Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN LIQUID

“SUSPENSI PARACETAMOL”
i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang
dikenal sebagai fase dispersi, terdistribusi keseluruh medium kontinu atau
medium dispersi. Untuk menjamin stabilitas suspensi umumnya ditambahkan
bahan tambahan yang disebut bahan pensuspensi atau suspending agent. Syarat &
syarat suspensi yang terdapat dalam Farmakope indonesia edisi IV adalah Zat
yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok
perlahan dan lahan endapan harus segera terdispersi kembali, kekentalan suspensi
tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
Paracetamol digunakan sebagai analgetik antipiretik . (British Farmakope
2009 hal 454) hakekatnya obat ini mampu meringankan atau menghilangkanrasa
nyeri tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak
menimbulkan ketagihan, kebanyakan Zat ini berdaya antipiretis dan atau
antiradang, oleh karena itu tidak hanya digunakan sebagai antinyeri, melainkan
Juga pada demam (infeksi virus / kuman, selesma, pilek ) dan peradangan seperti
rema dan encok, obat ini banyak diberikan dari nyeri ringan sampai sedang
yangmenyebabkan beraneka ragam seperti nyeri kepala, gigi, otot atau sendi
(remaatau encok), perut, nyeri haid (dysmenorroe), nyeri akibat benturan atau
kecelakaan (trauma), Untuk kedua nyeri terakhir, NSAID lebih layak pada nyeri
yang lebih berat seperti pendarahan atau fraktur kerjanya kurang ampuh..

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah
ini difokuskan pada poin berikut :
- Bagaimana rancangan formulasi suspensi siprofloksasin?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka makalah ini dibuat dengan
tujuan sebagai berikut :
a. Mengetahui rancangan formulasi 2uspense paracetamol

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak


larut yang terdispersi dalam fase cair. Siatem terdispers terdiri dari partikel kecil
yang dikenal sebagai fase dispers, terdistribusi keseluruh medium kontinu atau
medium dispersi. Untuk menjamin stabilitas suspensi umumnya ditambahkan
bahan tambahan yang disebut bahan pensuspensi atau suspending agent.

2.1.1 Macam – macam sediaan suspensi :

1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat


yangterdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai
dan ditujukkanuntuk penggunaan oral.
2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat
yangterdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada
kulit.
3. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk
penggunaan pada mata.
4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-
partikelhalus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam
mediumcair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam
saluran spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan
bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi
semua persyaratanuntuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa
yang sesuai.

3
2.1.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi :

1. Ukuran partikel
Ukuran pertikel erat hubungannya dengan luas penampang dan daya tekan ke
atas cairan suspensi tersebut. Hubungan antara ukuran partikel berbanding terbalik
dengan luas penampang. Sedangkan luas penampang dan daya tekan ke atas
merupakan hubungan yang linear. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin
kecil luas penampangnya, sedangkan semakin besar luas penampang maka daya
tekan keatas cairan akan semakin menghambat gerakan partikel untuk
mengendap.
2. Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan
tersebut, makin kental suatu cairan maka kecepatan alirannya makin turun.
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya
partikel yang terdapat didalamnya. Dengan menambah viskositas cairan gerakan
turun yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa
kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang.
Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum “STOKES”
d2 (∆ − ∆0)g
𝑣=
η

Keterangan : v = kecepatan aliran


d = diameter dari partikel
Δ = berat jenis dari partikel
Δ0 = berat jenis cairan
g = gravitasi
η = viskositas cairan
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam ruangan berisi partikel dengan jumlah besar, maka partikel akan
susah melakukan gerakan bebas karena terjadi benturan antara partikel tersebut.
4. Sifat/muatan

4
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam
campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada
kemungkinan terjadi interaksi antar bahan yang menghasilkan bahan yang sukar
larut dalam cairan tersebut. Karena bahan tersebut sudah merupakan sifat alam,
maka kita tidak dapat mempengaruhinya.

Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinikan sebagai kondisi suspensi dimana


partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel
mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang
ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh
suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted
cake dan peristiwa ini disebut caking.
Dilihat dari faktor tersebut diatas, faktor konsentrasi dan sifat dari partikel
merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi
merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi
merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan
sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan
viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer,
homogeniser, colloid mill, dan mortier. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat
dinaikkan dengan penambahan zat pengental (suspending agent) yang dapat larut
dalam cairan tersebut, umumnya bersifat mudah berkembang dalam air
(hidrokoloid)

2.1.3 Suspending agent


Suspending agent adalah bahan tambahan yang berfungsi mendispersikan
partikel tidak larut dalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga
kecepatan sedimentasi diperlambat. Mekanisme kerja suspending agent adalah
untuk memperbesar kekentalan (viskositas), tetapi kekentalan yang berlebihan
akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan.

Suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :

5
1. Bahan pensuspensi dari alam
Biasanya menggunakan jenis gom/ hidrokoloid. Gom dapat
larut/mengembang/mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk
mucilago/lendir. Dengan terbentuk mucilago maka viskositas bertambah dan
menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago dipengaruhi oleh panas, PH,
dan proses fementasi bakteri.
a. Termasuk golongan gom :
- Acasia (pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air, tidak larut
dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5-
9. Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan Ph tersebut menjadi diluar 5-
9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab
dengan kadar 35% kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah
dirusak bakteri sehingga harus ditambahkan zat pengawet (preservattive).
- Chondrus
Diperoleh dari tanaman Choundrus crispus atau Gigartina mamilosa , dapat larut
dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut
caragen, yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat
dari saccharida, mudah dirusak bakteri, jadi perlu penambahan bahan pengawet.
- Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman Astragalus gumnifera. Tragacanth sangat lambat
mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan.
Mucilago tragacanth lebih kental dari mucilago gom arab. Mucilago tragacanth
baik sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator.
- Algin
Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat
dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin adalah senyawa organik
yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi ini memerlukan
bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1-2%.
b. Dari alam bukan gom
Adalah tanah liat. Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah
stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonite, hectorite, dan veegum. Apabila

6
tanah liat dimasukkan ke dalam air, mereka akan mengembang dan mudah
bergerak jika dilakukan penggojokan, peristiwa ini disebut tiksotrofi.
2. Bahan pensuspensi sintesis
a. Derivat selulosa
Golongan ini meliputi metil selulosa (methosol, tylose), karboksimetil selulosa
(CMC), hidroksil metil selulosa. Dibelakang nama tersebut biasanya terdapat
angka/ nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan
menambah viskositas dari cairan yang digunakan untuk melarutannya. Semakin
besar angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak
diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun. Dalam farmasi juga digunakan
sebagai laksansia dan bahan pengahncur dalam tablet.
b. Golongan polimer organik
Yang paling terkenal adalah carbophol 934, merupakan serbuk putih bereaksi
asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit. Sehingga
banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang
baik, diperlukan kadar ± 1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit.
Hal tersebut mengakibatkan penurunan viskositas larutan.

2.1.4 Cara mengerjakan obat dalam suspensi

1. Metode pembuatan suspensi


a. Metode dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah
terbentuk kemudian baru diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang
terjadi kesukaran pada saat mendispersi serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena
adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus
mudak kemasukkan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk
terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispersi dengan medium.
Bila sudut kontak ± 900 serbuk akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang
demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan antar
muka antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat
pembasah atau wetting agent.
b. Metode praecipitasi

7
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak
dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencerkan dengan
larutan pensuspensi dalam air. Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan
bahan pensuspensi. Contoh cairan orgnanik : etanol, propilenglikol, dan
polietilenglikol.
2. Sistem pembentukan suspensi
a. Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan
pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.
b. Sistem deflokulasi
Dalam sistem deflokulasi pertikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya
membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras
dan sukar tersuspensi kembali.

Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi :

a. Flokulasi
1. Partikel merupakan agregat yang bebas
2. Sedimentasi terjadi cepat
3. Sedimentasi terbentuk cepat
4. Sedimentasi tidak membentuk cake yang keras dan padat serta mudah
terdispersi kembali seperti semula
5. Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi tejadi cepat dan
diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata
b. Deflokulasi
1. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain
2. Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap terpisah
dan ukuran partikel adalah minimal
3. Sedimentasi terbentuk lambat
4. Akhirnya sedimentasi akan membentuk cake yang keras dan sukar terdipersi
lagi
5. Ujud suspesi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama.
Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.

8
2.1.5 Formulasi suspensi

Membuat suspensi stabil secara fisik ada 2 kategori :

1. Penggunaan “structured vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam


suspensi stuctured vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, dan
bentonite.
2. Penggunaan prinsip- prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun
terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah
disuspensikan kembali.

Pembuatan suspensi sistem flokulasi :

1. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium


2. Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan
atau polimer
3. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir
4. Apabila dikendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka
ditambah stuctured vehicle
5. Produk akhir yang diperoleh adalah suspensi flokulasi dalam structured
vehicle.

2.1.6 Bahan pengawet

Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi,
antara lain penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama
untuk suspensi yang menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat
mudah dirusak oleh bakteri. Seperti : butil p. Benzoate (1 : 1250), etil p. Benzoate
(1 : 500), propil. Benzoate (1 : 4000), nipasol, nipagin ± 1%.

2.1.7 Penilaian stabilitas suspensi

1. Volume sedimentasi
Adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula-
mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.
vu
𝐹=
v0

9
2. Derajat flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap
volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Vo).

vu
𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑓𝑙𝑜𝑘𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 =
voc

3. Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sediementasi dan redidpersibilitas, membantu
menentukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk
tujuan perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara freeze- thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik
beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat
pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel
dan sifat kristal.

10
2.2 Tinjauan Bahan

1. Paracetamol

a. Rumus molekul: C8H9NO2


b. BM : 151,16
c. Pemerian : Serbuk hablur atau kristal, putih, tidak berbau, rasa sedikit
pahit
d. Kelarutan : Larut dalam air mendidih, mudah larut dalametanol. ( 1:
70 dalam air, 1 : 20 dalam air panas, 1 : 7-10 dalam alkohol )
e. Khasiat : Analgetika dan antipiretika ( DI 88 hal 1087)
f. Dosis : Dewasa 0,5 – 1 gram tiap 4 jam. Maksimal 4 g / hari
g. pH : 3,8 – 6,1
h. Bj Paracetamol: 1,21 – 1,23
i. Inkompatibitas: Penggunaan bersama dengan antikoagulan akan
meningkatkan potensi antikoagulan.
j. Stabilitas : Paracetamol stabil dalam larutan. Degradasi paracetamol
di katalisis oleh asam dan basa, terdegradasi menjadi asam asetat dan p-
aminofenol.
k. Wadah : Dalam wadah tertutup rapat
l. Penyimpanan : Simpan pada temperatur kurang dari 40° C , antara 15-30°
C. Hindari pembekuan untuk larutan oral, suspensi, dan eliksir.

2. Propilen Glikol

a. Rumus Molekul: CH3CH(OH)CH2OH


b. Berat molekul : 76, 09

11
c. Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis
tidak berbau, menyerap air pada udara lembab
d. Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan
kloroform, larut dalam eter dan beberapa minyak essensial tetapi tidak
dapat bercampur dengan minyak lemak.
e. Fungsi : Bersifat antimikroba, desinfektan, pelembab, plastisazer,
pelarut, stabilitas untuk vitamin
f. Stabilitas : Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat, lindungi dari cahaya, ditempat dingin dan kering. Pada suhu yang
tinggi akan teroksidasi menjadi propionaldehid asam laktat, asam piruvat
dan asam asetat. Stabil jika dicampur dengan etanol, gliserin, atau air.
g. Inkompatibilitas :Dengan bahan pengoksidasi seperti kalium permanganat

3. Asam Sitrat

a. Rumus Molekul: C6H8O7.H2O


b. Berat molekul : 210,14
c. Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbau rasa
sangat asam, agak gidroskopik, merapung dalam udara kering ataau panas.
d. Kelarutan : Larut dalam kurang satu bagian air dalaam 1,5 etanol
(95%) p dan sukar larut dalam eter.
e. Penyimpanan : Dalam wadah tetutup baik
f. Fungsi : .......
g. Incompatibilitas: Asamsitrat income dengan potassium tatrat, alkali dan
alkali tanah karbonat dan bikarbonat, asetatdan sulfide income terhadap
pengoksida basis, pereduksi dan nitrat berpotensi meledak atau terurai jika
dikombinasikan dengan logam nitrat.

4. Orange Flavour

12
a. Pemerian : Terbuat dari kulit jeruk yang masih segar diproses secara
mekanik.

b. Kelarutan : Mudah larut dalam alkohol 90 %, asam asetat glasial.

c. Fungsi : Flavouring agent.

d. Stabilitas : Dapat disimpan dalam wadah gelas dan plastik.

e. Penyimpanan : Wadah tertutup dan tempat yang sejuk, kering, dan


terhindar dari cahaya matahari

5. Sirup Simpleks

a. Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna


b. Pembuatan : Larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metal
paraben 0,25% b/v secukupnya sehingga diperoleh 100 bagian sirup.
c. Fungsi : Pemanis, zat tambahan
d. Konsentrasi : 20-60%
e. Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, ditempat sejuk.

6. Kollidon 25

a. Nama kimia : 1-Ethenyl-2-pyrrolidinone homopolymer

b. PH :3,0-7,0 ( 5 % b / v larutan berair )

c. Titik lebur : 150o C

d. Distribusi ukuran partikel(Kollidon 25/30) :90 % > 50mm , 50 % > 100mm , 5


% >200mm

e. Kelarutan : Bebas larut dalam asam , kloroform , etanol ( 95 % ) , keton ,


metanol , dan air ; praktis tidak larut dalam eter ,hidrokarbon , dan minyak
mineral

13
f. Pemerian : Serbuk putih, tidak berbau, bubuk higroskopis

g.Fungsi : Suspending agent

h. Inkompatibilias : Povidone kompatibel dalam larutan dengan berbagai


anorganik garam, resin alami dan sintetis, serta bahan kimia lainnya. Membentuk
adducts molekul dalam larutan dengan sulfathiazole, natrium salisilat, asam
salisilat, fenobarbital, tanin dan senyawa lain
7. Air

a. Rumus Molekul : H2O


b. Berat molekul : 18,0158 g/mol
c. Nama kimia : aquades
d. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
mempunyai rasa.
e. Kelarutan : -
f. Fungsi : sebagai pelarut universal

14
BAB III

RANCANGAN PREFORMULASI DAN FORMULASI

3.1 Pre Formulasi

3.1.1 Zat Aktif

Acetaminophenum (Paracetamol) (FI III 37)


a) Struktur kimia :

b)
c) C8H9NO2
d) BM 151,16
e) Pemerian : hablur atau serbuka hablur putih: tidak berbau:
rasa pahit
f) Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)P,
dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida
g) Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlendung dari cahaya
h) Suhu lebur : 169° sampai 172°
i) Khasiat dan penggunaan : analgetik, antipiretik
j) Dosis paracetamol ( OOP,318) : 2-3 x sehari (0,5-1 g)

Permasalahan farmasetik

a. Parasetamol memiliki kelarutan yang rendah dalam air dan mudah


terhidrolisis dalam air
b. Parasetamol memiliki rasa yang sedikit pahit sehingga memberikan
ketidaknyamanan ketika harus dikonsumsi secara oral

15
c. Sediaan yang multiple dose rentan terhadap kontaminasi mikroba saat
pemakaian
d. Larutan parasetamol bersifat sangat cair/encer sehingga mudah tumpah

Penyelesaian masalah
a. Parasetamol dibuat dalam bentuk suspensi karena mudah terhidrolisis dalam
air. Bentuk sediaan suspensi memerlukan eksipien berupa suspending agent
sehingga digunakan Kollidon 25 sebagai suspending agent
b. Untuk meningkatkan kenyamanan penggunaan, ditambahkan asam sitrat dan
orange flavor
c. Untuk menghindari aktivitas mikroba, digunakan pengawet propilen glikol
d. Untuk meningkatkan viskositas sediaan, digunakan sirupus simpleks

3.1.2 Zat tambahan


1. Polivinilpirolidon
 Nama dagang : Kollidon atau Plasdon
 Pemerian : Inert, sedikit higroskopis, tidak mengeras selama
penyimpanan (baik untuk tablet kunyah).
 Kelarutan : Larut air dan alkohol, digunakan dalam
konsentrasi 3-15%, Tablet efervesen bisa dibuat menggunakan PVP
dalam etanol anhidrat. Jangan menggunakan isopropanol anhidrat karena
meninggalkan bau pada granul.
 Kegunaan : Sebagai suspending angent

2. Asam Sitrat (FI III, 1979)

 Nama Resmi : Acidum Citricum


 Nama Lain : Asam Sitrat
 Rumus Molekul : C6H8O. 7H2O
 Berat Molekul : 210,14

16
 Pemerian : Hablur tak berwarna atau serbuk putih, rasa asam
kuat, agak higroskopis merapuh dalam udara kering dan panas.
 Kelarutan : Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam 1,5
bagian etanol (95%) P, sukar larut dalam eter P.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3. Essence Orange
 Pemerian : Terbuat dari kulit jeruk yang masih segar diproses secara
mekanik.
 Kelarutan : Mudah larut dalam alkohol 90 %, asam asetat glasial.
 Kegunaan : Flavouring agent.
 Stabilitas : Dapat disimpan dalam wadah gelas dan plastik.
 Penyimpanan : Wadah tertutup dan tempat yang sejuk, kering, dan
terhindar dari cahaya matahari

4. Propilen Glikol (FI IV hal. 712, Handbook of Pharmaceutical Excipient ed VI


hal 407)

 Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak
berbau, menyerap air pada udara lembab.
 Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan
kloroform, larut dalam eter, dan dalam beberapa minyak esensial; tetapi
tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
 Konsentrasi : 15 %
 Kegunaan : humektan.
 OTT : Inkompatibel dengan pengoksidasi seperti potassium permanganat.
 Stabilitas : Dalam suhu yang sejuk, propilen glikol stabil dalam wadah
tertutup Propilen glikol stabil secara kimia ketika dicampur dengan
etanol, gliserin, atau air.
 Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

5. Sirupus simplex (Farmakope Indonesia III hal 567)


 Warna : tidak berwarna
 Rasa : manis

17
 Bau : tidak berbau
 Pemeriaan : cairan jernih, tidak berwarna
 Kelarutan : larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih, sukar
larut dalam eter
 Titik lebur : 1800
 Bobot jenis : 1,587 gram/mol
 Stabilitas : ditempat sejuk

6. Aquadestilata (FI IV hal. 23)


 Pemerian : cairan tidak berwarna/jernih, tidak berasa, tidak berbau, bentuk
cairan
 Bobot Jenis :1gr/cm3 atau 1 gr/ml
 Titik didih : 100oC
 pH larutan : 7
 Stabilitas : Stabil di udara

3.2 Formulasi

No Komposisi Jumlah %
1 Paracetamol 1.44 g
2 Propilen glikol 6g 10 %
3 Asam sitrat 1.2 g 2%
4 Orange Flavor 1g 1%
5 Kollidon 25 3g 5%
6 Sirup simplex 42 ml 70 %
7 Aquadest ad 60

Perhitungan
a. Paracetamol
Dalam 5 ml = 120 mg
Jika sediaan 60 ml, maka = (60 : 5) x 120 mg = 1440 mg = 1.44 g

18
b. Propilen glikol
10/100 x 60 = 6 g
c. Asam sitrat
2/100 x 60 = 1.2 g
d. Kollidon 25
5/100 x 60 = 3 g
e. Sirup simplex
70/100 x 60 = 42 ml

3.3.1 Cara Kerja

Kollidon 25 3 g Air Asam sitrat + Orange flavour + Sirup simplex Air

Muchilago Paracetamol 1. 44 g
+ propilen glikol 6 g

Campuran PCT

Dihomogenkan ad 60 ml

Hasil

19
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Gb 1. Sediaan suspensi paracetamol


Praktikum teknologi dan formulasi sediaan liquid ini, kami membuat
sediaan suspensi paracetamol 60 ml. Sediaan tersebut mempunyai rasa yang pas,
yaitu manis agak keasaman dan tidak pahit. Namun masih terdapat bahan yang
mengapung diatas suspensi, yang diindikasikan orange flavour. Bau dari sediaan
suspensi ini menyengat dan mengurangi selera untuk meminum obat.. Setelah
seminggu didiamkan bau yang awalnya menyengat menjadi agak berkurang.

4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum teknologi sediaan liquid, kami membuat sediaan suspensi
paracetamol. Paracetamol merupakan obat analgesik-antipiretik yang umum
digunakan oleh masyarakat. Parasetamol mempunyai daya kerja analgetik,
antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi
serta peradangan lambung, sehingga obat ini tergolong aman untuk dikonsumsi.
Dalam praktikum ini, paracetamol diformulasikan dalam bentuk sediaan suspensi.
Alasan kami membuat sediaan suspensi paracetamol adalah bahan obat ini
mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air, tetapi diperlukan
dalam bentuk sediaan cair, mudah diberikan kepada pasien yang mengalami

20
kesulitan untuk menelan, diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa pahit
atau aroma yang tidak enak pada bahan obat ini.
Langkah pembuatan suspensi paracetamol yaitu semua alat dan bahan
dipersiapkan. Botol dikalibrasi dengan mengisinya menggunakan aquades
sebanyak volume suspensi yang akan dibuat, lalu diberi tanda. Kemudian bahan-
bahan yang berupa zat aktif dan eksipien ditimbang. Pembuatan suspensi dimulai
dengan pembuatan mucilago, yaitu dengan mencampur kollidon 25 dengan air.
Perbandingan kollidon 25 dengan air yaitu 1:7 sehingga untuk membuat mucilago
dari kollidon 25 sebanyak 3 gram dibutuhkan 21 ml air. Kemudian diaduk sampai
membentuk mucilago. Mucilago ini digunakan sebagai suspending agent, karena
fungsi dari eksipien kollidon 25 adalah sebagai suspending agent.

Gb 2. Mucilago dari kollidon dan air


Setelah terbentuk mucilago, ditambahkan dengan paracetamol sebanyak
1,44 gram. Untuk menambah kelarutan paracetamol atau tercampurnya
paracetamol pada mucilago, ditambahkan propilen glikol sebanyak 6 ml. Propilen
glikol berfungsi sebagai kosolven atau menambah kelarutan paracetamol pada
mucilago.

21
Gb. 3 campuran mucilago dan paracetamol
Setelah dibuat campuran mucilago dan paracetamol, dibuat campuran
asam sitrat, orange flavour dan air. Asam sitrat berfungsi sebagai antioksidan,
buffering agent, pengawet dan penambah rasa, karena asam sitrat mempunyai rasa
asam dan pas untuk ditambahkan pada suspensi rasa jeruk. Sedangkan orange
flavour digunakan untuk menambah rasa jeruk pada suspensi. Setelah tercampur
merata, maka campuran mucilago paracetamol dicampur dengan campuran asam
sitrat dan orange flavour. Setelah tercampur merata, kemudian ditambahkan
dengan sirup simpleks sebanyak 4 ml. Sirup simpleks ditambahkan sebagai
pengisi pada suspensi dan memberikan rasa manis pada suspensi. Kemudian
suspensi dimasukkan ke dalam botol. Setelah itu baru ditambah air sampai tanda
batas.

Gb. 4 suspensi dimasukkan dalam botol

22
Hasil yang diperoleh yaitu suspensi paracetamol dengan rasa yang manis
dan agak asam, sesuai dengan rasa jeruk. Namun bau dari suspensi itu sangat
menyengat dan terdapat bahan-bahan yang mengapung diatas permukaan
suspensi, hal tersebut dikarenakan kurangnya stabilizer pada formulasi suspense
paracetamol. Bahan-bahan yang mengapung diatas permukaan suspensi itu
diindikasikan orange flavour, karena seharusnya orange flavour tersebut harus
dilarutkan sendiri sampai benar-benar larut kemudian baru diteteskan secukupnya
pada sediaan.

23
BAB V

PENUTUP

1.1 Simpulan
Paracetamol dibuat suspense karena paracetamol susah larut dalam air
sehingga agar lebih mudah dikonsumsi maka dibuat sediaan suspense.

1.2 Saran
Rancangan formulasi suspensi paracetamol ini agar lebih diperbaiki dalam
penelitian selanjutnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anief M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta: UGM Press

Farmakope Indonesia edisi 3 tahun 1979/Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Farmakope Indonesia edisi 4 tahun 1995/Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Katzung, Bertram G. 2009. Basic & Clinical Pharmacology, 11th ED. Mc Graw
Hill: New York

Martindale. 2009. The Complete Drug Reference, 36th Ed. Pharmaceutical Press.

London

MIMS edisi 14 tahun 2015/Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Raymond et all. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. RPS Publishing:

London

Remington. 2005. The Science and Practice of Pharmacy. A Wolters Kluwer

Company. Philadelphia

The United States Pharmacopeial Convention

25

Anda mungkin juga menyukai