniculata dalam Jalur Kanker Ketergantungan Lipid


Andrographolide dari A. Paniculata, memiliki sifat anti-kanker yang memengaruhi jalur
kanker yang bergantung pada lipid.A.paniculata telah terbukti memiliki efek anti-kanker pada
sel kanker dengan menghambat proliferasi dan diferensiasi sel, mempromosikan apoptosis
sel, menghambat perkembangan siklus sel, dan meningkatkan respons kekebalan tubuh
terhadap sel kanker melalui beberapa jalur yang bergantung pada lipid. Misalnya,
andrographolide menghambat produksi ROS melalui modulasi jalur yang bergantung pada
protein kinase C (PKC) dengan memblokir aksi phorbol-12-myristate-13-acetate (PMA). Ini
adalah elemen penting dalam produksi spesies oksigen reaktif (ROS) untuk jalur
pembentukan kanker yang bergantung pada PKC. Pada saat yang sama, selama peristiwa
pemblokiran ini, andrographolide mencegah adhesi dan transmigrasi neutrofil dengan
menurunkan ekspresi antigen makrofag-1 (Mac-1). Neutrofil yang terhalang mencegah adhesi
sel tumor dan integrin β2 ke neutrofil, sehingga mencegah agregasi sel tumor. Konsumsi 1
mg / berat badan dariA.paniculatadapat menurunkan ekspresi IL-6, IL-8, IL-1β, COX-2,
sinoviosit, dan nitric oxide synthase (NOS) pada model hewan. Ini dapat menginduksi potensi
anti-neoplastik dan mengurangi peradangan pada lingkungan mikro tumor, sehingga
mencegah proliferasi sel kanker[4].
Andrographolide secara efektif menekan angiogenesis pada sel kanker kolorektal manusia.
Andrographolide diketahui dapat menghambat aksi fosforilasi STAT3, JAK1, dan JAK2 pada
sel kanker manusia. andrographolide diketahui dapat menghambat aksi fosforilasi STAT3,
JAK1, dan JAK2 pada sel kanker manusia [55,60]. Sebelumnya, Xu dan rekan (2013) telah
mendalilkan bahwa STAT3 mendorong lipolisis dan menghambat adipogenesis [61];
karenanya, disregulasi jalur JAK/STAT dapat mendorong perkembangan kanker terkait lipid.
Andrographolide dapat menekan transformasi yang diinduksi onkogen v-Src dan menurunkan
regulasi ekspresi protein v-Src melalui pelemahan jalur pensinyalan ERK1/2 atau dengan
merangsang sekresi IL-2 dan interferon-c untuk mendorong pembentukan limfosit T
sitotoksik menuju sel kanker. Demikian pula, pertumbuhan sel kanker dicegah melalui
degradasi faktor pertumbuhan endotel vaskular yang dimediasi hipoksia 1 (HIF-1) A[4].
Andrographolide menyebabkan apoptosis pada sel kanker prostat dengan menekan sekresi
IL-6, mengakibatkan penghambatan fosforilasi STAT3 [72,73]. Supresi fosforilasi tirosin
gp130 oleh andrographolide secara efektif menghambat jalur JAK/STAT, menghasilkan
apoptosis pada sel kanker manusia. Mekanisme antineoplastik lain yang digunakan oleh
andrographolide adalah penghambatan jalur PI3K/AKT/mTOR [74]. Pada sel kanker
payudara, protein HIF-1α menurun akibat downregulasi jalur PI3K/Akt/mTOR.
Andrographolide memfasilitasi penurunan regulasi jalur PI3K/Akt/mTOR dan menghambat
glikolisis, proses vital yang diperlukan untuk kelangsungan hidup dan proliferasi sel kanker.
Andrographolide juga diketahui menghambat jalur PI3K/Akt/mTOR dan menekan regulator
angiogenik seperti faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF). VEGF berperan besar
dalam menekan respon anti kanker pada sel, yang difasilitasi oleh hypoxia-inducible factor
(HIF)-1. A. Paniculata ekstrak menekan ekspresi faktor transkripsi Sp1 dan protein
koaktivator tetapi meningkatkan ekspresi regulator transkripsi Sp3 dalam sel kanker kulit,
sehingga mencegah pengikatan HIF1α. Pencegahan menghasilkan pengikatan HIF1α dengan
elemen respon hipoksia, sehingga menginduksi elemen anti kanker dari A. Paniculata[4].
Ekstraksi AP berikatan secara kovalen dengan sistein p50 dan Cys62 untuk mencegah
oligonukleotida NF-kB berikatan dengan protein nuklir. Akibatnya, ini mengurangi ekspresi
E-selektin dan selanjutnya menghambat adhesi leukosit yang dimediasi E-selektin dengan
menekan aktivasi NF-kB pada sel endotel yang terstimulasi. Sel kanker mengandung antigen
permukaan sialyl Lewis tingkat tinggi, yang berinteraksi dengan molekul adhesi E- dan P-
selektin pada sel endotel yang diaktifkan, berkontribusi terhadap adhesi sel kanker ke sel
endotel dan ekstravasasi tumor. Dengan menghalangi ekspresi E-selectin, andrographolide
mencegah sel kanker menempel pada endotelium yang aktif. Gambar 3. menunjukkan
mekanisme yang digunakan oleh A.paniculata dalam menargetkan jalur kanker yang
bergantung pada lipid[4].
Gambar 3. menunjukkan mekanisme yang digunakan oleh A.paniculata dalam menargetkan
jalur kanker yang bergantung pada lipid[4].

Indikasi
Antipiretik, antiinflamasi, antiasthmatic, antitubercular, antikanker, antidiare, antihepatitis,
antihiperglikemi, antiinflamasi, antimalaria, antioksidan, efek pada kardiovaskular,
sitotoksik, hepatoprotektor, antipiretik, analgesik, imunomodulator, antioksidan, dan
antimikroba[4].

Kontra Indikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan kondisi hamil dan menyusui[10]

Peringatan
Dapat menimbulkan reaksi anafilaksis[10]

Efek yang Tidak Diinginkan


Sambiloto memiliki efek antifertilitas dan abortifasien pada ibu hamil. Selain itu, sambiloto
menyebabkan rasa mual dan menghilangkan nafsu makan[11].

Interaksi
Daya absorpsi Andrographis paniculata diperkuat oleh ibuprofen yang dibuktikan dengan
keberadaannya di darah kelinci pada menit 60. Data ini menegaskan bahwa ada interaksi
farmakokinetik antara sambiloto (diukur sebagai andrografolid) dan ibuprofen saat senyawa
ini diambil bersama pada waktu yang sama. Pemberian naproxen bersama ekstrak sambiloto
secara signifikan (P ˂ 0,001) menurunkan Cmaks, Tmaks, AUC0-t, AUC0-∞, dan
meningkatkan MRT0-t, MRT 0-∞, CL dan Vd dari naproxen. penggunaan andrografolid
dengan meloksikam terjadi peningkatan Tmaks, Cmaks, T½ dan MRT dari meloksikam
maupun andrografolid ketika diberikan bersamaan dibandingkan dengan kelompok
tunggal[12]

Toksisitas
Studi toksisitas akut ekstrak sambiloto secara tunggal telah dilakukan menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak sambiloto pada dosis hingga 5000 mg/kgBB tidak menunjukkan tanda-
tanda toksisitas pada hewan uji. Oleh karena itu, ekstrak sambiloto dapat dikategorikan dalam
kategori aman secara biokimia dan hematologi. Hasil kajian toksikologi akut dengan metode
OECD 423 dan dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi organ hepar hewan uji setelah
paparan dosis 2000 mg/kgBB setelah pengujian toksisitas akut dengan metode OECD 423
tidak menunjukkan tanda toksisitas pada hewan uji. Hal ini didasarkan pada tidak adanya
tanda-tanda toksisitas yang muncul setelah paparan akut sampel uji, tidak adanya hewan uji
yang mati setelah paparan sampel uji, dan tidak adanya perubahan yang signifikan terhadap
berat badan hewan uji yang diamati hingga 14 hari setelah paparan sampel uji[13].

Penyimpanan
Penyimpanan dalam tempat yang sejuk, kering dan terlindung dari cahaya, dalam wadah
bukan plastik[10]

DAFTAR PUSTAKA
[1] Maslahah, N. Pengenalan dan Manfaat Sambiloto (Andrographis paniculata).

[2] Silalahi, M, “Sambiroto (Andrographis paniculata) dan Bioaktivitasnya,” BEST Journal


Biology Education, Sains and Technology, vol. 3, no. 1, pp.76-84, Juni 2020.

[3] Prihatini, R., Syarif, A. and Bakhtiar, A, “Morphology Character and Andrographolide
Quantifications on Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees),” Bioscience, vol.
4, no. 1, pp.109-115, Feb 2020, doi.org/10.24036/0202041107669-0-00.

[4] Naomi, R., Bahari, H., Ong, Z.Y., Keong, Y.Y., Embong, H., Rajandram, R., Teoh, S.H.,
Othman, F., Hasham, R., Yin, K.B. and Kaniappan, P, “Mechanisms of Natural Extracts of
Andrographis paniculata That Target Lipid-Dependent Cancer Pathways: A View from the
Signaling Pathway,” International Journal of Molecular Sciences, vol. 23, no. 11, pp. 1-15,
May 2022, doi.org/10.3390/ijms23115972.

[5] Malik, Z., Parveen, R., Parveen, B., Zahiruddin, S., Khan, M.A., Khan, A., Massey, S.,
Ahmad, S. and Husain, S.A, “Anticancer potential of andrographolide from Andrographis
paniculata (Burm. f.) Nees and its mechanisms of action,” Journal of
Ethnopharmacology, vol. 272, pp.113936, Feb 2021, doi.org/10.1016/j.jep.2021.113936
[6] Akhtar, M.T., Bin Mohd Sarib, M.S., Ismail, I.S., Abas, F., Ismail, A., Lajis, N.H. and
Shaari, K, “Anti-diabetic activity and metabolic changes induced by Andrographis paniculata
plant extract in obese diabetic rats,” Molecules, vol. 21, no. 8, July 2016, pp.1-18,
doi:10.3390/molecules21081026.

[7] Nasir, A., Abubakar, M.G., Shehu, R.A., Aliyu, U. and Toge, B.K, “Hepatoprotective
effect of the aqueous leaf extract of Andrographis paniculata Nees against carbon
tetrachloride–induced hepatotoxicity in rats,” Nigerian Journal of Basic and applied
sciences, vol. 21, no 1, Juni 2013, pp.45-54.

[8] Laksmiani, N.P.L., Widiastari, M.I. and Reynaldi, K.R. “Skrining Potensi Andrografolid
dari Sambiloto (Andrographis Paniculata (Burm F.) Ness.) sebagai Antikanker Payudara
secara In Silico,” Jurnal Farmasi Udayana, vol. 6, no. 1, July 2017, pp.50-54,
doi.org/10.24843/JFU.2017.v06.i01.p010.

[9] Ugrasena, P.Y., Puspitasari, D.R.A. and Rupayantini, D.A, “PERBANDINGAN UJI
SITOTOKSIK FRAKSI N-HEKSANA, FRAKSI ETIL ASETAT DAN EKSTRAK
PURIFIKASI HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) DENGAN
METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT),” Journal Pharmactive, vol. 1, no.
1, April 2022, pp.1-6.

[10] Menkes RI, 2017, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/187/2017 tentang Formularium Ramuan Obat Tradisonal Indonesia,
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

[11] Setyawati, I, “Morfologi fetus mencit (Mus musculus L.) setelah pemberian ekstrak daun
sambiloto (Andrographis paniculata Nees),” Jurnal Biologi, vol. 13, no. 2, May 2019, pp.41-
44.

Marangyana, I.G.B.I. and Ugrasena, P.Y, “THE POTENTIAL OF PHARMACOKINETICS


INTERACTION ANDROGRAPHIS PANICULATA (NEES) WITH NON STEROID ANTI-
INFLAMMATORY DRUGS,” Acta Holistica Pharmaciana, vol. 2, no. 2, Juni 2020, pp.21-
27.
Sari, K.R.P., Pratama, N.P. and Husna, N, “Acute toxicity study of Andrographis paniculata
(Burm. f) Ness herbs and Gynura procumbens (Merr) leaves extracts combination,” Jurnal
Ilmiah Farmasi, vol. 16, no. 1, July 2020, pp.39-51.

Anda mungkin juga menyukai