Anda di halaman 1dari 34

Apt. Rani Prabandari, M.Farm.

Prodi Farmasi Program Sarjana


Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa
 Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan
obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut,
terdispersi dalam cairan pembawa
 Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat
mengendap, dan bila digojog perlahan– lahan,
endapan harus terdispersi kembali.
 Dapat di tambahkan zat tambahan untuk menjamin
stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus
menjamin sediaan mudah di gojog dan di tuang .
a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo,
yang dapat memperlambat terlepasnya obat .
b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam
bentuk larutan.
c. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak
dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang
tergantung kelarutannya.
a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk
sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.
c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan
terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam
larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .
 Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditujukkan untuk penggunaan oral (ibuprofen cair, antasida cair, antibiotic
cair, obat diare cair).
 Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada
kulit (potio kumerfeldi, caladin lotion).
 Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk
penggunaan pada mata (fiostigmin, pilokarpin, navapenac tm)
 Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-
partikel halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar
(santadex tt).
 Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam
medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau
kedalam saluran spinal.
 Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan
bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi
semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan
pembawa yang sesuai.
 Salah satu problem yang dihadapi dalam proses
pembuatan suspensi adalah cara memperlambat
penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari
pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan
untuk menjaga stabilitas suspensi.
1. Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang
partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu.
Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan
terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas
penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan
linier. Artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil
luas penampangnya.

2. Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran
dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan
alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat dibuktikan dengan
hukum ” STOKES”
3. JumlahPartikel / Konsentrasi
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel
dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan
susah melakukan gerakan yang bebas karena
sering terjadi benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya
endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin
besar konsentrasi partikel, makin besar
kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam
waktu yang singkat.
4. Sifat / Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa
macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama.
Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar
bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut
dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah
merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengruhi.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan
pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir.
Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan
penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan
tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai
suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat
mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
1. Bahan pensuspensi dari alam.
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan
adalah jenis gom / hidrokoloid. Gom dapat larut atau
mengembang atau mengikat air sehingga campuran
tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan
terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut
bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi.
Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas,
PH, danproses fermentasi bakteri.
a. Termasuk golongan gom :
Contohnya : Acasia ( Pulvis gummi arabici),
Chondrus, Tragacanth , Algin
b. Golongan bukan gom :
Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.
2. Bahan pensuspensi sintesis
a. Derivat Selulosa
b.Golongan organk polimer
 Dalam pembuatan suspensi, pembasahan partikel dari
serbuk yang tidak larut di dalam cairan pembawa adalah
langkah yang penting. kadang – kadang adalah sukar
mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak dan lain –
lain kontaminan .
 Serbuk tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun BJ – nya
besar mereka mengambang pada permukaan cairan.
 Pada serbuk yang halus mudah kemasukan udara dan
sukar dibasahi meskipun ditekan di bawah permukaan
cairan.
 Serbuk dengan sudut kontak ± 90ْ akan
menghasilkan serbuk yang terapung keluar dari
cairan. Sedangkan serbuk yang mengambang di
bawah cairan mempunyai sudut kontak yang lebih
kecil dan bila tenggelam, menunjukkkan tidak adanya
sudut kontak .
 Serbuk yang sulit dibasahi air , disebut hidrofob ,
seperti sulfur , carbo adsorben, Magnesii Stearat dan
 serbuk yang mudah dibasahi air
disebut hidropofil seperti toluen , Zincy Oxydi ,
Magnesii Carbonas .
 Dalam pembuatan suspensi penggunaan surfaktan (
wetting agent ) adalah sangat berguna dalam
penurunan tegangan antar muka akan menurunkan
sudut kontak , pembasahan akan dipermudah.
 Gliserin dapat berguna di dalam penggerusan zat yang
tidak larut karena akan memindahkan udara diantara
partikel – partikel hingga bila ditambahkan air dapat
menembus dan membasahi partikel karena lapisan
gliserin pada permukaan partikel mudah campur
dengan air. Maka itu pendispersian partikel dilakukan
dengan menggerus dulu partikel dengan gliserin,
propilenglikol, koloid gom baru diencerkan dengan
air. ( IMO , 152 )
a. Sistem Deflokulasi
b. Sistem Flokulasi

 Dalam system flokulasi, partikel terflokulasi adalah


terikat lemah, cepat mengendap dan mudah
tersuspensi kembali dan tidak membentuk cake.
 Sedangkan pada system Deflokulasi, partikel
terdeflokulasi mengendap perlahan – lahan dan
akhirnya akan membentuk sendimen dan terjadi
agregasi dan selanjutnya cake yang keras dan sukar
tersuspensi kembali. ( Farmasetika , 163 )
1. Metode Dispersi
2. Metode Presipitasi ( Pengendapan ) , metode ini di
bagi lagi menjadi 3 macam , yaitu :
· Presipitasi dengan pelarut organik
· Presipitasi dengan perubahan pH dari media
· Presipitasi dengan dokomposisi rangkap
1. Metode Dispersi
Serbuk yang terbagi halus, didispersi didalam cairan
pembawa. Umumnya sebagai cairan pembawa adalah
air. Dalam formulasi suspensi yang penting adalah
partikel – partikel harus terdispersi betul di dalam air,
mendispersi serbuk yang tidak larut dalam air, kadang
– kadang sukar. Hal ini di sebabkan karena adanya
udara, lemak dan lain – lain kontaminan pada
permukaan serbuk . ( Farmasetika , 165 )
2. Metode Presipitasi
Dengan pelarut organik dilakukan dengan zat yang
tidak larut dalam air,dilarutkan dulu dalam pelarut
organik yang dapat dicampur dengan air, lalu
ditambahkan air suling dengan kondisi
tertentu. Pelarut organik yang digunakan adalah
etanol, methanol, propilenglikol dan gliserin. Yang
perlu diperhatikan dengan metode ini adalah control
ukuran partikel, yaitu terjadinya bentuk polimorf atau
hidrat dari kristal. ( Farmasetika , 165 )
 Analisis sedimentasi
❖ Volume sedimentasi,waktu paro
Volume sedimentasi dpt ditentukan didlm silinder ukur setelah selesai sedimentasi dan
waktu paro endapan diartikan sebagai waktu dimana batas atas sedimen tlh berada pd
separo jlnnya(pd sedimen menurun dihitung dr atas kebwh, pd sedimentasi menaik dr
bwh ke atas)
❖ Kuosien suspensi (KS)
Harga KS dihasilkan dr perbandingan vol sedimen (VS) terhdap volume total (VT) dg
memperhatikan faktor waktu (t). Hrga KS sebaiknya mendekati 1
❖ Daya kocok sediman
Hal ini dilakukan dg gerak membalik suspensi yg mengandung sedimen sebesar 90º,
kemudian dpt diukur waktunya atau jml membalik yg dbutuhkan utk mendispersikan
kembali semua sedimen

 Pengujian ukuran partikel, dispersitas, dan pengujian lainnya


Penentuan ukuran partikel bodi padat tersuspensi dilakukan melalui pengukuran secra
mikroskopik. Untuk lotion misal dpt dilakukan pengujian daya ikat lapisan setelah
mengering serta evaluasi daya lekatnya.
 Partikel yang terdapat dalam suspensi dapat
mengendap pada dasar wadah bila didiamkan.
Pengendapan ini dapat mempermudah pengerasan
dan pemadatan sehingga sulit untuk terdispersi
kembali, walaupun dengan pengocokan. Untuk
mengatasi masalah ini, dapat ditambahkan zat yang
sesuai untuk meningkatkan kekentalan dan bentuk
gel susupensi seperti surfaktan, polimer atau gula.

10/18/2022 22
 Partikel yang terdispersi merupakan unit
tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi
bergantung daripada ukuran partikel tiap unit,
maka kecepatannya akan lambat.
 Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel
menyebabkan masing-masing partikel
menyelip diantara sesamanya pada waktu
mengendap.
 Supernatan sistem deflokulasi keruh dan
setelah pengocokan kecepatan sedimentasi
partikel yang halus sangat lambat.
10/18/2022 23
 Keunggulannya : sistem deflokulasi akan
menampilkan dosis yang relatif homogen pada
waktu yang lama karena kecepatan
sedimentasinya yang lambat.
 Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan
sukar sekali diredispersi karena terbentuk masa
yang kompak.
 Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan
mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat
dipastikan apakah sistem akan tetap homogen
pada waktu paronya
10/18/2022 24
 Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat
mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan
karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok
partikel sehingga ukurang agregat relatif besar.
 Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali
bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk
cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-
macam.
 Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan
akan tetap besar dan mudah diredispersi.
 Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak
elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi.

10/18/2022 25
Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
1. Kombinasi ukuran partikel
2. Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial
zeta.
3. Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/
struktur partikel dalam suspensi.

10/18/2022 26
DEFLOKULASI FLOKULASI
Partikel berada dalam suspensi dalam wujud Partikel membentuk agregat bebas
yang memisah

Laju pengendapan lambat karena partikel Laju pengendapan tinggi karena partikel
mengendap terpisah dan ukuran partikel mengendap sebagai flokulasi yang merupakan
minimal. komposisi partikel.

Enadapan yang terbentuk lambat Endapan yang terbentuk cepat


Endapan biasanya menjadi samgat padat Partikel tidak mengikat kuat dan keras satu
karena berat dari lapisan atas dari bahan sama lain tidak terbentuk lempeng. Endapan
endapan yang mengalami gaya tolak-menolak mudah untuk didispersikan kembali dalam
antara partikel dan cake yang keras terbentuk bentuk suspensi aslinya.
dimana merupakan kesulitan jika mungkin
didispersi kembali.

Suspensi penampilan menarik karena Suspensi menjadi keruh karena pengendapan


tersuspensi untuk waktu yang lama yang optimal dan supernatannya jernih. Hal
supernatannya juga keruh bahkan ketika ini dapat dikurangi jika volume endapan
pengendapan terjadi. dibuat besar, idealnya volume endapan harus
meliputi volume suspensi.
10/18/2022 27
 Biasanya, sediaan suspensi terflokulasi dibuat untuk
produk yang digunakan dalam jangka waktu lama,
sedangkan sediaan suspensi terdeflokulasi dibuat untuk
produk yang digunakan dalam jangka waktu pendek.
Contoh sediaan suspensi terflokulasi:
 Jamu
 Antibiotik (serbuk yang dilarutkan dengan penambahan
air)
Contoh sediaan suspensi terdeflokulasi:
 Obat batuk
 Obat mag (contoh: milanta)
 Antibiotik (berupa suspensi madu. Contoh: Propolis
Suspensi Jadiid)

10/18/2022 28
 Kecepatan pengendapan dijelaskan dengan hukum Stoke’s :

 dimana v adalah kecepatan pengendapan dalam cm/sec, d


adalah diameter partikel dalam cm, ρs dan ρo adalah berat
jenis dari fase terdispersi dan medium pendispersi berturut-
turut, g adalah percepatan gravitasi medium pendispersi
dalam poise.

10/18/2022 29
 Jumlah partikel yang mengendap dalam suspensi berhubungan
dengan ukuran partikelnya dan berat jenis dan kecepatan dari
medium suspensi. Gerak Brown atau acak mungkin
memberikan efek yang signifikan, akan ada atau tidaknya
flokulasi dalam sistem.
 Hukum Stoke’s kecepatan sedimentasi yang seragam dari
partikel spheris diatur oleh hukum stoke’s dijelaskan sebagai
berikut :

 dimana v adalah kecepatan pengendapan dalam cm/sec, r


adalah jari-jari dari partikel dalam cm, ρ1 dan ρ2 berturut-turut
adalah berat jenis (g/cm3) dari fase terdispersi dan medium
pendispersi, g adalah percepatan gravitasi (980,7 cm/sec2) dan η
adalah viskositas Newtonian dari medium pendispersi dalam
poise (g/cm sec).
10/18/2022 30
Daftar Pustaka
 Anief. 1987. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada
University Press: Yogyakarta.
 Anief. Farmasetika . Gajah Mada University Press:
Yogyakarta.
 R. Voight.1995.buku pelajaran teknologi farmasi.gajah
mada university press.yogyakarta
 Goswin agoes. 2012. Sediaan farmasi Likuida-
Semisolida. ITB
I. Metode pembuatan suspensi
suspensi dapat dibuat secara:
a. Metode dispersi
dengan cara menambahkan serbuk bahan obat
kedalam mucilago yang telah terbentuk kemudian
baru diencerkan.
Terkadang terjadi kesukaran pada saat mendispersi
serbuk dalam campuran. Serbuk yang sangat halus
mudah kemasukan udara, lemak, atau kontaminan
pada serbuk.
Serbuk yang sangat halus mudah kemasukan udara
sehingga sukar dibasahi
Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi tergantung
besarnya sudut kontak antara zat terdispers
dengan medium.
Bila sudut kontak ± 90° serbuk akan
mengembang diatas cairan.
Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat
hidrofob.
Untuk menurunkan tegangan antar muka antara
zat padat dengan cairan tersebut perlu
ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.
zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu
dalam pelarut organik yang hendak dicampur
dengan air.
Setelah larut dalam pelarut organik diencerkan
dengan larutan pensuspensi dalam air.
Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi
dengan bahan pensuspensi.
Cairan organik tersebut adalah: etanol,
propilenglikol, dan polietilenglikol.

Anda mungkin juga menyukai