Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI-SOLID LIQUID

P-1

SUSPENSI

Disusun Oleh :

Nama : AISAH IRAWATI

NIM : 1808010076

Golongan : B3

Kelompok :3

Shift :2

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020

1
P1

SUSPENSI

I. TUJUAN

1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa tentang sediaan suspensi.


2. Meningkatkan keterampilan teknik mahasiswa dalam proses pembuatan dan evaluasi
sediaan suspensi.

II. DASAR TEORI

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair (Dirjen POM 2014).

Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk
halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai yang ditujukan
untuk penggunaan oral. (Syamsuni, 2006).

Rute pemberi obat melalui oral merupakan cara pemberian yang umum dilakukan,
dimana selama satu dekade formulasi liquid sangat disarankan untuk penggunaan pada
pasien pediatric dan geriatric karena flexibilitasnya yang meliputi dosis yang besar,
keamanan, dan kenyamanan pemberian.

Suspensi memiliki kelebihan dalam hal disintegrasi dan kelarutan yang lebih baik
dibandingkan sediaan tablet. Umumnya suspensi yang tersedia di pasaran antara lain:
antibiotik, antasida dan analgesik. Sebagian besar obat yang diformulasi dalam bentuk
suspensi oral telah diperkenalkan di pasaran, untuk menanggulangi masalah pengenceran
yang kurang tepat, terkait dengan kekeliruan ketika pelabelan. (Ahmed, 2010)

Menurut Bambang (2007), terdapat beberapa metode dalam proses pembuatan


sediaan suspensi, yaitu:

1. Metode flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel obat terflokulasi merupakan agregat yang bebas
dalam ikatan lemah. Sistem ini peristiwa sedimentasi cepat terjadi dan partikel
mengandap sebagai flok (kumpulan partikel). Sedimen terbentuk dalam keadaan
“terbungkus” dan bebas, tidak membentuk “cake” yang keras dan padat serta mudah
terdispersi kembali ke bentuk semula. Sistem ini kurang disukai karena sedimentasi
cepat terjadi dan terbentuk lapisan yang jernih dan nyata di atasnya.

2. Metode deflokulasi
Dalam metode deflokulasi, partikel terdeflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya
membentuk “cake” yang keras dan sukar terdispersi kembali. Pada metode ini partikel
suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain, dan masing-masing partikel

2
mengendap secara terpisah. Jika kecepatan pengendapan dapat ditahan dalam jangka
waktu yang lama, metode ini lebih disukai karena tidak terjadi lapisan yang bening
(berkabut) dan terbentuk endapan secara perlahan.

3. Metode kombinasi
Kecepatan (laju) sedimentasi harus sekecil mungkin sehingga partikel tetap dalam
bentuk dispersi merata dan apabila terbentuk endapan (cake) maka dengan mudah
terdispersi kembali dengan penggojokan ringan, sehingga stabilitas suspensi menjadi
optimal. Kondisi ideal ini dapat dicapai dengan penggabungan kedua metode di atas.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pembuatan sediaan suspensi menurut
Syamsuni (2006), yaitu:

1. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta
daya tekan ke atas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel
merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas
penampang dengan daya tekan ke atas terdapat hubungan linier. Artinya semakin
kecil ukuran partikel semakin besar luas penampangnya (dalam volume yang sama).
Sedangkan semakin besar luas penampang partikel, daya tekan ke atas cairan akan
semakin besar, akibatnya memperlambat gerakan partikel untuk mengendap.
Sehingga, untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan
memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (Viskositas)
Kekentalan suatu cairan memengaruhi pula kecepatan aliran cairan tersebut, semakin
kental suatu cairan, kecepatan alirannya semakin turun atau semakin kecil. Kecepatan
aliran dari cairan tersebut akan memengaruhi pula gerakan turun partikel yang
terdapat di dalamnya. Dengan demikian, dengan menambah kekentalan atau
viskositas cairan, gerakan turun partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Perlu
diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang.
3. Jumlah partikel (Konsentrasi)
Jika di dalam suatu ruangan terdapat partikel dalam jumlah besar, maka partikel akan
sulit melakukan gerakan bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.
Oleh benturan ini akan menyebabkan terbentuknya endapan zat tersebut, oleh karena
itu semakin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinannya terjadi endapan
partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat atau muatan partikel
Suatu suspensi kemungkinan besar terdiri atas beberapa macam campuran bahan
yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi
antar bahan yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena
sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, kita tidak dapat memengaruhinya.

3
Suspending agent adalah bahan pengental untuk menaikkan viskositas dari suspensi,
umumnya bersifat mudah mengembang di dalam air (hidrokoloid) (Syamsuni, 2006).

Menurut Syamsuni (2006), bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan
menjadi:

1) Bahan pensuspensi dari alam


Bahan alam dari jenis gom sering disebut “gom atau hidrokoloid”. Gom dapat larut
atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk
musilago atau lendir. Bahan pensuspensi ini terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Gom arab meliputi akasia, chondrus, tragakan, dan algin.
b. Bahan pensuspensi alam bukan gom adalah tanah liat.
2) Bahan pensuspensi sintesis
Bahan ini terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Derivat selulosa, contohnya metil selulosa (methosol, tylose),
karboksimetilselulosa (CMC), dan hidroksimetil selulosa.
b. Golongan organik polimer, contohnya adalah carbophol 934.
Adapun sifat yang lebih spesifik untuk suspensi farmasi:

 Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap secaralambat dan harus
rata kembali bila dikocok.
 Zat yang tersuspensi (disuspensikan) tidak boleh cepat mengendap.
 Partikel-partikel tersebut walaupun mengendap pada dasar wadah tidak boleh
membentuk suatu gumpalan padattapi harus dengan cepat terdispersi kembali
menjadi suatu campuran homogen bilawadahnya dikocok.
 Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuranpartikel dari
suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.
 Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogeny.
(Ansel, 2005)
Keuntungan suspensi menurut Syamsuni (2006); Anief (1987), yaitu:

 Ukuran partikel lebih kecil sehingga lebih mudah diabsorbsi.


 Suspensi injeksi mudah disuntikkan dan tidak menyumbat jarum suntik.
 Dapat menutupi bau dan rasa dari obat karena menggunakan sirup simplex.
Kekurangan suspensi menurut Syamsuni (2006), yaitu:

 Masalah dalam proses pembuatan suspensi (cara memperlambat penimbunan partikel


serta menjaga homogenitasnya).
 Terjadinya agregasi yang membuatnya tidak terdistribusi merata.

4
III. ALAT DAN BAHAN

Alat :
 Timbangan 1
 Mortir & stamper 1
 pH meter 1
 Gelas ukur 1
 Botol Kaca 1

Bahan :
 Purifed Bentonite ( Veegum Hs)
 Xanthon Gum ( Rhodigel)
 Water
 Sorbitol 70%
 Alumunium Hydroxide Gel
 Magnesium Hydroxide
 Preservative , flavor

5
IV. CARA KERJA

Cek alat, setarakan timbangan, timbang semua bahan sesuai dengan bobot yang diperlukan.

Metode yang akan digunakan pada pembuatan suspensi adalah metode praesipitasi, dimana
bahan obat akan ditambahkan ke dalam musilago yang telah terbagi, baru diencerkan.

Campurkan suspending agent yaitu xanthan gum, veegum, dan air, aduk hingga terbentuk
mucilago, lakukan di dalam mortir.

Zat aktif yaitu Mg hidroksida atau Al hidroksida dimasukkan ke dalam mortir, aduk
homogen.

Tambahkan stabilizing agent yaitu sorbitol 70%, aduk hingga homogen.

Encerkan dengan air, tambahkan preservatif atau flavor sampai dengan 100 ml.

Masukkan ke dalam botol yang telah dikalibrasi, beri etiket.

Lakukan evaluasi sediaan suspensi.

6
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FTS
SEMISOLID LIKUID SEMESTER GENAP TA. 2019-
LAB. TEKNOLOGI FARMASI, FAK. 2020
FARMASI, UMP
SUSPENSI Kekuatan sediaan: g/mL Nama : Aisah Irawati
Volume per botol: 100 mL NIM : 1808010076
Ukuran Bets : 3 botol Gol/Shift : B3 / 2
Kel :3
Sebelum Praktikum Tanggal Praktikum Setelah Praktikum
Diperiksa Oleh Diperiksa Oleh

7 November 2020
…………………… …………………… ……………………

PREFORMULASI
No. Keterangan
1. Nama Bahan Xanthan Gum (Rhodigel) (HOPE
halaman 782)
2. Sinonim Corn sugar gum; E415; Grindsted; Keldent; Keltrol;
polysaccharide B-1459; Rhodicare S; Rhodigel; Vanzan
NF; xanthani gummi; Xantural.
3. BM (C35H49O29)n approximately 1 x 106
4. Fungsi Agen pembentuk gel; zat penstabil; agen penangguhan;
agen lepas-lambat; zat peningkat viskositas.
5. Kadar lazim
6. Deskripsi Xanthan gum terjadi sebagai krim- atau berwarna putih,
tidak berbau, mengalir bebas,
bubuk halus.
7. Keasaman atau
kebasaan

8. Titik leleh 270O C

9. Kelarutan
10. Stabilitas Gum xanthan adalah bahan yang stabil. Larutan berair
stabil rentang pH yang lebar (pH 3-12), meskipun
menunjukkan nilai maksimum stabilitas pada pH 4–10
dan suhu 10–600C. Larutan xanthan gum dengan
konsentrasi kurang dari 1% b / v dapat merugikan
dipengaruhi oleh suhu yang lebih tinggi dari suhu
lingkungan: misalnya, viskositas berkurang.
11. Penyimpanan Xanthan gum memberikan pengentalan yang sama,
menstabilkan, dan menangguhkan properti selama
penyimpanan jangka panjang di suhu tinggi seperti pada
kondisi ambien. Sebagai tambahan, ini memastikan
stabilitas freeze-thaw yang sangat baik. Solusi juga
stabil adanya enzim, garam, asam, dan basa. Vanzan
NF-ST adalah dirancang khusus untuk digunakan dalam
sistem yang mengandung garam tinggi konsentrasi
karena larut langsung dalam larutan garam, dan
viskositasnya relatif tidak terpengaruh oleh kadar garam
yang tinggi dibandingkan dengan
nilai tujuan umum. Bahan curah harus disimpan dalam
wadah tertutup baik,sejuk, tempat kering.

7
12. Inkompabilitas Gum xanthan adalah bahan anionik dan biasanya tidak
kompatibel dengan surfaktan kationik, polimer, atau
pengawet, terjadi sebagai pengendapan. Surfaktan
anionik dan amfoter pada konsentrasi di atas 15% b / v
menyebabkan pengendapan getah xanthan dari sebuah
larutan.

No. Keterangan
1. Nama Bahan Aluminium Hydroxide Gel (FI VI
halaman 101)
2. Sinonim
3. BM 78,00
4. Fungsi

5. Kadar lazim
6. Deskripsi Suspensi kental, putih, jika dibiarkan akan terjadi
sedikit cairan jernih yang memisah.
7. Keasaman atau
kebasaan

8. Titik leleh

9. Kelarutan
10. Stabilitas
11. Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan hindarkan dari
pembekuan.
12. Inkompabilitas

No. Keterangan
1. Nama Bahan Air murni (FI V
halaman 63)
2. Sinonim
3. BM 18,02
4. Fungsi Digunakan untuk pembuatan sediaan-sediaan (pelarut).

5. Kadar lazim
6. Deskripsi Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

7. Keasaman atau
kebasaan

8. Titik leleh

9. Kelarutan
10. Stabilitas
11. Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat

12. Inkompabilitas

8
No. Keterangan
1. Nama Bahan Magnesium Oksida (FI Ed V
hal 804)
2. Sinonim Calcined magnesia
3. BM 40,30
4. Fungsi Agen anticaking; agen pengemulsi; glidan; tablet dan
kapsul Pengencer.

5. Kadar lazim Secara terapi, 250–500 mg oral sebagai antasid dan 2–5 g
sebagai osmotik

6. Deskripsi Serbuk atau serbuk granul putih; sangat ruahmatau relatif


padat.

7. Keasaman atau pH = 10,3


kebasaan
8. Titik leleh Titik didih 3600 ̊C, Titik leleh 2800 ̊C

9. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam asam encer;
tidak larut dalam etanol
10. Stabilitas Stabil pada suhu dan tekanan normal, membentuk
magnesium hidroksida di hadapan air, higroskopis
11. Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.

12. Inkompabilitas Bereaksi dengan senyawa asam dalam keadaan padat


untuk membentuk garam, mengurangi
ketersediaanhayati, fenitoin, trichlormethiazide,dan
antiarimik, dapat dampak negatif pada stabilitas kimia
solid-state obat-obatan

No. Keterangan
1. Nama Bahan Bentonit (FI V hal 218)

2. Sinonim Bentonitum (HOPE hal 53)


3. BM
4. Fungsi Adsorbent; agen stabilisasi; agen pensuspensi
;meningkatkan viskositas
5. Kadar lazim
6. Deskripsi Serbuk sangat halus bebas dari butiran kasar; warna
kekuningan pucat sampai krem atau keabu-abuan; tidak
berbau; rasa agak seperti tanah; higroskopis
7. Keasaman atau PH = 9,5–10,5
kebasaan

9
8. Titik leleh

9. Kelarutan Tidak larut dalam air, tetapi mengembang sampai


hampir dua belas kali volume jika ditambah air; tidak
larut dan tidak mengembang dalam pelarut organik.
10. Stabilitas Higroskopis
11. Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.

12. Inkompabilitas Penambahan alcohol signifikan dapat mengendapkan


bentonite, flokulasi terjadi ketika elektrolit atau suspensi
bermuatan positif ditambahkan.

No. Keterangan
1. Nama Bahan Sorbitol (FI ed V hal 1210)

2. Sinonim
Meritol; Neosorb; Sorbitab; sorbite; Sorbitol Instant;
sorbitolum; Sorbogem.
3. BM 182,17
4. Fungsi Humectant; plasticizer; agen stabilisasi; agen pemanis;
tablet dan pengencer kapsul.
5. Kadar lazim
6. Deskripsi Serbuk; granul atau lempengan; higroskopis; putih;
manis.
7. Keasaman atau pH = 4,5–7,0
kebasaan
8. Titik leleh Bentuk anhidrat: 110–1128 ̊C; Polimorf Gamma:
97,78 ̊C; Bentuk metastable: 938 ̊C
9. Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol,
dalam metanol dan dalam asam asetat.

10. Stabilitas Sorbitol secara kimia relatif inert dan kompatibel


dengan sebagian besar excipients, stabil di udara,
11. Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.

12. Inkompabilitas Bereaksi dengan besi oksida menjadi berubah warna,


Sorbitol akan membentuk chelates larut dalam air
dengan banyak divalen dan ion logam trivalen dalam
kondisi asam dan basa yang kuat. Penambahan glikol
polietilena cair ke larutan sorbitol, dengan agitasi yang
kuat, menghasilkan gel lilin yang larut dalam air dengan
titik leleh 35–40 ̊C.

10
FORMULA DAN PERHITUNGAN UNTUK PENIMBANGAN/PENGUKURAN

NO. NAMA Mg/ PER BOTOL (100 mL) PER BETS ( 300
BAHAN ml mL)

Perhitungan Hasil Perhitungan Hasil


1. Purifed 5 mg 5 𝑚𝑔 0,5 g 0,5 x 3 1, 5 g
× 100 𝑚𝑙
Bentonite 1 ml

( Veegum Hs)
2. Xanthon Gum ( 2 mg 2 𝑚𝑔 0,2 g 0,3 x 3 0,9 g
× 100 𝑚𝑙
Rhodigel) 1 ml

3. Water 401 mg 401 𝑚𝑔 40,1 40,1 x 3 120,3


× 100 𝑚𝑙
1 ml
g g

4. Sorbitol 70% 200 mg 200 𝑚𝑔 20 g 20 x 3 60 g


× 100 𝑚𝑙
1 ml

5. Alumunium 360 mg 360 𝑚𝑔 36 g 36 x 3 108 g


× 100 𝑚𝑙
Hydroxide Gel 1 ml

6. Magnesium 320 mg 320 𝑚𝑔 32 g 32 x 3 96 g


× 100 𝑚𝑙
Hydroxide 1 ml

7. Preservative , qs qs qs qs qs

flavor

Perhitungan khusus untuk label:


Zat aktif per 5 mL:

PERALATAN
NAMA ALAT & JUMLAH NAMA ALAT & JUMLAH
SPESIFIKASI
SPESIFIKASI
Timbangan 1
Mortir & stamper 1
pH meter 1
Gelas ukur 1
Botol Kaca 1

11
SPESIFIKASI PRODUK JADI
Parameter yang Spesifikasi Metode Uji Interpretasi Hasil Uji Referensi Hasil Uji Kesimpulan
Diuji
Penampilan Warna :putih Evaluasi organoleptis suspensi dilakukan dengan Jurnal
Bentuk:Terdispersi menilai perubahan rasa, warna, dan bau.
merata
Rasa :Manis
Bau :Khas
Keseragaman >1,00 g/ml Uji bobot Jenis diukur dengan piknomete. piknometer FI V,
sediaan/(keseragaman lampiran
ditimbang pada suhu ruang (25° C). Pertama
kandungan) <911>
piknometer yang kering dan bersih ditimbang (A
gram). Kemudian diisi dengan air dan ditimbang
kembali (A1 gram). Air dikeluaran dari piknometer dan
piknometer dibersihkan. Sediaan lalu diisi dalam
piknometer dan timbang (A2 gram). Dihitung bobot
jenis
sediaan suspensi

Keseragaman volume

Volume terpindahkan Volume rata-rata Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100% dari FI V,
larutan atau sirup yang tertera pada etiket akan tetapi tidak satu wadah lampiran
yang diperoleh dari pun volumenya kurang dari 95% atau B adalah tidak <1261>
30 wadah tidak lebih dari 1 wadah, volume kurang dari 95% tetapi
kurang dari100% tidak kurang dari 90% volume tertera
12
dari yang tertera di pada etiket dilakukan uji tambahan terhadap 20 wadah
etiket,dan tidak tambahan.
lebih dari 1 dari 30
wadah volume
kurang dari 95%
tetapitidak kurang
dari 90% dari yang
tertera di etiket.
pH 5-6 Suspensi ibuprofen ditentukan dengan menggunakan Jurnal
pH meter digital. Kalibrasi alat, lalu elektroda dari pH
meter digital
dicelupkan ke dalam suspensi, biarkan selama 30 detik,
catat nilai pH yang muncul pada layar alat.
Densitas

Disolusi 10-1000nm Sebanyak 10,0 mL suspensi nanopartikel itambah 5,0 (Napsah


mL PBS dan ditempatan kedalam dialysis membrane, dan
kemudian membran tersebut dimasukkan dalam 95,0 Wahyuni,
mL media disolusi. Suhu media diatur pada suhu 37°C 2013)
± 0,5°C dan diputar dengan kecepatan 100 rpm
menggunakan magnetic stirrer, dilakukan sampling
pada waktu 1 dan 2 jam dengan mengambil volume 5,0
mL dan menganti dengan PBS volume 5,0 mL sesuai
volume sampel yang diambil
(Andasari, 2017). Hasil sampling kemudian diukur
menggunakan particle Size Analyzer (PSA) untuk
mengetahui ukuran partikel setelah disolusi

13
Volume sedimentasi < 1 atau > 1 Sebanyak 100 ml suspensi dimasukkan ke dalam gelas (Wahyuni,
ukur 100 ml kemudian didiamkan selama 4 minggu
2017)
dan diamati endapannya setiap minggu. Volume
sedimentasi (F) dihitung dari perbandingan antara
volume akhir endapan (Vu) dengan volume awal
suspensi sebelum mengendap (Vo).
Redispersibilitas 100% dan tidak Dilakukan dengan cara memasukkan sediaan suspensi Jurnal
terjadi caking saat ke dalam botol 100 ml, kemudian diamati berapa
pengocokan dan
jumlah pengocokan yang diperlukan hingga suspensi
mudah terdispersi
kembali saat terdispersi dengan baik dan redispersi dilakukan
pengocokan,waktu dengan cara membalikkan botol dengan sudut 90o.
maksimal 30 detik
Pengamatan dilakukan selama 4 minggu dan diamati
setiap satu minggu (Voigt, 1995).
Viskositas 37cP-396 cP, Uji visikositas dilakukan dengan menggunakan Jurnal
visikometer stormer. Cara penentuan visikositas dari
sediaan suspensi adalah sebagai berikut: masukan
sediaan suspensi sebanyak 50 mL kedalam cup. Alas
wadah dinaikkan sedemikian rupa sehingga slinder
(bob) tetap berada ditengah – tengah cup dan terbenam
dalam sediaan. Skala diatur sehingga menunjukkan
angka nol. Berikan beban tertentu dan lepaskan kunci
pengatur

14
putaran sehingga beban turun dan mengakibatkan bob
berputar. Catatlah waktu yang diperlukan bob untuk
berputar 100 kali putaran. Dengan menambah dan
mengurangi beban akan didapat pengukuran pada
beberapa kecepatan
geser.

15
SPESIFIKASI BAHAN PENGEMAS
Botol, warna cokelat, ukuran 100 ml

PROSEDUR KERJA
(dalam bentuk bagan alir, singkat, padat)

Cek alat, setarakan timbangan, timbang semua bahan sesuai dengan bobot yang
diperlukan.

Metode yang akan digunakan pada pembuatan suspensi adalah metode


praesipitasi, dimana bahan obat akan ditambahkan ke dalam musilago yang telah
terbagi, baru diencerkan.

Campurkan suspending agent yaitu xanthan gum, veegum, dan air, aduk hingga
terbentuk mucilago, lakukan di dalam mortir.

Zat aktif yaitu Mg hidroksida atau Al hidroksida dimasukkan ke dalam mortir,


aduk homogen.

Tambahkan stabilizing agent yaitu sorbitol 70%, aduk hingga homogen.

Encerkan dengan air, tambahkan preservatif atau flavor sampai dengan 100 ml.

Masukkan ke dalam botol yang telah dikalibrasi, beri etiket.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Aejaz dan Asgar Ali. 2012. Formulation and In vitro Evaluation of Readyuse

Suspension of Ampicilin Trihydrate. International Journal of Applied


Pharmaceutics Vol 2, Issue 3, 2010

Anief, M. A. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta: UI Press

Bambang, P. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Dirjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi Ke-V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

17
PERTANYAAN P1
PERTANYAAN P1

1. Jelaskan fungsi masing-masing bahan tambahan beserta alasan pemilihan bahan.

2.Jelaskan tahap pembuatan sediaan suspensi.

3.Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan suspensi.

JAWAB

1. Fungsi masing-masing bahan:

 Purified Bentonite (Veegum HS) untuk Adsorbent; agen stabilisasi; agen


pensuspensi ;meningkatkan viskositas
 Xanthan Gum (Rhodigel) untuk zat penstabil
 Water sebagai pelarut
 Sorbitol 70% untuk agen stabilisasi
 Aluminium hydroxide gel
 Magnesium hydroxide untuk Agen anticaking; agen penstabil
 Preservative, Flavour sebagai pengawet dan perasa pada sediaan

2.Tahapan pembuatan suspensi ada dua yaitu metode dispersi dan metode presipitasi.
Metode dispersi tahapannya buat musilago terlebih dahulu lalu tambahkan zat padat yang
tidak larut dalam air gerus sampai homogen. Metode presipitasi zat atau partikel yang
hendak didispersikan dilarutkan dengan pelarut organik setelah larut diencerkan dengan
larutan pensuspensi dalam air (mucilago) yang telah dibuat.

3.-Ukuran partikel

Semakin kecil ukuran partikel suspensi gaya berat ke bawah semakin kecil dibanding
partikel berukuran besar, maka laju pengendapan semakin kecil.

-viskositas (kekentalan)

Semakin tinggi viskositas suspensi,jarak antara partikel semakin cenderung tidak


berikatan dan energi kinetiknya akan berkurang sehingga laju pengendapan akan semakin
kecil.

-Muatan Partikel

18
Penyusun suspensi yang sejenis akan menyebabkan adanya gaya tolak-menolak antara
partikel dan menyebabkan partikel-partikel tidak dapat berikatan satu sama lain sehingga
partikel sulit mengendap dan terbentuk sistem suspensi terdeflokulasi. -suhu semakin
tinggi suhu viskositas suspensi akan semakin rendah.

19
FORMULASI DAN EVALUASI STABILITAS FISIK SUSPENSI IBUPROFEN
MENGGUNAKAN KOMBINASI POLIMER SERBUK GOM ARAB DAN NATRIUM
KARBOKSIMETILSELULOSA
Rina Wahyuni 2) , Syofyan 1), Septa Yunalti 2)
1)
Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang
2)
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang

ABSTRACT

The research about formulation and evaluation of physical stability of ibuprofen suspension using arabic gom
and natrium carboxymethylcelulose as suspending agent had been done. Concentration of arabic gom and
natrium carboxymethylcelulose were 2.5 : 0.25, 5 : 0.5, 2.5 : 0.75 and 5 : 1 % for F1, F2, F3 and F4
respectinely. Evaluation of physical stability had been done for 8 weeks, ie organoleptic, density, viscosity,
volume of sedimentation, redispresion, pH, freeze thaw cycling, crystal growth and particle size distribution.
Concentration of arabic gom and natrium carboxymethylcelulose had been influenced the physical stability of
suspension.

Keywords :Ibuprofen, Suspension, Polimer, Pulvis Gummi Arabici, Natrium Carboxymethylcelulose

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi dan evaluasi stabilitas fisik suspensi ibuprofen menggunakan
gom arab dan natrium karboksimetilselulosa sebagai zat pensuspensi. konsentrasi gom arab dan natrium
karboksimetilselulosa adalah 2,5 : 0,25 5 : 0,5 2,5 : 0,75 dan 5 : 1% untuk F1, F2, F3 dan F4 berturut-turut.
Evaluasi stabilitas fisik dilakukan selama 8 minggu yang meliputi organoleptis, bobot jenis, viskositas, volume
sedimentasi, redispersi, pH, freeze thaw cycling, pertumbuhan kristal dan distribusi ukuran partikel. Dari hasil
penelitian diketahui konsentrasi gom arab dan natrium karboksimetilselulosa mempengaruhi stabilitas fisik
suspensi ibuprofen.

Kata kunci : Ibuprofen, Suspensi, Polimer, Gom arab, Natrium Karboksimetilselulosa

PENDAHULUAN atau kapsul dari obat yang sama),


Suspensi dapat didefinisikan mudahnya menelan cairan, mudah
sebagai preparat yang mengandung diberikan untuk anak-anak juga mudah
partikel obat yang terbagi secara halus diatur penyesuaian dosisnya untuk anak
disebarkan secara merata dalam pembawa (Ansel, 2008). Kesulitan dalam formulasi
dimana obat menunjukkan kelarutan yang suspensi adalah pembasahan fase padat
sangat minimum (Ansel, 2008). Suspensi oleh medium suspensi, yang artinya,
adalah sediaan cair yang mengandung suspensi merupakan suatu sistem yang
partikel padat tidak larut yang terdispersi tidak dapat bercampur (Lachman, et al.,
dalam fase cair (Kementerian Kesehatan 1994).
RI, 2014). Kestabilan fisik dari suspensi sendiri
tablet, kapsul, suspensi dan berbagai bisa didefinisikan sebagai keadaan dimana
larutan sediaan farmasi (Ansel, 2008). partikel tidak menggumpal dan tetap
Formulasi obat dalam sediaan terdistribusi merata di seluruh sistem
suspensi memiliki keuntungan yaitu dispersi. Karena keadaan yang ideal jarang
rasanya yang lebih enak juga dapat menjadi kenyataan, maka perlu untuk
meningkatkan absorpsi obat sehingga menambah pernyataan bahwa jika partikel-
dapat meningkatkan bioavailabilitas dari partikel tersebut mengendap, maka
obat (Hussein et al., 2009). Selain itu, ada partikel-partikel tersebut harus dengan
beberapa alasan lain pembuatan suspensi mudah disupensi kembali dengan sedikit
oral untuk banyak pasien yaitu bentuk cair pengocokan saja (Martin, et al., 1993).
lebih disukai daripada bentuk padat (tablet

56
Dalam penelitian ini digunakan visikometer stomer (Autonics PRO8-
ibuprofen sebagai obat yang memiliki 2DN), gelas ukur (Iwaki), corong, mortir,
kelarutan praktis tidak larut dalam air, stamper, pH meter (Hanna), botol kaca,
merupakan golongan obat anti inflamasi Spektrofotometer UV – VIS (UV-1800
nonsteroid derivat asam propionat yang Shimadzu), Spektrofotometer Infra Red
mempunyai efek analgetik dan antipiretik (Thermo Scientific), Mikroskop (Smic),
(Gunawan et al., 2008). Untuk zat-zat Optilap (Advance).
yang sukar untuk dibasahi, sebaiknya
dibuat menjadi suspensi, namun zat-zat Bahan
yang bersifat hidrofobik biasanya memiliki Bahan-bahan yang digunakan dalam
afinitas yang lebih kuat terhadap udara penelitian ini yaitu Ibuprofen (PT
daripada cairan, cairan sulit untuk Indofarma), Serbuk Gom Arab (PT
menghilangkan udara di sekitar zat padat Brataco), Natrium karboksimetilselulosa
sehingga partikel-partikel padat cenderung (PT Brataco), Propilenglikol (PT Brataco),
membentuk agregat yang diselubungi Sorbitol 70 % (PT Brataco), Oleum citri
udara dan akan mengambang diatas (PT Brataco), Aquadest.
permukaan medium pendispersi. Akan
tetapi, kesulitan ini dapat diatasi dengan Formulasi
penambahan surfaktan (Voight, 1994).
Polimer yang digunakan dalam Tabel I. Formulasi Sediaan Suspensi
penelitian ini adalah Serbuk gom arab dan Ibuprofen
Natrium karboksimetilselulosa, dimana Komposisi tiap
Natrium karboksimetilselulosa merupakan formulasi
turunan dari selulosa dan sering digunakan
dalam industri pangan. Kegunaannya Bahan (% b/v)
antara lain sebagai suspending agent,
stabilizing agent (Rowe, et al., 2009), F1 F2 F3 F4
sedangkan Serbuk gom arab adalah
hidrokoloid yang mudah larut dalam air. Ibuprofen 2 2 2 2
Serbuk gom arab dapat meningkatkan
stabilitas dengan peningkatan viskositas. Gom arab 2,5 5 2,5 5
Serbuk gom arab merupakan bahan
pengental suspensi yang efektif karena Natrium karboksi 0,2 0,7
0,5 1
kemampuannya melindungi koloid metilselulosa 5 5
(cahyadi, 2008). Konsentrasi Natrium
karboksimetilselulosa dan Serbuk gom Propilenglikol 25 25 25 25
arab yang digunakan sebagai suspending
agent adalah 0,25-1 % untuk Natrium Sorbitol 70 % 20 20 20 20
karboksimetilselulosa dan 5-10 % untuk
Serbuk gom arab (Rowe, et al., 2009). Oleum Citri 4 4 4 4
tete tete tete tete
METODE PENELITIAN s s s s

Alat Sunset Yellow 0,1 0,1 0,1 0,1


Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu timbangan digital Aquadest sampai 10 10 10 10
analitik (Ohaus), spatel, kertas perkamen, 0 0 0 0
kaca arloji, cawan penguap, beaker glass
(Iwaki), batang pengaduk, lemari
pendingin, autoklaf, piknometer (Iwaki),

57
Pembuatan Suspensi suspensi sebanyak 50 mL kedalam cup.
Semua bahan ditimbang, Serbuk Alas wadah dinaikkan sedemikian rupa
gom arab dilarutkan dengan air sebanyak 7 sehingga slinder (bob) tetap berada
kalinya dalam lumpang, Natrium ditengah – tengah cup dan terbenam dalam
karboksimetilselulosa ditaburkan kedalam sediaan. Skala diatur sehingga
air panas sebanyak 20 kalinya dan biarkan menunjukkan angka nol. Berikan beban
sampai mengembang dalam lumpang lain, tertentu dan lepaskan kunci pengatur
kemudian dicampurkan larutan Serbuk putaran sehingga beban turun dan
gom arab dan larutan Natrium mengakibatkan bob berputar. Catatlah
karboksimetilselulosa, ibuprofen waktu yang diperlukan bob untuk berputar
dilarutkan dengan propilenglikol, 100 kali putaran. Dengan menambah dan
tambahkan sorbitol gerus homogen. mengurangi beban akan didapat
Campuran ibuprofen ditambahkan sedikit pengukuran pada beberapa kecepatan
demi sedikit ke dalam campuran serbuk geser. Hitung kecepatan geser dalam RPM
gom arab dan Natrium dalam tiap beban yang diberikan dengan
karboksimetilselulose sambil diaduk persamaan sebagai berikut:
homogen, tambahkan pewarna kuning dan 100
RPM = × 60
oleum citri 4 tetes, diaduk homogen t
kemudian ditambahkan aquades hingga Keterangan:
100 ml. RPM : rotasi per menit
t : waktu yang dibutuhkan bob untuk
Evaluasi Sediaan Suspensi berputar 100 kali (s)
Hitung visikositas sediaan pada tiap
Penyimpanan dilakukan selama 8 kecepatan geser dengan persamaan sebagai
minggu dan dilakukan evaluasi stabilitas berikut:
fisik suspensi ibuprofen meliputi M
Ƞ= × Kv
pemeriksaan: RPM
1. Organoleptis (Sana et al., 2012) Keterangan:
Evaluasi organoleptis suspensi Ƞ : visikositas (cp)
dilakukan dengan menilai perubahan rasa, M : beban (g)
warna, dan bau. Kv : konstanta alat (cp/g s)
2. Bobot jenis (Departemen kesehatan Kurva dibuat berdasarkan hubungan
Republik Indonesia, 1995) antara kecepatan geser terhadap beban
Bobot jenis diukur dengan yang diberikan pada setiap sediaan.
menggunakan piknometer. Pada suhu 4. Pengukuran pH (Aremu & Oduyela,
ruang, piknometer yang kering dan bersih 2015)
ditimbang (A gram). Kemudian diisi Suspensi ibuprofen ditentukan dengan
dengan air dan ditimbang kembali (A1 menggunakan pH meter digital. Kalibrasi
gram). Air dikeluarkan dari piknometer alat, lalu elektroda dari pH meter digital
dan piknometer dibersihkan. Sediaan lalu dicelupkan ke dalam suspensi, biarkan
diisikan dalam piknometer dan timbang selama 30 detik, catat nilai pH yang
(A2 gram). Bobot jenis sediaan dihitung muncul pada layar alat.
dengan persamaan sebagai berikut: 5. Volume Sedimentasi (Shah, et al.,
A2− A 2014)
Bobot jenis = A1− A x BJ air pada suhu
Suspensi ibuprofen (10 mL)
ruangan. dimasukkan ke dalam gelas ukur
3. Viskositas (Martin, et al., 1993) bervolume 10 mL. Kemudian biarkan
Uji visikositas dilakukan dengan tersimpan tanpa gangguan, catat volume
menggunakan visikometer stormer. Cara awal (Vo), simpan maksimal hingga 4
penentuan visikositas dari sediaan suspensi
adalah sebagai berikut: masukan sediaan

58
minggu. Volume tersebut merupakan dari masing-masing formula dan dilakukan
volume akhir (Vu). pengelompokan ukuran partikel.
Parameter pengendapan dari suatu
suspensi dapat ditentukan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
mengukur volume sedimentasi (F) yaitu
perbandingan volume akhir endapan (Vu) Pada penelitian ini diformulasikan
dengan volume awal sebelum terjadi ibuprofen dalam bentuk sediaan suspensi.
pengendapan (Vo) yaitu (Anief, 1994): Kemajuan ilmu teknologi dalam bidang
farmasi sangat berpengaruh dalam
Vu meningkatkan mutu sediaan obat. Bahan-
F=
Vo bahan yang akan digunakan harus
tercampurkan satu dengan yang lainnya
6. Redispersi (Gebresamuel & Gebre untuk menghasilkan suatu produk obat
Mariam, 2013) yang stabil. Obat-obatan yang
kelarutannya kecil dalam air merupakan
Evaluasi suspensi ibuprofen ini suatu permasalahan besar dalam industri
dilakukan setelah pengukuran volume farmasi. Salah satu obat yang yang praktis
sedimentasi konstan. Dilakukan secara tidak larut dalam air adalah ibuprofen.
manual dan hati-hati, tabung reaksi diputar
Oleh karena ibuprofen praktis tidak larut
180° dan dibalikkan ke posisi semula. dalam air, maka dapat dibuat dalam bentuk
Formulasi yang dievaluasi ditentukan suspensi jika diinginkan dalam sediaan
berdasarkan jumlah putaran yang bentuk cair (Ansel, 2008).
diperlukan untuk mendispersikan kembali
Untuk memformulasi suatu sediaan
endapan partikel ibuprofen agar kembali
obat terlebih dahulu dilakukan
tersuspensi. Kemampuan redispersi baik
pemeriksaan zat aktif dan zat tambahan
bila suspensi telah terdispersi sempurna
yang akan dipakai untuk memformulasi
dan diberi nilai 100%. Setiap pengulangan
sediaan tersebut.
uji redispersi pada sampel yang sama,
Pada penelitian ini pembuatan
maka akan menurunkan nilai redispersi
suspensi dibuat dengan metode presipitasi
sebesar 5%.
karena zat aktif yaitu ibuprofen merupakan
7. Freeze-thawcycling (Madjid, et al.,
obat yang praktis tidak larut dalam air.
2003) Dengan pelarut organik dilakukan dengan
zat yang tak larut dalam air dilarutkan dulu
Sebanyak 50 mL dari masing-masing
formula dibekukan pada suhu 4° C dan dalam pelarut organik yang dapat
dicairkan pada suhu 40° C secara bercampur dengan air, dalam penelitian ini
bergantian selama 24 jam sebanyak enam digunakan pelarut organik propilenglikol
siklus lalu dilanjtukan dengan evaluasi (Anief, 1994).
pertumbuhan kristal dengan pengamatan Hambatan utama dalam
mikroskopis langsung menggunakan memformulasikan suspensi adalah
mikroskop cahaya yang dilengkapi dengan kestabilan fisiknya. Obat yang tidak larut
dapat memisah dari fase pembawa dan
kamera.
mengendap didasar wadah. Sangat
8. Distribusi ukuran partikel (Panda, et diharapkan bahwa sediaan mudah
al., 2011). tersuspensi dengan pengocokan ringan.
Masing-masing formula dievaluasi Pengendapan dan agregasi dapat
distribusi ukuran partikel yang dilakukan menyebabkan pembentukan caking yang
secara mikroskopis cahaya menggunakan sulit untuk terdispersi kembali, ini adalah
lensa okuler pada 100x (10x10) yang ciri dari sistem deflokulasi, dimana
dilengkapi kamera. Ukuran partikel partikel tidak mudah mengendap tetapi
dilakukan dengan mengukur 1000 partikel sulit terdispersi kembali. Oleh karena itu,

59
redispersi pada formulasi zat tidak larut fisik dari suatu sediaan suspensi dalam
dalam pembawa adalah persyaratan jangka waktu penyimpanan 8 minggu.
penting dalam evaluasi suspensi, juga Pada evaluasi organoleptis dilakukan
merupakan persyaratan penting bahwa pengamatan berupa warna, bau, dan rasa
obat tetap homogen dan stabil secara fisik selama 8 minggu. Pengamatan warna, bau
selama penyimpanan (Nep & Conway, dan rasa tidak mengalami perubahan
2011). Oleh karena itu diperlukan selama 8 minggu penyimpanan seperti
penggunaan suspending agent untuk yang dapat dilihat pada Tabel II.
meningkatkan kestabilan fisik suspensi
Suspensi yang telah dibuat kemudian
dievaluasi untuk mengetahui kestabilan

Tabel II. Hasil evaluasi organoleptis

No Formul Minggu ke
Parameter
a 1 2 3 4 5 6 7 8

Warna K K K K K K K K

1 F1 Bau J J J J J J J J

Rasa M M M M M M M M

Warna K K K K K K K K

2 F2 Bau J J J J J J J J

Rasa M M M M M M M M

Warna K K K K K K K K

3 F3 Bau J J J J J J J J

Rasa M M M M M M M M

Warna K K K K K K K K

4 F4 Bau J J J J J J J J

Rasa M M M M M M M M

Keterangan :

K : Kuning J : Jeruk M : Manis


F1 : Gom arab 2,5 %, Na CMC 0,25 % F2 : Gom arab 5 %, Na CMC 0,5
%
F3 : Gom arab 2,5 %, Na CMC 0,75 % F4 : Gom arab 5 %, Na CMC 1 %

60
Keempat formula tetap stabil secara Diketahui bahwa keempat formula
organoleptis, penambahan konsentrasi suspensi ibuprofen telah memenuhi syarat
gom arab dan natrium bobot jenis suspensi yaitu >1,00 g/mL
karboksimetilselulosa dari konsentrasi karena pada sediaan suspensi ibuprofen ini
rendah ke konsentrasi tinggi tidak pembawa yang digunakan berupa air.
mempengaruhi warna, bau maupun rasa Pengujian viskositas dilakukan untuk
suspensi ibuprofen. mengetahui seberapa besar konsistensi
Pada evaluasi bobot jenis, jika sediaan dan menunjukkan kekentalan dari
pembawa yang digunakan adalah air, maka suatu sediaan yang di ukur dengan
bobot jenis yang dihasilkan umumnya viskometer stomer. Viskositas yang terlalu
lebih besar daripada bobot jenis tinggi tidak diharapkan karena dapat
pembawanya pada Tabel III. menyebabkan masalah penuangan suspensi
dari wadah dan sulitnya sediaan untuk
Tabel III. Hasil evaluasi bobot jenis terdispersi kembali (Martin, et al., 1993).
Formula ρ (g/mL) Hasil evaluasi viskositas dapat dilihat pada
tabel IV, V, VI dan VII. viskositas yang
F1 1,14 terlalu tinggi dapat menyebabkan masalah
penuangan suspensi dari wadah dan
F2 1,12 sulitnya sediaan untuk terdispersi kembali.
Dari evaluasi viskositas, formula F3
F3 1,09 memiliki peningkatan nilai viskositas yang
paling kecil dari sebelum maupun setelah
F4 1,08 penyimpanan selama 8 minggu.

Tabel IV. Hasil evaluasi viskositas suspensi ibuprofen formula F1

Sebelum penyimpanan Setelah penyimpanan


Beban
(g) Rata-rata Rata-rata
Rpm (s-1) Ƞ (cp) Rpm (s-1) Ƞ (cp)
(s) (s)

50 87,5 68,57 37,92 31 193,55 13,43

60 73,5 81,63 38,22 27,5 218,18 14,3

70 67 89,55 40,65 26,5 226,41 16,07

80 59,5 100,84 41,25 24,5 244,89 16,98

90 53,5 112,15 41,73 22,5 266,67 17,55

100 55,5 108,11 48,1 21,5 279,07 18,63

61
Tabel V. Hasil evaluasi viskositas suspensi ibuprofen formula F2
Sebelum penyimpanan Setelah penyimpanan
Beban
(g) Rata-rata Rata-rata
Rpm (s-1) Ƞ (cp) Rpm (s-1) Ƞ (cp)
(s) (s)

50 122,5 48,98 53,08 47 127,65 20,36

60 105,5 56,87 54,86 42,5 141,17 22,1

70 92 65,22 55,81 36,5 164,38 22,14

80 81,5 73,62 56,51 32,5 184,61 22,53

90 73 82,19 56,94 30 200 23,4

100 67 89,55 58,07 28 214,28 24,26

Tabel VI. Hasil evaluasi viskositas suspensi ibuprofen formula F3


Sebelum penyimpanan Setelah penyimpanan
Beban
(g) Rata-rata Rata-rata
Rpm (s-1) Ƞ (cp) Rpm (s-1) Ƞ (cp)
(s) (s)

50 408 14,7 176,8 75,5 79,47 32,71

60 360 16,67 187,2 64 93,75 33,28

70 308,5 19,45 187,16 60,5 99,17 36,70

80 270,5 22,18 187,55 54 111,11 37,44

90 232,5 25,81 181,35 50 120 39

100 203 29,56 17,93 45 133,33 39

62
Tabel VII. Hasil evaluasi viskositas suspensi ibuprofen formula F4
Sebelum penyimpanan Setelah penyimpanan
Beban
(g) Rata-rata Rata-rata
Rpm (s-1) Ƞ (cp) Rpm (s-1) Ƞ (cp)
(s) (s)

50 263 22,81 113,97 73 82,191 31,63

60 225 26,67 117 63,5 94,48 33,02

70 194 30,93 117,69 55,5 108,10 33,67

80 212 28,30 146,99 46 130,43 31,89

90 195,5 30,69 152,49 43 139,53 33,54

100 169,5 35,39 146,9 40 150 34,66

Tabel VIII. Hasil evaluasi pH suspensi ibuprofen


Minggu ke
Formula
1 2 3 4 5 6 7 8

F1 5,03 4,99 4,99 4,99 5,00 5,00 5,02 5,00

F2 5,06 5,06 5,07 5,06 5,04 5,03 5,03 5,04

F3 5,23 5,22 5,22 5,22 5,21 5,22 5,21 5,21

F4 5,15 5,15 5,17 5,16 5,15 5,16 5,16 5,16

Hasil pengukuran pH yang dapat dilihat pada Tabel IX. Hasil evaluasi volume sedimentasi
tabel VIII, diketahui bahwa pH keempat suspensi ibuprofen
formula suspensi ibuprofen tidak berada Minggu
pada rentang antara 3,6 dan 4,6 untuk Formula
suspensi ibuprofen (Kementerian kesehatan 1 2 3 4
Republik Indonesia, 2014), Selain itu, pH
sediaan harus dipertahankan tetap berada F1 0,08 0,15 0,19 0,28
dalam pH asam karena ibuprofen pemberian
oral diabsorpsi 95 % dilambung (Tjay & F2 0,01 0,04 0,06 0,08
Rahardja, 2007). Hal ini karena tidak
tersediahnya buffer sebagai penyangga pH F3 0,03 0,05 0,08 0,1
suspensi.
Pada Tabel IX dapat dilihat hasil evaluasi F4 0,01 0,02 0,03 0,05
volume sedimentasi suspensi ibuprofen

63
Pengujian volume sedimentasi Formula 1
dilakukan untuk mengetahui rasio
pengendapan (F) yang terjadi selama
penyimpanan waktu tertentu. Pengujian
volume sedimentasi yang mana suspensi
dengan Volume sedimentasi yang baik dari
keempat formula adalah pada F1 yang
mempunyai harga < 1 atau > 1. Selanjutnya,
uji redispersi dapat dilihat pada Tabel X, ini
dilakukan untuk mengetahui kemampuan
suspensi untuk dapat terdispersi kembali Formula 2
secara homogen dengan pengocokan ringan.
Redispersi dipengaruhi oleh viskositas dari
sediaan, dimana semakin tinggi viskositas
maka redispersibilitas yang dihasilkan
semakin rendah (Popa & Ghica, 2011).

Tabel X. Hasil evaluasi redispersi suspensi


ibuprofen.

Jumlah %
Formula
perlakuan Redispersi
Formula 3
F1 >10 kali Terbentuk
caking

F2 6 kali 75

F3 5 kali 75

F4 7 kali 65

Redispersi juga dipengaruhi oleh


partikel yang terbentuk dalam suatu sistem Formula 4
suspensi, apabila terjadi caking pada
suspensi, maka akan sulit terdispersi
kembali. Sedangkan pada partikel yang
membentuk flok, sediaan masih dapat
terdispersi secara homogen (Anief, 1994).
Uji freeze thaw dapat diterapkan untuk
menekan suspensi dengan tujuan pengujian
kestabilan. Perlakuan ini mendorong
pertumbuhan partikel dan menunjukkan
keadaan kemungkinan dimasa yang akan Gambar 1. Hasil evaluasi pertumbuhan
datang setelah penyimpanan yang lama pada kristal
temperatur kamar. Dengan demikian, penting
sekali bersiap-siap terhadap perubahan dan Pengujian ini dilakukan pada setiap
distribusi ukuran partikel serta kebiasaan formula, masing – masing formula disimpan
kristal (Lachman, et al., 1994). pada suhu 4° C selama 24 jam selanjutnya
sampel disimpan pada suhu 40° C selama 24

64
jam dan ini berlangsung selama 6 siklus semua formula berada dalam keadaan stabil,
(Madjid, et al., 2003). karena rata-rata ukuran partikel berada dalam
rentang 1 – 50 mikron dan kristal yang
Hasil pengujian distribusi ukuran partikel terbentuk hanya sedikit.Selain itu,
dan pertumbuhan kristal suspensi ibuprofen penambahan bahan pelarut partikel yang
dapat dilihat pada Gambar 1, Suspensi yang terlampau banyak juga dapat menyebabkan
baik mempunyai ukuran partikel berkisar pertumbuhan kristal (Lachman, et al, 1994).
antara 1 – 50 mikron (Anief, 1994). Pada
1000

800 F1
Jumlah partikel

F2
600
F3

400 F4

200

0
1 - 50 μm 50 - 10 μm > 100 μm

Jangkauan ukuran partikel (μm)

Gambar 2. Grafik hasil distribusi ukuran partikel

Evaluasi ukuran partikel dilakukan distribusi ukuran partikel yang dilihat pada
dengan menggunakan metode mikroskopis, gambar 2, menunjukkan bahwa pada formula
karena langsung dapat diukur diameternya F1, F2, F3 dan F4 didapat ukuran partikel
menggunakan skala mikrometer, diameter terbanyak tersebar pada rentang 1 – 50 μm,
yang diukur pasti dan dapat melihat partikel hal ini menandakan bahwa keempat formula
secara langsung. Berdasarkan grafik itu berada dalam keadaan stabil.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah Ansel, H.C. (2008). Pengantar bentuk
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sediaan farmasi. (Edisi IV).
bahwa kombinasi natrium Penerjemah: Parida ibrahim.
karboksimetilselulosa dan serbuk gom arab Jakarta: Penerbit Universitas
sebagai bahan pensuspensi dapat Indonesia (UI-Press).
meningkatkan dan mempengaruhi stabilitas
fisik suspensi ibuprofen. Aremu, O.I., & Oduyela, O.O. (2015).
Evaluation of Metronidazole
DAFTAR PUSTAKA suspensions. African Journal of
Pharmacy and Pharmacology. 9
Anief, M., (1994). Farmasetika. (12), 439-450.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

65
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Martin, A., Swarbrick, J., & Cammarata, A.
(1995). Farmakope Indonesia. (1993). Farmasi fisik jilid II (Edisi 3).
(Edisi IV). Jakarta: Departemen Penerjemah: Joshita Djajadisastra.
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Gebresamuel, N., & Gebre-Mariam, T. Nep, E.I., dan Conway, B.R. (2011).
(2013). Evaluation of suspending Evaluation of Grewia
agent properties of two local polysaccharide gum as a suspending
Opuntia spp. muchilago on agent. International Journal of
Paracetamol suspension. Journal of Pharmacy and Pharmaceutics
Pharmacy and Sciences. 26 (1), 23- Sciences. 3 (2), 168-152.
29.
Panda, M., Patro, G., & Malpani, A.
Gunawan, S.G., Setiabudy, S., Nafrialdi., & (2011). Formulation and evaluation
Elysabeth. (2008). Farmakologi dan of Norfloxacin suspension with β-
Terapi. (Edisi 5). Jakarta: Balai cyclodextrin complexation.
Penerbit Fakultas Kedokteran International Journal of
Universitas Indonesia. Pharmaceutics Sciences Review and
Research. 9 (1), 173-177.
Hussein, W., Waqar, S., Khalid, S., &
Naveed, S. (2009). Importance of Popa, L., & Ghica, M.V. (2011). Ibuprofen
bioavailability of drug with pediatric suspension design and
reference to dosage form and optimized by responce surface.
formulation. Journal of Journal of Physical and Colloidal
Pharmaceutics and Cosmetology. 2 Chemistry. 59 (4), 500-506.
(7), 39-44.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., & Quinn, M.E.
Kementerian Kesehatan Republik (2009). Handbook of
th
Indonesia. (2014). Farmakope pharmaceutical excipients, (6 ed).
Indonesia. (Edisi V). Jakarta: Washington D.C : Pharmaceutical
Kementerian Kesehatan Republik Press and American Pharmacists
Indonesia. Association.

Lachman, L., Lieberman, H. A., & Kanig, Sana, S., Rajani, A., Sumedha, N., &
J. L. (1994). Teori dan praktek Mahesh, B. (2012). Formulation
farmasi industri I (Edisi 3). and evaluation of taste masked oral
Penerjemah: Siti Suyatmi. Jakarta: suspension of Dextromethorphan
Universitas Indonesia Press. hydrobromide. International
Journal of Drug Development and
Madjid, S., Naser, D. M., & Djavad, F. Research. 4 (2), 159-172.
(2003). Prevention of crystal growth
in Acetaminophen suspension by Shah, K., Shrivastava S. K., & Mishra, P.
the use of Polyvinyl pyrrolidone (2014). Formulation and evaluation
and Bovine serum albumin. of supension: Mefenamic acid
International Journal of Pharmacy produgs. Journal of Pharmacy and
and Pharmaceutics Sciences. 11 (3), Sciences. 27 (4), 917-923.
139-148.

66
Tjay, T. H., & Rahardja, K. (2007). Obat- Voight, R. (1994). Buku Teknologi
Obat Penting, Khasiat, Farmasi. (Edisi 5). Penerjemah:
Penggunaan, dan Efek Soendani Noerono. Yogyakarta:
sampingnya (edisi IV). Jakarta: Universitas Gajah Mada.
PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Kompas-Gramedia.

67

Anda mungkin juga menyukai