Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Etnomedika Kebidanan
Disusun Oleh :
Semoga kita selalu dalam lindungan ALLAH SWT , penulis menyadari banyaknya
kekurangan dalam penulisan makalah ini dikarenakan keterbatasan pengalaman dan
pengetahuan. Oleh karena ini penulis mohon saran dan kritik sebagai masukan penyempurnaan
makalah ini.
Januari 2020
2
DAFTAR ISI
COVER
Kata Pengantar…………………………………………………………………. i
Daftar Isi………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..8
3.2 Saran…………………………………………………………………………8
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
Obat tradisional menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006
Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun.
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat dan
pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, ketrampilan turun temurun, dan/atau
pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Mengolah Jamu tidak terlalu rumit, kebanyakan hanya mengambil sari dari perasan
tumbuhan herbal. Ada juga dengan ditumbuk. Seringkali berbahan dasar kunyit, temulawak,
lengkuas, jahe, kencur, dan kayu manis. Khusus gula jawa, gula batu, dan jeruk nipis
biasanya digunakan sebagai penambah rasa segar dan rasa manis.
4
1.2 RUMUS MASALAH
1.3 MANFAAT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGOBATAN TRADISIONAL
1.1 PENGERTIAN
Obat tradisional menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006
Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun.
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara, obat dan
pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, ketrampilan turun temurun, dan/atau
pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat.
Tujuan Umum
Meningkatnya pendayagunaan pengobatan tradisional baik secara tersendiri atau
terpadu pada sistem pelayanan kesehatan paripurna, dalam rangka mencapai derajat
6
kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan demikian pengobatan tradisional
merupakan salah satu alternatif yang relatif lebih disenangi masyarakat.
Tujuan Khusus
Meningkatnya mutu pelayanan pengobatan tradisional, sehingga masyarakat
terhindar dari dampak negatif karena pengobatan tradisional.
Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan
dengan upaya pengobatan tradisional.
Terbinanya berbagai tenaga pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan.
Terintegrasinya upaya pengobatan tradisional dalam program pelayanan
kesehatan paripurna, mulai dari tingkat rumah tangga, puskesmas sampai pada
tingkat rujukannya.
Mengolah Jamu tidak terlalu rumit, kebanyakan hanya mengambil sari dari
perasan tumbuhan herbal. Ada juga dengan ditumbuk. Seringkali berbahan dasar kunyit,
temulawak, lengkuas, jahe, kencur, dan kayu manis. Khusus gula jawa, gula batu, dan
jeruk nipis biasanya digunakan sebagai penambah rasa segar dan rasa manis.
Uniknya, dalam pembuatan jamu juga disesuaikan takaran tiap bahan, suhu, lama
menumbuk atau merebus, dan lainnya. Jika tidak diperhatikan dengan baik, akan
kehilangan khasiat dari bahan-bahannya bahkan bisa membahayakan tubuh. Begitu juga
dengan perkembangannya, tradisi minum Jamu mengalami pasang surut sesuai
7
zamannya. Secara garis besar terbagi dari zaman pra-sejarah saat pengolahan hasil hutan
marak berkembang, zaman penjajahan jepang, zaman awal kemerdekaan Indonesia,
hingga saat ini.
Selain artefak Cobek dan Ulekan, ditemukan juga bukti-bukti lain seperti alat-alat
membuat jamu yang banyak ditemukan di Yogyakarta dan Surakarta, tepatnya di Candi
Borobudur pada relief Karmawipangga, Candi Prambanan, Candi Brambang, dan
beberapa lokasi lainnya. Konon, di zaman dulu, rahasia kesehatan dan kesaktian para
pendekar dan petinggi-petinggi kerajaan berasal dari latihan dan bantuan dari ramuan
herbal.
Pada masa penjajahan Jepang, sekitar tahun 1940-an, tradisi minum Jamu kembali
populer karena telah dibentuknya komite Jamu Indonesia. Dengan begitu, kepercayaan
khasiat terhadap Jamu kembali meningkat. Berjalannya waktu, penjualan Jamu pun
menyesuaikan dengan teknologi, diantaranya telah banyak dikemas dalam bentuk pil,
tablet, atau juga bubuk instan yang mudah diseduh. Saat itu berbenturan dengan
menurunnya kondisi pertanian Indonesia yang mengakibatkan beralihnya ke dunia
industri termasuk industri Jamu (baca: industri Fitofarmaka).
8
Tahun 1974 hingga 1990 banyak berdiri perusahaan Jamu dan semakin
berkembang. Pada era itu juga ramai diadakan pembinaan-pembinaan dan pemberian
bantuan dari Pemerintah agar pelaku industri Jamu dapat meningkatkan aktivitas
produksinya.
Perlu diketahui, Jamu dipercaya berasal dari dua kata Jawa Kuno, Djampi yang
bermakna penyembuhan dan Oesodo yang bermakna kesehatan. Istilah Jamu
diperkenalkan ke publik lewat orang-orang yang dipercaya punya ilmu pengobatan
tradisonal. Mesti tak bersetifikat, khasiat Jamu telah teruji oleh waktu secara turun-
temurun digunakan sebagai obat tradisional. Sehingga hingga saat ini, minuman
berkhasiat khas Indonesia ini selalu terjaga keberlangsungannya. Warisan nenek moyang
yang tetap dijaga sampai kapan pun.
Jamu adalah continuum of care. Demikian istilah para pakar dunia obat-obatan
tradisional. Istilah tersebut mengisyaratkan bahwa jamu adalah minuman kesehatan yang
baik untuk manusia dari segala usia. Namun sayangnya, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan seseorang apabila ingin mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari
mengonsumsi jamu. Misalnya kondisi usia, kondisi kesehatan, dan lain-lain.
Sejak bayi dalam kandungan, hingga sudah manula, semuanya ada ramuan jamunya
untuk menjaga kesehatan. Tapi kalau bayi, sebaiknya setelah masa ASI eksklusif selesai.
Ya usia 6 bulan ke ataslah," sebut dr Aldrin Nelwan, Sp.AK., MARS., M.Kes.,
9
M.Biomed, ahli obat-obatan tradisional dari Rumah Sakit Kanker Darmais, Jakarta,
dalam acara Pendampingan Pelaku Usaha Jamu Gendong (UJG) dan Usaha Jamu
Racikan (UJR) di ruang Avara, Epicentrum Walk, Jl HR Rasuna Said.
Dr Aldrin juga mengatakan ibu hamil pun boleh mengonsumsi jamu. Namun ibu itu
harus paham betul, ramuan jamu apa yang ia konsumsi, dan apa tujuannya bagi diri dan
kandungannya. dr Aldrin mengisahkan sebuah peristiwa di Yogyakarta. Seorang ibu
hamil rajin meminum jamu cabe puyang, bahkan hingga trimester akhir masa
kehamilannya. Akibatnya ia menjadi susah kontraksi saat melahirkan. Ternyata, menurut
dr Aldrin, jamu cabe puyang berkhasiat untuk menghambat kontraksi, yang sebaiknya
diminum hanya saat awal masa kehamilan untuk menurunkan risiko keguguran.
Ketiga, dosis atau takaran bahan dihitung secara tepat, bukan asal-asalan atau
berdasarkan perkiraan. Keempat, cara penggunaannya tepat, sesuai dengan sediaannya.
Misalnya serbuk untuk diseduh, salep untuk dioleskan, tablet untuk diminum, dan lain-
lain. Dan terakhir, waktu penggunaannya tepat. Artinya tidak semua orang dari semua
usia dan segala kondisi bisa mengonsumsi semua jenis jamu.
10
dibandingkan dengan pengobatan modern. Penggunaan jamu banyak ditemukan pada
masyarakat baik saat dalam masa kehamilan, melahirkan maupun masa nifas.
Konsumsi jamu lebih banyak ditemui pada masa nifas dibanding masa kehamilan dan
persalinan. Kebanyakan masyarakat mengkonsumsi jamu dengan tujuan untuk
membantu melancarkan ASI, mencegah datangnya penyakit, menjaga ketahanan
tubuh serta menjaga kecantikan ibu khususnya pada organ kewanitaan. Kebiasaan
mengkonsumsi jamu banyak ditemukan di masyarakat Jawa. Sebanyak 70%-80%
masyarakat sangat bergantung pada jamu sebagai pengobatan tradisional. Hal ini
dikarenakan untuk mendapatkan jamu lebih mudah dan lebih ekonomis. Selain itu
jamu dapat menurunkan kecemasan atau ketegangan pada ibu nifas. Ketegangan yang
sering muncul adalah ketegangan sosial. Ketegangan sosial dapat terjadi apabila salah
satu warga masyarakat tidak mengikuti tradisi atau kebiasaan masyarakat yang
umumnya timbul cibiran hingga pengkucilan. Apabila ketegangan sosial ditemui pada
ibu nifas maka akan mempengaruhi kesehatan ibu selama masa nifas berlangsung.
Beberapa dampak ketegangan sosial pada ibu antara lain penurunan produksi ASI,
stres, depresi, dan sebagainya.
Kabupaten Tegal merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang masih
sangat kental tradisi mengkonsumsi jamu sebagai pengobatan tradisional. Tidak
terlepas pada ibu hamil, bersalin dan nifas. Jamu mulai dikonsumsi segera setelah
bayi lahir. Ibu mendapatkan 3 jenis jamu yang dikonsumsi secara bertahap adapula
ibu yang mengkonsumsi satu jenis jamu selama 40 hari.
Jamu uyup-uyup jika dilihat dari komposisinya, yaitu kencur, kunyit, lempuyang,
temu giring, temulawak dan daun katuk memiliki manfaat yang cukup baik bagi
tubuh ibu. Kencur dan temu giring bermanfaat untuk menimbulkan rasa tenang,
hangat dan segar dalam tubuh. Secara tidak langsung kondisi psikologis ibu menjadi
lebih stabil. Dengan kondisi ibu yang tenang maka akan menstimulasi produksi
oksitosin yang mana oksitosin merupakan salah satu hormon yang memiliki fungsi
merangsang prolactin agar terus memproduksi ASI. Kunyit merupakan bahan lain
yang sering digunakan untuk jamu uyup-uyup. Kunyit mengandung banyak nutrisi
yang dibutuhkan ibu nifas seperti curcumin, karbohidrat, protein, vitamin C, kalium,
fosfor serta lemak. Lempuyang memberikan manfaat peningkatan nafsu makan,
11
dengan mengkonsumsi ini sangat membantu ibu nifas untuk menjaga nutrisinya. Ibu
nifas membutuhkan asupan nutrisi 300-500 kkal lebih banyak atau dalam sehari >
2200 kkal. Protein pada lempuyang dapat merangsang peningkatan sekresi air susu,
begitupula dengan temulawak dan daun katuk dimana memiliki senyawa laktagogum
yang mampu merangsang prolactin untuk memproduksi ASI.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara, obat dan
pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, ketrampilan turun temurun, dan/atau
pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
3.2. SARAN
Dengan di tulisnya makalah ini penyusun berharap pembaca dapat mengetahui tentang
pengobatan tradisonal dijawa. Kemudia semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefox-b-
d&channel=crow2&sxsrf=ALeKk03vrUimpHXYJzsFsIHxl9JGS75Mhw
%3A1602320846728&ei=znmBX9L3K-
GprtoPrfSb0Ag&q=pengertian+pengobatan+tradisional+MENURUT+Menteri+Kesehata
n+Republik+Indonesia+Nomor+1076%2FMENKES%2FSK%2FVII
%2F2003&oq=pengertian+pengobatan+tradisional+MENURUT+Menteri+Kesehatan+R
epublik+Indonesia+Nomor+1076%2FMENKES%2FSK%2FVII
%2F2003&gs_lcp=CgZwc3ktYWIQAzICCAAyBggAEBYQHjIGCAAQFhAeMgYIAB
AWEB4yBggAEBYQHjIGCAAQFhAeMgYIABAWEB4yBggAEBYQHjIGCAAQFhA
eMgYIABAWEB46BwgAEEcQsAM6BwgjEK4CECdQq6sBWLqSA2DklANoAnAAe
ACAAWWIAb0DkgEDNC4xmAEAoAEBoAECqgEHZ3dzLXdpesgBCMABAQ&sclie
nt=psy-ab&ved=0ahUKEwjSloqn1qnsAhXhlEsFHS36BooQ4dUDCAw&uact=5
https://indonesia.go.id/ragam/komoditas/sosial/sejarah-dan-perkembangan-jamu-
minuman-tradisonal-indonesia
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-2407055/ibu-hamil-dan-bayi-aman-
meminum-jamu-asal
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2015.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Rahayu R dan Sugita. (2015). Pengaruh Jus Nanas Terhadap Kecepatan Penurunan TFU
dan Penyembuhan Luka Perinium pada Wanita Post Partum. Jurnal Tumbuhan Obat
Indonesia. 8(1): 27-37.
Astuti D. (2016). Hubungan Sosial Budaya dengan Konsumsi Sumber Protein Hewani
pada Ibu Nifas di BPS Sumiati Gribig Kudus. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan.
7(1): 3035
Kumalasari R, Arimbi D, Ismunandar A. (2014). Pemberian Jamu Uyup-uyup terhadap
kelancaran pengeluaran Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas. Prosiding Seminar Nasional
dan Internasional, Semarang 9 Agustus 2014
14