Anda di halaman 1dari 18

SUSPENSI

RISKA ANGGRIANI
18330092
Pengertian Suspensi
◦Suspensi atau suspension menurut
farmakope edisi IV adalah sediaan cair
yang mengandung partikel padat tidak
larut, yang terdispersi dalam fase cair.
suspensi oral merupakan sediaan
suspensi yang ditujukan untuk
penggunaan secara oral.
Kelebihan dan kekurangan
sediaan suspensi
Kelebihan sediaan suspensi Kekurangan sediaan suspensi
1. Suspensi merupakan sediaan yang 1. Suspensi memiliki kestabilan yang rendah
menjamin stabilitas kimia dan
2. Jika terbentuk caking akan sulit terdispersi
memungkinkan terapi dengan cairan.
kembali sehingga homogenitasnya turun
2. Untuk pasien dengan kondisi khusus, bentuk
3. Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan
cair lebih disukai dari pada bentuk padat
sukar di tuang
3. Suspensi pemberiannya lebih mudah serta
4. Ketepatan dosis lebih rendah dari pada bentuk
lebih mudah memberikan dosis yang relatif
sediaan larutan
lebih besar.
5. Pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi
4. Suspensi merupakan sediaan yang aman,
mudah di berikan untuk anak-anak, juga perubahan sistem dispersi (caking, flokulasi-
mudah diatur penyesuain dosisnya untuk deflokulasi) terutama jika terjadi
anak-anak dan dapat menutupi rasa pahit fluktuasi/perubahan suhu
6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu
untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
Syarat-syarat sediaan suspensi
◦ Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal
◦ Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus mengandung
anti mikroba
◦ Suspensi harus dikocok sebalum digunakan.
Macam-macam Sediaan Obat
Bentuk Suspensi
1. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditunjukkan untuk penggunaan oral
2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair yang ditunjukkan untuk penggunaan pada kulit.
3. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa yang ditunjukkan untuk penggunaan pada mata.
4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang
sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang
sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril
setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
Permasalahan Dalam Formulasi
Sediaan Suspensi, meliputi:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju sedimentasi
◦ Ukuran partikel Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam volume
yangsama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan
semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat
gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel
◦ Kekentalan (viskositas)Dengan menambah viscositas cairan maka gerakan turun dari partikel
yangdikandungnya akan diperlambat. Tatapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh
terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
◦ Jumlah partikel (konsentrasi)Makin besar konsentrasi pertikel, makin besar kemungkinan terjadi
endapan partikeldalam waktu yang singkat.
◦ Sifat / muatan partikel Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari babarapa
macamcampuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terja
diinteraksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairantersebut.
Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidakdapat mempengaruhinya
2. Proses Pembahasan

◦ Dalam pembuatan suspensi, pembasahan partikel dari serbuk yang tidak larut di
dalam cairan pembawa adalah langkah yang penting. kadang – kadang adalah sukar
mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak dan lain – lain kontaminan .
◦ Serbuk tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun BJ – nya besar mereka
mengambang pada permukaan cairan.
◦ Pada serbuk yang halus mudah kemasukan udara dan sukar dibasahi meskipun
ditekan di bawah permukaan cairan.
◦ Serbuk dengan sudut kontak ± 90° akan menghasilkan serbuk yang terapung keluar
dari cairan. Sedangkan serbuk yang mengambang di bawah cairan mempunyai
sudut kontak yang lebih kecil dan bila tenggelam, menunjukkkan tidak adanya sudut
kontak .
◦ Serbuk yang sulit dibasahi air , disebut hidrofob , seperti sulfur , carbo adsorben,
Magnesii Stearat dan serbuk yang mudah dibasahi air disebut hidropofil seperti
toluen , Zincy Oxydi , Magnesii Carbonas .
◦ Dalam pembuatan suspensi penggunaan surfaktan ( wetting agent ) adalah sangat
berguna dalam penurunan tegangan antar muka akan menurunkan sudut kontak ,
pembasahan akan dipermudah.
◦ Gliserin dapat berguna di dalam penggerusan zat yang tidak larut karena akan
memindahkan udara diantara partikel – partikel hingga bila ditambahkan air dapat
menembus dan membasahi partikel karena lapisan gliserin pada permukaan
partikel mudah campur dengan air. Maka itu pendispersian partikel dilakukan
dengan menggerus dulu partikel dengan gliserin, propilenglikol, koloid gom baru
diencerkan dengan air.
3. Metode pembuatan sediaan suspensi
◦ Metode Dispersi
Metode pembuatan suspensi dengan cara menambahkan serbuk bahan obat
kedalam mucilago yang terbentuk kemudian diencerkan, dalam hal ini serbukyang
terbagi harus terdispersi dalam cairan pembawa, umumnya adalah air.
◦ Metode Presipitasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu ke dalam pelarut organik yang
hendak dicampur dengaan air. Setelah larut dalam pelarut organik, larutan zat ini
kemudian diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air sehingga akan
terjadiendapan halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Cairan organik
tersebut adalahetanol, propilen glikol, dan polietilen glikol.
Ketidakstabilan Obat
◦ Ukuran partikel = semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya.
semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap.
◦ Kekentalan (viscositas) = makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin
turun (kecil). akan mempengaruhi pula gerakan turunnya parkikel
◦ Jumlah partikel (konsentrasi)= terjadinya benturan antar partikel itu akan
menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut
◦ Sifat/muatan partikel= beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak
selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan
tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. 
Peningkatan stabilitas obat
◦ konsentrasi dan sifat dari partikel merupakan ketidakstabilan yang tidak bias
diubah, karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan
sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah
ukuran partikel dan viskositas.
◦ Ukuran partikel dapat diperkecil : dengan menggunakan pertolongan mixer,
homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat
dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan
tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent
(bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air
(hidrokoloid)
Evaluasi Sediaan Suspensi

1. Penetapan Bobot Jenis


Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis
digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada
perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25° terhadap bobot air dengan volume
dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah
perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah ditetapkan terhadap bobot air
dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 25° zat berbentuk padat,
tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi,
dan mengacu pada air pada suhu 25°.
2. Penetapan Bobot per Mililiter
Bobot per milliliter suatu cairan adalah bobot dalam g per ml cairan yang
ditimbang di udara pada suhu 200C, kecuali dinyatakan lain dalam monografi. Bobot
per ml zat cair ditetapkan dengan membagi bobot zat cair di udara yang dinyatakan
dalam g, dari sejumlah cairan yang mengisi piknometer pada suhu yang telah
ditetapkan dengan kapasitas piknometer yang dinyatakan dalam ml, pada suhu yang
sama. Kapasitas piknometer ditetapkan dari bobot di udara dari sejumlah air yang
dinyatakan dalam g, yang mengisi piknometer pada suhu tersebut. Bobot 1 liter air
pada suhu yang telah ditetapkan bila ditimbang terhadap bobot kuningan di udara
dengan kerapatan 0,0012 g/ml seperti tertera dalam tabel berikut. Penyimpangan
kerapatan udara dari harga tersebut di atas, yang diambil sebagai harga rata-rata,
tidak mempengaruhi hasil penetapan yang dinyatakan dalam Farmakope Indonesia.
3. Homogenitas

Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupu distribusi


ukuran partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat (ditentukan
menggunakan mikroskop untuk hasil yang lebih akurat). Jika sulit dilakukan atau
membutuhkan waktu yang lama, homogenitas dapat ditentukan secara
visual.Pengambilan sampel dapat dilakukan pada bagian atas, tengah, atau bawah.
Sampel diteteskan pada kaca objek kemudian diratakan dengan kaca objek lain
sehingga terbentuk lapisan tipis . Suspensi yang homogen akan memperlihatkan
jumlah atau distribusi ukuran partikel yang relative hampir sama pada berbagai
tempat pengambilan sampel (suspensi dikocok terlebih dahulu).
◦ 4. Volume Terpindahkan
Uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspense yang
dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan olume yang tertera pada etiket tidak
lebih dari 250 ml, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair atau sediaan cair yang
dikonstitusi dari bentuk padat dengan volume yang ditentukan, jika dipindahkan dari
wadah asli, akan memberikan volume sediaan seperti yang tertera pada etiket.
Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan
selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk bentuk sediaan tersebut. Larutan oral,
suspensi oral, dan sirup dalam wadah dosis ganda, kocok isi 10 wadah satu persatu.
Serbuk dalam wadah dosis ganda yang mencantumkan penandaan volume untuk
larutan oral atau suspensi oral yang dihasilkan bila serbuk dikonstisusi dengan
sejumlah pembawa seperti tertera pada etiket, konstitusi 10 wadah dengan volume
pembawa seperti tertera pada etiket diukur secara saksama, dan campur.
5. Penetapan Kekentalan
Kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk
mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara
berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar lain dalam kondisi
mapan tertentu bila ruang di antara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan
ditentukan kekentalannya. Kekentalan adalah tekanan geser dibagi laju tegangan geser. Satuan
dasarnya yaitu poise; namun oleh karena kekentalan yang diukur umunya merupakan harga
pecahan poise, maka lebih mudah digunakan satuan dasar sentipoise (1 poise = 100
sentipoise). Penentuan suhu penting karena kekentalan berubah sesuai suhu; secara umum
kekentalan menurun dengan menaiknya suhu. Kekentalan mutlak dapat diukur secara langsung
jika dimensi alat pengukur diketahui dengan tepat, tetapi pengukuran umumnya lebih praktis
dilakukan dengan mengkalibrasi alat menggunakan cairan yang diketahui kekentalannya,
kemudian kekentalan cairan uji ditetapkan dengan membandingkan terhadap kekentalan cairan
yang telah diketahui. Metode yang umum digunakan untuk pengukuran kekentalan meliputi
penetapan waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah volume tertentu cairan untuk mengalir melalui
kapiler. Banyak jenis viskosimeter tabung kapiler telah dirancang, tetapi viskosimetet Ostwald
dan Ubbelohde adalah yang paling sering digunakan. Untuk mengukur kekentalan, suhu zat uji
yang diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan suhu yang kecil dapat
menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti. Untuk pengukuran sediaan farmasi, suhu
dipertahankan dalam batas lebih kurang 0,1.
6. Uji Batas Mikroba
Uji batas mikroba dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba aerob viabel
di dalam semua jenis perbekalan farmasi, mulai dari bahan baku hingga sediaan jadi,
dan untuk menyatakan perbekalan farmasi tersebut bebas dari spesies mikroba
tertentu. Otomatisasi dapat digunakan sebagai pengganti uji yang akan disajikan,
dengan ketentuan bahwa cara tersebut sudah divalidasi sedemikia rupa sehingga
menunjukkan hasil yang sama atau lebih baik. Selama menyiapkan dan
melaksanakan pengujian, spesimen harus ditangani secara aseptik. Jika tidak
dinyatakan lain, jika disebut “inkubasi”, maka yang dimaksud adalah menempatkan
wadah di dalam ruangan terkendali secara termostatik pada suhu antara 300 dan
350selama 24 jam sampai 48 jam. Istilah “tumbuh” ditujukan untuk pengertian
adanya dan kemungkinan adanya perkembangan mikroba viabel.
7. Volume Sedimentasi dan Kemampuan Redispersi

Karena kemampuan meredispersi kembali merupakan salah satu pertimbangan


utama dalam menaksir penerimaan pasien terhadap suatu suspensi dan karena
endapan yang terbentuk harus dengan mudah didispersikan kembali dengan
pengocokan sedang agar menghasilkan sistem yang homogen, maka pengukuran
volume endapan dan mudahnya mendispersikan kembali membentuk dua prosedur
yang paling umum.

Anda mungkin juga menyukai