Komponen KG yang utama selanjutnya adalah ruang suntik atau inlet. Fungsi dari
ruang suntik ini adalah untuk mengantarkan sampel ke dalam aliran gas pembawa.
Berbagai macam jenis inlet dan teknik pengantar sampel telah tersedia. Penyuntikan
sampel dapat dilakukan secara manual atau secara otomatis (yang dapat menyesuaikan
jumlah sampel).
Sampel yang akan di kromatografi dimasukkan ke dalam ruang suntik melalui
gerbang suntik yang biasanya berupa lubang yang ditutupi dengan septum atau pemisah
karet. Ruang suntik harus dipanaskan tersendiri (terpisah dari kolom) dan biasanya 10-
15ºC lebih tinggi daripada suhu kolom maksimum. Jadi seluruh sampel akan menguap
segera setelah sampel disuntikan.
Pada kolom kapiler, sampel yang diperlukan sangat sedikit bahkan sampai 0,01
µl, karenanya berbeda dengan kolom kemas yang memerlukan 1-100 µl sampel. Karena
pengukuran secara akurat sulit dilakukan jika sampel yang disuntukan terlalu kecil
(pada kolom kapiler), maka ditempuh suatu cara untuk mengecilkan ukuran sampel
setelah penyuntikan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan
teknik pemecah suntikan ( split injection) (gambar 16.2). dengan menggunakan
pemecah suntikan ini, sampel yang banyaknya diketahui, seperti basanya, disuntikan
kedalam aliran gas pembawa dan sebelum masuk ke kolom, gas pembawa ini dibagi
menjadi 2 aliran. Satu aliran akan masuk kekolom dan satunya lagi akan dibuang.
Aliran relative dalam kedua aliran ini dikendalikan dengan sejenis penghambat seperti
katup jarum pada aliran yang dibuang. Laju alir di dalam kedua aliran diukur dan
ditentukan nisbah (rasio) pemecahannya. Jika 1 µl sampel dimasukkan ke dalam
pemecah aliran yang mempunyai nisbah pemecah 1:100, maka sebanyak 0,01 µl sampel
masuk ke kolom sedangkan sisanya akan dibuang.
Gambar 16.2.
Diagram skematik lubang injeksi yang dipecah (split injection)
(sumber: Kealey and Haines, 2002)
Tabel 16.2.
Perbandingan kolom kemas dan kolom kapiler
Parameter Kolom kemas Kolom kapiler
Tabung Baja tahan karat Silika (SiO) dengan kemurnian
(stainless steel) yang sangat tinggi (kandungan
logam <1 ppm)
Panjang 1-5 m 5-60 m
diameter dalam 2-4 mm 0,10-0,53 mm
Jumlah lempeng/meter 1000 5000
Total lempeng 5000 300.000
Tebal lapisan film 10 mikron 0,05-1 mikron
Resolusi Rendah Tinggi
Kec. Alir (mL/menit) 10-60 0,5-1,5
Kapasitas 10 µg/puncak <100 µg/puncak
Semakin sempit kolom, maka kolom pemisahan semakin besar atau puncak
kromatogram yang dihasilkan semakin tajam. Pada umumnya, seorang analis akan memilih
kolom dengan diameter 0,2 atau yang lebih kecil ketika menganalisis ampel dengan konsentrasi
sekelumit atau ketika seorang analis akan menggunakan komponen yang sangat kompleks.
A. Kolom kemas
Jenis kolom ini terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau dari
tembaga dan aluminium. Jenis kolom panjang ini adalah 1-5 meter dengan
diameter dalam 1-4 mm.
Efisiensi Kolom akan meningkat dengan bertambahnya partikel halusnya fase
diam ini. Semakin kecil partikel diameter fase diam, maka efisiensinya akan
meningkat. Ukuran partikel fase diam biasanya berkisar antara 60-80 mesh (250-
170 um). Untuk Kromatografi Gas Cair dipakai lapisan tipis pada padatan
pendukung dengan ketebalan 1-10 um, dan fase maksimum diam cair yang terdapat
pada padatan pendukung adalah 10%.
B. Kolom kapiler
Jenis kolom berbeda dengan kolom kemas, dalam hal adanya Tongga pada
bagian dalam kolom yang dalam pipa (tube). Oleh karena itu kolom kapiler juga
disebut "Kolom tubular terbuka". macam jenis lapisan pada kolom kapiler ini,
yaitu: WCOT (Walll rous Layer Open Tube); dan FSOT (Fused Silica Open Tube).
Kolom kapiler sangat banyak dipakai atau lebih masuk oleh para ilmuan. Salah satu
kemungkinan antara kolom kemampuan lain yang memberikan harga jumlah pelat teori
yang sangat besar 300.000 pelat).
Banyak macam bahan kimia yang dipakai sebagai fase antara lain: squalen, DEGS
(Dietilglikol suksinat), OV-17 (phen methyl silicone oil). Semakin tipis lapisan penyalut
sebagai fase diam, maka semakin tinggi suhu operasionalnya. Untuk lapisan salut 1 µm,
suhu operasional dapat mencapai 460 C, sementara itu suhu minimalnya dapat mencapai -
60 ° C.
Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non polar, polar, atau semi
polar. Fase diam non polar yang umum digunakan adalah metil polisiloksan (HP-1; DB-1,
SE CPSIL-5) dan fenil 5% -metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5; SE5 CPSIL-8). Fase
diam semi polar adalah seperti fenil 50% -metil polisiloksan 50% (HP-17; DB-17; CPSIL-
19), sementara itu fae diam yang polar adalah seperti polietilen glikol (HP-20M; DB-WAX
CP-WAX; Carbowax-20M). Jenis fase akan menentukan urutan elusi komponen-
komponen dalam campuran. Seorang analis harus memilih fase diam yang mampu
memainkan komponen-komponen dalam sampel. Contoh fase diam, berguna untuk
analisis senyawa golongan, polaritas, dan suhu maksimum operasi yang berasal dari
diringkas pada tabel 16.3.
Tabel 16.3.
Jenis Fase Diam dan Penggunaannya
(Sumber: Gritter et al, 1991)
Fase diam Polaritas Golongan sampel Suhu maksimun
Squalen non polar hidrokarbon 125◦C
Apiezon L non polar Hidrokarbon, ester, eter 300◦C
Metil silikon non polar Steroid, pestisida, alkaloida , ester 300◦C
Dionil semi polar Semua jenis 170◦C
Dietilenglikolsuksinat polar Ester 200◦C
Carbowax polar Alkohol, amina aromatik, keton 250◦C
Suhu kolom
KG berdasarkan 2 sifat senyawa yang. yakni senyawa kelarutan cairan tertentu, dan (ii) tekanan uap nya
atau keatsiriannya (titik didih senyawa). Karena tekanan uap berbanding langsung dengan suhu maka
suhu merupakan faktor utama pada KG. Walaupun suhu kolom dapat berkisar antara 100-400 C, dalam
prakteknya beberapa pembatas harus diperhatikan. Beberapa fase diam menjadi padat pada suhu rendah
misalnya Carbowax menjadi padat pada suhu di bawah 50 ° C dan beberapa silikon seperti gom metil
silikon akan menjadi padat pada di bawah 100 ° C). Selain itu, suhu pemakaian kolom yang mengandung
fase diam ini dasar juga oleh kestabilannya. beberapa fase diam jika digunakan suhu yang terlalu tinggi
akan terurai secara perlahan-lahan. Suhu minimum dan maksimum berbagai jenis fase diam yang lebih
disukai terdapat dalam tabel 16.4.