Anda di halaman 1dari 13

SUSPENSI

I.TUJUAN :
1. Membuat sediaan suspensi dengan menggunakan metode dispersi
2. Menguji sediaan suspensi metode dispersi.
3. Mengetahui pengaruh suspending agent terhadap mutu fisik suspensi.
4. Belajar membuat formula untuk sediaan suspensi.

II.DASAR TEORI :
A. Pengertian
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair.
Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa
suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi
dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan
terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan. Sediaan seperti ini disebut
“Untuk Suspensi Oral”.
Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket
sebagai “lotio” termasuk dalam kategori ini.
Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan
untuk diteteskan telinga bagian luar.
Suspensi optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi harus dalam
bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea. Suspensi obat mata
tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau penggumpalan.
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai
dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal.
Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang
sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan bahan pembawa yang sesuai.
B. Stabilitas Suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut
merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya
tekan ke atas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan
terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan ke
atas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas
penampangnya (dalam volume yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel
daya tekan ke atas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap,
sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran
partikel.
2. Kekentalan (viskositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin
kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel
yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun
dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan
suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum “STOKES”.
𝑑2 (∆ − ∆𝑜 )𝑔
𝑉=
𝜂

Keterangan : V = kecepatan aliran


d = diameter dari partikel
Δ = berat jenis dari partikel
Δo = berat jenis cairan
𝑔 = gravitasi
η = viskositas cairan
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut
akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu
makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam
waktu yang singkat.
4. Sifat / muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan
yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan
tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan
tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel
tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan
mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada
kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan
selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking.
Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor konsentrasi dan sifat dari partikel
merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan
jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah
atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser,
colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan
zat pengental yang dapat larut ke dalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut
sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air
(hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Bahan pensuspensi dari alam
Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat
larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago
atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan
akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH
dan proses fermentasi bakteri. Termasuk golongan gom adalah :
 Acasia (pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air, tidak larut dalam
alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5 – 9. Dengan
penambahan suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi dikuar 5 – 9 akan
menyebabkan penurunan viskositas yang nyata.
Mucilago gom arab dengan kadar 35% kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin.
Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat
pengawet (preservative).

 Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau gigartina mamilosa, dapat larut dalam air,
tidak larut dalam alkohol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang
banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi
mudah dirusak oleh bakteri, jadi perlu penambahan bahan pengawet untuk suspensi
tersebut.
 Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth sangan lambat
mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, mucilago
tragacanth lebih kental dari mucilago dari gom arab. Mucilago tragacanth baik sebagai
stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator.
 Algin
Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam
bentuk garamnya yakni natrium alginat. Algin merupakan senyawa organik yang mudah
mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin memerlukan bahan
pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1 – 2 %.
Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah liat. Tanah liat yang sering
dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonite,
hectorite dan veegum. Apabila tanah liat dimasukkan ke dalam air mereka akan
mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut
tiksotrofi.
2. Bahan pensuspensi sistetis
 Derivat selulosa
Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methosol, tylose), karboksi metil
selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.
Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka/nomor, misalnya methosol 1500.
Angka ini menunjukkan kemampuan menambah viskositas dari cairan yang dipergunakan
untuk melarutkannya. Semakin besar angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi.
Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun, sehingga banyak dipakai
dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan
sebagai laksansia dan bahan penghancur/disintregator dalam pembuatan tablet.
 Golongan organik polimer
Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol 934 (nama dagang suatu
pabrik). Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun dan
tidak mengiritasi kulit, serta sedikit pemakaiannya. Sehingga bahan tersebut banyak
digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang baik
diperlukan kadar 1%.
Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan
penurunan viskositas dari larutannya.

C. Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi


1. Metode pembuatan suspensi
Suspensi dapat dibuat secara :
 Metode dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke dalam mucilago yang telah terbentuk
kemudian baru diencerkan.
Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat endispersi serbuk dalam
vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang
sangat halus mudah kemasukan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk
terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispers dengan medium. Bila sudut
kontak ± 90o serbuk akan mengambang di atas cairan. Serbuk yang demikian disebut
memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan antar muka antara partikel zat padat
dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.
 Metode praesipitasi
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur
dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam
air. Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi.
Cairan organik tersebut adalah : etanol, propilenglikol, dan polietilenglikol.
2. Sistem pembentukan suspensi
 Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada
penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.
 Sistem deflokulasi
Dalam sistem deflokulasi partikel mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen,
dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :
Deflokulasi :
1. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
2. Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel
adalah minimal.
3. Sedimen terbentuk lambat.
4. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi.
5. Ujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat bahwa
ada endapan dan cairan atas berkabut.

Flokulasi :
1. Partikel merupakan agregat yang bebas.
2. Sedimentasi terjadi cepat.
3. Sedimen terbentuk cepat.
4. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti
semula.
5. Ujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan di atasnya terjadi
daerah cairan yang jernih dan nyata.

D. Formulasi Suspensi
Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori :
 Penggunaan “structured vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi structured
vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.
 Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat
pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.
Pembuatan suspensi sistem flokulasi ialah :
1. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium.
2. Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
3. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
4. Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah structured
vehicle.
5. Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam structured vehicle.

Bahan pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer. Untuk
partikel yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif, dan sebaliknya.
Contohnya suspensi bismuthi subnitras yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang
bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase. Suspensi sulfamerazin yang bermuatan negatif
digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu AlCl3 (Aluminium Trichlorida).

Bahan pengawet
Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, antara lain
penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang
menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri.
Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil p. benzoate (1 : 1250), etil p. benzoat (1 :
500), propil p. benzoate (1 : 4000), nipasol, nipagin ± 1%.
Disamping itu banyak pula digunakan garam komplek dari mercuri untuk pengawet, karena
memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil
mercuri chlorida, fenil mercuri asetat.

E. Penilaian Stabilitas Suspensi


1. Volume sedimentasi
Adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula-mula dari suspensi
(Vo) sebelum mengendap.
𝑉𝑢
𝐹=
𝑉𝑜
2. Derajat flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi (V u) terhadap volume sedimen
akhir suspensi deflokulasi (Voc).
𝑉𝑢
𝐷𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝐹𝑙𝑜𝑘𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 =
𝑉𝑜𝑐
3. Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu menentukan perilaku
pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara Freeze – thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu
dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang
pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.

B.TINJAUAN BAHAN

a.Erytromicin (FI ed III tahun 1979)


pahit
-kelarutan: larut dalam kurang 1000bagian air,larut dalam etanol 95% p , dalam kloroform p dan eter p
-rumus molekul : C37H67NO13
-BM : 733,95
-khasiat : antibiotikum
b. PGA (pulvis gummi arabicum) (FI ed III hal 297 tahun 1979)
-pemerian : warna putih,rasa tawar,hampir tidak berbau, bentuk butir telur
-kelarutan : mudah larut dalam air ,menghasilkan larutan yang kental dan tembus cahaya.praktis tidak
larut dalam etanol 95%
-ukuran partikel : penampang 0,5cm sampai 6cm.
-stabilitas : lebih mudah terurai dengan adanya udara dan luar mudah teruray oleh bakteri dan reaksi
enzimatik,mudah teroksidasi
c. sirupus simplek (FI ed III hal31)
-pemerian : cairan jernih tidak berwarna
-rumus molekul : C12H22O11
Rasa manis
d. nipagin (methylis parabenum ) (FI ed III hal 378)
-pemerian : serbuk hablur halus,putih tidak berbau,tidak mempunyai rasa,kemudian agak membakar rasa
tebal
-kelarutan : larut dalam 500bagian air,dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) p dan
dalam 36 bagian aseton P
-BM : 152,15
d. aquadest (FI ed IV hal 23)
-pemerian : tidak berwarna (jernih) , tidak berasa , tidak berbau,cairan
-bobot jenis : 1gr/cm3 atau 1gr/ml
-titik didih : 100 derajat C
-BM : 7
-stabiitas : stabil dalam udara
-rumus molekil : H2O

III.ALAT DAN BAHAN


ALAT
Gelas ukur
Mortir + stamper
Batang pengaduk
Timbangan
Anak timbangan
Sendok tanduk
Sudip
Kertas perkamen

BAHAN
Erithromicin
PGS
Aquadest
Sirupus simplex
Nipagin
Essen jeruk

IV.FORMULA

R/ erithromicin 200mg/cth
PGS 2%
Sirupus Simplex 20ml
Nipagin 0,1%
Essen jeruk 3tetes
Sunset yellow 3tetes
Aquadest ad 120ml
V.PERHITUNGAN BAHAN

Fornas hal 126


Untuk tiap 5ml suspense jadi mengandung EES setara atau 1,17g EES setara dengan 1gram
eritromicin
Erithromicin : 120 ml / 5ml x 200mg = 4800mg
Sediaan yang ada : (EES)
1,17 g / 1g x 4800 mg = 5616mg
PGS : 2% x 120 = 2,4g
Air untuk PGS :7xPGS = 7x2,4g=16,8cc
Sirupus simplex : 20ml
Nipagin : 0,1%x120 = 0,12 = 120mg
Aquadest ad 120ml
Essen jeruk 3 tetes
Sunset yellow 3 tetes

VI.PENIMBANGAN BAHAN :

No Nama Bahan Formula


1 Erithromicin (EES) 4,8 gram (5,6 gram)
2 PGS 2,4gram
3 Sirup simplek 20ml
4 Nipagin 120mg
6 Sunset yellow 3 tetes
7 Essense orange 3 tetes
8 Aquadest ad 120ml

VII.CARA PEMBUATAN

1. Persiapkan alat dan bahan .


2. Mengkalibrasi botol sesuai volume yang diinginkan
3. Timbang EES , gerus sampai halus lalu sisihkan.
4. Timbang PGS , gerus halus lalu tambah aquadest 7x berat PGS campur sampai membentuk
mucilage
5. Masukkan serbuk erithromicin dalam mucilage , campur sampai homogen.
6. Timbang nipagin , gerus halus masukkan dalam campuran diatas sampai homogen.
7. Ukur sirupus simplek , masukkan dalam campuran diatas campur homogen.
8. Masukksn aquadest untuk mengencerkan , masukkan dalam botol.
9. Teteskan essen jeruk dan sunset yellow dalam botol masing-masing 3tetes
10. Ad aquadest sampai tanda batas kocok sampai homogen. Beri etiket dan masuk wadah.

VIII.UJI SEDIAAN

1. Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis adalah pemeriksaan langsung dengan menggunakan panca
indra,yaitu :
a. Warna zat diperiksa dengan mata
b. Rasa zat diperiksa dengan lidah
c. Bau zat diperiksa dengan hidung
Pemeriksaan suspense bertujuan apakah suspense yang dibuat sudah sesuai dengan standar
suspensi yaitu berupa suspense yang mempunyai rasa dan bau yang sedap.
Organoleptis :
a. Warna : tidak terlalu kuning
b. Bau : jeruk
c. Rasa : sedikit asam
2. pH
Pemeriksaan pH dengan mengunakan pH meter , yaitu disesuaikan dengan pH usus karena
absorbansi di usus sehingga pH sediaan harus sama dengan pH usus
pH : 5,8

3. Bobot jenis (Bj)


Pemeriksaan bobot jenis dengan menggunakan piknometer.
Formula 1a
Berat piknometer kosong 17,05g
Berat piknometer + suspense 43,05g
Berat piknometer + air 43,35g
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 + 𝑒𝑙𝑖𝑘𝑠𝑖𝑟) − (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
𝐵𝑗 =
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 + 𝑎𝑖𝑟) − (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)

Bj = (43,05𝑔 − 17,05𝑔)/(42,35𝑔 − 17.05𝑔)


= 26 g / 25,3g
= 1,027
Bj = p.zat / p.air
= 1,02 / 0,99707
= 1,023

IX.PEMBAHASAN

Pada praktikum ini kelompok 1 membuat suspense antibiotic erithromicin dengan menggunakan PGS .
Suspensi yang didapat terlalu encer dibandingkan dengan suspensi yang mengunakan CMC Na . Hal ini
dikarenakan CMC Na memang ditujukan untuk suspensi kental.
Tujuan pembuataan suspensi untuk obat-obat tertentu yang tidak stabil secara kimia bila ada dalam
larutan tapi stabil dalam suspensi . ( Ansel,1989)
Ketentuan penggunaan suspending agent :
Untuk obat berkhasiat keras disuspensi dengan pulvis gummosus sebanyak 25 dari jumlah cairan obat
minum.
Untuk obat yang tidak berkhasiat keras disuspensikan dengan pulvis gummosus sebanyak 15 dari cairan
obat minum. Air yang digunakan untuk mengencerkan PGS adalah 7x jumlah PGS.
Pada formula ini adalah menggunakan bahan berkhasiat keras oleh karena itu menggunakan PGS 2% . (
Moh.Anief,1997)
Pulvis gummosus adalah campuran serbuk sama banyak pulvis gummi arabici,tragacant, dan saccharum
album ( Moh.Anief,1997)
Penggunaan erythromycin disetarakan dengan EES dengan perbandingan 1,17g EES setara dengan 1g
erythromycin . (Fornas,hal.126)
Pada sediaan terdapat nipagin sebagai bahan pengawet dengan kadar 0,1%-0,2% . ( Ansel,1989)
pH yang didapat pada uji ini lebih cenderung ke pH basa , hal ini mungkin dikarenakan pengaruh dari
kebersihan alat yang digunakan serta cara kerja masing-masing kelompok.
Bobot jenis pada suspense PGS dan CMC Na tidak terlalu jauh.
Sedangkan kekentalan tidak dapat diukur karena factor dari pembuaatan sediaan yang kurang.
X.KESIMPULAN

1. suspensi dengan menggunakan PGS lebih encer dibandingkan dengan yang menggunakan CMC
Na
2. penggunaan suspending agant CMC Na ditujukan untuk membentuk suspensi yang kental
bertujuan agar mengendap perlahan namun harus hati-hati bila terjadi deflokulasi (terjadi cake
yang keras dan susah untuk tersuspensi kembali)
3. Penggunaan PGS bisa dibuat lebih kental dengan penambahan pengental yang dipakai sebagai
pemanis juga, yaitu : sorbitol,gliserol
4. Suspending agent PGS bentuknya kurang menyenangkan karena lebih encer , namun
memungkinkan tidak terjadi cake dan mudah terdispersi kembali . Selain itu pembuatan dengan
suspending agent PGS lebih mudah disbanding CMC Na.

XI.DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011-2012.Petunjuk Praktikum Teknologi Farmasi.Akademi Farmasi Nusaputra
Semarang.Semarang;Indonesia
Ansel.1985.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.Jakarta
Anief,Moh.1997.Ilmu Meracik Obat.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta;Indonesia

Mengetahui Semarang, Oktober 2012


Dosen Pembimbing Praktikan

Solichah R .S.Farm.,Apt. Andriana Rika Yunawan


Agustina Putri . S.Farm.,Apt. (110002/AKF)

Anda mungkin juga menyukai