Anda di halaman 1dari 116

ETNOFARMASI MASYARAKAT ETNIK

SUNDA

apt. Galih samodra, M.Farm.


Program Studi Farmasi Program Sarjana
Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa
OUTLINE
Etnofarmasi Etnik Sunda

Masyarakat Etnik Sunda

Masyarakat adat Baduy

Masyarakat adat Kampung


Naga

Masyarakat Sunda Kasepuhuan


Pass :
FarmasiOK
Etnofarmasi Etnik Sunda
• Etnofarmasi masyarakat etnik Sunda adalah pengetahuan
etnofarmasi yang meliputi pengetahuan obat dan cara
pengobatan tradisional masyarakat adat etnik Sunda.
• Masyarakat adat etnik Sunda bukan menunjukkan etnik Sunda
yang dapat hidup di berbagai wilayah di Indonesia, tetapi
dibatasi dalam suatu wilayah yang dikenal dengan sebutan Tatar
Sunda.
• Karena berasal dari masyarkat adat yang umumnya tinggal di
kampung, maka etnofarmasi masyarakat etnik Sunda disebut
Ubar Kampung, dengan konsep Top up.
Masyrakat Etnik Sunda
• Beberapa kelompok masyarakat adat etnik Sunda, antara lain
masyarakat adat Baduy, masyarakat adat Sunda Kasepuhan,
masyarakat adat Kampung Naga, dan beberapa kelompok
masyarakat adat lainnya.
• Masyarakat adat etnik Sunda bukan menunjukkan etnik Sunda
yang dapat hidup di berbagai wilayah di Indonesia, tetapi
dibatasi dalam suatu wilayah yang dikenal dengan sebutan Tatar
Sunda.
Ubar Kampung
• Ubar kampung adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat
Tatar Sunda untuk mendiskripsikan pengertian obat tradisional
dalam bahasa Sunda.
• Ubar berarti obat, sedangkan kampung berarti tempat bermukim
masyarakat Tatar Sunda dalam lingkungan yang tradisional.
Dengan demikian ubar kampung berarti obat yang digunakan
oleh komunitas Tatar Sunda di tempat bermukim tradisionalnya.
Ubar kampung masyarakat adat
Baduy
• Masyarakat Baduy adalah salah satu kelompok masyarakat
berbudaya tradisional yang tinggal di Desa Kanekes, kecamatan
Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Komunitas ini
oleh masyarakat luar sering disebut orang Baduy, walaupun
mereka sendiri menamakan kelompoknya sebagai Urang
Rawayan atau Urang Kanekes.
Lanjutan,,,
• Wilayah Baduy Dalam ini hanya boleh dihuni oleh mereka yang
mampu melaksanakan seluruh aturan adat secara sempurna.
Baduy luar merupakan tempat penampungan mereka yang
tidak sanggup menjaga kesucian wilayah Baduy Dalam.
• Namun, penduduk Baduy luar yang disebut Urang Panamping
tidak lantas menjadi komunitas tersendiri, tetapi mereka tetap
menjadi bagian dari struktur sosial komunitas Baduy secara
keseluruhan. Setiap Urang Panamping harus tetap pada fatwa
puun, yaitu kepala adat Baduy yang sekaligus ulama agama
Sunda Wiwitan.
Lanjutan,,,
• Dasar religi masyarakat baduy dalam ajaran Sunda Wiwitan
adalah kepercayaan yang bersifat monoteis, penghormatan
kepada roh nenek moyang, dan kepercayaan kepada satu
kekuasaan yang disebut Sanghiyang Keresa (Yang Maha Kuasa),
atau sering disebut sebagai Batara Tunggal (Yang Maha Esa),
Batara Jagat (Penguasa alam), atau Batara Seda Niskala (Yang
Maha Gaib) yang bersemayam di Buana Nyungcung (Alam atas)
Orientasi, konsep, dan pengamalan keagamaan ditujukan
kepada pikukuh (ketentuan) untuk mensejahterakan kehidupan
di jagat mahpar
Lanjutan,,
• Masyarakat adat Baduy menggunakan tumbuh-tumbuhan
sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit atau untuk
pemeliharaan kesehatan.
• Untuk penggunaan tumbuhan sebagai obat mereka
mengunakan jasa dukun tradisional yang disebut jalma pinter
(orang pintar) yang memainkan peranan menonjol karena
memiliki pengetahuan luas tentang tumbuhan obat
Lanjutan,,
• Alat-alat meramu terdiri atas coet batu dan mutu batu, batu
bulat atau lonjong yang berfungsi untuk menghaluskan bahan-
bahan ramuan. Pekerjaan menghaluskan bahan ramuan itu
disebut ngaries atau ngarendos. Selain dari batu, alat ramu juga
ada yang terbuat dari logam, bambu, tulang, dan tanduk
Berikut adalah pengobatan
tradisional masyarakat adat
Baduy
• Untuk obat diare, masyarakat adat Baduy menggunakan kulit batang
kelapa hijau (Cocos nucifera) yang dicampur dengan kulit batang durian
(Durio zibethinus), Campuran diseduh dengan air panas kemudian
diminum. Selain itu untuk pengobatan diare, masyarakat adat Baduy
menggunakan daun jambu kulutuk (Psidium guajava) yang dicampur
dengan garam, ditumbuk, dan diminum airnya.
• Diare juga bisa menggunakan daun harendong (Melastoma
malabathricum) yang langsung dikunyah atau disedug
• Untuk mengatasi demam, atau penurun panas pada orang dewasa,
masyarakat adat Baduy menggunakan campuran daun rambutan
(Nephelum lappaceum) dan daun sirsak (Annona muricata) yang
ditumbuk, diseduh, diminum atau dikompreskan. Untuk mengatasi
demam atau penurun panas pada anak-anak, masyarakat adat Baduy
menggunakan air buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang dicampur
madu dan diminum.
Lanjutan,,
• Untuk menghentikan pendarahan masyarakat adat Baduy
menggunakan campuran daun babadotan (Ageratum conyzoides) dan
daun jampang pahit (Paspalum conyugatum) yang ditumbuk dan
ditempelkan pada luka.
• Untuk mereka yang bekerja berat, masyarakat adat Baduy mempunyai
ramuan ubar yang terdiri atas daun kacapi (Sandoricum koetjape),
daun ki sabrang (Peronema canescens), kulit batang lame, umbi
lampuyang (Zingiber amaricans), dan jantung cau (Musa sp) yang
dibakar, diembunkan, dan diperas airnya. Campuran tersebut dibuat
ramuan, digodog, disaring. Air saringan diminum sekali sehari sebelum
sarapan.
Lanjutan,,
• Untuk mengatasi gangguan sakit gigi dan sariawan, masyarakat
Baduy mengoleskan getah pohon angsana (Pterocarpus indicus)
pada gigi yang sakit dan pada luka sariawan.
• Untuk luka bakar, digunakan air bonteng (Cucumis sativus),
dengan cara membasahi luka bakar tersebut dengan air
bonteng sebelum luka melepuh.
• Untuk bengkak karena keseleo atau salah urat, seperti halnya
masyarakat daerah lain masyarakat adat Baduy menggunakan
ramuan yang terdiri atas beras merah (Oryza glaberrima) dan
rimpang cikur (Kaempferia galanga) yang ditumbuk halus,
dicampur air, dan digunakan sebagai popokan di daerah
keseleo
Ubar kampung masyarakat adat
Kampung Naga
• Masyarakat adat Kampung Naga adalah masyarakat yang
bermukim di satu wilayah dengan area sekira 4 hektar, dan
dikenal dengan nama Kampung Naga. Kampung ini
merupakan bagian dari Desa Neglasari, Kecamatan Salawu,
Kabupaten Tasikmalaya.
Lanjutan,,
• Sebutan Kampung Naga tidak berarti bahwa di kampong ini
terdapat naga (dragon), tetapi ata naga berasal dari kata
nagawi yang berarti lereng bukit / lereng gunung, sehingga
kampong naga adalah kampong yang terletak di lereng bukit
atau lereng gunung.
• Masyarakat adat Kampung Naga termasuk etnik Sunda, mereka
berbahasa Sunda, yang taat dan kuat memegang adat istiadat
dan tradisi nenek moyangnya walaupun mereka penganut
agama Islam.
Lanjutan,,
• Dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat adat Kampung Naga
selain memanfaatkan pelayanan kesehatan formal di luar kampung,
mereka tetap menjaga ilmu yang diperoleh dari nenek moyang
berupa obat dan pengobatan yang bersumber pada alam.
• Hal menraik dari masyarakat adat Kampung Naga ini adalah
adanya pengobatan dengan menggunakan pisang sebagai
obatnya, misalnya mereka menggunakan daun pisang muda untuk
mengobati sakit pinggang dan mendinginkan luka bakar, getah
pisang untuk mengobati diare, disentri, dan kencing nanah.
• Selain itu getah pisang juga digunakan untuk mencegah kerontokan
rambut dan merangsang pertumbuhan rambut.
• Akar pisang digunakan untuk melawan lesu, lelah, dan kurang
darah.
• Buah yang belum masak digunakan untuk makanan penderita
kencing manis
pengobatan tradisional
masyarakat adat Kampung
Naga
• Untuk obat batuk, komunitas Kampung Naga menggunakan air batang
muda awi gombong (Gigantochloa apus) yang diambil airnya di pagi
hari, kemudian diminum, atau air batang tadi diseduh dengan jahe
(Zingiber officinale Roxb.) atau rimpang cikur (Kaempferia galanga),
diminum tiap hari hingga sembuh.
• Untuk gangguan perut, masyarakat Kampung Naga menggunakan buah
cau sewu atau cau emas (Musa paradisiaca) yang dibenamkan ke
dalam abu panas, kemudian diperas, dan airnya diminum. Buah
harendong (Melastoma malabathricum) yang masih muda yang
dimakan mentah juga digunakan oleh masyarakat Kampung Naga untuk
mengatasi gangguan sakit perut. Jika gangguan perut tersebut
merupakan gejala tukak lambung, mereka mengunakan daun sembung
(Blumea balsamifera) yang masih segar, atau daun kering tumbuhan
pacing (Costus speciosus).
Lanjutan,,
• Gangguan diare diatasi dengan menggunakan pucuk daun jambu
kulutuk (Psidium guajava L.), sedangkan disentri diatasi dengan
menggunakan pucuk daun kadu (Durio zibethinus) yang masih segar,
atau meminum air rebusan daun handeuleum (Graptophyllum pictum).
• Penyakit panas oleh komunitas Kampung Naga diatasi dengan daun
dadap (Erythrina lithosperma), daun camcau areuy (Cyclea barbata)
atau pucuk daun kadu (Durio zibethinus).
• Untuk mengatasi gejala demam pada anak-anak, masyarakat Kampung
Naga mempunyai racikan obat yang terdiri atas buah belimbing
(Averrhoa bilimbi), buah muda nangka walanda (Anona montana), daun
muda leunca hayam (Solanum nigrum var. minor), dan daun buntiris
(Kalanchoe pinnata), digerus dan diparut, kemudian dibalurkan ke tubuh.
Lanjutan,,
• Penyakit kencing batu diatasi dengan ramuan yang terdiri atas godogan
akar kates gandul (Carica papaya), daun alpuket (Persea amercana),
daun kumis ucing (Orthosiphon aristatus), daun meniran (Phylanthus
niruri), cecendet (Physalis angulata), dan daun pecah beling
(Sericocalyx crispus). Air godogan diminum.
• Untuk menghilangkan noda hitam di wajah (kokoloteun, Sd), masyarakat
adat Kampung Naga menggunakan bedak yang dibuat dari palupuh
(bagian yang menempel pada batang) kawung (Arenga pinnata) yang
dibakar hingga menjadi abu. Abu yang berwarna putih dipakai sebagai
bedak.
Ubar kampung masyarakat
Sunda Kasepuhan
• Kasepuhan dalam bahasa Sunda adalah kata yang mengacu pada
golongan masyarakat yang masih bertingkah laku sesuai adat istiadat lama.
• Mereka tinggal di daerah ketinggian dengan populasi penduduk kurang lebih
30.000 jiwa dan menempati 569 kampung kecil yang termasuk kedalam 360
kampung besar.
• Kasepuhan memiliki keterikatan sejarah dengan salah satu kerajaan Sunda
dengan rajanya Prabu Siliwangi itu, Kasepuhan Banten Kidul kini telah berumur
640 tahun, dengan pusat pemerintahan adatnya sekarang berada di
kampung adat Ciptagelar yang terletak di ketinggian sekitar 1200 m diatas
permukaan laut di leher gunung Halimun, Cikarancang, Cicemet, Kecamatan
Cisolok Kabupaten Sukabumi
Lanjutan,,
• Dalam pemeliharaan kesehatan, masyarakat adat gunung
Halimun memanfaatkan berbagai tumbuhan yang secara
tradisional dan turun-temurun telah digunakan. Tanaman yang
digunakan berdasarkan khasiatnya adalah sebagai berikut:
Perawatan kesehatan wanita
sehabis melahirkan
• Campuran godogan segar daun jawer kotok (Plectranthus
scutellaroides), daun sembung (Sonchus arvensis), daun
kumis ucing (Orthosiphon aristatus), rimpang koneng
(Curcuma domestica), koneng gede (Curcuma
xanthorrhiza), dan koneng hideung (Curcuma aeruginosa),
diminum selama 10-15 hari, setiap pagi. Untuk keperluan
yang sama, daun jawer kotok (Plectranthus scutellaroides)
daun sembung (Sonchus arvensis), dan rimpang panglay
(Zingiber purpureum) digodog, disaring, diminum tiap hari
selama 40 hari.
• Masyarakat adat Ciptagelar memiliki pengetahuan khas dalam hal
cara perawatan kesehatan sebelum dan sesudah melahirkan.
Mereka menggunakan ramuan khas yang disebut Peupeuh Tuhur
dan Pupuh Baseuh. Ramuan Peupeuh tuhur terdiri atas:
• Koneng/kunyit (Curcuma domestica)
• Jahe (Zingiber officinale)
• Jagung (Zea mays)
• Kacang tanah (Arachis hypogea)
• Biji jaat (Psophocarpus tetragonolobus)
• Biji mentimun (Cucumis sativus),
• Garam,
• Gula,
• Terasi.
• Semua bahan dikeringkan dengan cara dipanaskan pada wajan
tanpa minyak (disangray), kemudian setelah kering ditumbuk
(dipeupeuh) dalam lumpang.
• Hasilnya disaring dengan saringan, diperoleh serbuk ramuan
yang disebut Peupeuh tuhur. Untuk pemeliharaan kesehatan
wanita setelah melahirkan ramuan peupeuh tuhur ini diseduh
dengan air panas dan diminum.
• Ramuan ini digunakan untuk wanita setelah melahirkan guna
membantu mengembalikan stamina tubuh. Peupeuh tuhur (tuhur
= kering) diminum setelah tiga hari melahirkan, sedangkan untuk
mengerutkan rahim yang membengkak, wanita yang baru
melahirkan diharuskan makan ramuan Peupeuh baseuh (baseuh
= basah)
• Bahan untuk ramuan peupeuh baseuh, sama dengan ramuan
untuk membuat peupeuh tuhur. Perbedaan hanya terdapat
pada kondisi bahan, yaitu pada pembuatan peupeuh baseuh,
digunakan bahan segar yang tidak dikeringkan. Semua bahan
ditumbuk, hasil peupeuhan dimakan sebagai seperti sambal.
pengobatan tradisional
masyarakat adat Sunda
Kasepuhan
• Untuk melancarkan ASI, masyarakat setempat menggunakan
lalaban atau rebusan pucuk daun labu siem (Sechium edule),
atau parutan rimpang koneng yang diseduh dengan air panas,
dan diminum setiap pagi. Bila ASI terlalu banyak, wanita
setempat menggunakan daun surawung (Ocinum sanctum)
sebagai lalaban.
• Untuk mengatasi diare, masyarakat Sunda Kasepuhan
menggunakan daun jambu kulutuk (Psidium guajava) yang
diseduh dengan air matang, lalu diminum. Selain itu mereka juga
menggunakan daun antanan gede (Hydrocotiles asiatica) untuk
mengatasi diare, dengan cara menyeduhnya, dan air seduhan
diminum setelah ditambahkan gula merah.
Lanjutan,,
• Untuk mengatasi perut kembung, digunakan remasan daun
kahitutan (Saprosma arboreum) yang digosokkan pada perut
yang kembung. Setelah beberapa saat, angin yang terjebak di
dalam perut akan ke luar melalui proses buang angin.
• Gangguan susah buang air kecil (disuria) diatasi dengan seluruh
bagian tanaman meniran (Phyllanthus niruri) digodog dengan air,
diminum pagi dan sore hari. Selain itu digunakan juga seduhan
daun kering manalika (Annona muricata) yang diserbuk lalu
diseduh dengan air panas, diminum setalah ditambahkan gula
merah.
Lanjutan,,
• Sakit kuning diatasi dengan minum godogan daun kelewih
(Artocarpus communis) atau godogan rimpang kunyit (Curcuma
domestica), rebung bambu kuning (Bambusa vulgaris), serta
remis (kerang air tawar). Ramuan lain terdiri atas rimpang kunyit
(Curcuma domestica) dan koneng gede (Curcuma xanthorrhiza)
diparut, dicampur dengan ki koneng (Arcangelisia flava) dan
rebung haur koneng (Bambusa vulgaris), digodog, diminum.
• Suatu ”local wisdom” yang mengajarkan bahwa untuk
mengatasi sakit kuning digunakan tumbuhan atau bagian
tumbuhan yang juga berwarna kuning.
Lanjutan,,
• Untuk mengatasi sakit pinggang, digunakan daun tempuyung
(Sonchus arvensis) yang diseduh dengan air panas, kemudian
diminum.
• Gangguan batuk diatasi dengan buah jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) yang dipanaskan dalam abu panas, diperas, airnya
dimimum setelah ditambah sedikit garam.
ETNOFARMASI
BALI & NUSA
TENGGARA

apt. Galih Samodra, M.Farm.


Program Studi Farmasi Program Sarjana
Fakultas kesehatan
Universitas harapan bangsa
Etnofarmasi masyarakat etnik
bali
– Pengobatan tradisional Bali (usada) yang dikenalkan oleh para leluhur
merupakan ilmu pengetahuan penyembuhan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama
Hindu. Di Propinsi Bali diperkirakan terdapat kurang lebih 50.000 buah Lontar
Usada yang tersebar di seluruh desa-desa yang ada.
– Menurut Sukantra (1992), usada adalah ilmu pengobatan tradisional Bali, yang
sumber ajarannya terdapat pada lontar.
Konsep sakit

– Tertulis dalam beberapa lontar maupun tercatat dalam usada.


– Cerita-cerita tidak tertulis tetapi disampaikan turun temurun dari generasi ke
generasi berikutnya secara verbal, berupa mitos, legenda, dan dongeng rakyat.
– Hal-hal lain yang berhubungan dengan terjadinya penyakit, seperti larangan-
larangan, aturan-aturan tertentu, seperti misalnya aturan mendirikan rumah.
– Kitab Susruta Shamhita dan Charaka Shamhita yang merupakan kitab acuan
dalam perihal kosnep sehat dan sakit. Kedua kitab ini bersumber pada kitab
Ayurveda dari Upadeva.
Lanjutan,,

– Menurut pengetahuan usadha etnik Bali, sifat penyakit terdiri atas penyakit
yang bersifat panes (panas), nyem (dingin), sebaa (panas dingin), tis (sejuk), dan
dumelada (sedang).

Pass : FarmasiCakep
Lanjutan,,

– Di dalam lontar usada, secara mitologi tumbuh-tumbuhan dikatakan dapat


berbicara dan menceritrakan khasiat dirinya.
– Cara penggunaan obat yang terdapat dalam Lontar Usada, pada umumnya
dilakukan secara tradisional seperti dijadikan loloh atau obat minum, tutuh
(pemberian obat dengan jalan mengisap cairan melalui hidung atau dengan
meneteskan pada hidung), boreh (parem), urap atau usug (obat gosok), ada
pula yang berupa minyak yang dioleskan pada tubuh.
Lanjutan,,

– Beberapa contoh usada Bali diantaranya usada tua, usada rare, usada buduh,
usada upas, usada netra, usada kuranta bolong, dan lain-lain. Dimana masing-
masing dari usada tersebut mempunyai berbagai keunikan dalam mendiagnosa
penyakit, jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat, cara meracik dan
berbagai sarana pendukung serta serangkaian upacara yang berkaitan dengan
pencegahan, pengobatan, dan pemulihan dari satu sisi penyakit
3 Elemen ayurvedha

– Dalam Ayurvedha, tubuh manusia mempunyai 3 elemen yang disebut tri-dosha,


yang terdiri atas :
1. Vayu
Vayu berkaitan erat dengan sistem pencernaan dan bagian tubuh yang berongga,
seperti kandung kencing, Rahim dan sebgainya.
2. Pitta
Pitta menggerakkan jantung sehingga darah dapat beredar ke seluruh tubuh. Pitta
juga menggerakkan hati dan limpa serta mengatur metabolism tubuh.
3. Kapha
Kapha erat kaitannya dengan alat-alat tubuh yang mengeluarkan air, sehingga
sering disebut dengan pengatur kesetimbangan cairan tubuh.
Usada dan balian

– Usada adalah pengetahuan pengobatan tradisional Bali, sebagai sumber konsep


untuk memecahkan masalah di bidang kesehatan.
– Balian adalah sosok seseorang yang mempunyai kepandaian atau ilmu
mengobati, dikenal sebagai dukun.
Metode penyembuhan balian

– Meditasi, dilakukan dengan jalan melatih pikiran agar menjadi harmonis untuk
mengobati penyakit.
– Taru premana, penyembuhan dengan tumbuhan obat.
– Suara, dengan mengucapkan aksara-aksara tertentu yang punya getaran sama
dengan getaran organ tubuh.
– Batu Kristal, dengan cara menempatkan batu-batu Kristal jenis tertentu di
pusat-pusat cakra tubuh.
Jenis balian berdasarkan
pengetahuan
– Balian katakson adalah balian yang mendapat keahlian melalui taksu.Taksu adalah
kekuatan gaib yang masuk kedalam diri seseorang dan mempengaruhi orang tersebut,
baik cara berpikir, berbicara maupun tingkah lakukanya. Karena kemasukan taksu inilah
orang tersebut mampu untuk mengobati orang yang sakit.
– Balian kapican adalah orang yang mendapat benda bertuah yang dapat dipergunakan
untuk menyembuhkan orang sakit. Benda bertuah ini disebut pica. Dengan
mempergunakan pica yang didapatkan balian tersebut mampu menyembuhkan
penyakit.
– Balian usada adalah seseorang dengan sadar belajar tentang ilmu pengobatan, baik
melalui guru waktra, belajar pada balian, maupun belajar sendiri melalui lontar usada.
2 hal penting seorang balian dalam
pengobatan
1. Penentuan Jenis Penyakit
– Penyakit Sekala = ditentukan melalui anamnesa dan pemeriksaan badan, misalnya suhu tubuh
dan pernafasan.
– Penyakit Niskala = dibedakan menjadi 2 jenis yaitu niskala duur dan niskala teben yaitu niskala
yang disebabkan oleh “black magic”
2. Pengobatan
– Penyakit sekala = pengobatan yang didasarkan pada petunjuk dari usada, seperti obat untuk
penyakit sekala berbentuk obat minum, berupa sembur, boreh atau minyak.
– Penyakit niskala duur = pengobatan yang dilakukan melalui upacara, yaitu dengan sajen.
– Penyakit niskala teben = pengobatan yang dilakukan sesuai petunjuk yang tertulis pada lontar
usada buduh.
Tumbuhan yang digunakan untuk
menyembuhkan penyakit
▪ Obat untuk memulihkan impotensi
Impotensi dalam bahasa bali disebut wandu, secara tradisional diobati dengan
ramuan yang terdiri atas telur ayam kampung, garam dapur, madu, dan arak.
Caranya kuning telur ayam kampung, dicampur dengan arak, garam dapur, dan
madu. Ramuan diaduk hingga lumat, lalu diminum 2 kali pagi dan sore.
▪ Obat untuk tekanan darah tinggi
Ramuan yang dimakan terdiri atas buah-buahan, diantaranya mentimun dan
bawang putih. Ramuan yang diminum adalah bunga jeruk. Bunga jeruk direbus
dengan segelas air, setelah dingin air rebusannya diminum sehari 3 kali, masing-
masing 1 gelas.
Tumbuhan yang digunakan untuk
menyembuhkan penyakit
▪ Obat untuk mengatasi diare
Masyarakat etnik bali juga mengatasi diare dengan kulit buah manggis yang
dibakar, kemudian ditumbuk. Sebanyak 405 gram diaduk dengan 1 gelas air.
Setelah itu diminum sehari 1 kali.
▪ Obat untuk mengobati rematik
Ramuan berupa borehan yang dibuat dari 30-40 gr daun dan bunga kecubung, 3
suing bawang putih, dan 15 gram jahe. Bahan-bahan ditumbuk hingga halus,
kemudian diborehkan pada bagian yang sakit sehari 1-2 kali, masing-masing 2-3
jam.
ETNOFARMASI DI BALI
TANAMAN OBAT MASYARAKAT BALI

Zingiber Officinale Roxb. Phaleria Macrocarpa Boerl Alstonia Scholaris R.Br.

Languas Galanga (L.) Kalanchoe Pinnata Pers Catharanthus Roseus G.Do


Stuntz
Punica Granatum L. Citrus Aurantifolia Caesalpinia Pulcherrima (L.) Sw

Barleria Prionitis L. Averrhoa Bilimbi L. Acorus Calamus L.


Jurnal ETHNOMEDICINE Tumbuhan Obat Tradisional Masyarakat
Bali
Beberapa Etnik di Nusa Tenggara:
Etnik Sasak (Lombok)
Etnik Samawa (Sumbawa)
ETNIK SASAK

• Suku Sasak adalah salah satu suku bangsa di Indonesia yang mendiami pulau
Lombok, Nusa Tenggara
• Nenek moyang etnik sasak berasal dari campuran penduduk asli Lombok
dengan pendatang yang berasal dari kerajaan Mataram di Jawa,yaitu pada
zaman Raja Rakai Pikatan dengan permaisurinya pramudhawardhani
• Mayoritas suku Sasak beragama Islam, namun ada sebagian dari mereka yang
berbeda dalam menjalankan ibadahnya, dan mereka disebut sebagai Islam
Wetu Telu
Rumah adat Etnik Sasak
• Selain itu ada pula sedikit warga suku Sasak yang masih menganut kepercayaan
pra-Islam yang disebut dengan nama "Sasak Boda“
• Suku Sasak telah menghuni Pulau Lombok sejak 4.000 tahun sebelum Masehi.
• Ada pendapat yang mengatakan bahwa orang Sasak berasal dari percampuran
antara penduduk asli Lombok dengan para pendatang dari Jawa. Ada juga yang
menyatakan leluhur orang sasak adalah orang Jawa (Asmito, 1992).
Asal Mula dan Kebudayaan Suku
Sasak
▪ Asal mula nama Sasak kemungkinan berasal dari kata sak-sak yang artinya sampan
▪ Dalam tradisi lisan warga setempat kata sasak dipercaya berasal dari kata "sa'-saq"
yang artinya “yang satu”. Kemudian Lombok berasal dari kata Lombok yang artinya
lurus. Maka jika digabung kata Sa' Saq Lomboq artinya “sesuatu yang lurus”.
▪ “Lombo Mirah Sasak Adi” adalah salah satu kutipan dari kakawin Nagarakretagama
(Desawarnana), sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan dan
kepemerintahaan kerajaan Majapahit, gabungan Mpu Prapanca. kata "lombok"
dalam bahasa kawi berarti lurus atau jujur, "Mirah" berarti permata, "sasak" berarti
kenyataan dan "adi" artinya yang baik atau yang utama. Maka Lombok Mirah Sasak
Adi berarti kejujuran adalah permata kenyataan yang baik atau utama
(Asmito,1992).
Suku Sasak pada masa lalu secara sosial-
politik, digolongkan dalam dua tingkatan
sosial utama, yaitu :
1.Golongan bangsawan yang disebut perwangsa
Golongan perwangsa ini terbagi lagi atas dua tingkatan, yaitu:
a.Perwangsa
Bangsawan penguasa (perwangsa) umumnya menggunakan gelar datu. Selain itu mereka juga
disebut Raden untuk kaum laki-laki dan Denda untuk perempuan. Seorang Raden jika menjadi
penguasa maka berhak memakai gelar datu. Perubahan gelar dan pengangkatan
seorang bangsawan penguasa itu umumnya dilakukan melalui serangkaian upacara kerajaan
(Asmito,1992).
b.Triwangsa
Bangsawan rendahan (triwangsa) biasanya menggunakan gelar lalu untuk para lelakinya
dan baiq untuk kaum perempuan (Asmito,1992).

2. Bangsa Ama atau jajar karang sebagai golongan masyarakat kebanyakan


Tingkatan terakhir disebut jajar karang atau masyarakat biasa.Panggilan untuk kaum laki-laki
di masyarakat umum ini adalah loq dan untuk perempuan adalah le (Asmito,1992)
Sistem Kepercayaan Suku
Sasak
– Sebagian besar masyarakat etnik sasak beragama islam, dan sebagian kecil
beragama hindu. Walaupun sebagian besar diantara mereka beragama islam, namun
upacara-upacara peninggalan nenek moyang nya masih sering dilakukan walaupun
hanya sebagai keguatan menjaga adat, terutama dalam kegiatan pertanian. Hal ini
juga disebabkan karena mata pencarian utama mereka adalah petani.
– Dalam kegiatan pertanian, mereka masih melakukan upacara-upacara adat,
diantaranya membangar,ruwah binik,sidekang pare,menyemprak,ruwah petukan
pare,ruwah repak jami dan selamet sambi. Membangar mempunyai arti membuka.
Upacara ini dilakukan sebagai proses pembuka kegiatan dalam mengolah lahan
pertanian, disebut juga selametan subak yang dilakukan bila akan bercocok tanam
dengan tujuan meminta izin menggunakan lahan tersebut untuk area pertanian atau
persawahan (Moelyono,2002).
:

Sistem Pengobatan Suku Sasak

Dalam prakteknya sanro (pengobatan tradisional atau dukun) menangani pengobatan salah
urat dengan menggunakan minyak urut yang dibuat pada bulan sura (awal tahun baru umat
muslim).
Minyak urut tersebut berupa santan kelapa yang dimasak dengan ramuan 5 jenis kulit kayu
yaitu : kanekal (Derris trifoliate), kesaming (Schleichera oleosa), kasokal (Erioglossum
rubiginosum), kasene (Capparis sepiaria var. fischeri) dan kasela.
Persyaratan kulit kayu yang digunakan dalam ramuan minyak urut harus diambil dari satu
naungan pohon dan pemasakannya dikerjakan oleh kaum laki-laki. Sedangkan pembuatannya
hanya dilakukan di bulan Sura, karena bulan tersebut dianggap bulan baik sehingga minyak
urut yang dihasilkan dapat menyembuhkan penyakit (Rahayu et al., 2002).
:

Etnofarmasi Etnik Sasak


Pengobatannya disebut Balian (dukun) dengan teknik pengobatan herbal dan
refleksi

– Balian sasak adalah dukun atau orang melakukan pengobatan dengan alat
dan kebiasaan etnik sasak yang menggunakan alat ,bahan dan cara yang
sederhana,salah satunya adalah tumbuhan tertentu,yang dibuat dengan
cara dihaluskan dengan batu atau diparut untuk ditempelkan pada bagian
yang sakit.
– Selain itu ada obat yang berbentuk jamu yang terbuat dari biji-bijian
tertentu yang digoreng tanpa minyak pada penggorengan dari tanah
kemudian dihaluskan.Pengobatan juga dilakukan dengan pijat refleksi pada
urat saraf untuk mengobati orang yang mengalami kelumpuhan
(Moelyono,2002).
:

Tumbuh-tumbuhan obat yang masih digunakan masyarakat


etnik sasak adalah antara lain:

1. kulit batang durenan ( Knema 2. Kethuk/keladi (Alocasia sp)


sumatrana )

Untuk mengobati malaria,


masyarakat etnik sasak menggunakan Getah batangnya digunakan sebagai obat
seduhan kulit batang durenan ( untuk menyembuhkan gatal-gatal karena
Knema sumatrana ) yang diminum gigitan serangga, sedangkan akarnya ditumbuk
setiap hari seperti minum teh dengan garam dan digunakan sebagai obat
(Moelyono,2002). gigitan ular (Moelyono,2002).
3. Bunga kumbi (Tarbenaemontanna
sphaerocarpa) 4. Daun urut pemecut jaran (Stachytarpheta jamaicensis)

Bunga kumbi (Tarbenaemontanna


sphaerocarpa) yang masih kuncup
diambil airnya di gunakan untuk tetes
mata untuk mengobati mata merah. Daun diremas- remas , ditambah air dan sedikit garam, airnya
Rebusan kulit batang digunakan untuk diminum sebagai obat batuk (Moelyono,2002).
mengobati penyakit kulit
(Moelyono,2002).
5. Daun Empet- empet (Desmodium triflorum) 6. Bakung (Crinum asiaticum)

daunnya direbus dan ditambahkan garam kemudian


airnya di minum untuk menyembuhkan diare. Selain
itu daunya di remas-remas, untuk mengobati luka
dengan cara dan di tempelkan pada bagian yang akarnya dimanfaatkan sebagai peluruh keringat dan obat luka,
sakit (Moelyono,2002). sedangkan daunya digunakan untuk mengobati bengkak
(Moelyono,2002)
8. Daun telingan bangket (Centella asiatica)
7. kulit batang kekosok (Ardisia javanica)

Untuk mengobati cacar, etnik sasak menggunakan kulit


batang kekosok (Ardisia javanica) yang ditumbuk dengan Daun di remas-remas kemudian di tempelkan
beras dan ditambah sedikit air untuk dibuat seperti bedak untuk mengobati luka (Moelyono,2002)
yang di balurkan pada bagian yang terjangkit cacar
(Moelyono,2002)
ETNIK SAMAWA

• Etnik samawa atau Tau Samawa adalah masyarakat penduduk asli pulau
Sumbawa, Nusa Tenggara yang pada awalnya masyarakat yang bermukim di
Semenanjung Sanggar, lereng gunung tambora yang kemudian berpindah
kewilayah pedalaman, dataran tinggi Ropeng, Lunyuk, dan sebagian selatan
Batu Lanteh.
• Pekerjaan masyarakat etnik samawa adalah petani atau nelayan. Para petani
menyimpan hasil panen di tempat yang disebut klompo atau lumbung yang
dibangun berdekatan dengan rumahnaya. Tanah tempat tinggal, sawah, ladang,
aliran sungai atau danau, serta tempat mereka dimakamkan apabila meninggal,
Rumah adat Tau Samawa disebut lar lamat. Untuk mengawasi lar lamat dipilih seorang pemimpin yang
disebut nyaka (Moelyono,2002).
Sistem Kepercayaan Etnik
Samawa
Pada awalnya Tau Samawa menganut aliran kepercayaan animisme, sedangkan
saat ini telah banyak diantara mereka yang menganut ajaran agama-agama
samawi, terutama agama islam. Etnik samawa kini sangat kental dengan nuansa
islam sehingga untuk menjalankan kehidupan beragama disetiap desa mereka
mengenal pemimpin-pemimpin yang disebut penghulu,lebe,mudum,kerib,marbot
dan rira (Moelyono,2002)
Munculnya kebudayaan islam pada masa runtuhnya Majapahit sangat berpengaruh
pada suku Tau Samawa. Sejak saat itu Tau Samawa menjadi fanatik tentang agama
islam, juga terhadap bentuk-bentuk keyakinan agama lain selain agama Islam,
namun terdapat pula Tau Samawa yang sampai saat ini masih percaya kepada
agama yang dianut nenek moyangnya dahulu (Moelyono, 2002).
ETNOFARMASI
ETNIK SAMAWA
– Pengobatan tradisional etnik samawa sering
dikerjakan oleh orang yang dipercaya
mempunyai kekutan supranatural yang oleh
mereka dikenal sebagai sando atau dukun.
Sando atau dukun tersebut mengobati
masyarakat sakit sesuai dengan penyakit
yang dideritanya dengan menggunakan
bagian tumbuhan yang ada disekitar tempat
tinggalnya (Moelyono,2014).
Beberapa tumbuhan yang digunakan sebagai obat
tradisional oleh etnik samawa adalah antara lain:

1. Pucuk daun bagek (tamarandus 2. Larutan kunyit keboq (Curcuma


indica) domestica)

Larutan kunyit keboq (Curcuma


Pucuk daun bagek (tamarandus indica) domestica) digunakan untuk mengobati
ditumbuk, dicampur sedikit air, lalu luka dengan cara menempelkannya
digosokan untuk obat mengatasi gatal- ditempat sakit
gatal
3. Untuk mengatasi demam etnik samawa menggunakan ramuan rimpang jahe
(Zingiber officinalle), buah matang jeruk hunte (Citrus amblycarpa), serta pucuk
daun kelor (Moringa oleifera)

(jeruk Hunte) (Pucuk Daun Kelor)


4. Untuk mengobati malaria etnik samawa menggunakan ramuan yang terdiri atas
rimpang jahe (Zingiber officinalle) yang direbus bersama buah matang jeruk lawar
(Citrus aurantifolia) air rebusan diminum.

(Jeruk lawar) (Jahe)


5. Untuk mengatasi bisul etnik samawa menggunakan daun dan bunga bayam duri
(Amaranthus spinosus) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica)

(bayam duri) (rimpang kunyit)


6. Pucuk daun kelor (Moringa oleifera) yang ditumbuk dan dicampur dengan
parutan rimpang kunyit (Curcuma domestica) digunakan untuk ,engobati luka
engan cara menempelkannya di tempat sakit.

(kelor) (rimpang kunyit)


ETNOFARMASI DAYAK
KALIMANTAN

apt. Galih Samodra, M.Farm.


Program Studi Farmasi Program Sarjana
Fakultas kesehatan
Universitas harapan bangsa
Etnofarmasi Dayak
Kedayan
WILAYAH DAN KONDISI EKOLOGI
• Sub etnik Dayak Kedayan mendiami daerah hulu
sungai Kapuas, Kabupaten Kapuas Hulu,
menyebar hingga kecamatan wilayah Kabupaten
Pontianak, Sambas, Ketapang, dan Sangai di
Provinsi Kalimantan Barat.
• Mereka menyebut dirinya Kanayatan. Hidup
berkelompok dan tinggal dalam rumah yang
disebut rad’an. Mata pencahariannya adalah
bercocok tanam. Makanan pokoknya padi ladang,
walau kadang memakan sagu.
Etnik Dayak Kedayan
• Mereka memeluk berbagai agama,
tetapi tetap menyakini konsep religi
leluhurnya dan melaksanakan
upacara-upacaranya, seperti naik
dango (ungkapan rasa syukur atas
panen yang baik), batalah nama
(pemberian nama bayi), nyaruk
sumangat (ritual kematian), dan
penyembuhan orang sakit (beliatn)
• Ritual penyembuhan orang sakit
(beliatn) dipimpin oleh dukun
Dayak yang di sebut Pemeliatn,
dengan teknis terapi spiritual magis
yang diajarkan para leluhurnya.
Konsep sakit dan penyembuhan
1. Sakit ditafsirkan sebagai
keadaan tidak nyaman
disebabkan roh jahat yang
merampas dan menguasai tubuh
seseorang.
2. Menurut mereka, penyebab
penyakit adalah :
a. Roh yang tidak kembali
setelah meninggalkan tubuh.
b. Kemasukan roh jahat atau
karena benda aneh masuk
tubuh yang dipercaya sebagai
jelmaan dari roh jahat.
Konsep sakit dan penyembuhan

3. Konsep penyembuhannya ada dua cara, yaitu dengan


upacara ritual, dan dengan pemanfaatan tumbuhan
obat.
4. Upacara penyembuhan terdiri atas baniak (memohon
kesembuhan), molasniak (bersyukur atas
kesembuhan), dan halopas (melepas segala sial).
5. Pemanfaatan tumbuhan obat dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu dicampur, ditumbuk, diremas-
remas, dicampur, atau diseduh.
6. Bagian tumbuhan yang paling sering digunakan
adalah daun, akar, kulit batang, rimpang, dan buah.
Adat istiadat dayak kedayan
1. Adat Perkawinan
Dalam masyarakat Dayak Kanayatn, adat perkawinan
dapat dilakukan apabila dari hasil baosol (menyelusuri asal-
usul) dalam kegiatan bakomo’ (musywarah keluarga) kedua
belah pihak tidak ditemukan garis waris (keturunan, keluarga dan
kerabat)
2. Sistem Kepercayaan
a. Pandangan Terhadap Hidup Manusia
Harus percaya dan patuh pada aturan alam raya
b. Pandangan Terhadap Kematian
Menurut kepercayaan suku Dayak Kanayatn, roh dan jiwa
orang yang telah meninggal akan kembali ke Subayatn. Oleh
sebab itu, orang yang telah meninggal harus dikuburkan
dengan cara yang pantas.
Adat Istiadat Dayak Kedayan
3. Sistem Pemerintahan
Masyarakat Dayak Kanayatn tidak mengenal sistem
pemerintahan seperti yang diterapkan di Negara Indonesia. Sistem
pemerintahan mereka dibagi dalam beberapa wilayah yang di
sebut binua. Setiap binua tersebut biasanya dipimpin oleh
Timanggong (Kepala Adat), yang berperan sebagai abdi bagi
seluruh masyarakat.
Namun demikian, sejak pemerintahan Orde Baru menetapkan
Undang-Undang No. 5 Tahun 1979, sistem pemerintahan suku
Dayak Kanayatn yang seperti ini menyatu ke dalam pemerintahan
yang diterapkan. Dengan ditetapkannya undang-undang tersebut,
membuat peranan Timanggong selaku pemimpin masyarakat dan
adat menjadi lemah, karena setiap keputusan atau kebijkakan yang
diambil kebanyakan berdasarkan pertimbangan dari kepala desa
(UU No. 5 Tahun 1979)
Dayak Kedayan

• Seperti umumnya etnik Dayak Kedayan hidup berkelompok dan


tinggal dalam rumah Panjang yang mereka sebut “rad’ang”.
Rumah komunal yang panjangnya dapat mencapai 200 meter dan
lebar 27 meter ini didirikan di atas tiang-tiang kayu yang tinggi.
Etnofarmasi Dayak Kedayan
Tumbuhan yang dimanfaatkan
dalam pengobatan penyakit (Fadilah,
2015), contohnya adalah:
1. Nama Ilmiah : Hydnocarpus sp.
Nama lokal : Daun gambir
Manfaat : perawatan masa nifas,
mengobati luka
Bagian : daun
Caranya : direbus di minum
airnya, daun di haluskan dan ditempel
kebagiann yang luka
Etnofarmasi Dayak Kedayan
2.Nama ilmiah : Allium sativum L.
Nama lokal : Bawang putih
Manfaat : mengobati patah tulang
Bagian : umbi lapis
Caranya : ditumbuk
Lanjutaannn……
3. Nama ilmiah : Goniothalamus tapis miq.
Nama lokal : unang-unang
Manfaat : meredakan sakit gigi, insectisida
Bagian : kulit akar, batang
Caranya : diserut ditempelkan pada gigi yang sakit,
dikeringkan di bakar
Lanjutaannn……
4. Nama ilmiah : Annona muricata L.
Nama lokal : Nangka belande
Manfaat : mengobati luka sunat
Bagian yang dimanfaatkan : daun
Cara pemanfaatan : dihaluskan, diminum airnya
Lanjutaannn…..
5. Nama ilmiah : Macaranga hypoleuca (Rchb.f.&
zoll.)mull.arg
Nama local : mahang payak
Manfaat : meredakan panas, demam
Bagian yang dimanfaatkan : daun
Cara pemanfaatan : direbus diminum airnya
Etnofarmasi Dayak Kedayan
6. Nama ilmiah : Excoecaria cochinchinensis Lour.
Nama lokal : balek adab, sambaing darah
Manfaat : mengobati muntah darah
Bagian : daun
Caranya : direbus
Lanjutannn…….
7. Nama ilmiah : Euphorbia thymifolia L.
Nama local : kara-kara, patikan cina
Manfaat : kontrasepsi
Bagian : daun
Caranya : direbus airnya diminum
Etnofarmasi Dayak Kedayan
8. Nama ilmiah : Vigna sinensis (L.) Walp.
Nama lokal : kacang panjang
Manfaat : melancarkan ASI
Bagian : daun
Caranya : dilembutkan (tidak hancur) ditempelkan
pada payudara
Lanjutann…..

9.Nama ilmiah : Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br


Nama lokal : ati-ati, iler
Manfaat : kontrasepsi
Bagian : daun
Caranya : direbus
Etnofarmasi Dayak Kedayan
10. Nama ilmiah : Carica papaya
Nama lokal : pisak, pepaya
Manfaat : haid tidak teratur, diare, panas dalam
Bagian : daun
Caranya : ditumbuk hingga lumat, kemudian diseduh dengan air.
ETNOFARMASI DAYAK
TUNJUNG

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


Lokasi Suku Dayak Tunjung

Suku Dayak Tunjung sebagian besar


mendiami suatu dataran yang disebut
"dataran Tunjung". Dataran ini subur,
hawanya sejuk. Dataran tinggi
Tunjung ini terletak di Kabupaten
Kutai, di Kecamatan Barong
Tongkok
Asal usul mereka ini didapat
hanya dari cerita-cerita rakyat dari
orang-orang tua yang didapat mereka
secara turun temurun.
Konon menurut ceritera Suku
Dayak Tunjung ini berasal dari Asal Usul
dewa-dewa, yang menjelma ke dunia Suku Dayak Tunjung
sebagai manusia untuk memperbaiki
dunia yang sudah rusak.
Nama suku Dayak Tunjung ini
selengkapnya menurut mereka itu
sendiri adalah Tonyooi Risitn Tunjung
Bangkaas Malikng Panguruu ulak
alaas artinya Suku Tunjung adalah
pahlawan yang berfungsi sebagai
dewa pelindung (Depdikbud, 1984).
Penyebaran Masyarakat Dayak Tunjung
Suku Dayak Tunjung setelah menyebar menyebabkan terwujudnya bermacam-macam
jenis :
• Tunjung Bubut, mereka mendiami daerah Asa, Juhan Asa, baloq Asa, dan
sekitarnya
• Tunjung Asli, mendiami daerah Geleo.
• Tunjung Bahau, mendiami Barong Tongkok, Sekolaq Darat, Dan sekitarnya.
• Tunjung Hilir, mendiami wilayah Empas, Empakuq, Bunyut, Kuangan dan
sekitarnya.
• Tunjung Lonokng, mendiami daerah seberang Mahakam yaitu Gemuruh,
Sekong Rotoq dan sekitarnya.
• Tunjung Linggang, mendiami daerah dataran Linggang seperti Linggang
Bigung, Linggang Melapeh, dan wilayah sekitarnya
• Tunjung Berambai, mendiami Wilayah hilir sungai Mahakam seperti Muara
Pahu, Abit, Selais, Muara Jawaq, dan sekitarnya (Runtunuwu, 2013).
Sejarah Suku Dayak Tunjung

Nama asli suku Dayak Tunjung ini adalah "Tonyooi" yang artinya
"mudik" atau menuju ke arah hulu sungai. Ceritanya demikian, pada
suatu hari seorang Tunyooi mudik dan ditanya oleh seorang Halok
(sebutan Suku Dayak kepada seseorang yang bukan Dayak dan
beragama Islam) yang belum tahu bahwa yang ditanya itu adalah
Suku Dayak Tonyooi. Tonyooi menjawab, "Tunjuk - ing" maksudnya
mudik. Orang halok lalu terbiasa melihat orang yang seperti ditanyai
nya tadi disebutnya "Tunjung" (Depdikbud, 1984).
Pola Perkembangan Suku Dayak Tunjung

Pola perkembangan Suku Dayak Tunjung pada umumnya


memanjang di kiri kanan jalan dan berhadap-hadapan atau
memanjang sungai. Rumahnya tidak lagi kebanyakan berbentuk
lamin, tetapi sudah rumah tunggal yang terbuat dari kayu, atap dari
daun atau sirap atau seng, dinding dari papan atau bambu.
Sistem Religi Masyarakat Suku Dayak
Tunjung
Masyarakat suku Dayak Tunjung sebagian besar (75 %) telah memeluk
agama Kristen, sedangkan lainnya beragama Islam, dan animisme. Mereka
masih tetap melaksanakan upacara agama asalnya.
Agama asli suku Dayak Tunjung adalah animisme, mereka percaya ke
pada roh-roh, yaitu roh yang baik adalah roh-roh yang dapat memberikan perlin
dungan keselamatan, rezeki dan lain sebagainya, sedang roh yang jahat adalah
roh-roh yang suka mengganggu manusia.
Suku Dayak Tunjung mengenal beberapa macam roh jahat atau Nayu,
yaitu : Nayu Ramoy Nalok, Juata Nayu, Bintuhn Molu (hantu Banci), Nayu
Mulang.
Orang yang dapat berhubungan dengan para roh ini disebut belian
(Dukun Pawang). Oleh karena itu, seorang belian juga sebagian pemimpin
upacara-upacara tradisional masyarakat suku dayak Tunjung .
Apabila ada seseorang di antaranya ada yang sakit, mereka
akan melakukan upacara ritual yang disebut dengan "Belian". Dan
mereka yakin bahwa roh jahatlah yang menyebabkan seseorang itu
sakit. Di sini dukun mempunyai peran yang sangat penting karena
mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah yang terjadi.
Berobat ke dukun atau berobat sendiri dengan menggunakan berbagai
jenis tumbuhan yang ada di sekitarnya dikenal sebagai pengobatan
tradisional yang sesuai dengan tradisi masyarakat Dayak Tunjung
yang masih percaya oleh roh-roh halus.
.
Pandangan Masyarakat Dayak
Tunjung Terhadap Kesehatan
Etnofarmasi etnik dayak tunjung
Dalam bidang obat dan pengobatan, masyarakat etnik Dayak Tunjung
memanfaatkan tumbuhan liar sebagai bahan ramuan obat yang sering
dihubungkan dengan kekuatan ghaib yang dipercaya dimiliki oleh
tumbuhan tersebut.

Konsep sakit dan pengobatan etnik Dayak :


keadaan sakit adalah terganggunya kesetimbangan alam pada diri
seorang yang menyebabkan sakit. Untuk mengobatinya, harus
diberikan energi alam untuk mengembalikan kesetimbangan yang
terganggu, dan itu didapat dari tumbuhan atau bagian tumbuhan.
Contoh beberapa nama tumbuhan yang digunakan oleh Dayak
Tunjung sebagai obat

• Rumput bulu (Ageratum conyzoides),daun akarnya digunakan


untuk mengobati sakit perut.
• Gaka (Sphatolobus ferrugineus) air batangnya digunakan untuk
mengobati cacar.
• Limat (Litocarpus leptogyns) air batangnya diminum untuk
meringankan penderita asma dan sesak nafas.
• Celopai (Urnea lobata)daun dan akar digunakan untuk mengobati
Sakit kepala.
• Kuncek (Psidium guajava), pucuk daunnya digunakan untuk
mengatasi diare
Ramuan Tradisional Masyarakat Dayak Tunjung

Untuk mengatasi keracunan akibat digigit ular


berbisa atau digigit serangga, menggunakan
4-5 gr kulit batang kernaga (Cananga odorata)
segar yang ditumbuk hingga keluar airnya,lalu
diperas. Air perasan itu kemudian diminum
sehari 1-2 kali.

Untuk mengatasi bengkak,menggunakan kulit


kayu tebu hitam (saccharum sp.) sekira 2-3 gram.
Bagian dalam kulit kayu tebu hitam durendam
dalam air matang sekira 1 gelas selama 1-2 jam,
kemudian diminum sehari 1-2 kali masing-masing
1 gelas.
Untuk mengobati disentri dengan menggunakan 30
lembar pucuk daun maligara (Dellenia borneensis)
dengan cara : pucuk daun maligara direbus dengan
½ gels air hingga mendidih ,kemudian air rebusan
tersebut diminum sehari 2-3 kali dengan takaran ½
gelas . selain daun maligara sub etnik dayak
Tunjung menggunakan daun temali (Leea indica)
sekitar 20 lembar yang direbus dengan 1 gelas air
hingga mendidih,dan diminum 1 kali sehari
sebanyak 1 gelas.
Untuk mengobati demam, Untuk mengobati sakit ulu
menggunakan pucuk daun hati, menggunakan pucuk
entalan (Oroxylum indicum), daun mengkudu hitam
dengan cara merebus ± 14 (Fragraera racemosa)
gram pucuk daun entalan lalu yang ditempatkan di atas
dimakan habis, sehari sekali. nasi yang masih panas,lalu
dimakan sehari 2-3 kali.
Untuk mengobati penyakit malaria ini , etnik Dayak mengguna
kan tumbuhan yang jenisnya tergantung pada jenis tumbuhan di
hutan mereka tinggal.

RAMUAN 1

Daun krehau (Geunsia pentandra) 30-40 lembar


Rimpang jahe (Zingiberb officinale) 14-15 gram
Rimpang kencur (kaemfera galanga) 9-10 gram

Cara penggunaan : Daun krehau ,rimpang jahe,


dan rimpang kencur ditumbuk hingga halus, lalu
campuran bahan ini diperas. Air perasannya
diminum setiap pagi sebelum makan atau setiap
sore sebelum tidur.
RAMUAN 2

Daun krehau (Geunsia pentandra) 30-40 lembar


Rimpang jahe (Zingiber officinale) 14-15 gram
Rumpang kencur (Kaempfera galanga) 9-10 gram
Daun asam-asam (Dictyoneura acuminata) 14-15
gram

Cara penggunaan : Daun krehau, rimpang jahe,


rimpang kencur,dan daun asam-asam ditumbuk
hingga halus lalu campuran bahan diperas. air
perasannya diminum setiap pagi sebelum makan
atau setiap sore sebelum tidur.
Untuk mengatasi sakit kuning etnik Dayak
Tunjung menggunakan kulit kayu akar kuning
(Arcangelisa flava). Sebanyak 4-5 gram kulit
kayu akar kuning diiris-iris,lalu direbus
dengan 2-3 gelas air gelas hingga mendidih,
air rebusan diminum setiap pagi dan sore,
masing-masing 1 gelas.
Untuk digunakan oleh wanita setelah melahirkan, etnik
Dayak Tunjung menggunakan ramuan-ramuan yang
terdiri atas :

Akar belimbing bekut (Gnetis palala) 4-5 gram


Air 2-3 gelas

Cara penggunaan :Akar belimbing bekut direbus dengan


air hingga mendidih, kemudian air diminum sehari 2 kali,
pagi dan sore, masing-masing 1 gelas ramuan ini untuk
wanita sehabis melahirkan agar tidak terinfeksi oleh
bakteri.
ETNOFARMASI
DAYAK KENYAH
Letak Geografis

Sub etnik Dayak Kenyah adalah sub etnik Dayak yang termasuk rumpun Kenyah-
Kayan-Bahau yang berasal dari dataran tinggi Usun Apau, daerah Baram, Sarawak.
Dari wilayah tersebut mereka masuk kabupaten Malinau, Kalimantan Timur, melalui
sungai Iwan. Mereka kemudian terpecah dua, sebagian menuju daerah Apau Kayan
yang sebelumnya ditempati Dayak Kayan, dan sebagian lagi menuju daerah Bahau,
yang kemudian disebut Dayak Bahau.

Pergerakan suku ini menuju ke hilir akhirnya sampai ke daerah Mahakam daan
akhirnya sebagian menetap di kampung Pampang Samarinda Utara, Samarinda.
Sebagian lagi bergerak ke hilir menuju Tanjung Palas. Etnik Kenyah merupakan 2,4%
penduduk Kutai Barat (Moelyono, 2014).
Adat Istiadat

Adat Kelahiran Dayak Kenyah


Para istri dari Suku Dayak Kenyah apabila melahirkan anak, masyarakat akan melakukan
bunyi-bunyian gong dan gendang yang terus dikumandangkan jangan sampai tangisan anak itu
terdengar oleh binatang-binatang dihutan sebab itu adalah pantangan katanya Anakmu akan sial
sepanjang Zaman. (Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 7, 2010)
Kematian Dayak Kenyah
Mayat di berikan diatas tikar, keluarga si mati berkumpul bertangis-tangisan
sambil menyanyikan syair-syair pujian atas jasa almarhum yang telah meninggalkan si
keluarga.
Sementara itu, senjata-senjata perang harus diletakan disamping jenazah.
Sungai terdekat dengan kampung dijadikan pedoman kaki mayat membujur ke hilir.
Kepala mengarah ke hulu menurut arus sungai mengalir
TANAMAN

Pohon Langsat (Lansium domesticum)


Kegunaan pohon langsat di etnik Dayak Kenyah yaitu kulit batang pohon langsat digunakan
untuk menyembuhkan malaria. Cara penggunaannya dengan menggunakan batang kayu yang dikupas
diambil kulitnya kemudian direbus. Cara memakainya diminum 2 kali sehari 1 gelas pada waktu pagi
dan sore hari.
Akar kuning (Fibraurea chloroleuca)
Kegunaan akar kuning pada masyarakat Dayak Kenyah yaitu untuk mengobati
malaria, penyakit typus dan penyakit mata. Cara penggunaannya dengan memotong
kayu sebesar ibu jari kemudian direbus sampai air berwarna kuning kemudian
diminum. Untuk penyakit malaria dan tiypus dengan meminum 2 gelas larutan kayu
kuning sehari selama satu minggu, untuk penyakit mata dapat diobati dengan cara
menuang 2 gelas air kayu kuning kedalam piring, kedip-kedipkan mata dilarutan
tersebut selama kurang lebih 25 detik, ulangi sampai 3 kali.
 Pepaya (Carica papaya L.)
Kegunaan pepaya pada masyarakat etnik Dayak
Kenyah adalah untuk mengeringkan luka paska
melahirkan. Cara penggunaannya yaitu dengan mencuci
daun papaya sampai bersih, lalu dihaluskan diambil air
yang keluar dari daun papaya tersebut. Lalu dioleskan
terhadap luka yang baru terjadi.
 Bawang Sabrang (Eleutherine bulbosa)
Kegunaan bawang sabrang atau bawang Dayak pada masyarakat etnik
Dayak Kenyah yaitu untuk infeksi saluran kencing. Cara penggunaannya
dengan memotong bawang tipis-tipis. Setelah itu baru direbus hingga
mendidih dengan air secukupnya, lalu disaring diambil air rebusan tersebut,
baru bisa diminum.
Jahe (Zingiber officinale)

Kegunaan rimpang jahe pada masyarakat etnik Dayak Kenyah


yaitu untuk meningkatkan stamina paska melahirkan. Cara
penggunaannya yaitu dengan membuat ramuan dari campuran beras,
jahe, kayu manis, asam jawa, dan pulosari serta bengle. Diminum
pada waktu pagi hari 1 gelas sehari.
Sirih (Piper betle) Kunyit (Curcuma domesticate
Rhizoma)
• Kegunaan daun sirih pada masyarakat • Kegunaan kunyit pada masyarakat Dayak
Suku Dayak Kenyah digunakan untuk Kenyah yaitu untuk mengobati keputihan dan
membersihkan kemaluan dan untuk melancarkan menstruasi. Dengan cara umbi
keputihan. Cara penggunaannya dengan segar dibersihkan kemudian direbus hingga
membersihkan daun segar kemudian mendidih dan kemudian air rebusan diminum.
direbus dan air rebusan digunakan untuk Sedangkan untuk melancarkan menstruasi,
mencuci kemaluan. Sedangkan untuk rimpang segar ataupun kering dibersihkan lalu
obat keputihan dengan cara meminum ditumbuk, direbus hingga mendidih kemudian
air rebusannya. Diminum pada pagi dan diminum untuk melancarkan menstruasi.
sore hari Diminum 1 kali sehari satu gelas.
Perbedaan dengan etnik lain

■ Pada masyarakat etnik Dayak Kenyah menggunakan daun sirih untuk membersihkan
kemaluan dan untuk keputihan, sedangkan pada masyarakat etnik Dayak Kendayan
menggunakan daun sirih untuk luka cacar air.
■ Pada masyarakat etnik Samawa menggunakan rimpang jahe untuk mengobati batuk,
sedangkan pada masyarakat etnik Dayak Kenyah menggunakannya untuk meningkatkan
stamina pasca melahirkan.
■ Mayarakat etnik Dayak Kenyah menggunakan akar kuning untuk mengobati penyakit
typus, sakit mata, dan penyakit malaria. Sedangkan masyarakat etnik Dayak Tunjung
menggunakannya untuk mengobati penyakit kuning.
■ Pada masyarakat etnik Dayak kenyah menggunakan rimpang kunyit untuk mengobati
keputihan dan melancarkan menstruasi, sedangkan pada etnik Aceh digunakan untuk
mengatasi gangguan asam lambung

Anda mungkin juga menyukai