Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

“WAWASAN BUDAYA”
DOSEN PEMBIMBING : Dr. Anshar Katili, M. Kes

SEMESTER/KELAS: 4/B
Disusun: Kelompok 2

Sabrina Auliya Monoarfa 841419088


Noor Andini Caesar Lutfianingrum Sanau 841419089
Almalia N. Ahmad 841419059
Risna Fuzi Astuti Suo 841419054
Nur Wulan Putri Tendeyan 841419061
Mildawati R. Amu 841419071
Wahyudin S. Hudjuala 841419073
Reka Permata Talaa 841417108

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAH RAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
Tugas Kelompok

IDENTIFIKASI HUBUNGAN BUDAYA DAN MEDIS

I. Rasional
Menurut JC. Mokoginta (1996:77), “adat istiadat adalah bagian dari tradisi yang
sudah mencakup dalam pengertian kebudayaan. Karena itu, adat atau tradisi ini dapat
dipahami sebagai pewarisan atau penerimaan norma-norma adat istiadat”
Istilah habituasi atau kebiasaan sering digunakan di kalangan masyarakat untuk
menunjukkan perilaku yang sering dilakukan oleh seseorang. Dalam kebiasaan, ada yang
positif ada pula yang negatif. Contoh kebiasaan yang positif adalah saling tolong
menolong dan gotog royong. Sedangkan kebiasaan negatif adalah mengerjai teman yang
sedang ulang tahun. Itu semua adalah kebiasaan-kebiasaan yang sering kita temui di
dalam kehidupan masyarakat.
 Budaya adalah sesuatu yang mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana
seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya ketika berhubungan dengan orang
lain. Istilah budaya dalam bahasa Inggris adalah Culture yang artinya kebudayaan.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman budaya
dan kearifan lokal yang tercermin dalam pikiran, sikap, tindakan dan hasil budaya itu
sendiri (budaya material) (Liliweri, 2003). Hasil budaya yang dihasilkan oleh masyarakat
indonesia sangat bervariasi, mulai dari pakaian, kesenian, rumah dan produk budaya yang
terkait dengan kesehatan. Produk budaya yang berhubungan dengan kesehatan terwujud
dalam bentuk obat tradisional dan cara tradisional yang digunakan masyarakat untuk
mengatasi permasalahan mereka dibidang kesehatan. Obat tradisional yang digunakan
oleh masyarakat yang ada dibeberapa daerah di Indonesia sangat beragam.
Keanekaragaman hayati yang terdapat dilingkungan mereka hidup menjadi sumber alam
yang sangat potensial untuk membuat obat-obat tradisional yang mampu menyelesaikan
permasalahan kesehatan mereka
II. Tabel Analisa

Nama Topik Budaya/ Kategori Medis – Non Medis


Mahasiswa Tradisi Medis Non Medis
-
Sabrina Auliya Terapi Obat (Ramuan Sebagai obat demam
Monoarfa tradisional sari kurma, berdarah
jus jambu biji merah,
dan loloh daun
papaya)
Noor Andini Beleuto Sebagai pengganti masker. Dipakai perempuan
Caesar Selain itu, untuk mematuhi untuk membentengi
Lutfianingrum protokol kesehatan demi diri perempuan
Sanau membentengi diri, mencegah muslimah dari
penularan penyakit pandangan laki-laki
pernafasan serta memutus yang bukan
mata rantai penyebaran virus mahromnya.
covid-19 dengan mengindari Bentuknya seperti
diri dari percikan droplet cadar.
nuclei.
Almalia N. Perawatan tali pusat Agar umblical cord pada -
Ahmad pada bayi dengan anak cepat lepas
menggunakan pasta
gigi dan rempah-
rempah
Risna Fuzi Undur-undur (sejenis Dimasukan kedalam pisang -
Astuti Suo binatang kecil) kemudian dimakan, untuk
pengobatan asma

Nur Wulan Putri Dumbaya Berkhasiat mengobati batuk- -


Tendeyan batuk, penurun panas, bisul
dan sebagainya.
Mildawati R. Obat tradisional, Sebagai obat lever (hati) -
Amu kacang hijau
(kacangherang),
gulamerah,
dantemulawak
(konenggede)
Reka Permata Obat Tradisonal Sebagai penurun panas, -
Talaa ( Daun Kocopiring, Darah Rendah, Darah
Daun Singkong, Tinggi.
Mentimun)
Wahyudin S. Kearifan local dalam Menciptakan kearifan local -
Hudjuala mendukung hidup yang bersih dan sehat dalam
sehat di masa pandemi melawan pandemi

III. Pembahasan

1. Terapi Obat (Ramuan tradisional sari kurma, jus jambu biji merah, dan loloh daun papaya)
Dari segimedis, ramuan tradisional sari kurma, jus jambu biji merah, dan loloh daun
papaya yang di pakai oleh masyarakat Denpasar bermanfaat untuk membantu mengobati
demam berdarah. Jus Jambu Biji Merah (Psidium guajava Linn.) yang digolongkan dalam
kelompok tanaman vanaspatya dapat dimanfaatkan untuk menaikkan jumlah trombosit
pada kasus demam berdarah karena mengandung berbagai zat yang berfungsi sebagai
penghambat penyakit, salah satunya adalah jenis tanin dan flavonoidkuersetin yang dapat
menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase sehingga dapat menghambat
pertumbuhan virus dengue ( Rabbaniyah, 2015:95).
Sari Kurma digunakan dalam mengatasi demam berdarah karena mengandung
unsur-unsur nutrisi mikro penyusun trombosit (asam amino dan glutathion) yang
terpenuhi , sehingga proses pembentukan trombosit berjalan sangat cepat. Pada saat nafsu
makan penderita demam berdarah menurun yang disebabkan rasa sakit pada daerah
pencernaan, maka kurma menyediakan nutrisi yang cukup dimana 75% penyusun buah
kurma terdiri dari gula (Prasetyo, 2015:60).
Loloh daun pepaya (Carica papaya L.) digolongkan dalam kelompok tanaman
vanaspatya memiliki rasa pahit, sehingga dalam usada digolongkan dalam tanaman yang
bersifat tis (dingin) sehingga dapat dimanfaatkan untuk menurunkan demam pada kasus
demam berdarah (Nala,1997:241). Daun papaya mengandung alkaloid, flavonoid,
saponin, tanin, dan glikosida berhubungan dengan aktivitas anti-inflamasi. Enzim
proteinolitik seperti papain dan chymopapain dapat membantu meningkatkan jumlah
trombosit, fraksi alkaloid (carpaine) terbukti bertanggung jawab atas aktivitas anti-
trombositopenik serta flavonol dan flavonoid memiliki efek stimulan pada produksi sel
darah. Daun pepaya juga mengandung vitamin A, vitamin B9, vitamin B12, vitamin C,
vitamin D, kalsium, magnesium, natrium, kalium, mangan dan besi . Vitamin dan mineral
dapat membantu untuk meningkatkan hemoglobin, hematokrit, sel darah merah,
trombosit dan protein . Vitamin A menjaga produksi empedu normal, vitamin B9
membantu dalam sintesis DNA darah, pertumbuhan sel dan pembangunan, dan vitamin
B12 membantu dalam menjaga hitungan normal trombosit dan membantu untuk melawan
trombositopenia . Mineral dalam daun pepaya mengatasi infeksi DENV dan ion kalsium
membantu dalam proliferasi sel limfosit, memegang peran dalam agregasi platelet ketika
menggabungkan dengan Vitamin D serta mencegah trombositopenia. (Agustina,
2019:38).
2. Beleuto merupakan busana yang menggunakan sarung untuk menutupi badan dan wajah
masyarakat Gorontalo pada masa lalu. Cara berpakaian ini dinilai cocok dengan era new
normal atau tatanan kehidupan baru yang akan diterapkan. Pengunaan beleuto saat ini
nyaris sudah hilang di tengah masyarakat Gorontalo. Jika ada yang menggunakan dapat
dipastikan adalah perempuan yang berusia lanjut. Bele’uto sendiri adalah kain atau sarung
yang menutupi bagian tubuh hingga kaki dengan membuka sedikit bagian mata sehingga
dapat melihat. Berbentuk seperti cadar. Bele’uto merupakan kearifan lokal Gorontalo
yang diangkat kembali oleh Gubernur Gorontalo H. Rusli Habibie sebagai upaya melawan
Covid-19 dimasa adaptasi kebiasaan baru.
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 dapat menyebabkan gangguan sistem
pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru,
seperti pneumonia. Kehadiran virus SARS CoV-2, yang pertama terdeteksi di Wuhan pada
akhir 2019, membuat dunia tergagap-gagap. Terutama pada masa awal pandemi, virus
baru yang misterius itu memunculkan banyak kebingungan. Secara global, Badan
Kesehatan Dunia (WHO) adalah yang bertanggung jawab mengorganisasi respons global
terhadap potensi-potensi pandemi. Dari keterangan yang dilansir WHO, lembaga itu mula-
mula mendeteksi ada yang ganjil di Wuhan pada 31 Desember 2019.

COVID-19 pada mula pandemi sempat disangka lebih menular di wilayah-wilayah


dengan suhu yang relatif lebih dingin di utara khatulistiwa, ketimbang wilayah yang lebih
lembap dan bersuhu tropis. Meski begitu, dalam perkembangannya, negara-negara di
khatulistiwa dengan iklim hangat, seperti India dan Brasil, bahkan jadi negara
berperingkat kedua dan ketiga dari segi jumlah penularan. Namun, wilayah Afrika dan
Australia-Oseania yang relatif lebih jarang penduduk secara konstan relatif lebih sedikit
penularannya.

Untuk mencegah penyebaran COVID-19 Anda dianjurkan untuk mencuci tangan


Anda secara rutin. Gunakan sabun dan air, atau cairan pembersih tangan berbahan
alkohol. Selalu jaga jarak aman dengan orang yang batuk atau bersin. Kenakan masker
jika pembatasan fisik tidak dimungkinkan. Jangan sentuh mata, hidung, atau mulut Anda.
Saat batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung Anda dengan lengan atau tisu. Jangan
keluar rumah jika merasa tidak enak badan. Jika demam, batuk, atau kesulitan bernapas,
segera cari bantuan medis. Dalam hal ini, Masker sangat penting untuk digunakan karena
dapat membantu mencegah penyebaran virus dari orang yang mengenakannya kepada
orang lain dan beleuto digunakan sebagai pengganti masker. Mengenakan masker saja
tidak cukup untuk melindungi diri dari COVID-19, sehingga harus dikombinasikan
dengan pembatasan fisik dan kebersihan tangan.
3. Masyarakat yang menggunakan obat tradisional sebagai pengobatan yang sudah dipakai
secara turun temurun. Tanaman yang digunakan masyarakat sebagai obat adalah pucuk
kambang, sirih, cocor bebek dan tawas uhut . tumbuhan obat yang kebanyakan diketahui
berasal dari pekarangan rumah dan ada tanaman obat yang hanya ditemukan didalam
hutan. Bagian tumbuhan yang dijadikan sebagai obat adalah bagian akar,batang, daun
bunga dan buah pada tumbuhan. Pengolahaan dan cara penggunaan tumbuhan tumbuhan
obat tradisional oleh masyarakat dengan cara direbus langsung, air perasan diminum
langsung, minyak kelapa dioles pada punggung, dikompres, ada juga yang dibakar, dan
cara mengkonsumsusinya dengan langsung diminum. Hal ini dirasa sangat membantu
dalam perawatan tali pusat, atau mengobati anak sakit seperti penyakit malaria, diare,
demam, maupun perut kembung.
4. Penyakit asma termasuk kedalam jenis penyakit dalam. Penyakit ini biasanya ditandai
dengan gejala seperti sesak nafas bagaikan dicekik. Adapun bahan yang digunakan untuk
mengobati penyakit ini adalah undur-undur (sejenis binatang yang kecil dan berjalannya
mundur) dan pisang. Cara membuat obatnya adalah undur-undur dimasukkan kedalam
pisang kemudian dimakan. Undur-undur dimakan setiap hari dan dimakan pagi setelah
sarapan. Jumlah hari untuk berobat rutin makan undur-undur disesuaikan dengan hari
kelahiran: lahir di hari Senin makan obat 4 hari, Selasa 3 hari, Rabu 7 hari, Kamis 8 hari,
Jumat 6 hari, Sabtu 9 hari dan Minggu 5 hari (yanti, 2012).
5. Tumbuhan dumbaya diberbagai daerah memiliki nama yang berbeda beda pula seperti
didaerah gorontalo dikenal sebagai dumbaya, daerah atinggola dikenal sebagai tabu’buo,
dan daerah buol dikenal dengan toguk, tumbuhan ini biasanaya digunakan oleh semua
masyarakat untuk mengobati batuk batuk, penurun panas, bisul dan sebagainya, biji dari
tumbuhan dumbaya tersebut sebelum digunakan dikumpulkan terlebih dahulu, dan
dikeringkan, setelah itu kulit biji yang menyelimuti biji dari buah tersebut dikupas sampai
tersisa hanya bijinya saja, kemudian dihancurkan dengan cara ditumbuk atau diblender
sampai halus, serbuk yang sudah halus dari biji dumbaya disedu dengan air hangat dengan
cara disaring, air dari saringan tersebut diminum, masyarakat biasanya menambahkan
sedikit madu atau gula untuk menetralisir rasa pahit dari air biji dumbaya tersebut.
Tumbuhan dumbaya bernama ilmiah Momordica cochinchinensis disebut pupia
atau tepurang. Ukuran buanya agak membulat, seukuran bola tenis dengan permukaan
bergerigi, seperti buah durian atau peria, namun berwarna merah cerah. Rasanya agak
pahit. Tumbuhan ini hidup dengan cara merambat dibatang tanaman lain yang lebih besar,
tinggi tanaman berukuran 1,5-2 m, memiliki bentuk tulang daun menyirip dimana pada
ujung daunnya berduri, buah dumbaya sendiri memiliki panjang 9 cm dengan diameternya
5-8 cm. dan mempunyai warna buah hijau saat masih mengkal, orange saat sudah masak,
bobot buah dumbaya ≤ 0,5 g, Buah dumbaya pada saat dibelah tampak selaput merah
terang yang menutupi biji. Biji dibungkus dengan daging tipis berupa lemak. Memiliki
warna daging kuning Dan terdiri dari ≤ 25 biji.
6. Lever termasuk kedalam jenis penyakit dalam. Penyakit ini ditandai dengan badan lemas,
mata dan bagian kulit terutama kuku tampak menguning. Bahan yang digunakan untuk
mengobati penyakit ini adalah kacang hijau (kacang herang) dan gula merah. Adapun cara
mengobatinya, kacang hijau (kacang herang) dibubur dengan dibubuhi gula merah sedikit.
Bubur kacang hijau dimakan setiap hari sampai terasa badan membaik.
Selain itu penyakit lever ini dapat diobati dengan bahan temulawak (koneng gede).
Adapun cara pengobatannya, temulawak (koneng gede) diparut, hasil parutan kemudian
diperas. Air perasan ditampung dalam bejana atau gelas, kemudian diminumkan 2 kali
setiap hari pada pagi dan sore hari.
7. Terapi obat tradisional merupakan salah satu alternatif pengobatan bagi masyarakat baik
di perkotaan maupun desa. Begitu pun pada masyarakat jati gede,kabupaten sumedang.
Masyarakat dengan kearifan lokalnya. Kearifan lokal tersebut merupakam perilaku positif
manusia dalam berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitarnya. Perilaku ini
berkembang menjadi suatu perilaku dan kebudayaan turun menurun dari suatu dareah.
Penyakit dan pengobatannya.
1. badan panas : cara membuat obatnya, daun kocopiring di remas kemudian di peras, lalu
airnya di kompreskan kebadan.
2. darah rendah : untuk mengobatinya menggunakan daun singkong.
3. darah tinggi : dapat di obati dengan mentimun, mentimun di kukus atau di rebus.
8. Berbicara tentang budaya dan masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
sehari-hari, maka dalam upaya pencegahan dan penanggulangan Covid 19 ini dapat
dimaksimalkan dengan mengangkat kearifan lokal masing-masing daerah.
Nilai-nilai yang ada dalam kearifan lokal merupakan nilai-nilai luhur yang berlaku
dalam tata kehidupan masyarakat, antara lain untuk melindungi dan mengelola lingkungan
secara lestari bagi kehidupan masyarakat sehingga dapat terjaga dengan baik.
Kehidupan bersifat adil, godong royong, dan orientasi kemajuan dengan terbitnya
protokol-protokol atau SOP di masyarakat. Sebagai contoh kearifan local saat masa lalu,
budaya menyiapkan bejana berisi air bersih didepan rumah, dan mewajibkan seluruh
anggota keluarga untuk membersihkan tangan dan kaki usai bepergian agar tidak terkena
penyakit ‘sawan’ ternyata menjadikan sebuah budaya yang sampai saat ini terus
digalakkan yaitu Cuci tangan Pakai Sabun (CTPS). Untuk kondisi saat ini yaitu adaptasi
kebiasaan baru, masyarakat perlu diedukasi secara persuasive dengan pendekatan nilai
kearifan lokal. Pendekatan ini akan mengajak masyarakat untuk berfikir tentang kondisi
yang terjadi saat ini. Peduli terhadap lingkungan, disiplin pada diri sendiri, berempati serta
bersama mencari solusi permasalahan dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan
pemerintah berupa protocol kesehatan dan ini merupakan moral code yang menjadikan
aturan dalam masyarakat dan pemerintah sebagai landasan ‘code of conduct’ yang
menjamin kehidupan bersama bersifat adil, gotong royong dan orientasi terhadap
kemajuan untuk penyelesaian masalah pandemi ini.
Dalam kondisi adaptasi kebiasaan baru ini masyarakat diminta untuk dapat hidup
berdampingan dengan covid 19 dengan disiplin dalam penerapan protocol kesehatan
dengan melihat indicator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam berbagai tatanan
kehidupan yaitu kebiasaan CTPS; penggunaan masker; tidak merokok; melakukan
aktifitas fisik; tidak meludah sembarangan; melakukane tikabatuk dan bersin; menjaga
jarak; berjemur dipagi hari; mandi setelah beraktifitas diluar rumah; mengkonsumsi buah
dan sayur; memasak makanan sampai matang, menggunakan air bersih; menggunakan
jamban sehat; membuang sampah pada tempatnya ; dan menjaga kebersihan diri dan
lingkungan.
Konsistensi dalam diri masyarakatlah yang diharapkan untuk melakukan perubahan
menjadi budaya dan perilaku yang bersih dan sehat agar pandemi ini segera berlalu.
Dengan tag line dari pemerintah pusat yaitu ‘ berubah usir wabah’ merupakan tagline
yang penuh dengan makna, perubahan adalah suatu kepastian, dan menjadikan
‘kesempitan’ wabah ini menjadi ‘kesempatan’ untuk berfikir global melakukan aksi
perubahan pola hidup bersih dan sehat dari diri sendiri dan mengedepankan kearifan lokal
dalam penyelesaian permasalahan.

Kesimpulan

Di tengah kemajuan zaman seperti ini tentu kita tidak boleh melupakan akar budaya yang
telah ada karena budaya-budaya itu mengandung nilai-nilai yang sangat luhur yang perlu tetap
dilestarikan. Itulah kearifan lokal yang perlu terus digali di samping tetap menikmati kebudayaan
yang modern
Eksistensi kearifan lokal atau local wisdom selama ini mungkin masih terabaikan oleh
kita. Bila melihat fenomena yang ada di masyarakat yang sudah dilaksanakan dan ditradisikan
oleh nenek moyang kita adalah sebuah warisan budaya yang tidak terlepas dari kandungan nilai-
nilai yang tidak bisa diabaikan kebenarannya. Nilai-nilai yang diwariskan dapat digunakan pada
masa sekarang baik diadopsi atau mengalami adaptasi sesuai dengan perkembangan zaman
terutama dalam bidang kesehatan.

Setiap kebudayaan lokal daerah tentunya memiiki budaya tradisi yang telah menjadi
kebiasaan turun temurun dalam setiap hegemoni kelompok budaya bangsa. Kebudayaan bangsa
yang ada di Nusantara ini tentulah memiliki berbagai macam bentuk ritual-ritual tradisi
kebudayaan, hal inilah yang merupakan karakter dan ciri khas suatu daerah sebagai bentuk
kekayaan khasanan kebudayaan bangsa (Muthohar, 2011).

Upaya kesehatan di Indonesia mengadopsi sistem kesehatan dan medis modern yang latar
masyarakat penggunanya adalah sosial-budaya Barat. Atas dasar itu tidak sedikit kendala dalam
pembangunan kesehatan maupun pengobatan serta penyembuhan penyakit ketika dilayankan
kepada masyarakat Indonesia, karena pengetahuan naturalnya terintegrasi dalam pengetahuan
supernaturalnya yang berbeda jauh dari nilai dan norma masyarakat Barat. Untuk memahami itu
lebih luas tulisan ini dimaksudkan sebagai upaya penyadaran para pihak terkait serta
menawarkan solusinya agar sukses.

Kearifan lokal bidang kesehatan khususnya pengobatan tradisional pada pasien dewasa
yang ada di masyarakat bisa berupa tindakan/keterampilan adalah Pijat/urut yang menggunakan
bahan atau ramuan alami dengan menggunakan tehnik pijat tertentu. Kemampuan ini biasa
didapat dari warisan turun temurun. Cukup banyak kearifan lokal bidang kesehatan pada pasien
dewasa berupa ramuan herbal dimana pengobat tradisional banyak mengetahui bagaimana
meramu bahan/tumbuhan untuk dijadikan obat. Hanya saja belum memiliki takaran atau dosis
yang jelas sehingga efektifitas dan efek sampingnya sulit untuk dinilai. Masih dijumpai
pengobatan tradisional berupa bacaan/mantra atau doa sesuai syariat islam dengan
mengkobinasikan bahan atau ramuan yang disertai jampi-jampi atau doa diyakini dapat
menyembuhkan penyakit atau cedera.

Anda mungkin juga menyukai