Anda di halaman 1dari 18

JURNAL PENDAHULUAN

SUSPENSI

1. Definisi Suspensi
a. Menurut Pharmaceutical Suspensions From Formulation Development Of
Manufacturing ( Kulsreahtha dkk, 2010 : 1-2)
Suspensi adalah suatu sistem terdispersi dimana padatan yang terbagi halus terdispersi
secara merata dalam media pendispersi cair. Suspensi bisa diklasifikasikan sebagai
dispersi kasar atau koloid, tergantung pada ukuran partikel.
b. Menurut Pharmaceutical Compounding and Diapending Second Edition (Marriot
dkk, 2010 : 115)
Suspensi merupakan sediaan farmasi dimana setidaknya satu dari bahan aktif
diterdispersi pada seluruh cairan pembawa.
c. Menurut Fasttrak Pharmaceutical Compounding and Dispending (Langley dan
Dawn, 2008: 43)
Suspensi adalah sediaan yang dimana setidaknya salah satu bahan aktif tersuspensi
dalam larutan pembawa. Berbeda dengan larutan, suspensi setidaknya memiliki salah
satu bahan yang tidak larut dalam larutan pembawa sehingga sediaan akan memerlukan
pengocokan sebelum digunakan.

2. Kestrabilan fisik suspennsi


a. Menurut Pharmaceutics the Science of Dosage Form Design Second Edition
(Aulton, 2001: 91)
Stabilitas fisik suspensi farmasi dapat didefinisikan sebagai kondisi di mana partikel tidak
beragregasi atau berakumulasi dan tetap terdistribusi secara merata di seluruh fase
dispersi. Jika partikel-partikel tersebut mengalami pengendapan, partikel tersebut harus
dengan mudah disuspensikan kembali dengan sejumlah agitasi sedang
b. Menurut Pharmaceutical Suspensions, From Formulation Development to
Manufacturing (Kulshreshtha dkk., 2010:162)
Parameter fisika yang berperan penting dalam menentukan stabilitas fisik suspensi
meliputi bentuk fisik dan ukuran partikel fase terdispersi, dan interaksi partikel-partikel.
Sifat-sifat ini menentukan apakah suspensi akan membentuk endapan yang akan
membentuk cake atau endapan yang mudah terdispersi. Sangat penting juga untuk
memastikan bahwa tidak ada perubahan bentuk fisik karena peningkatan ukuran partikel
karena pematangan Ostwald.
c. Menurut Remington Essentials of Pharmaceutics (Felton, 2012:41)
Suspensi yang stabil dapat didispersikan kembali secara homogen dengan pengocokan
sedang dan dapat dituangkan dengan mudah sepanjang umur simpannya, tanpa distribusi
ukuran partikel dan ketersediaan bahan aktif pada suspensi yang dapat berubah seiring
waktu.Suspensi farmasi yang paling stabil terflokulasi, yaitu, partikel suspensi terikat
bersama secara fisik untuk membentuk struktur semi kaku yang longgar. Partikel-partikel
tersebut saling menopang sementara tidak memberikan gaya yang signifikan pada cairan.
Partikel sedimen dari suspensi terflokulasi dapat didispersikan kembali dengan mudah
setiap saat hanya dengan pengocokan sedang.

3. Keuntungan dan kerugian suspensi


a. Menurut Pharmaceutical Compounding and Dispensing Second Edition (Marriot dkk.,
2010: 116
Keuntungan:
- Obat yang tidak larut mungkin lebih stabil dalam pembawa berair.
- Serbuk tidak larut yang tersuspensi lebih mudah ditelan.
- Obat tertentu yang tidak larut mungkin akan cocok dalam bentuk sediaan suspensi.
- Penyerapan akan lebih cepat daripada bentuk sediaan padat.
- Memungkinkan administrasi serbuk yang tidak larut dalam jumlah besar dengan mudah.
Kerugian:
Kondisi penyimpanan dapat mempengaruhi sistem dispersi.

- Dikemas dalam botol kaca sehingga rawan pecah selama proses transportasi.
- Keakuratan dosis cenderung berkurang.
- Sediaan suspensi perlu dikocok dengan baik sebelum digunakan.
- Kondisi penyimpanan dapat mempengaruhi sistem dispersi.
b. Menurut Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Third Edition Volume 1 (Swarbrick,
2007: 28)
Keuntungan:
- Sediaan suspensi dapat digunakan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam meminum
obat dalam bentuk sediaan padat.
- Dosis dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
- Kecepatan disolusi lebih cepat dibandingkan tablet

Kerugian:

- Kesulitan dalam penanganan saat dibawa pergi atau transportasi


- Dapat terjadi penurunan stabilitas obat.
c. Menurut Pharmaceutical Suspensions: From Formulation Development to Manufacturing
(Kulshreshtha dkk, 2010:40)
Keuntungan:
- Kestabilannya mudah dicapai dibandingkan emulsi.
- Efektif untuk obat yang hidrofobik
- Penggunaan kosolven dapat dihindari dibandingkan dengan emulsi
- Dapat ditutupi rasa yang tidak enak dari bahan formula
- Resistensi terhadap degradasi obat karena hidrolisis, oksidasi atau aktivitas mikroba
- Sediaan suspensi mudah ditelan oleh pasien anak-anak maupun lansia
- Efisien untuk terapi intramuscular
- Dibandingkan sediaan larutan, konsentrasi obat yang relatif tinggi dapat diformulasikan ke
dalam bentuk suspensi
Kerugian:

- Adanya kemungkinan variasi dosis


- Membutuhkan tempat penyimpanan yang besar
- Penampilan kurang elegan
4. Kriteria suspensi yang baik
a. Menurut Pharmaceutical Dosage Form and Design (Jones, 2008 : 26)
Karakteristik suspensi yang dapat diterima meliputi :
- Laju sedimentasi yang rendah
- Fase dispersi harus mudah didispersikan kembali dengan pengocokan lemah
- Sifat aliran suspensi harus memungkinkan untuk mudah mengalir dari wadah
- Estetika yang menyenangkan
b. Menurut Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design (Aulton, 2002 : 335)
Sifat fisik sediaan emulsi yang baik, yaitu :
- Produk harus homogen ketika wadah dikocok
- Endapan yang dihasilkan selama penyimpanan harus dengan mudah didispersikan
kembali dengan pengocokan wadah
- Produk perlu dikentalkan untuk mengurangi pengendapan partikel dan viskositas
yang dihasilkan tidak boleh terlalu tinggi agar memudahkan suspensi untuk dituang
dalam wadah
- Partikel yang tersuspensi harus berukuran kecil dan seragam untuk memberikan
produk yang bebas dari tekstur berpasir.
c. Menurut Remington : Essentials of Pharmaceutics (Felton, 2012 : 458)
Suspensi harus memiliki beberapa sifat fisika kimia seperti mudah terdispersi kembali
saat dikocok, memiliki ukuran partikel yang kecil dan seragam, yang tidak menggumpal
saat pengendapan, viskositas harus sesuai sehingga sediaan mudah dituangkan, memiliki
penampilan yang elegan, tahan terhadap pertumbuhan mikroba dan menjaga stabilitas
kimianya.

5. Tipe tipe aliran suspensi


a. Menurut Pharmaceutics Basic Principles and Application to Pharmacy Practice
(Dash dkk., 2014 : 62 – 63)
Tipe aliran dibagi menjadi aliran Newtonian dan non-Newtonian
1. Aliran Newtonian
Cairan yang mengalir menurut hukum aliran Newton disebut aliran
Newton. Pertimbangkan sebuah kubus cairan dengan luas permukaan setiap sisinya
sama. bayangkan kubus ini terdiri dari piringan cairan paralel yang ditumpuk satu
sama lain. Jika kita menerapkan gaya pada pelat atas, pelat mulai bergerak dengan
kecepatan. Pelat di bawah pelat atas ini, bagaimanapun, tidak bergerak secepat pelat
atas, dan kecepatannya lebih rendah.
2. Aliran Non-Newtonian
Cairan non-Newtonian tidak mengikuti persamaan aliran Newton. Jenis utama
aliran non Newtonian, adalah aliran plastis, pseudoplastik sederhana, dilatan, dan
tiksotropik.
1. Aliran Plastik
Cairan yang menunjukkan aliran plastis tidak mengalir sampai tegangan
geser yang diterapkan melebihi nilai minimum (yield value). Di bawah yield
value, material berperilaku sebagai padatan elastis; dan di atas yield value, sebagai
cairan Newtonian. Aliran plastis umumnya ditunjukkan oleh suspensi pekat.

2. Aliran Pseudoplastik
Cairan yang mengalir lebih mudah dengan peningkatan tegangan geser
menunjukkan aliran pseudoplastik. Cairan tersebut menjadi lebih tipis pada
penerapan tekanan. Tidak ada nilai hasil yang ditunjukkan oleh sistem ini.

3. Aliran Dilatant
Pola aliran yang ditunjukkan oleh cairan dilatan berlawanan dengan cairan
pseudoplastik. Dalam hal ini, cairan menjadi lebih kental, atau mengalir dengan
peningkatan resistensi dengan penerapan tekanan. Sifat ini umumnya ditunjukkan
oleh suspensi pekat (lebih dari 50% b/v).

4. Aliran Tiksotropik
Tiksotropik adalah karakteristik khusus yang ditunjukkan oleh sistem
penipisan geser (shear thinning). Ketika geser diterapkan pada bahan-bahan ini,
hambatan untuk mengalir semakin berkurang. Jika geser dihilangkan, zat
tiksotropik tetap dalam keadaan "menipis", bahkan setelah geser dihilangkan,
untuk jangka waktu yang lama.

b. Menurut Ansel’s Pharmaceutidal Dosage Forms and Drug Delivery System Tenth
Edition (Allen dan Howard, 2014 : 452 – 456)
Tipe aliran dibagi menjadi aliran Newtonian dan non-Newtonian
1. Aliran Newtonian
Aliran Newtonian dicirikan oleh viskositas konstan, terlepas dari shear rates (laju
geser) yang diterapkan. Dengan lapisan bawah tetap, ketika sebuah gaya ditempatkan
pada lapisan atas, bidang atas bergerak dengan kecepatan konstan, dan setiap lapisan
bawah bergerak dengan kecepatan yang berbanding lurus dengan jaraknya dari lapisan
bawah stasioner. Semakin tinggi viskositas suatu cairan, semakin besar shearing stress
(tegangan geser) yang diperlukan untuk menghasilkan rate of shear (laju geser)
tertentu.
- Rate of shear (laju geser) adalah perbedaan kecepatan antara dua bidang zat cair
yang dipisahkan oleh jarak.
- Gaya yang diterapkan pada lapisan atas yang diperlukan untuk menghasilkan
aliran (rate of shear) disebut shearing stress (tegangan geser).
2. Aliran non-Newtonian
Aliran non-Newtonian dicirikan oleh perubahan karakteristik viskositas dengan
meningkatnya shear rates (laju geser).
1. Aliran Plastik
Zat yang menunjukkan aliran plastis disebut Bingham bodies. Aliran plastis tidak
dimulai sampai shearing stress yang sesuai dengan yield value tertentu terlampaui.
Kurva aliran memotong sumbu shearing stress dan tidak melewati titik asal.
Bahannya elastis di bawah yield value.
2. Aliran Pseudoplastik
Zat pseudoplastik mulai mengalir ketika shearing stress diterapkan, oleh karena itu,
tidak menunjukkan yield value. Dengan meningkatnya shearing stress, rate of shear
meningkat; akibatnya, material ini juga disebut sistem penipisan geser (shear-
thinning).
3. Aliran Dilatant
Bahan dilatant adalah bahan yang volumenya bertambah ketika digeser, dan
viskositasnya meningkat dengan meningkatnya laju geser. Ini juga disebut sistem
penebalan geser (shear-thickening). Sistem dilatant biasanya dicirikan dengan
memiliki persentase padatan yang tinggi dalam formulasi.
4. Aliran Tiksotropik
Aliran tiksotropik adalah transformasi gel-sol reversibel. Setelah set, jaringan gel
terbentuk dan menyediakan matriks kaku yang akan menstabilkan suspensi dan
gel. Saat ditekan (dengan cara dikocok), matriks menjadi rileks dan membentuk
sol dengan karakteristik bentuk sediaan cair untuk kemudahan penggunaan.
c. Menurut Pharmaceutics the Science of Dosage Form Design 2nd Edition (Aulton,
2002 : 57)
1. Partikel terdeflokulasi dalam pembawa Newtonian
Ketika sistem seperti endapan sedimen padat atau cake dihasilkan akan sulit untuk
didispersikan kembali. Laju sedimentasi dapat dikurangi dengan meningkatkan
viskositas media kontinu, yang akan tetap Newtonian.
2. Partikel terdeflokulasi dalam pembawa non-Newtonian
Media dispersi pseudoplastik atau plastik yang digunakan dalam formulasi suspensi
dan keduanya akan memperlambat sedimentasi partikel kecil, karena viskositasnya
akan tinggi di bawah tekanan kecil yang terkait dengan sedimentasi, media akan
mengalami kerusakan struktural di bawah tekanan yang lebih tinggi dalam
pengocokan dan penuangan.
3. Partikel terflokulasi dalam pembawa Newtonian
Partikel masih akan mengendap, tetapi karena agregatnya tersebar, sedimen volume
besar dihasilkan dan lebih mudah untuk menyebar. Sistem ini jarang diperbaiki
dengan peningkatan viskositas fase kontinyu karena hanya akan mempengaruhi laju
sedimentasi.
4. Partikel terflokulasi dalam pembawa non-Newtonian
Sistem ini menggabungkan keuntungan kedua metode. Selain itu, variasi sifat bahan
baku yang akan disuspensikan tidak mempengaruhi kinerja produk yang dibuat pada
skala produksi. Akibatnya, perbedaan yang lebih sedikit akan diamati antara batch
yang dibuat dengan metode dan pabrik yang sama.

6. Hubungan hukum stokes dengan suspensi


a. Menurut Pharmaceutics Dosage Form and Design (Jones, 2008 : 54)
Dengan mengendalikan partikel sedimentasi dapat meningkatkan stabilitas fisik
suspensi. Tingkat sedimentasi partikel (umumnya 2% w/w) yang ditentukan berdasarkan
persamaan stokes. Persamaan hukum ini dapat digunakan untuk memberikan indikasi
factor yang mempengaruhi sedimentasi. Adapun persamaannya yaitu :
dv d ² ( ρ s−ρ t ) g
=
dt 18 µ
dv
Dimana, = mengacu pada tingkat sedimentasi
dt
d2 = diameter rata-rata
ρs dan ρt = kepadatan dari partikel padat pembawa (densitas)
g = gravitasi
µ = viskositas
b. Menurut Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System 9th Edition
(Allen dkk., 2011 : 378-379)
Hukum stokes menyatakan situasi ideal dimana partikel seragam dan sempurna di dalam
suspensi tanpa adanya turbulensi atau tanpa bertabrakan dengan partikel lain dari
suspense. Disamping itu, pengukuran ukuran partikel dalam suspensi bermanfaat untuk
stabilitas suspensi karena tingkat sedimentasi dari partikel padat berkurang karena
ukuran partikelnya juga berkurang.
Persamaan hukum stokes :
dv d ² ( ρ1−ρ2 ) g
=
dt 18 µ
dv
Dimana, = tingkat sedimentasi
dt
d2 = diameter partikel
ρ1 = densitas partikel
ρ2 = densitas medium
g = gravitasi partikel
µ = viskositas
c. Menurut Pharmaceutical Suspensions (kushreshtha dkk., 2010 : 2)
Flokulasi mudah terdispersi kembali sedangakan deflokulasi terjadi sedimentasi secara
perlahan namun sulit untuk terdispersi kembali. Laju sedimentasi partikel dapat
ditentukan oleh hukum stokes :
d ² ( ρ1−ρ2 ) g
v=
18 µ ˳

Dimana, v = tingkat sedimentasi


d2 = diameter partikel
ρ1 dan ρ2 = densitas partikel dan medium
g = gravitasi partikel
µ˳ = viskositas

7. Jelaskan tentang:
a. Pengertian sedimentasi
 Menurut buku Pharmaceutical Suspensions (kulshreshtha dkk, 2010: 50)
Pengendapan atau sedimentasi merupakan kecenderungan untuk mengurangi laju
pengendapan, laju pengendapan yang sangat lambat dalam suspensi yang
dideflokulasi dapat menyebabkan partikel mengendap sebagai residu padat di bagian
bawah wadah.
 Menurut Pharmaceutics Basic Principles And Application To Pharmacy
Practice (Dash dkk., 2014:156)
Sedimentasi adalah tehnik yang menggunakan hubungan antara laju sedimentasi dan
ukurannya, metode ini ummnya digunakan untuk partikel 3-250 mikro.
 Menurut Teknologi Bioproses (Istianah dkk., 2018:94)
Sedimentasi adalah proses pemisahan bahan padat dari bahan cair dengan cara
mengendapkan partikel padat secara perlahan. Pengendapan pada sedimentasi
umumnya dibantu adanya gaya grafitasi yang menarik partikel padat agar turun ke
bawah.
b. Volume Sedimentasi
 Menurut Pharmaceutical dosage form and design (Jones, 2008 : 32)
Volume sedimentasi (F) adalah rasio volume sedimen (Vs) dengan volume awal
suspense (Vi). F = Vs/Vi. Volume sedimentasi dapat berkisar dari kurang dari 1
hingga nilai yang lebih besar dari 1. Volume sedimentasi suspensi deflokulasi
biasanya kecil, sedangkan F nilai untuk sistem flokulasi tinggi (yaitu mendekati atau
lebih besar dari 1) karena volume besar yang ditempati oleh flokulasi struktur.
 Menurut buku Pharmaceutics The Science Of Dosage Form Design Second
Edition (Aulton. 2002 : 6)
Volume sedimentasi, F, yaitu didefinisikan sebagai rasio volume akhir yang
diselesaikan terhadap volume awal. Rasio F memberikan ukuran keadaan deflokulasi
agregat suspensi bersama dengan potensi zeta terukur yang memungkinkan penilaian
keadaan dispersi yang akan dibuat.
 Menurut Pharmaceutics Basic Principles and Application to Pharmacy Practice
(Dash dkk, 2014 : 198)
Volume sedimentasi, F, didefinisikan sebagai rasio final volume ( Vi) dari suspensi
yang diendapkan ke asal volume akhir suspensi (Vo). F = Vi/Vs. Hal ini
menunjukkan bahwa volume sedimentasi dapat memiliki nilai mulai kurang dari 1
hingga lebih besar dari 1. Dalam suspensi deflokulasi menetap, F < 1, dimana volume
akhir sedimen lebih kecil dari volume asli suspensi. Dalam suspensi stabil F = 1, di
mana volume akhir sedimen di suspensi terflokulasi sama dengan volume asli
suspensi. Ada kemungkinan bahwa F > 1, ketika akhir volume suspensi lebih besar
dari volume suspensi asli. Peningkatan volume ini bisa menjadi karena struktur yang
diperluas terbentuk karena lambat pembengkakan polimer eksipien.
c. Parameter pengendapan suspensi
 Menurut Pharmaceutics Dosage and Design (Jones,2008: 31-32)
Dalam sistem flokulasi, laju sedimentasi flok tinggi dan volume sedimen yang
dihasilkan besar karena volume rongga yang besar di dalam struktur flokulasi. Laju
sedimentasi partikel (umumnya < 2% b/b) dapat ditentukan dengan persamaan
Stokes. Meskipun banyak suspensi farmasi terdiri dari lebih dari 2% b/v padatan di
mana sedimentasi partikel obat dipengaruhi oleh partikel lain, persamaan dapat
digunakan untuk memberikan indikasi faktor yang mempengaruhi sedimentasi.
Persamaannya adalah sebagai berikut:
 Menurut Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems9th
(Allen dkk., 2011: 381)
Flok mengendap untuk membentuk volume sedimen yang lebih tinggi daripada
partikel yang tidak terflokulasi, struktur longgar yang memungkinkan agregat pecah
dengan mudah dan mudah didistribusikan dengan sedikit pengadukan.
 Menurut Pharmaceutical Suspensions from Formulation Development to
Manufacturing (Kulshereshtha dkk., 2010:2).
Partikel dalam suspensi memiliki energi bebas permukaan yang membuat sistem
tidak stabil yang menyebabkan pengendapan partikel. Energi bebas sistem
tergantung pada luas permukaan total dan tegangan antarmuka antara medium cair
dan partikel padat. Jadi, untuk meminimalkan energi bebas, sistem cenderung
mengurangi luas permukaan, yang dicapai dengan pembentukan aglomerat. Hal ini
dapat menyebabkan flokulasi atau agregasi, tergantung pada gaya tarik menarik dan
gaya tolak menolak dalam sistem. Dalam suspensi terflokulasi, partikel-partikel
secara longgar terhubung satu sama lain untuk membentuk flokulan.

8. Jelaskan yang dimaksud dengan deflokulasi dan flokulasi


a. Menurut Pharmaceutical Suspensions From Formulation Development to
Manufacturing (Kulshreshtha dkk., 2010 : 49-50)
Flokulasi dan deflokulasi adalah peristiwa memisahnya (mengendapnya fase terdisper)
antara fase terdisper dan fase pendispersi terjadi dalam rentang waktu yang berbeda.
Sebuah sistem deflokulasi dapat terjadi jika memiliki potensi zeta lebih tinggi dari nilai
kritis ketika gaya tolak menolak gaya tarik menarik. Endapan deflokulasi tidak dapat di
dispersikan kembali karena telah terbentuk caking. Begitu berada di bawah nilai kritis,
gaya tarik menarik menggantikan gaya tolak, menghasilkan flokulasi. Flokulasi terjadi
pada energi sekunder larutan ketika partikel berada jauh dari satu sama lain. Ketika
partikel bertabrakan, agregat yang dikemas secara longgar partikel atau flok dibuat.
Menjadi lebih besar dan lebih berat dari partikel individu, flok-flok ini mengendap lebih
cepat daripada partikel yang terdeflokulasi..
a. Menurut Pharmaceutics Basic Principles and Application to Pharmacy Practice
(Dash dkk.,2014 : 197)
Flokulasi dan deflokulasi adalah peristiwa memisahnya (mengendapnya fase terdisper).
Suspense terflokulasi partikelnya cenderung menggumpal membentuk struktur lepas
sebaliknya suspensi terdeflokulasi terdiri dari partikel obat yang tidak menggumpal
menjadi flokulan.Partikel obat dalam suspensi deflokulasi menunjukkan sedimentasi yang
cepat daripada suspensi terflokulasi. Partikel obat terflokulasi yang terendapkan dapat di
dispersikan kembali pada agitasi ringan sedangkan suspense yang terdeflokulasi sulit
untuk di dispersikan kembali.
b. Menurut Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Third Edition (Swarbrick.,
2007 : 994-995)
Flokulasi berasal dari kata latin flocculate berarti longgar dan berbulu. Hasil sistem
flokulasi dalam kecepatan pengendapan yang cepat karena setiap unit individu terdiri dari
banyak partikel dan karena itu lebih besar. Karena kemasan flok yang longgar, mereka
mudah terdispersi pada pengocokan. Sementara Deflokulasi terdiri dari partikel yang lebih
kecil yang laju pengendapannya lebih lambat, tetapi partikel yang mengendap cenderung
membentuk kompak ireversibel dan sulit untuk menyebar kembali. Fenomena ini disebut
caking.
9. Jelaskan tentang:
a. Pengertian sudut kontak
 Menurut Emulsions, Foams and Suspensions (Schramm, 2005: 73)
Sudut kontak didefinisikan sebagai persimpangan tiga fase. Jika gaya-gaya antar
muka yang bekerja sepanjang keliling jauh direpresentasikan oleh tegangan-
tegangan antar muka.
 Menurut Pharmaceutical Dosage Form and Design (Jones, 2008: 34)
Sudut kontak yaitu sudut dimana antarmuka cairan/uap bertemu dengan permukaan
padatan, harus rendah. Sudut kontak dapat didefinisikan dalam hal tegangan
antarmuka antara tiga fase, yaitu fase padat, cairan dan uap.
 Menurut Pharmaceutics The Science of Dosage form and design 2 nd edition
(Aulton, 2002 : 64)
Jika setetes cairan ditempatkan pada permukaan datar, halus, horizontal padat, ia
mungkin menyebar sepenuhnya tetapi untuk membentuk setetes, penurunan ini
menunjukkan sudut yang pasti terhadap solid yang dikenal sebagai sudut kontak.
b. Hubungan sudut kontak dengan suspensi dan mekanisme pembasahan dalam partikel
suspensi
 Menurut Pharmaceutical Dosage Form and Design (Jones, 2008 : 34, 36)
Sudut kontak dapat didefinisikan dalam istilah antarmuka tegangan antara tiga fase,
yaitu padat/uap (cs/v), cair (pembawa)/uap (cl/v) dan padat/cair (pembawa) (cs/l)
dalam persamaan Young:
γ l/v cosθ = γ s/v - γ s/l
Oleh karena itu, mengurangi tegangan antarmuka antara pembawa dan uap dan
antara padatan dan pembawa dapat mengurangi sudut kontak. Dalam praktiknya ini
dicapai dengan penggabungan bahan aktif permukaan ke dalam formulasi. Agen-
agen ini akan menurunkan tegangan antarmuka dengan mengadsorpsi pada
antarmuka pembawa/uap dan pada antarmuka padat/cair. Agen aktif permukaan
mengurangi sudut kontak tidak larut partikel, memungkinkan pembasahan yang
lebih besar oleh pembawa dan akan membantu homogenitas produk dan mengurangi
agregasi.
 Menurut Pharmaceutical Suspensions : From Manufacturing to Development
to Manufactrting (Kulshrestha dkk., 2010 : 45)
Suspensi dibuat oleh padatan tidak larut dalam media dispersi, sebagian besar air.
Beberapa yang tidak larut dapat dengan mudah dibasahi oleh air dan menyebar
dengan mudah ke seluruh fase air dengan pengadukan minimal. Daya rekat rendah
bahan bubuk hidrofobik terjadi karena tegangan antarmuka yang tinggi antara bubuk
dan media dispersi. Karena tegangan ini, sudut kontak antara fase padat dan cair
tetap sangat tinggi. Dengan menggunakan zat aktif permukaan, tegangan antarmuka
dapat diturunkan untuk mengurangi sudut kontak, menghasilkan pembasahan yang
baik. Pembasahan padatan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
Young.
s s
γ −γ
v l
cos θ=
l
γ
v
Dimana, θ adaah sudut kontak, γ adalah tegangan antarmuka antara dua fase yang
berbeda, S (padat), V (uap air), dan L (liquid), agen pembasah akan mereduksi γ S/L dan
γ L/V dengan demikiam sudut kontak akan berkurang.
 Menurut Pharmaceutics The Science of Dosage Form and Design 2nd Edition
(Aulton, 2002 : 93)
Salah satu masalah yang dihadapi dalam mendispersikan bahan padat dalam air
adalah bahwa serbuk mungkin tidak mudah dibasahi. Ini mungkin karena udara
yang terperangkap atau fakta bahwa permukaan padat bersifat hidrofobik.
Keterbasahan serbuk dapat dijelaskan dalam hal sudut kontak, yang dibuat serbuk
dengan permukaan cairan. Hal ini dijelaskan oleh persamaan young:
γ s / v−γ s /l
cos θ=
γ l/ v
di mana γ S/V, γ S/L dan γ L/V adalah tegangan antarmuka masing-masing.
Agar zat cair dapat membasahi serbuk dengan sempurna harus terjadi penurunan energi
bebas permukaan akibat proses perendaman. Bahan pembasah adalah surfaktan yang
tidak hanya mereduksi γl/v tetapi juga mereduksi γ S/L. Kedua efek ini mengurangi sudut
kontak dan meningkatkan dispersibilitas bubuk.
10. Komposisi bahan dan konsetrasi yang digunakan pada suspense
 Menurut Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Third Edition (Swarbrick,
2007: 3605)
- Bahan pembasah
Bahan pembasah adalah surfaktan yang menurunkan tegangan antar muka dan sudut
kontak antara partikel padat dan pembawa cairan dengan HLB 7-10
Bahan pembasah dan surfaktan yang umum meliputi:
1) jenis anionik (natrium docusate dan natrium lauril sulfat)
2) jenis non-ionik (eter polioksialkil, eter połyoksilakil fenil, minyak jarak
terhidrogenasi polioksi, ester polioksi sorbitan, dan ester sorbitan).
- Bahan deflokulasi dan disperse
Tidak seperti surfaktan, bahan ini tidak cukup menurunkan tegangan permukaan dan
antarmuka sebagian besar deflokulasi bercampur untuk produk internal adalah lesitin.
- Bahan Flokulasi
Flokulasi primer adalah elektrolit netral sederhana dalam larutan yang mampu
mengurangi (- potensial partikel bermuatan tersuspensi menjadi nol. Konsetrasinya
0,01 -1%
- Pengental, Koloid Pelindung, dan Bahan Pensuspensi Konse
Koloid pelindung atau hidrofilik, seperti gelatin, gom alam, dan turunan selulosa.
Zat pensuspensi yang biasa digunakan dalam suspensi farmasi meliputi:
1) Selulosa: natrium karboksimetilselulosa, selulosa mikrokristalin,
hidroksietilselulosa, dan hidroksipropil selulosa,
2) Tanah liat: attapulgite, bentonit, magnesium aluminium silikat, kaolin, silikon
dioksida
3) Gum: akasia, agar, algin, karagenan, guar, pektin, tragakan, xantan Polimer:
karbomer, polivinil alkohol, povidon, polietilen oksida
4) Gula: dekstrin, maltitol, sukrosa Lainnya: aluminium monostearat, lilin
pengemulsi, gelatin
 Menurut pharmaceutical the science of dosage form design (Aulton., 2002: 337-338)
- bahan pembasah, beberapa zat padat dengan mudah dibasahi oleh air dan akan
terdispersi dengan mudah ke seluruh fase air dengan hanya sedikit pengadukan.
Konsentrasi rendah (0,05-0,05%)
- surfaktan dengan nilai HBL antara 7 dan 9 cocok digunakan sebagai bahan pembasah
- koloid hidrofilik, bahan-bahan ini termasuk akasia, bentonit, tragakan, alginat, gum
xanthan dan turunan selulosa, atau sebagai koloid pelindung.
- Pelarut, Bahan-bahan seperti alkohol, gliserol dan glikol, yang larut dalam air, akan
mengurangi tegangan antarmuka cairan/udara.
 Menurut Pharmaceutics Dosage Form and Design (Jones,2008: 35-40)
- Vehicle/Pembawa
Pembawa yang paling umum digunakan pada formulasi sediaan cair yaitu air yang
dimurnikan
- Elektrolit
Elektrolit sebagai pengontrol flokulasi dengan mengurangi zeta potensial antar
partikel.
- Surfactan
Surfaktan untuk mengurangi sudut kontak antara artikel tidak telarut. Konsentrasi
yang digunakan umumnya 0,5% b/v.
- Hidrofilik polimer
Digunakan unutk smenjaga stabilitas fisik. Polimer yang biasa digunakan yaitu
Derivate selulosa 3% b/b, magnesium silikat 5%.
- Pengawet
Pengawet yang sering digunakan yaitu paraben (. 0.2% w/v methylhydroxy benzoate
dan 0.02% w/v propylhydroxy benzoate) dan asam organic (circa 0.9% w/v
- Pemanis
Konsentrasi kurang dari 0,1% b/b
- Antioksidan
Konsentrasi kurang dari 0,1% b/b
11. Metode Pembuatan Suspensi
a. Menurut Pharmaceutics the Science of Dosage Form Design 2nd Edition (Aulton,
2002 : 356-357).
Bubuk obat dapat dicampurkan dengan suspending agent dan beberapa bahan dengan
menggunakan lumpang dan alu yang dimana hal ini diperlukan untuk memasukkan agen
pembasah dengan bantuan dispersi. Bahan larut lainnya harus dicampurkan pada bagian
lain dari vehicle. Campur dengan suspensi pekat lalu dicukupkan volumenya. Obat yang
akan disuspensikan dimasukkan bersamaan dengan agen pembasah. Untuk obat yang
sangat hidrofobik, pencampuran agen pembasah dapat dikurangi. Selanjutnya bahan
lainnya harus ditambahkan. Terakhir, dihomogenisasi akan membuat dispersi obat lebih
baik.
b. Menurut Pharmaceutical Suspension (Kulshreshtha, 2010: 45)
Langkah pertama dalam pembuatan suspensi adalah membasahi partikel yang sudah
tereduksi, diikuti dengan penambahan zat suspensi. Tergantung pada muatan zat
pembasah dan partikel, dispersi yang dihasilkan dapat terflokulasi atau terdeflokulasi.
Jika deflokulasi, langkah selanjutnya adalah menambahkan agen flokulasi.
c. Menurut Farmasi Fisik II (Martin, 2008:1142)
Suatu suspense dibuat dalam ukuran kecil dengan menumbuk atau menggiling sampai
halus bahan yang tidak larut dalam mortir sehingga didapat suatu pasta yang lembut
dengan suatu pembawa yang mengandung penstabil dispersi dan perlahan-lahan
menambahkan, sisa fase cair dimana obat-obat yang larut bisa dilarutkan.
12. Evaluasi Suspensi
a. Menurut Journal of Pharmaceutical care and clinical pharmacy international
( Jangde, R dan Ram K.S., 2011 : 1163)
1) Volume sedimentasi :Volume sedimentasi (F) adalah perbandingan volume akhir
sedimen (Vu) dengan volume awal sedimen (Vo) sebelum mengendap. Masing-
masing suspensi sebanyak 50 ml dipindahkan ke dalam gelas ukur 50 ml dan volume
endapan yang terbentuk dicatat setiap 24 jam selama 7 hari. Volume sedimentasi F
(%), dihitung dengan menggunakan rumus: F = 100 Vu/ Vo
2) Pengukuran viskositas: Viskositas sampel ditentukan pada 25oC menggunakan
viskometer Brookfield Synchrolectic, model LVF (Brookfield Laboratories,
Massachusetts) pada 30 putaran/menit (Spindle 4).
3) Pengukuran ukuran partikel: Ukuran partikel partikel gatifloksasin dalam suspensi
yang disiapkan diukur dengan mikroskop optik menggunakan mikroskop trinokular
pada perbesaran 100x (10x10). Ukuran 100 partikel diukur dan ukuran partikel rata-
rata ditentukan.
4) Pelepasan obat: dilakukan pada 37 ± 0,5oC dengan menggunakan alat beaker metode
memutar membran selofan.
b. Menurut Indian Journal of Pharmaceutical and Biological Research (IJPBR) (Patil,
P.D., dkk., 2016: 6 ).
1) Uji PH
PH, diukur menggunakan pH meter. Setiap suspensi dikocok dengan baik selama 20
detik sebelum pengukuran pH. Itu diperiksa di minggu pertama dan setelah 6 bulan.
2) Penentuan viskositas
Viskositas suspensi ditentukan pada suhu kamar. Itu diperiksa di minggu pertama
dan setelah 6 bulan menggunakan reometer Brookfield.
3) Uji suspensi
Diambil 10 ml suspensi dalam labu ukur 100 ml dan dicukupkan volumenya hingga
100 ml dengan HCl 0,1 N. Sekarang ambil 2 ml larutan dari labu dan tambahkan ke
dalam labu ukur 200 ml. Dicukupkan volumenya dengan filter HCl 0,1N, ukur
absorbansinya pada max 278 nm menggunakan spektrofotometer UV.
4) Analisis ukuran partikel
Analisis ukuran partikel dilakukan dengan menggunakan alat Malvern. Air suling
digunakan sebagai dispersan.
5) Volume sedimentasi
Volume sedimentasi (F) adalah perbandingan volume akhir atau ultimit sedimen
(Vu) dengan volume awal sedimen (Vo) sebelum mengendap.
6) Penentuan kandungan obat
Jumlah obat yang ada dalam formulasi ditentukan dengan spektrofotometer UV-
Visible. 0,5 ml suspensi diambil dan diencerkan ke dalam 10 ml HCl 0,1 N dan 1 ml
diambil diencerkan sampai 10 ml dan prosedur yang sama diikuti untuk blangko.
Absorbansi diambil pada max 278 nm dengan spektrofotometer UV-Visible. %
kandungan obat dihitung.
7) In vitro pelepasan obat
Dilakukan dengan menggunakan peralatan USP XXIII tipe 2. Suspensi setara
dengan 200 mg obat ditambahkan ke kantong dialisis aktif. Kantong diikat dari satu
sisi tambahkan 10 ml suspensi, tas dikencangkan dari sisi lain. Kantong dimasukkan
ke dalam media disolusi (900 ml HCl 0,1 N pada suhu 37ºC ) yang diaduk dengan
pengaduk berputar pada kecepatan 50 rpm. Pada interval waktu yang sesuai 10 ml
sampel ditarik, disaring, diencerkan dan dianalisis pada 278 nm menggunakan UV.
c. Menurut World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences (Kumar dan
Naga, 2016: 1506-1507)
1) Penampilan Fase
Pengujian ini dilakukan untuk fase terdispersi dan medium pendispersi. Untuk
pembuatan fase dispersi untuk suspensi biasanya digunakan air murni dan sirup.
Distribusi ukuran partikel, kejernihan sirup, viskositas dispersi gom, kontrol kualitas
air dipantau untuk mengawasi kualitas produk.
2) Viskositas Fase
Stabilitas suspensi semata-mata bergantung pada laju sedimentasi fase terdispersi,
yang bergantung pada viskositas medium pendispersi. Jadi uji ini dilakukan untuk
memastikan viskositas media yang optimal sehingga suspensi yang stabil dan dapat
terdispersi kembali dapat terbentuk.
3) Ukuran Partikel Fase Terdispersi
Ukuran optimum partikel obat dalam fase terdispersi memainkan peran penting dalam
stabilitas suspensi akhir. Maka pengujian ini dilakukan untuk menganalisis secara
mikroskopis dan mengetahui kisaran ukuran partikel obat kemudian dibandingkan
dengan ukuran partikel optimum yang dibutuhkan. Jika ada perbedaan yang
ditemukan, pemantauan yang lebih ketat terhadap langkah mikronisasi dipastikan.
4) Uji pH
pH fase suspensi juga berkontribusi terhadap stabilitas dan karakteristik formulasi.
Jadi pH dari kendaraan yang berbeda, fase suspensi, sebelum pencampuran dan
setelah pencampuran dipantau dan dicatat dari waktu ke waktu untuk memastikan
lingkungan pH optimum dipertahankan.
5) Daya tuang
Pengujian ini dilakukan pada fase suspensi setelah pencampuran untuk memastikan
bahwa sediaan akhir dapat dituang dan tidak akan menimbulkan masalah selama
pengisian dan selama penanganan oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V., NicholaS G. P., dan Howard C. R., 2011 Pharmaceutical Dosage Form and Drug
Delivery Systems 9th Edition, Philadelphia : Wolters Kluwer.

Allen, L. V., dan Howard C. A., 2014, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms And Drug
Delivery System Tenth Edition, Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins.

Aulton, M. E., 2002, Pharmaseutics The Science of Dosage Form Design 2 nd Edition, London :
Churchill Livingstone

Dash, A. K., Somnath S., Justin ,T., 2014, Pharmaceutics Basic Principles and Application to
Pharmacy Practice, USA : Elsevier

Felton, L., 2012, Remington Essentials of Pharmaceutics, Philadelphia : Pharmaceutical Press

Istianah, N., Agustin K.W., Feronika H.S., 2018, Teknologi Bioproses, Malang: UB Press

Jangde, R., Sanjay J.D., Ram K.S., dan Jagdish S., 2011, Formulation development and
evaluation of suspension of Gatifloxacin using suspending agent. Journal of
Pharmaceutical care and clinical pharmacy international, Vol. 2 (1).

Jones, D., 2008, Pharmaceutical-Dosage Form and Design, London : Pharmaceutical Press

Kulshrestha, A.K., Onkar N.S., dan G. Michael W., 2010, Pharmaceutical Suspensions: From
Formulation Development to Manufacturing. New York : Springer

Kumar, R. S. dan T. Naga S.Y., 2016, Pharmaceutical Suspensions: Patient Compliance Oral
Dosage Forms, World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Vol. 5(12).

Langley, C., dan Dawn B., 2008, Fasttrack Pharmaceutical Compunding and Dispensing,
Pharmaceutical Press: London.

Marriot, J.F., Kim A.W., Christopher A.L., dan Dawn S., 2010, Pharmaceutical Compounding
and Diapending Second Edition, London : Pharmaceutical Press.

Martin, A., James S., dan Arthur C., 1993, Farmasi Fisik 2 Edisi Ketiga, UI Press: Jakarta.

Patil, P.D., Desai S.R dan Disouza J.I., 2016, Stability Analysis And Quantitative Evaluation Of
Metronidazole Suspension, Indian Journal of Pharmaceutical and Biological Research
(IJPBR), Vol. 4(3)

Schramm, L.L., 2005, Emulsion, Foams and Suspensions, Weinheim: Wiley VCH
Swarbick J., 2007, Encyclopedia Of Pharmaceutical Technology, USA : Informa helath Care

Anda mungkin juga menyukai