SUNDA
– Menurut pengetahuan usadha etnik Bali, sifat penyakit terdiri atas penyakit
yang bersifat panes (panas), nyem (dingin), sebaa (panas dingin), tis (sejuk), dan
dumelada (sedang).
Pass : FarmasiCakep
Lanjutan,,
– Beberapa contoh usada Bali diantaranya usada tua, usada rare, usada buduh,
usada upas, usada netra, usada kuranta bolong, dan lain-lain. Dimana masing-
masing dari usada tersebut mempunyai berbagai keunikan dalam mendiagnosa
penyakit, jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat, cara meracik dan
berbagai sarana pendukung serta serangkaian upacara yang berkaitan dengan
pencegahan, pengobatan, dan pemulihan dari satu sisi penyakit
3 Elemen ayurvedha
– Meditasi, dilakukan dengan jalan melatih pikiran agar menjadi harmonis untuk
mengobati penyakit.
– Taru premana, penyembuhan dengan tumbuhan obat.
– Suara, dengan mengucapkan aksara-aksara tertentu yang punya getaran sama
dengan getaran organ tubuh.
– Batu Kristal, dengan cara menempatkan batu-batu Kristal jenis tertentu di
pusat-pusat cakra tubuh.
Jenis balian berdasarkan
pengetahuan
– Balian katakson adalah balian yang mendapat keahlian melalui taksu.Taksu adalah
kekuatan gaib yang masuk kedalam diri seseorang dan mempengaruhi orang tersebut,
baik cara berpikir, berbicara maupun tingkah lakukanya. Karena kemasukan taksu inilah
orang tersebut mampu untuk mengobati orang yang sakit.
– Balian kapican adalah orang yang mendapat benda bertuah yang dapat dipergunakan
untuk menyembuhkan orang sakit. Benda bertuah ini disebut pica. Dengan
mempergunakan pica yang didapatkan balian tersebut mampu menyembuhkan
penyakit.
– Balian usada adalah seseorang dengan sadar belajar tentang ilmu pengobatan, baik
melalui guru waktra, belajar pada balian, maupun belajar sendiri melalui lontar usada.
2 hal penting seorang balian dalam
pengobatan
1. Penentuan Jenis Penyakit
– Penyakit Sekala = ditentukan melalui anamnesa dan pemeriksaan badan, misalnya suhu tubuh
dan pernafasan.
– Penyakit Niskala = dibedakan menjadi 2 jenis yaitu niskala duur dan niskala teben yaitu niskala
yang disebabkan oleh “black magic”
2. Pengobatan
– Penyakit sekala = pengobatan yang didasarkan pada petunjuk dari usada, seperti obat untuk
penyakit sekala berbentuk obat minum, berupa sembur, boreh atau minyak.
– Penyakit niskala duur = pengobatan yang dilakukan melalui upacara, yaitu dengan sajen.
– Penyakit niskala teben = pengobatan yang dilakukan sesuai petunjuk yang tertulis pada lontar
usada buduh.
Tumbuhan yang digunakan untuk
menyembuhkan penyakit
▪ Obat untuk memulihkan impotensi
Impotensi dalam bahasa bali disebut wandu, secara tradisional diobati dengan
ramuan yang terdiri atas telur ayam kampung, garam dapur, madu, dan arak.
Caranya kuning telur ayam kampung, dicampur dengan arak, garam dapur, dan
madu. Ramuan diaduk hingga lumat, lalu diminum 2 kali pagi dan sore.
▪ Obat untuk tekanan darah tinggi
Ramuan yang dimakan terdiri atas buah-buahan, diantaranya mentimun dan
bawang putih. Ramuan yang diminum adalah bunga jeruk. Bunga jeruk direbus
dengan segelas air, setelah dingin air rebusannya diminum sehari 3 kali, masing-
masing 1 gelas.
Tumbuhan yang digunakan untuk
menyembuhkan penyakit
▪ Obat untuk mengatasi diare
Masyarakat etnik bali juga mengatasi diare dengan kulit buah manggis yang
dibakar, kemudian ditumbuk. Sebanyak 405 gram diaduk dengan 1 gelas air.
Setelah itu diminum sehari 1 kali.
▪ Obat untuk mengobati rematik
Ramuan berupa borehan yang dibuat dari 30-40 gr daun dan bunga kecubung, 3
suing bawang putih, dan 15 gram jahe. Bahan-bahan ditumbuk hingga halus,
kemudian diborehkan pada bagian yang sakit sehari 1-2 kali, masing-masing 2-3
jam.
ETNOFARMASI DI BALI
TANAMAN OBAT MASYARAKAT BALI
• Suku Sasak adalah salah satu suku bangsa di Indonesia yang mendiami pulau
Lombok, Nusa Tenggara
• Nenek moyang etnik sasak berasal dari campuran penduduk asli Lombok
dengan pendatang yang berasal dari kerajaan Mataram di Jawa,yaitu pada
zaman Raja Rakai Pikatan dengan permaisurinya pramudhawardhani
• Mayoritas suku Sasak beragama Islam, namun ada sebagian dari mereka yang
berbeda dalam menjalankan ibadahnya, dan mereka disebut sebagai Islam
Wetu Telu
Rumah adat Etnik Sasak
• Selain itu ada pula sedikit warga suku Sasak yang masih menganut kepercayaan
pra-Islam yang disebut dengan nama "Sasak Boda“
• Suku Sasak telah menghuni Pulau Lombok sejak 4.000 tahun sebelum Masehi.
• Ada pendapat yang mengatakan bahwa orang Sasak berasal dari percampuran
antara penduduk asli Lombok dengan para pendatang dari Jawa. Ada juga yang
menyatakan leluhur orang sasak adalah orang Jawa (Asmito, 1992).
Asal Mula dan Kebudayaan Suku
Sasak
▪ Asal mula nama Sasak kemungkinan berasal dari kata sak-sak yang artinya sampan
▪ Dalam tradisi lisan warga setempat kata sasak dipercaya berasal dari kata "sa'-saq"
yang artinya “yang satu”. Kemudian Lombok berasal dari kata Lombok yang artinya
lurus. Maka jika digabung kata Sa' Saq Lomboq artinya “sesuatu yang lurus”.
▪ “Lombo Mirah Sasak Adi” adalah salah satu kutipan dari kakawin Nagarakretagama
(Desawarnana), sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan dan
kepemerintahaan kerajaan Majapahit, gabungan Mpu Prapanca. kata "lombok"
dalam bahasa kawi berarti lurus atau jujur, "Mirah" berarti permata, "sasak" berarti
kenyataan dan "adi" artinya yang baik atau yang utama. Maka Lombok Mirah Sasak
Adi berarti kejujuran adalah permata kenyataan yang baik atau utama
(Asmito,1992).
Suku Sasak pada masa lalu secara sosial-
politik, digolongkan dalam dua tingkatan
sosial utama, yaitu :
1.Golongan bangsawan yang disebut perwangsa
Golongan perwangsa ini terbagi lagi atas dua tingkatan, yaitu:
a.Perwangsa
Bangsawan penguasa (perwangsa) umumnya menggunakan gelar datu. Selain itu mereka juga
disebut Raden untuk kaum laki-laki dan Denda untuk perempuan. Seorang Raden jika menjadi
penguasa maka berhak memakai gelar datu. Perubahan gelar dan pengangkatan
seorang bangsawan penguasa itu umumnya dilakukan melalui serangkaian upacara kerajaan
(Asmito,1992).
b.Triwangsa
Bangsawan rendahan (triwangsa) biasanya menggunakan gelar lalu untuk para lelakinya
dan baiq untuk kaum perempuan (Asmito,1992).
Dalam prakteknya sanro (pengobatan tradisional atau dukun) menangani pengobatan salah
urat dengan menggunakan minyak urut yang dibuat pada bulan sura (awal tahun baru umat
muslim).
Minyak urut tersebut berupa santan kelapa yang dimasak dengan ramuan 5 jenis kulit kayu
yaitu : kanekal (Derris trifoliate), kesaming (Schleichera oleosa), kasokal (Erioglossum
rubiginosum), kasene (Capparis sepiaria var. fischeri) dan kasela.
Persyaratan kulit kayu yang digunakan dalam ramuan minyak urut harus diambil dari satu
naungan pohon dan pemasakannya dikerjakan oleh kaum laki-laki. Sedangkan pembuatannya
hanya dilakukan di bulan Sura, karena bulan tersebut dianggap bulan baik sehingga minyak
urut yang dihasilkan dapat menyembuhkan penyakit (Rahayu et al., 2002).
:
– Balian sasak adalah dukun atau orang melakukan pengobatan dengan alat
dan kebiasaan etnik sasak yang menggunakan alat ,bahan dan cara yang
sederhana,salah satunya adalah tumbuhan tertentu,yang dibuat dengan
cara dihaluskan dengan batu atau diparut untuk ditempelkan pada bagian
yang sakit.
– Selain itu ada obat yang berbentuk jamu yang terbuat dari biji-bijian
tertentu yang digoreng tanpa minyak pada penggorengan dari tanah
kemudian dihaluskan.Pengobatan juga dilakukan dengan pijat refleksi pada
urat saraf untuk mengobati orang yang mengalami kelumpuhan
(Moelyono,2002).
:
• Etnik samawa atau Tau Samawa adalah masyarakat penduduk asli pulau
Sumbawa, Nusa Tenggara yang pada awalnya masyarakat yang bermukim di
Semenanjung Sanggar, lereng gunung tambora yang kemudian berpindah
kewilayah pedalaman, dataran tinggi Ropeng, Lunyuk, dan sebagian selatan
Batu Lanteh.
• Pekerjaan masyarakat etnik samawa adalah petani atau nelayan. Para petani
menyimpan hasil panen di tempat yang disebut klompo atau lumbung yang
dibangun berdekatan dengan rumahnaya. Tanah tempat tinggal, sawah, ladang,
aliran sungai atau danau, serta tempat mereka dimakamkan apabila meninggal,
Rumah adat Tau Samawa disebut lar lamat. Untuk mengawasi lar lamat dipilih seorang pemimpin yang
disebut nyaka (Moelyono,2002).
Sistem Kepercayaan Etnik
Samawa
Pada awalnya Tau Samawa menganut aliran kepercayaan animisme, sedangkan
saat ini telah banyak diantara mereka yang menganut ajaran agama-agama
samawi, terutama agama islam. Etnik samawa kini sangat kental dengan nuansa
islam sehingga untuk menjalankan kehidupan beragama disetiap desa mereka
mengenal pemimpin-pemimpin yang disebut penghulu,lebe,mudum,kerib,marbot
dan rira (Moelyono,2002)
Munculnya kebudayaan islam pada masa runtuhnya Majapahit sangat berpengaruh
pada suku Tau Samawa. Sejak saat itu Tau Samawa menjadi fanatik tentang agama
islam, juga terhadap bentuk-bentuk keyakinan agama lain selain agama Islam,
namun terdapat pula Tau Samawa yang sampai saat ini masih percaya kepada
agama yang dianut nenek moyangnya dahulu (Moelyono, 2002).
ETNOFARMASI
ETNIK SAMAWA
– Pengobatan tradisional etnik samawa sering
dikerjakan oleh orang yang dipercaya
mempunyai kekutan supranatural yang oleh
mereka dikenal sebagai sando atau dukun.
Sando atau dukun tersebut mengobati
masyarakat sakit sesuai dengan penyakit
yang dideritanya dengan menggunakan
bagian tumbuhan yang ada disekitar tempat
tinggalnya (Moelyono,2014).
Beberapa tumbuhan yang digunakan sebagai obat
tradisional oleh etnik samawa adalah antara lain:
Nama asli suku Dayak Tunjung ini adalah "Tonyooi" yang artinya
"mudik" atau menuju ke arah hulu sungai. Ceritanya demikian, pada
suatu hari seorang Tunyooi mudik dan ditanya oleh seorang Halok
(sebutan Suku Dayak kepada seseorang yang bukan Dayak dan
beragama Islam) yang belum tahu bahwa yang ditanya itu adalah
Suku Dayak Tonyooi. Tonyooi menjawab, "Tunjuk - ing" maksudnya
mudik. Orang halok lalu terbiasa melihat orang yang seperti ditanyai
nya tadi disebutnya "Tunjung" (Depdikbud, 1984).
Pola Perkembangan Suku Dayak Tunjung
RAMUAN 1
Sub etnik Dayak Kenyah adalah sub etnik Dayak yang termasuk rumpun Kenyah-
Kayan-Bahau yang berasal dari dataran tinggi Usun Apau, daerah Baram, Sarawak.
Dari wilayah tersebut mereka masuk kabupaten Malinau, Kalimantan Timur, melalui
sungai Iwan. Mereka kemudian terpecah dua, sebagian menuju daerah Apau Kayan
yang sebelumnya ditempati Dayak Kayan, dan sebagian lagi menuju daerah Bahau,
yang kemudian disebut Dayak Bahau.
Pergerakan suku ini menuju ke hilir akhirnya sampai ke daerah Mahakam daan
akhirnya sebagian menetap di kampung Pampang Samarinda Utara, Samarinda.
Sebagian lagi bergerak ke hilir menuju Tanjung Palas. Etnik Kenyah merupakan 2,4%
penduduk Kutai Barat (Moelyono, 2014).
Adat Istiadat
■ Pada masyarakat etnik Dayak Kenyah menggunakan daun sirih untuk membersihkan
kemaluan dan untuk keputihan, sedangkan pada masyarakat etnik Dayak Kendayan
menggunakan daun sirih untuk luka cacar air.
■ Pada masyarakat etnik Samawa menggunakan rimpang jahe untuk mengobati batuk,
sedangkan pada masyarakat etnik Dayak Kenyah menggunakannya untuk meningkatkan
stamina pasca melahirkan.
■ Mayarakat etnik Dayak Kenyah menggunakan akar kuning untuk mengobati penyakit
typus, sakit mata, dan penyakit malaria. Sedangkan masyarakat etnik Dayak Tunjung
menggunakannya untuk mengobati penyakit kuning.
■ Pada masyarakat etnik Dayak kenyah menggunakan rimpang kunyit untuk mengobati
keputihan dan melancarkan menstruasi, sedangkan pada etnik Aceh digunakan untuk
mengatasi gangguan asam lambung