Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI

SOLID
PRAKTIKUM II
“PEMBUATAN SUSPENSI”

Di Susun Oleh :
Nama : Nila Apriyana
NIM : 34210379
Kelas : A/DF/III
Kelompok :A
Instruktur : apt. Ari Wahyudi, S.Farm.,M.Pharm.

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID


PRODI DIII FARMASI STIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2022
PERCOBAAN II

Pembuatan Suspensi

A. Tujuan

Mengenal cara, pembuatan dan evaluasi bentuk sediaan suspensi.

B. Dasar Teori

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut

yang terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi

adalah sediaan seperti tersebut di atas dan tidak termasuk kelompok suspensi yang

lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lain-lain. Beberapa

suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa sediaan padat

yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera

sebelum digunakan. Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat

dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang

trdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojok perlahan-

lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Suspensi adalah sistem

heterogen dari 2 fase. Fase kontinyu atau eksternal biasanya berupa cairan atau

semipadat dan fase terdispersi atau internal terdiri dari bahan partikulat yang tidak

larut tetapi terdispersi dalam fase kontinyu, bahan tidak larut dapat ditujukan

untuk absorbsi fisiologis atau fungsi penyalutan internal atau eksternal. Suspensi

adalah proses penyiapan bahan homogen yang terdiri dari fase terdispersi atau

fase internal yaitu padatan dan fase kontinyu yaitu cairan. Suspensi dapat dibagi

dalam dua jenis, yaitu suspensi yang siap digunakan atau suspensi yang
direkonstitusikan dengan sejumlah air atau pelarut lain yang sesuai sebelum

digunakan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :

1. Ukuran partikel

Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas

penampangnya (dalam volume yang sama). Sedangkan semakin besar

luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin

memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk

memperlambat Gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil

ukuran

2. Kekentalan (viskositas)

Dengan menambah viscositas cairan maka gerakan turun dari

partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tatapi perlu diingat bahwa

kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok

dan dituang.

3. Jumlah partikel (konsentrasi)

Makin besar konsentrasi pertikel, makin besar kemungkinan terjadi

endapan partikel dalam waktu yang singkat.

4. Sifat / muatan partikel

Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari babarapa

macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian

ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang

menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat

bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat

mempengaruhinya.
Suspensi dapat dibuat dengan metode sebagai berikut :

1. Metode Dispersi

Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk

bahan obat ke dalam musilago yang telah terbentuk, kemudian baru

diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran

pada saat mendispersikan serbuk ke dalam pembawa. Hal tersebut

karena adanya udara, lemak, atau kontaminan serbuk. Serbuk yang

sangat halus mudah termasuki udara sehingga sukar dibasahi

tergantung pada besarnya sudut kontak antara zat terdispersi dengan

medium. Jika sudut kontak ±90o, serbuk akan mengambang di atas

cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk

menurunkan tegangan permukaan antara partikel zat padat dengan

cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.

2. Metode Presipitasi

Dengan pelarut organik dilakukan dengan zat yang tidak larut

dalam air dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang dapat dicampur

dengan air, lalu ditambahkan air suling dengan kondisis tertentu.

Pelarut organik yang digunakan adalah etanol, metanil, propilenglikol

dan gliserin. Yang perlu diperhatikan dengan metode ini adalah

kontrol ukuran partikel yaitu terjadinya bentuk polimorfi atau hidrat

dari kristal Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu ke dalam

pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut,

larutan zat ini kemudian diencerkan dengan larutan pensuspensi


dalam air sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi.

Sediaan obat dibuat dalam bentuk suspensi karena:

1. Bahan obat tidak larut tapi masih dikehendaki dalam bentuk cair,

misalnya: untuk pasien yang tidak bisa menelan tanlet atau kapsul.

2. Untuk obat tertentu, dalam suspensi lebih stabil daripada larutan,

misalnya: Tetracyclyn Hcl.

3. Untuk obat tertentu, rasa dalam bentuk suspensi lebih enak daripada dalam

larutan,

4. Untuk tujuan, misal depo therapi, contoh: injeksi chloramphenicol

Dalam pembuatan suspensi ada 2 sistem pembuatan yakni:

1. Sistem flokulasi

Partikel yang terflokulasi adalh terikat lemah, cepat mengendap, dan pada

penyimpanan tidak terjadi cake serta mudah tersuspensi Kembali.

Sifat-sifatnya:

a. Partikelnya merupakan agregat yang bebas.

b. Sedimentasi terjadi cepat, partikel yang mengendap sebagai flokulasi

(kumpulan partikel)

c. Sedimen dalam keadaan terbungkus dan bebas, tidak membentuk cake

yang keras dan padat, mudah terdispersi Kembali

d. Wujud suspensi kurang bagus karena sedimentasi cepat terbentuk dan

diatasnya terdapat cairan yang jernih dan nyata. Dalam sistem ini

biasanya mencegah pemisahan tergantung pada partikel padat dan


derajat flokulasinya.

2. Sistem deflokulasi

Partikel terdeflokulasi mengendap perlahan sampai membentuk cake yang

keras dan sukar tersuspensi kembali.

Sifat-sifatnya:

a. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain

b. Sedimentasi lambat terjadi, masing-masing partikel mengendap

terpisah dan ukuran partikelnya miminal

c. Sedimen akan membentuk cake dan sukar terdispersi Kembali

d. Wujud suspensi bagus karena zat tersuspensi dalam waktu relatif

lama, terlihat ada endapan dan cairan diatas kabut.

 Keuntungan dan kerugiaan sediaan suspensi:

Keuntungan Bentuk Sediaan Suspensi :

1. Baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet, pil,

kapsul. terutama untuk anak-anak

2. Memiliki homogenitas yang cukup tinggi

3. Lebih mudah di absorpsi daripada tablet, karna luas permukaan

kontak dengan permukaan saluran cerna tinggi

4. Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit dari obat

5. Dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air

Kerugian Bentuk Sediaan Suspensi :

1. Memiliki kestabilan yang rendah


2. Jika terbentuk caking maka akan sulit terdispersi kembali, sehingga

homogenisitasnya menjadi buruk

3. Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sulit untuk dituang

4. Ketepatan dosis lebih rendah dibandingkan sediaan larutan

5. Suspensi harus dilakukan pengocokan sebelum digunakan

6. Pada saat penyimpanan kemungkinan perubahan sistem dispersi

akan meningkat apabila terjadi perubahan temperatur pada tempat

penyimpanan.

 Persyaratan sediaan suspensi

Menurut FI edisi III:

1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap

2. Jika dikocok harus segera terdispersi Kembali

3. Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspense

4. Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok

atau sedia dituang

Menurut FI edisi IV

1. Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal

Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu

harus mengandung anti mikroba.

2. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan.

 Aliran aliran suspensi dibagi menjadi 2 ( dua ) yaitu :

1. Aliran Newton
Aliran newton adalah ilmu yang mempelajari sifat sifat aliran dari

cairan secara kuantitatif, dimana dalam aliran newton ini berbunyi

bahwa Semakin besar Viskositas suatu cairan, maka semakin besar

tekanannya , contoh dari aliran newton yaitu untuk sediaan cream,

ketika kita ingin mengeluarkan cream dari tempatnya maka

tekanannya semakin besar semakin cepat keluarnya.

2. Aliran Non Newton

Aliran non newton adalah suatu zat yang tidak mengikuti aliran

dari newton. Aliran aliran non newton dibagi menjadi beberapa

jenis yaitu :

a. Aliran plastis ini dimaksudkan yaitu semakin cepat

pengocokan semakin cepat larutannya terdispersi kembali .

Contohnya yaitu lotion atau dapat disebut dengan handbody

dan suspensi, lotion mask dalam aliran plastis karena

mengandung banyak air dan apabila didiamkan maka tidak

akan menyatu.

b. Aliran peudoplastis maksudnya yaitu semakin ditambahkan

air kedalam campuran bahan, maka semakin mengental,

contohnya yaitu pembuatan gel.

c. Aliran dilatan yang dimaksud dengan aliran dilatan yaitu zat

zat yang mempunyai sifat sifat dilatan, contohnya yaitu

sediaan pasta.

 Evaluasi sediaan suspensi


Sediaan suspensi yang telah dibuat dilakukan evaluasi yaitu uji organoleptis, uji

homogenitas, uji pH, uji viskositas, Pengukuran volume sedimentasi Pengamatan

partikel suspensi dan uji kerapatan.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan :

1. Alat-alat pembuat suspensi

2. Alat-alat gelas

3. Pipet ukur 1 ml

4. Cawan porselin besar

5. 2 labu takar 25 ml

Bahan yang digunakan :

1. Sulfadiazina;

2. Sulfamerazina;

3. Sulfadimidina;

4. Asam sirat;

5. CMC-Na;

6. Metil paraben;

7. NaOH;
8. Syr.simplek

9. Etanol dan aquadest.

Perhitungan Bahan :

Formula :
Tiap 5 ml mengandung :
R / Sulfadiazina 167 mg
Sulfamerazina 167 mg
Suladimidina 167 mg
Asam sitrat 200 mg
CMC-Na 50 mg
Metil paraben 5 mg
NaOH 100 mg
Syr. Simpleks 1,5 mg
Etanol 50 ml
Aquades ad 5 ml
Tiap formula buat sebanyak 250 ml.

1. Sulfadiazina = 167 mg x 50 = 8,35 g

2. Sulfamerazina = 167 mg x 50 = 8,35 g

3. Suladimidina = 167 mg x 50 = 8,35 g

4. Asam sitrat = 200 mg x 50 = 10 g

5. CMC-Na = 50 mg x 50 = 2,5 g

6. Metil paraben = 5 mg x 50 = 0,25 g

7. NaOH = 100 mg x 50 = 5 g

8. Syr. Simpleks = 1,5 mg x 50 = 0,075 g


9. Etanol = 50 ml x 50 = 2.500 ml

10. Aquades ad = 5 ml x 50 = 250 ml


D. CARA KERJA

1. Cara presipitasi

CMC-Na dikembangkan dengan air panas yang tersedia sekitar 15 ml selama 15 menit
dalam Beaker glass (campuran 1)

Metil paraben dilarutkan dalam etanol, campurkan kedalam campuran I yang sudah
mengembang

Campur ketiga sulfa tersebut di atas dalam mortir


Larutkan NaOH pada sebagai air, kemudian tambahkan pada campuran ketiga sulfat
tersebut di atas, aduk hingga larut (Campuran II)

Tambahkan campuran II ke dalam campuran I sedikit demi sedikit aduk hingga homogen
(tidak ada gumpalan CMC), lalu tambahkan sirup simplek (dibuat dari gula dan aquades
dengan perbandingan 65:35, pemanasan jangan terlalu tinggi),

pindahkan ke dalam Beaker glass yang sesuai, sambil diaduk, tambahkan larutan asam
sitrat ke dalam campuran tersebut

Tempatkan suspensi dalam wadah dan tabung untuk pengamatan.


2. Cara dispersi

Kembangkan CMC-Na dalam air panas yang tersedia sekitar 15 ml (selama 15 menit
(campuran 1)

Larutkan metil paraben dalam etanol, tambahan ke dalam campuran I yang telah
mengembang

Tambahkan sirup simplek ke dalam campuran | aduk hingga tidak ada lagi gumpalan
CMC

Campur ketiga macam sulfa dalam mortir, tambahka sedikit demi sedikit campuran I
hingga homogen

Tambahkan larutan asam sitrat dan larutan NaOH sedikit demi sedikit, aduk hingga
homogen

Tempatkan suspensi ke dalam wadah dan tabung untuk pengamatan

Lakukan evaluasi suspensi yang meliputi

1. Volume sedimentasi

2. Redispersibilitas

Suspensi dimasukkan dalam tabung berskala, kemudian diputar 360° dengan

kecepatan 20 rpm dengan alas, catat waktu yang diperlukan hingga dasar

tabung bersih dari endapan suspensi

3. Waktu luang

Suspensi dimasukkan ke dalam tabung reaksi 20ml, digojog homogen,

kemudian suspensi dituang dengan sudut 45° dan dicatat waktu yang

diperlukan sampai suspensi tertuang seluruhnya.Pengamatan dilakukan pada


hari ke 1 dan 3 Bandingkan hasil yang diperoleh dengan cara A dan B.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M, 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.
Ansel, 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Anonim,1979 “Farmakope Indonesia ed lll” Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Anonim,1995 “Farmakope Indonesia ed lV” Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Voigth.R,1971, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi , Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai