Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID


SUSPENSI

DI SUSUN OLEH :
Dwiyani (190208021)
Dani Ramdani (190208014)
Susy Wasilah (190208076)
Susy Aryanti (190208075)
Titin Wartini (190208078)
Yanti Lestari (190208082)
Yeni Purnamasari (190208083)

Kelompok D

AKADEMI FARMASI BUMI SILIWANGI BANDUNG


TAHUN 2020
I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa mampu membuat sediaan suspensi dengan baik dan benar


2. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap sediaan suspensi
3. Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh berbagai jenis zat pensuspensi
terhadap kualitas sediaan suspensi

II. PRINSIP
Pembuatan suspensi dengan menggunakan suspending agent tragakan dengan
membuat sediaan yang stabil dalam jangka waktu yang lama serta mengevaluasi
sediaan suspensi yang didasarkan pada penampakan fisik dari suspense tersebut
misalnya perubahan volume ,perubahan warna dan system pembentukan suspensi.

III. TEORI DASAR


Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larutyang
terdispersi dalam fase cair. (Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hlm 18). Suspensi
adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentukhalus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa. (Farmakope IndonesiaIII, Th. 1979, hal
32)
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk
halusyang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang terdispersi harus
halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan endapan
harus segera terdispersi kembali. Suspensi umumnya mengandung zat tambahan
untukmenjamin stabilitasnya, sebagai stabilisator dapat dipergunakan bahan-
bahan disebut sebagai emulgator (joenoes, 1990). Suspensi juga dapat
didefenisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi sevara
halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata dalam pembawa
dimana obat menunjukan kelarutan yang sangat minimum. Beberapa suspensi
resmi diperdagangkan tersedia dalam bentuk siap pakai, telah disebarkan dalam
cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil dan bahan tambahan farmasetik
lainnya (Ansel, 1989).
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1. Ukuran partikel
Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya
(dalamvolume yang sama ). Sedangkan semakin besar luas penampang
partikeldaya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan
partikel untukmengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut
dapat dilakukandengan memperkecil ukuran partikel.

2. Kekentalan (viscositas)
Dengan menambah viscositas cairan maka gerakan turun dari partikel
yangdikandungnya akan diperlambat. Tatapi perlu diingat bahwa
kekentalansuspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang.
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
Makin besar konsentrasi pertikel, makin besar kemungkinan terjadi endapan
partikel dalam waktu yang singkat.

4. Sifat / muatan partikel


Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari babarapa
macamcampuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian
adakemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan
bahanyang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut
sudahmerupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya.
Pada pembuatan Suspensi di kenal 2 macam sistem , yaitu sistem Deflokulasi
dan Sistem Flokulasi. Dalam system flokulasi, partikel terflokulasi adalah terikat
lemah, cepat mengendap dan mudah tersuspensi kembali dan tidak membentuk
cake. Sedangkan pada system Deflokulasi, partikel terdeflokulasi mengendap
perlahan – lahan dan akhirnya akan membentuk sendimen dan terjadi agregasidan
selanjutnya cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.

Berdasarkan Sifat :
1. Suspensi Deflokulasi
Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan
sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya
akan lambat. Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-
masing partikel menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap.
Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan
sedimentasi partikel yang halus sangat lambat.
Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif
homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang
lambat.
Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali
diredispersikarena terbentuk masa yang kompak. Sistem deflokulasi dengan
viskositas tinggi akan mencegah sedimentasitetapi tidak dapat dipastikan
apakah sistem akan tetap homogen padawaktu paronya.

2. Suspensi Flokulasi
Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepatterjadinya
sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikeldibentuk oleh
kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif besar. Cairan supernatan
pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yangdisebabkan flokul-flokul
yang terbentuk cepat sekali mengendap denganukuran yang bermacam-
macam.
Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besardan
mudah diredispersi.
Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karenakecepatan
sedimentasinya tinggi.
Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
a) Kombinasi ukuran partikel
b) Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta.
c) Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/ struktur partikeldalam
suspensi.
Syarat Suspensi :
1. FI IV, 1995, hal 18
a) Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal
b) Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus
mengandung zat antimikroba.
c) Suspensi harus dikocok sebelum digunakan
d) Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.

2. FI III, 1979, hal 32


a) Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
b) Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali
c) Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi
d) Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudahdikocok dan dituang.
e) Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran
partikeldari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada
penyimpanan.(Ansel, 356)

3. Fornas Edisi 2, 1978, hal 333


Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan,
ragidan jasad renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang
cocokterutama untuk suspensi yang akan diwadahkan dalam wadah satuan
gandaatau wadah dosis ganda.
Macam-macam Suspensi Berdasarkan Penggunaan (FI IV, 1995, hal 18)

1. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersidalam


pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukanuntuk
penggunaan oral
2. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit.
3. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
4. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
Syarat suspensi optalmik :
1. Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar
tidakmenimbulkan iritasi dan atau goresan pada kornea.
2. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras
atau penggumpalan
Untuk dapat menghasilkan sediaan suspensi yang baik, maka harus dirancang
suatu formula untuk menghasilkan suspensi yang baik . secara umum sediaan
suspensi terdiri dari :
1. Zat aktif
Zat aktif dibuat dalam bentuk sediaan suspensi secara umum adalah zat
aktifyang pada konsentrasi zat aktif yang diinginkan tidak larut sempurna
dalam air
2. Zat tambahan
3. Zat pembasah (Wetting Agent)
Berfungsi memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel,dan
mencegah penggumpalanresin dan bahan berlemak. Cara kerjadengan
meningkatkan kekentalan. Kekentalan yang berlebihan akanmempersulit
rekonstitusi dengan pengocokan. Suspensi yang baikmempunyai kekentalan
yang sedang dan partikel yang terlindung darigumpalan/aglomerasi. Hal ini
dapat dicapai dengan mencegah muatan partikel, biasanya muatan partikel ada
pada media air atau sediaanhidrofi
Faktor pemilihan suspending agent
a) Penggunaan bahan (oral / topikal)
b) Komposisi kimia
c) Stabilitas pembawa dan waktu hidup produk (shelf life)
d) Produk, sumber, inkompatibilitas dari suspending agent
4. Zat pensuspensi
Berfungsi menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudutkontak)
dan meningkatkan dispersibahan yang tidak larut. Bahan pembasah yang biasa
digunakan adalah surfaktan yang dapatmemperkecil sudut kontak antara
partikel zat padat dan larutan pembawa. Surfaktan kationik dan anionik efektif
digunakan untuk bahan berkhasiat dengan zeta potensial positif dan negatif.
Sedangkansurfakatan nonionik lebih baik untuk pembasah karena mempunyai
range pH yang cukup besar dan mempunyai toksisitas yang
rendah.Konsentrasi surfaktan yang digunakan rendah karena bila terlalu tinggi
dapat terjadi solubilisasi, busadan memberikan rasa yang tidak enak.
Cara kerja dengan menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat,
sehingga zat padat ditambahkan humektan lebih mudah kontakdengan
pembawa. Contoh : gliserin, propilen glikol, polietilen glikol,dll.
Bahan pensuspensi dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu :
1. Golongan polisakarida
a) Gom arab, tragakan dan akasia.
b) Dan sumber alam seperti agar-agar, alginat dan pektin.
c) Selulosa sintetik seperti CMC dan tilosa.
2. Golongan silikat seperti bentonit, veegum dan alumuniummagnesium
silikat.
3. Golongan protein seperti gelatin
4. polimerpolimer organik seperti karbopol 934
5. Flocculating Agent
Floculating agent adalah bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel
berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat atau floc.Floculating
agent dapat menyebabkan suatu suspensi cepat mengendaptetapi mudah di
redispersi kembali. Flokulating agent dapat dibagimenjadi empat
kelompokyaitu :
a. Surfaktan
Surfaktan ionik dan nonionikdapat digunakan sebagai floculatingagent.
Konsentrasi yang digunakanberkisar 0.001 sampai 1%b/v.Surfaktan
nonionik lebih disukai karena secara kimia lebihkompatibeldengan bahan-
bahan dalam formula yang lain. Konsentrasi yang tinggi dan surfaktan
dapat menghasilkan rasayang buruk, busa dan caking.
b. Polimer hidrofilik
Senyawa-senyawa ini memiliki bobot molekul tinggi dengan rantaikarbon
panjang termasuk beberapa bahan yang pada konsentrasi besar berperan
sebagai suspending agent. Hal ini disebabkan adanya percabangan rantai
polimer yang membentuk struktur seperti geldalam sistem dan dapat
teradsorpsi pada permukaan partikel padatserta mempertahankan
kedudukan mereka dalam bentuk systemflokulasi. Polimer baru seperti
xantin gum digunakan sebagaiflokulating agent dalam pembuatan
sulfaguanidin, bismut subkarbonat, serta obat lain. Polimer hidrofilik yang
berperan sebagaikoloid hidrofil yang mencegah caking dapat juga
berfungsi untukmembentuk flok longgar (floculating agent). Penggunaan
tunggalsurfaktan atau bersama koloid protektif dapat membentuk
suatusistem flokulasi yang baik. Pada proses pembuatan perludiperhatikan
bahwa pencampuran tidak boleh terlalu berlebihankarena dapat
menghambat pengikatan silang antara partikel danmenyebabkan adsoprsi
polimer pada permukaan satu partikel sajakemudian akan terbentuk sistem
deflokulasi.
c. Clay
Clay pada konsentrasi sama dengan atau lebih besar dari 0.1%dilaporkan
dapat berperan sebagai floculating agent pada pembuatan obat yang di
suspensikan dalam sorbitol atau basis sirup.Bentonite digunakan sebagai
floculating agent pada pembuatansuspensi bismut subnitrat pada
konsentrasi 1.7%
d. Elektrolit
Penambahan elektrolit anorganik pada suspensi dapat menurunkan
potensial zeta partikel yang terdispersi dan menyebabkan
flokulasi.Pernyataan Schulzhardy menunjukkan bahwa kemampuan
elektrolituntuk memflokulasi partikel hidrofobik tergantung dari
valensicounter ionnya. Meskipun lebih efektif elektrolit dengan valensi
tigalebih jarang digunakan dari mono. Di valensi disebabkan
adanyamasalah toksisitas. Penambahan elektrolit berlebihan atau
muatanyang berlawanan dapat menimbulkan partikel memisah masing-
masing dan terbentuk sistem flokulasi dan menurunkan kebutuhan
konsentrasi surfaktan. Penambahan NaCl dapat meningkatkanflokulasi.
Misalnya suspense sulfamerazin diflokulasi dengannatrium dodesil
polioksi etilen sulfat, suspensi sulfaguanidin dibasahi oleh surfaktan dan
dibentuk sistem flokulasi oleh AlCl3. Elektrolit sebagai flokulating agent
jarangdigunakan di indusri.

6. Acidifier
Berfungsi mengatur pH, meningkatkan kestabilan suspense,memperbesar
potensial pengawet, meningkatkan kelarutan. Acidifier yang biasa digunakan
pada suspensi adalah asam sitrat.

7. Pendapar
Berfungsi mengatur pH, memperbesar potensial pengawet,meningkatkan
kelarutan. Dapar yang dibuat harus mempunyai kapasitasyang cukup untuk
mempertahankan pH. Pemilihan pendapar yaitudengan pendapar yang pKa
nya berdekatan dengan pH yang diinginkanPemilihan pendapar harus
mempertimbangkan inkompatibilitas dantoksisitas. Dapar yang biasa
digunakan antara lain dapar sitrat, dapar posfat, dapar asetat.
8. Antioksidan (Diktat Teknologi Farmasi Sediaan Liquida dan Semisolid,
Antioksidan jarang digunakan pada sediaan suspensi, kecuali untuk zataktif
yang mudah terurai karena teroksidasi. Antioksidan bekerja efektif pada
konsentrasi rendah. Cara kerja dengan memblokir reaksi oksidatifyang
berantai pada tahap awal dengan memberikan atom hidrogen. Halini akan
merusak radikal bebas dan mencegah terbentuknya peroksida.Hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih antioksidan :
a. Efektif dalam konsentrasi rendah
b. Tidak toksik, tidak merangsang dan tidak membentuk hasil
antara(sediaan) yang berbahaya
c. Segera larut atau terdispersi pada medium
d. Tidak menimbulkan warna, bau, dan rasa yang tidak dikehendaki.
e. Dapat bercampur (compatible) dengan konstituen lain padasediaan.
Beberapa antioksidan yang lazim digunakan :
a. Golongan kuinol (ex: hidrokuinon, tokoferol, hidroksikroman, hidroksi
kumeran, BHA, BHT).
b. Golongan katekhol (ex : katekhol, pirogalol, NDGA, asam galat)
c. Senyawa mengandung nitrogen (ex: ester alkanolamin turunanamino dan
hidroksi dari fenilamin diamin, difenilamin, kasein,edestin)
d. Senyawa mengandung belerang (ex: sisteina hidroklorida)
e. Fenol monohidrat (ex: timol)

9. Pengawet
Pengawet sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung bahan
alam, atau bila mengandung larutan gula encer (karenamerupakan tempat
tumbuh mikroba). Selain itu, pengawet diperlukan juga bila sediaan
dipergunakan untuk pemakaian berulang.
Pengawet yang sering digunakan antara lain :
a) Metil / propil paraben ( 2 : 1 ad 0,1–0,2 % total)
b) Asam benzoat / Na benzoat
c) Chlorbutanol / chlorekresol (untuk obat luar / mengiritasi)
d) Senyawa amonium(amonium klorida kuarterner) → OTT denganmetil
selulosa.
10. Pemanis
Berfungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Masalah yang perlu
diperhatikan pada perbaikan rasa obat adalah :
a) Usia dari pasien. Anak
b) anak lebih suka sirup dengan rasa buah-buahan, orang dewasa lebih
suka sirup dengan rasa asam, orang tualebih suka sirup dengan rasa
agak pahit seperti kopi, dsb.
c) Keadaan kesehatan pasien, penerimaan orang sakit tidak samadengan
orang sehat. Rasa yang dapat diterima untuk jangka pendekmungkin
saja jadi tidak bisa diterima untuk pengobatan jangka panjang.
d) Rasa obat bisa berubah dengan waktu penyimpanan. Pada saat
barudibuat mungkin sediaan berasa enak, akan tetapi sesudah
penyimpanan dalam jangka waktu tertentu kemungkinan dapat
berubah.
e) Zat pemanis yang dapat menaikkan kadar gula darah ataupun yang
memiliki nilai kalor tinggi tidak dapat digunakan dalam
formulasisediaan untuk pengobatan penderita diabetes
11. Flavor
Pewarna dan pewangi harus serasi.
a) Asin : Butterscoth, Mafile, Apricot, Peach, Vanili, Wintergreenmint.
b) Pahit : Wild cherry, Walnut, Chocolate, Mint combination, Passionfruit,
Mint spice anisi
c) Manis : Buah-buahan berry, Vanili.
d) Asam : Citrus, Licorice, Root beer, Raspberry

IV. DATA FORMULASI

Aquades
Warna : Jernih
Rasa : Tidak berasa
Bau : Tidak berbau
Pemerian : Cairan jernih
Ph :7
Titik didih : 100°C
Bobot Jenis : 18,02
Stabilitas : Stabil di udara
Parasetamol (C8H9NO2)
Nama Kimia : N-asetil-4-aminofenol
Berat Molekul : 151, 16 gram/mol
Titik Lebur : 169 – 172oC (Farmakope Indonesia III, 37)
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa
pahit (Farmakope Indonesia III,37)
Kandungan : parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap
zat yang telah dikeringkan.
Kelarutan : Larut dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian
aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9
bagian propilenglikol P, larut dalam larutan alkali
hidroksida (Farmakope Indonesia III, 37)
Inkompatibiltas : tidak bercampur dengan senyawa yang memiliki
ikatan hidrogen dan beberapa antasida.
Stabilitas : Peningkatan suhu dapat mempercepat degradasi.
Terhidrolisis pada pH minimal 5-7, stabil pada
temperatur 45oC (dalam bentuk serbuk).
Polimorfisme : Tiga bentuk metastabil dari parasetamol yaitu
Osthorombik acetamoluntuk pembuatan tablet dan
monoklinik acetaminophen dengan ukuran lebih kecil
dan termodinamik yang stabil.
Penyimpanan : Dalam wadah tetutup baik, terlindung dari cahaya

Propilenglikol
Rumus molekul : C3H802
Berat molekul : 76,10 g/mol
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
rasa agak manis, dan higroskopis.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%) P
dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P,
tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan
dengan minyak lemak.
Khasiat : Antimikroba (menghambat atau membunuh bakteri)
dan desinfektan (membunuh mikroorganisme pada
benda mati.
Kegunaan : Zat tambahan dan pelarut.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Sorbitol
Warna : putih
Rasa : rasa manis
Bau : tidak berbau
Pemerian : serbuk, butiran dan kepingan.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%)
P, dalam metanol P, dan dalam asetatP.
Titik didih : suhu lebur hablur antara 174oC – 179oC
Stabilitas : terhadap udara higroskopis.
Alasan : Sebagai pemanis sekaligus mencegah kristalisasi pada tutup
botol

V. ALAT DAN BAHAN


A. Alat yang digunakan
1. Gelas ukur
2. Cawan
3. Batang pengaduk
4. Spatel
5. Piknometer
6. PH meter
7. Viskometer
8. Botol plastik 100 ml
9. Pipet tetes
10. Beaker glass
11. Stirrer
12. Magnetic stirrer

B. Bahan yang digunakan


1. Paracetamol
2. Sorbitol
3. PPG
4. Tragakan
5. Asam sitrat
6. Essense
7. Pewarna
8. Aquades

C. Formula sediaan
Paracetamol 125mg
Sorbitol 15 %
PPG 20 %
Tragakan 2%
Asam sitrat 5%
Essence q.s
Pewarna q.s
Aquades ad 5 ml
m.f suspensi 300 ml

D. Penimbangan bahan
1. Paracetamol = 125/5 x 300 = 7,5 gr
2. Sorbitol =15/100 x 300 = 45 gr
3. PPG = 20/100 x 300 = 60 gr
4. Tragakan = 2/100 x 300 = 6 gr
5. Asam sitrat = 5/100 x 300 = 15 gr
5. Essense q.s
6. Pewarna q.s
7. Aquades = 300-(7,5+45+60+6+15) = 164,25

VI. PROSEDUR PEMBUATAN


1. Campur aquades dan tragakan dalam keadaan dingin ,aquades yang digunakan
sebanyak 120 ml,kemudian dipanaskan di magnetic stirrer (800 rpm – 1000
rpm)
2. Jika sudah mengembang dan homogen ,tambahkan paracetamol ,panaskan
pada suhu 60 C (campuran 1)
3. Larutkan asam sitrat dalam aquades ( campuran 2)
4. Masukkan campuran 2 ke dalam campuran 1 (campuran 3)
5. Tambahkan sorbitol ke dalam campuran 3
6. Tambahkan PPG
7. Tunggu suhu campurannya dingin, tambahkan essence kemudian pewarna
secukupnya
8. Tambahkan sisa aquades ad 300 ml ,aduk ad homogen
9. Kemas ke dalam botol 60 ml
VII. DATA PENGAMATAN HASIL PENGUJIAN
1. Organoleptis
Warna : Orange agak keruh
Bau : bau khas jeruk
Rasa : manis

2. Pemeriksaan PH
Indikator PH universal dimasukkan ke dalam sediaan sirup selama 1 menit
,kemudian di ukur nilai PH nya. PH yang dihasilkan adalah 2 yang berarti
sirup ini bersifat sangat asam

3. Bobot jenis
Piknometer kosong (a) = 10,838
Piknometer + air (b) = 21,364
Piknometer + sirup (c) = 21,836

c−a 21,836−10,838
p= ¿ x 1 mg/ml = 0,515 mg/ml
b−a 21,364−10,838

4. Viskositas
Spindel 3 : 29
Spidel 6 : 31
Spindel 12 : 39
5. Volume terpindahkan
Volume botol 60 ml dipindakan ke dalam gelas ukur hasil nya volume menjadi
61 ml. Masih memenuhi syarat ±10 % .
6. Pengukuran volume sedimentasi
Waktu 0 menit : 60 ml
Waktu 30 menit : tidak terjadi endapan

VIII. PEMBAHASAN

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam
bentuk halus yang terdispersi kedalam fase cair yang ditunjukan untuk
penggunaan oral, topikal, tetes telinga, ophtalmik, dan sebagainya. Pada
praktikum ini sediaan yang dibuat adalah suspensi jenis oral. Suspensi oral
merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
cairan dengan bahan pengaroma yang sesuai untuk pengobatan oral. Zat yang
dapat larut dalam suasana asam, basa, atau netral, pemilihan pH kelarutan suatu
zat tidak boleh bertentangan dengan zat lain dalam sediaan tersebut. Untuk pH
kritis, untuk menjaga kelarutan oabat, sistemnya harus didapar (ditambahkan
dengan buffer ). Bahan yang digunakan antara lain : Paracetamol, PPG, sorbitol,
tragakan, asam sitrat dan aquadest.
Zat aktifnya yaitu Paracetamol, Paracetamol mengandung aktivitas sebagai
analgetik dan antipiretik. Paracetamol sebagai analgetik bekerja dengan
meningkatkan ambang rasa sakit sehingga mengurangi keluhan nyeri, dan sebagai
antipiretik bekerja langsung pada pusat pengatur panas hipotalamus, sehingga
menurunkan suhu tubuh. Paracetamol dimetabolisme dihati dan dikeluarkan
melalui ginjal. Paracetamol tidak merangsang selaput lendir lambung atau
menimbulkan pendarahan pada saluran cerna. Diduga mekanisme kerja
paracetamol adalah menghambat pembentukan prostaglandin. sorbitol sebagai anti
cap – locking, tragakan sebagai suspending agent agar sediaan yang tidak
terlarutkan dapat terdispersi secara sempurna, propylenglikol sebagai zat
pembasah, asam sitrat berfungsi mengatur pH, meningkatkan kestabilan
suspense,memperbesar potensial pengawet, meningkatkan kelarutan. dan
aquadest sebagai pelarut.
Pada uji pengukuran sendimentasi waktu 30 menit tidak terjadi endapan .
Uji ph yang didapat adalah 2 berarti sediaan dalam suasana agak asam. Ini
menunjukan sediaan kurang memenuhi syarat karena PH syarat suspensi adalah 5-
7 . Volume yang dipindahkan volume mula mula adalah 60ml ketika dipindahkan
menjadi 61 ml ,masih dalam batas wajar karena ± 10% .
Bobot jenis yang diperoleh adalah 0,515 mg/ml .

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
pembuatan sediaan larutan berupa suspensi terdapat kelebihan dan kekurangan.
Diharapkan agar dapat mempertahankan kelebihannya, dan mengatasi kekurangan
tersebut dengan membuatnya lebih baik lagi
1. Bentuk sediaan suspensi yang dibuat adalah berwarna kuning muda dan
beraroma jeruk .
2. Suspensi tidak terjadi pertumbuhan mikroba dan pengkristalan pada leher
botol

X. DAFTAR PUSTAKA

Mihaila B, Ellis D, Rozek T, Milne R. 2012. Chiral Stability Study of Oral Liquid
Clopidogrel Formulations for Infants. J Pharm Prac Res. Volume
42(2):106-10.
Rowe, Raymond C, dkk.2009.Handbook of pharmaceutical Excipients.USA:RPS
Publishing
Walker SE, Baker D, Law S. 2005. Stability of clozapine stored in oral suspension
vehicles at room temperature. Can J Hosp Pharm. Volume 58(5):279-84.
XI. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai