Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif
yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju
sukses. Sesuatu yang baru dan berbeda adalah nilai tambah barang dan jasa
yang menjadi sumber keuanggulan untuk dijadikan peluang. Jadi,
kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah
di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan
berbeda (Suryana, 2006).
Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan
yang telah berlaku, dicatat (registrasi), diberi izin secara sah untuk
menjalankan praktek (Nazriah, 2009). Menjadi profesi bidan yang unggul di
bidang kewirausahaan/interprenuership dalam bentuk praktek mandiri dan
mampu menciptakan lapangan pekerjaan, khususnya kewirausahaan yang
bergerak dibidang kesehatan. Keselamatan dan kesejahteraan ibu dan anak
secara menyeluruh merupakan perhatian yang paling utama bagi bidan.
Kualitas manusia, diantaranya ditentukan oleh keturunan.Manusia yang sehat
dilahirkan oleh ibu yang sehat. Masalah kesehatan bayi dimulai sejak terjadi
konsepsi bayi. Balita yang sehat akan menjadi modal utama dalam
pembentukan generasi yang kuat, berkualitas dan produktif di masa yang akan
datang. Ibu sebagai individu juga memberi kontribusi yang penting bagi
kesehatan dan kesejahteraan keluarga di masyarakat. Penurunan angka
kematian ibu, bayi dan balita merupakan indikator keberhasilan pelayanan
kesehatan.
Seiring dengan perkembangan zaman, dunia kesehatan pun mengalami
perkembangan dalam urusan pelayanan kesehatan, berhubungan dengan
program pemerintah yang salah satunya yaitu menurunkan AKI (Angka
Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi), dengan adanya program
tersebut semakin banyak tenaga kesehatan terampil serta terlatih dan tentunya
di tunjang oleh fasilitas yang memadai demi tercapainya program tersebut.
Hal itu semakin dibutuhkannya fasilitas kesehatan yang memadai untuk
berjalannya program yang sudah dirancang. Dengan demikian untuk
pembangunan fasilitas kesehatan yang memadai dibutuhkan dukungan secara
moril maupun materil dari pihak yang berwenang. Klinik Ibu dan Anak,
merupakan penyedia layanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar
dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan
ibu dan anak. Bidan sebagai pelaku usaha mandiri dapat berhasil baik dituntut
untuk mampu sebagai manajerial dan pelaksana usaha, di dukung pula
kemampuan menyusun perencanaan berdasarkan visi yang diimplementasikan
secara strategis dan mempunyai kemampuan personal selling yang baik guna
meraih sukses. Berbekal pendidikan kebidanan, kerjasama dengan dokter,
pengetahuan dalam bidang manajemen dan administrasi, serta prinsip
kewirausahaan yang dipegang teguh, akan membantu dalam pengelolaan
Klinik Ibu dan Anak mampu untuk menghasilkan keuntungan yang
menjanjikan. Dilihat dari segi sosial maka usaha membuka klinik ibu dan anak
merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yaitu tempat
untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, terutama kesehatan ibu dan anak serta
menerapkan prinsip kewirausahaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan kewirausahaan ?
2. Apa definisi dari bidan ?
3. Apa saja wirausaha yang dapat dijalankan oleh bidan ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kewirausahaan
2. Untuk mengetahui definisi dari bidan
3. Untuk mengetahui apa saja wirausaha yang dapat dijalankan oleh bidan
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Penulisan makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang konsep dasar
kewirausahaan dan bidan sebagai wirausaha.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi
serta memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kewirausahaan
1. Pengertian Kewirausahaan
Kata wirausaha dalam bahasa Indonesia merupakan gabungan dari kata
“wira” yang artinya gagah berani, perkasa dan kata “usaha”, sehingga secara
harfiah wirausahawan diartikan sebagai orang yang gagah berani atau perkasa
dalam berusaha (Riyanti, 2003). Wirausaha atau wiraswasta menurut Priyono
dan Soerata (2005) berasal dari kata “wira” yang berarti utama, gagah, luhur
berani atau pejuang; “swa” berarti sendiri; dan kata ”sta” berarti berdiri. Dari
asal katanya “swasta” berarti berdiri di atas kaki sendiri atau berdiri di atas
kemampuan sendiri. Kemudian mereka menyimpulkan bahwa wirausahawan
atau wiraswastawan berarti orang yang berjuang dengan gagah, berani, juga
luhur dan pantas diteladani dalam bidang usaha, atau dengan kata lain
wirausahawan adalah orang-orang yang mempunyai sifat-sifat kewirausahaan
atau kewiraswastaan seperti: keberanian mengambil resiko, keutamaan dan
keteladanan dalam menangani usaha dengan berpijak pada kemauan dan
kemampuan sendiri.
Drucker (1985) mengartikan kewirausahaan sebagai semangat,
kemampuan, sikap dan perilaku individu dalam menangani usaha (kegiatan)
yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja,
teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka
memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan
yang lebih besar.
Hisrich dan Brush (dalam Winardi, 2003) menyatakan bahwa
kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya
dengan jalan mengorbankan waktu dan upaya yang diperlukan untuk
menanggung resiko finansial, psikologikal serta sosial dan menerima hasil-
hasil berupa imbalan moneter dan kepuasan pribadi sebagai dampak dari
kegiatan tersebut.
Kao (1997) mendefinisikan kewirausahaan sebagai suatu proses
penciptaan sesuatu yang baru (kreasi) dan/atau membuat sesuatu yang
berbeda (inovasi), yang tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu
dan nilai tambah bagi masyarakat. Hal senada disampaikan oleh Schumpeter
(dalam Winardi, 2003) dengan menyatakan bahwa kewirausahaan merupakan
sebuah proses dan para wirausahawan adalah seorang inovator yang
memanfaatkan proses tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kewirausahaan adalah semangat, kemampuan dan perilaku individu yang
berani menanggung resiko, baik itu resiko finansial, psikologikal, maupun
sosial dalam melakukan suatu proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi
baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi)
dengan menerima hasil berupa imbalan moneter dan kepuasan pribadi.

2. Ciri-Ciri Wirausahawan

Bygrave (dalam Ifham, 2002) mengemukakan beberapa ciri-ciri seorang


wirausahawan, yaitu:
a. Mimpi (dreams), yakni memiliki visi masa depan dan kemampuan
mencapai visi tersebut.
b. Ketegasan (decisiveness), yakni tidak menangguhkan waktu dan membuat
keputusan dengan cepat.
c. Pelaku (doers), yakni melaksanakan secepat mungkin.
d. Ketetapan hati (determination), yakni komitmen total, pantang menyerah.
e. Dedikasi (dedication), yakni berdedikasi total, tidak kenal lelah.
f. Kesetiaan (devotion), yakni mencintai apa yang dikerjakan.
g. Terperinci (details), yakni menguasai rincian yang bersifat kritis.
h. Nasib (destiny), yakni bertanggungjawab atas nasib sendiri yang hendak
dicapainya.
i. Uang (dollars), yakni kaya bukan motivator utama, uang lebih berarti
sebagai ukuran sukses.
j. Distribusi (distributif), yakni mendistribusikan kepemilikan usahanya
kepada karyawan kunci yang merupakan faktor penting bagi kesuksesan
usahanya.
3. Aspek-Aspek Kewirausahaan
Drucker (1985) menguraikan aspek-aspek kewirausahaan, yaitu:
a. Kemampuan mengindera peluang usaha, yakni kemampuan melihat dan
memanfaatkan peluang untuk mengadakan langkah-langkah perubahan
menuju masa depan yang lebih baik.
b. Percaya diri dan mampu bersikap positif terhadap diri dan lingkungannya,
yakni berkeyakinan bahwa usaha yang dikelolanya akan berhasil.
c. Berperilaku memimpin, yaitu mampu mengarahkan, menggerakkan orang
lain, dan bertanggungjawab untuk meningkatkan usaha.
d. Memiliki inisiatif untuk menjadi kreatif dan inovatif, yaitu mempunyai
prakarsa untuk menciptakan produk/metode baru yang lebih baik mutu
atau jumlahnya agar mampu bersaing.
e. Mampu bekerja keras, yaitu memiliki daya juang yang tinggi, bekerja
penuh energi, tekun, tabah, melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan
tanpa mengenal putus asa.
f. Berpandangan luas dengan visi ke depan yang baik, yaitu berorientasi
pada masa yang akan datang dan dapat memperkirakan hal-hal yang
dapat terjadi sehingga langkah yang diambil sudah dapat
diperhitungkan.
g. Berani mengambil resiko, yaitu suka pada tantangan dan berani
mengambil resiko walau dalam situasi dan kondisi yang tidak menentu.
Resiko yang dipilih tentunya dengan perhitungan yang matang.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kewirausahaan


Menurut Hidayat (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi
kewirausahaan,yaitu:
a. Situasi
1) Lama studi.
Lama studi didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan studi S1/D4.
2) Status kerja
Status kerja adalah tingkat keterlibatan responden pada kegiatan-
kegiatan yang memberikan pendapatan bagi dirinya, baik dalam
status sebagai karyawan maupun pemilik modal.
b. Latar Belakang
1) Latar belakang orang tua
Latar belakang orang tua adalah tingkat keterlibatan lingkungan
keluarga dalam aktivitas kewirausahaan. Pengalaman berusaha dapat
diperoleh dari bimbingan sejak kecil yang diberikan oleh orang tua
yang berprofesi sebagai wirausahawan (Staw dalam Riyanti, 2003).
c. Karakteristik Kepribadian
1) Dorongan berprestasi
Dorongan berprestasi mengacu pada preferensi terhadap tingkat
kesulitan, standar pencapaian, dan persistensi dalam proses
pencapaian tujuan.
2) Kemandirian
Kemandirian mengacu pada dua faktor, yaitu kemandirian emosional
dan kemandirian ekonomis. Kemandirian emosional adalah tingkat
kecenderungan individu untuk memutuskan sendiri hal-hal yang
bersifat penting bagi dirinya. Kemandirian ekonomis adalah
kemampuan individu untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan
ekonomis dirinya sendiri.
3) Toleransi pada perubahan
Toleransi pada perubahan mengacu kepada tingkat kemampuan
untuk menghadapi perubahan-perubahan pada situasi kerja dan
situasi hubungan sosial. Individu cenderung untuk mencari atau
membutuhkan situasi-situasi baru untuk menjaga vitalitas dirinya.
Menganggap perubahan bukan sesuatu yang menakutkan atau
mengancam, tetapi sesuatu yang menantang atau sebuah peluang.
4) Sikap terhadap uang
Uang adalah medium pertukaran (medium of exchange). Sikap
terhadap uang merupakan penerimaan individu terhadap uang
sebagai medium dalam aktivitas-aktivitas pertukaran, seperti
transaksi ekonomi, dan transaksi sosial.
d. Citra kewirausahaan
Citra kewirausahaan merupakan konstruksi kognitif tentang
kewirausahaan. Konstruksi ini meliputi faktor-faktor: persepsi tentang
sikap masyarakat terhadap wirausaha, persepsi tentang potensial payoff
dari dunia usaha dan konstruksi realitas kewirausahaan.
e. Conviction and career preference
Conviction dan career preference didefinisikan sebagai persepsi
individu tentang kemampuan dirinya untuk berhasil dalam bidang
kewirausahaan. Konstruk ini meliputi persepsi tentang tingkat kesulitan
dalam memulai sebuah usaha dan sumber yang potensial yang dimiliki.
f. Lingkungan universitas
Konstruk lingkungan universitas maksudnya manifestasi dari
konstruk dukungan sosial terhadap kewirausahaan. Komponen dari
dukungan universitas terhadap kewirausahaan meliputi: dukungan
informasional, dukungan emosional, dukungan instrumental, dan
dukungan evaluatif.
g. Niat menjadi wirausaha
Niat menjadi wirausaha merujuk pada rencana untuk membuka
sebuah usaha dalam jangka pendek (1 tahun) dan jangka panjang (5
tahun).

5. Manfaat Kewirausahaan
Thomas W. Zimmerer et al. (2005) merumuskan manfaat kewirausahaan
adalah sebagai berikut:
a. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri
b. Memberi peluang melakukan perubahan
c. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya
d. Memiliki peluang untu meraih keuntungan seoptimal mungkin
e. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan
mendapatkan pengakuan atas usahanya
f. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan
menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakannya
B. Bidan
Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan
yang telah berlaku, dicatat (registrasi), diberi izin secara sah untuk
menjalankan praktek (Nazriah, 2009).
Definisi bidan menurut Ikatan Bidan Indonesia atau IBI (2006) adalah
seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang telah
diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan
diberi izin secara sah untuk melaksanakan praktek, Dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan dan kebidanan di masyarakat, bidan diberi wewenang
oleh pemerintah sesuai dengan wilayah pelayanan yang diberikan. Wewenang
tersebut berdasarkan peraturan Menkes RI.Nomor 900/Menkes ISK/VII/2002
tentang registrasi dan praktek bidan.
Federation of International Gynaecologist and Obstetritian atau FIGO
(1991) dan World Health Organization atau WHO (1992) mendefinisikan
bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan
yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk
menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan
supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita
selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan, memimpin
persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir
dan anak.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan
baik bagi wanita sebagai pusat keluarga maupun masyarakat pada umumnya,
tugas ini meliputi antenatal, intranatal, postnatal, asuhan bayi baru lahir,
persiapan menjadi orangtua, gangguan kehamilan dan reproduksi serta
keluarga keluarga berencana. Bidan juga dapat melakukan praktek kebidanan
pada Puskesmas, Rumah sakit, klinik bersalin dan unit-unit kesehatan lainnya
di masyarakat (Nazriah, 2009).
Menurut Estiwidani.D, dkk (2008) peran, fungsi bidan dalam pelayanan
kebidanan adalah sebagai : pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.
Sedangkan tanggung jawab bidan meliputi pelayanan konseling, pelayanan
kebidanan normal, pelayanan kebidanan abnormal, pelayanan kebidanan pada
anak, pelayanan KB,dan pelayanan kesehatan masyarakat. Sedemikian
kompleksnya peran, fungsi, dan tanggung jawab seorang bidan dalam
melaksanakan tugasnya memberikan pelayanan kebidanan yang terbaik dan
professional kepada masyarakat maka untuk keberhasilan dalam mencapai
tujuan tersebut diperlukan landasan yang kuat berupa kompetensi bidan.

C. Kewirausahaan Bidan
Bidan yang telah menyelesaikan pendidikannya minimal DIII (Diploma
Tiga Kebidanan) dapat melakukan wirausaha kebidanan. Kewirausahaan yang
dapat didirika adalah:
1. Bidan Praktek Swasta
Jasa praktek bidan swasta biasanya merupakan usaha yang dijalankan
oleh seorang yang memiliki keahlian atau berprofesi sebagai seorang bidan.
Kadangkala usaha praktek bidan yang mereka jalankan bisa menghasilkan
pendapatan yang lebih dibandingkan dengan gaji bulanan mereka.
Beberapa jasa usaha ini adalah persalinan, imunisasi balita, kesehatan
ibu dan anak (KIA) yang meliputi pemeriksaan kehamilan dan pemeriksaan
balita tahap awal. Besarnya tarif biasanya disesuaikan dengan kondisi
wilayah mereka tinggal dan kesenioritasan yang mencangkup keahlian
bidan tersebut.
Untuk bidan praktek swasta di daerah pedesaan tarif yang ditetapkan
untuk persalinan sebesar 450.000 sampai 500.000 rupiah. Untuk imuninasi
(dalam bentuk paket) ditetapkan tarif seharga 10.000 rupiah. Pemeriksaan
kehamilan berkisar antara 17.000 (sudah termasuk pemberian vitamin plus
kalsium) dan 25.000 rupiah jika terdapat keluhan seperti batuk dan pilek.
Harga pemeriksaan balita tahap awal sebesar 15.000-20.000 rupiah
mencangkup tumbuh kembang balita, gerak motorik dan sensorik apakah
sesuai dengan umur balita atau tidak, BB/TB dan pengobatan sementara jika
ada keluhan. Namun jika dalam 3 hari tidak ada perubahan akan dilakukan
rujukan ke dokter umum ataupun spesialis. Pelayanannya-pun semakin hari
semakin inovatif. Ada bidan yang memberikan tambahan pelayanan dengan
menjemput pasien yang akan melahirkan. Tidak hanya sebatas itu, si
pasienpun diantar pulang setelah proses persalinan.
a. Persalinan
Pengguna layanan jasa praktek bidan swasta ini adalah ibu hamil,
anak balita, wanita usia subur, pasangan usia subur dan wanita-wanita
yang mengalami masa menopause. Layanan yang paling sering
dibutuhkan adalah partus atau persalinan.
Untuk pasien persalinan, pertama-tama biasanya dilakukan
anamnesa atau pertanyaan seputar nama dan umur pasien, kapan mulai
dirasakan kencang-kencang, kapan mens terakhir dan pemeriksaan
BB/TB. Setelah itu dilakukan pemeriksaan umum seperti pemeriksaan
tensi, suhu, nadi dan dilihat keadaan umum ibu tersebut apakah dalam
kondisi baik atau tidak. Kemudian dilakukan analisa lengkap dan
pemeriksaan obstetri terhadap kandungan tersebut lalu berlanjut ke
pemeriksaan dalam. Dan jika memang dirasa kehlahiran akan terjadi
dilakukan pemeriksaan sekitar 4 jam sekali jika pembukaan sudah diatas
4.
Pemeriksaan sebelumnya juga harus dilakukan untuk pendeteksian
faktor resiko apakah termasuk kehamilan normal atau yang berisiko
sehingga dapat dilakukan penanganan untuk mengantisipasi.
b. Peralatan dan Ruang Praktek
Usaha ini sebenarnya memerlukan peralatan pendukung yang cukup
banyak. Peralatan yang digunakan dalam praktek bidan swasta meliputi
alat tensi, timbangan injak, timbangan bayi, metlin, dopler, lineks,
stetoskop, HB set, partus set, perlak, scoop, sarung tangan dan sepatu
boot. Selain itu, peralatan yang tak kalah pentingnya yang harus dimiliki
adalah meja ginekologi, lampu sorot, sterilisator, kateter, tutup rambut,
kacamata, isap lendir, sungkup, penjepit tali pusar, haeting set, box bayi,
inkubator, kamar VK atau kamar persalinan dan kamar biasa serta harus
dilengkapi dengan obat-obatan yang menunjang dan infus.
Untuk ruangan praktek, disarankan minimal mempunyai 4 ruang
(kamar). Satu ruang difungsikan sebagai kamar VK (kamar bersalin),
satu ruang lagi untuk perawatan dan 2 buah ruang untuk dijadikan kamar
ibu hamil setelah bersalin. Hal penting yang harus diperhatikan adalah
kelengkapan peralatan yang menunjang untuk persalinan dan
pemeriksaan ibu dan anak, sterilisasi akan peralatan tersebut dan
kebersihan akan 3B yakni bersih alat, bersih tempat dan bersih penolong.
c. Kendala
Kendala yang dirasakan dalam usaha praktek bidan swasta ini
biasanya hanya seputar masalah teknis persalinan. Salah satu contohnya
adalah anjuran untuk belum saatnya mengejan tapi ternyata pasien tidak
mengindahkannya dan tetap mengejan. Tentu hal ini sangat merepotkan
apabila bidan tidak terbiasa menangani hal seperti itu. Selain kendala
diatas, untuk jasa praktek bidan swasta yang berada di wilayah pedesaan,
kendala yang sering dirasakan adalah apabila ibu hamil tinggal di daerah
pegunungan dan jalan menuju daerah tersebut sulit dijangkau. dan hal ini
memang sering terjadi, mengingat rata-rata kondisi jalan daerah
pedesaan tidak sebagus dan semudah di kota.
Untuk jam praktek, mereka bisa dibilang 24 jam penuh nonstop.
Salah satu penyebabnya adalah proses persalinan yang sering tidak bisa
diperkirakan. Ini merupakan resiko jika mereka benar-benar terjun di
usaha ini.

2. Rumah Bersalin
Menurut peraturan daerah Kota Malang Nomor 20 Tahun 2005
tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan, Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1,
No. 14, Rumah bersalin adalah rumah bersalin yang melayani pertolongan
persalinan serta perawatannya dengan menginap termasuk bayinya.
Menurut Desi (2008), rumah bersalin merupakan tempat
menyelenggarakan perlayanan kebidanan bagi wanita hamil, bersalin, dan
masa nifas fisiologi termasik pelayanan keluarga berencana serta perawatan
bayi baru lahir. Rumah bersalin harus mempunyai sifat privat dan semi
privat, sebab tidak semua orang dapat keluar masuk di dalam area ini. sifat
privat terdapat pada ruang bersalin.
3. Klinik
a. Pengertian Klinik
Klinik merupakan salah satu bentuk perusahaan jasa yang
memberikan jasa pelayanan kesehatan. Perusahaan jasa itu sendiri adalah
perusahaan yang kegiatan utamanya memberikan pelayanan atau
menjual jasa dengan tujuan mencari laba (Ahman dan Indriani, 2007).
Dengan kata lain, perusahaan jasa menjual “barang” tidak berwujud.
Sedangkan klinik, menurut Peraturan Menteri melalui pendidikan di
bidang kesehatan ynag untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan.
Berdasarkan jenis pelayanannya, klinik dibagi menjadi Klinik
Pratama dan Klinik Utama. Klinik Pratama merupakan klinik yang
menyelenggarakan pelayanan medik dasar. Sedangkan Klinik Utama
merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik
atau pelayanan medik dasar dan spesialistik. Kedua jenis klinik tersebut
dapat mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan
disiplin ilmu , golongan umur, organ atau jenis penyakit tertentu.
Klinik dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah
atau masyarakat. Dalam penyelenggaraannya sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan, pelayanan kesehatan klinik bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan kesehatan yang dimaksud
sebelumnya dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan, one day care, rawat
inap dan/atau home care. Klinik yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan 24 jam harus menyediakan dokter serta tenaga kesehatan lain
sesuai kebutuhan yang setiap saat berada di tempat.
Klinik dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah
atau masyarakat. Dalam penyelenggaraannya sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan, pelayanan kesehatan klinik bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan kesehatan yang dimaksud
sebelumnya dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan, one day care, rawat
inap dan/atau home care. Klinik yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan 24 jam harus menyediakan dokter serta tenaga kesehatan lain
sesuai kebutuhan yang setiap saat berada di tempat.

4. Rumah Sakit Ibu dan Anak


a. Pengertian Rumah Sakit Ibu dan Anak
Rumah Sakit Ibu dan Anak berdasarkan klasifikasi tipe rumah sakit
adalah rumah sakit khusus tipe E (spesial hospital) yang
menyalenggarakan hanya satu macam pelayan kesehatan kedokteran
saja, yaitu dalam bidang pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak. Di
dalam Rumah Sakit Ibu dan Anak pelayanan dan fasilitas yang ada
ditujukan supaya ibu dan anak merasa aman serta nyaman untuk berada
di rumah sakit. Diketahui bahwa baik ibu yang sedang mengandung
maupun tidak serta ibu yang sedang mengalami penyakit seputar
kehamilan tentu saja memiliki karakter yang berbeda, sehingga perlu
pelayanan khusus untuk para ibu di bidang kesehatan. Hal ini hampir
serupa dengan karakter anak kecil yang tidak mungkin disamakan
dengan orang dewasa pada umumnnya, sehingga dalam perkembangan
jaman saat ini, pelayanan maupun fasilitas bagi ibu dan sangat
diharapkan keberadaannya.

b. Faktor Penyebab Adanya Rumah Sakit Ibu dan Anak


1) Takut rumah sakit
Suasana di rumah sakit sering menjadi dilema bagi ibu dan anak.
Jarum suntik, alat bedah, atau mungkin darah merupakan sesuatu yang
sangat ditakuti oleh banyak orang khususnya anak-anak.

2) Kurang rasa aman dan nyaman.


Seorang ibu yang sedang hamil khususnya, pasti mendambakan
seorang buah hati yang sehat, sehingga ibu hamil pasti sangat menjaga
kondisi +kandungannya. Oleh sebab itu ibu hamil cenderung memilih
tempat dalam berpergian, ibu hamil lebih memilih ke tempat-tempat
yang dirasa aman dan nyaman untuk ibu hamil dan bayi di dalam
kandungannya. Bangunan rumah sakit yang ada saat ini cenderung
kurang memperhatikan detil-detil bangunan yang kurang aman dan
nyaman.
3) Kesadaran perlunya perlakuan khusus bagi ibu dan anak
Diketahui bahwa memang ibu dan anak membutuhkan perlakuan yang
tidak mungkin disamakan dengan orang dewasa pada umumnya.
Seorang ibu yang sedang hamil cenderung berhati-hati dan menjaga
benar-benar kondisi kandungannya, sedangkan anak kecil malah
cenderung lebih hyperaktif, sehingga memang diperlukan perlakuan
khusus terhadap inu dan anak.

4) Solusi dalam rumah tangga


Dalam rumah tangga tentu saja kehadiran anak menjadi hal yang
sangat penting, namun terkadang ada keluarga yang sulit untuk
memperoleh keturunan. Rasa malu maupun rendah diri tentu saja
mempengaruhi kondisi dari keluarga tersebut, sehingga memang
diperlukan pelayanan khusus bagi keluarga yang mengalami penyakit
karena sulitmemperoleh keturunan. Namun kebalikannya tak jarang
pula ada keluarga yang kesulitan dalam mengontrol kehamilan,
sehingga juga perlu ada pelayanan untuk keluarga dalam mengontrol
kehamilan (KB).

c. Tujuan Pengadaan Rumah Sakit Ibu dan Anak

1) Rumah sakit cenderung memberikan kesan yang menakutkan


terutama bagi anak kecil, oleh sebab itu lewat pengadaan Rumah Sakit
Ibu dan Anak ini brtujuan memberikan rasa ceria dan tidak takut bagi
pasiennya terutaman anak kecil. Sehingga rasa ketidak takutan
tersebut akan ikut membantu dalam proses penyembuhan pasien.

2) Terkadang rumah sakit juga kurang memperhatikan faktor keamanan


serta kenyamanan khususnya bagi ibu dan anak yang memiliki
karakter khusus dibanding orang dewasa pada umumnya. Sehingga
pengadaan Rumah Sakit khusus Ibu dan Anak ditujukan agar para
pasien (ibu dan anak) lebih merasa aman dan nyaman berada di rumah
sakit, dan secara tidak langsung membantu proses penyembuhan
pasien.

3) Sering pasien yang datang di rumah sakit umum mendapatkan


perlakuan yang sama, tetapi tidak disadari seandainya diantara pasien
tersebut ada ibu yang sedang hamil atau anak kecil yang
membutuhkan perlakuan khusus, mengingat karakter mereka yang
tidak bisa disamakan dengan kareakter orang dewasa pada umumnya.
Sehingga lewat pengadaan Rumah Sakit Ibu dan Anak ini diharapkan
pasien ibu dan anak mendapatkan perlakuan yang khusus.

4) Bagi keluarga yang mendapatkan masalh dalam memperoleh


keturunan, sering mereka merasa rendah diri dan bingung kemana
mereka harus mengatasi masalah tersebut, begitu pula sebaliknya pada
keluarga yang malah sulit mengontrol keturunan, meraka terkadang
bingung harus pergi kemana untuk memperoleh solusi dari masalah
keluarga tersebut. Maka lewat pengadaan Rumah Sakit Ibu dan Anak
diharapkan keluarga yang membutuhkan solusi atas permasalahan
seputar kehamilan dapat mengatasi masalahnya tersebut tanpa merasa
rendah diri.

d. Jenis Pelayanan di Rumah sakit Ibu dan Anak


Pelayanan pada Rumah Sakit Ibu dan Anak yang diberikan kepada pasien
antara lain :
1) Preventif
Merupakan pelayanan untuk mencegah pasien terjangkit dari
penyakit, hal ini dapat dilakukan dengan cara :
a) Pemeriksaan rutin terhadap perkembangan bayi dan ibu hamil
b) Konsultasi kesehatan
c) Penyuluhan tentang gizi ibu dan anak
d) Imunisasi dan KB
2) Kuratif
Merupakan usaha penyembuhan pada pasien dengan cara pengobatan
dan perawatan berupa :
a) Persalinan
b) Pembedahan
c) Pengobatan
3) Rehabilitasi
Merupakan tindakan penyembuhan kondisi fisik pasien setelah
melampaui masa pengobatan berupa :
a) Perawatan atau pemulihan kesehatan
b) Perawatan bayi
e. Tinjauan Kegiatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak
1) Kegiatan Medis
a) Poliklinik
Merupakan bagian yang melayani pasien rawat jalan khususnya
pasien bayi atau anak, ibu hamil, atau ibu yang memiliki penyakit
kandungan. Poliklinik biasanya erdiri dari beberapa poli, antara
lain :
b) Poli Anak
Merupakan unit yang melayani anak usia 0-12 tahun, pelayanan
berupa imunisasi, konsultasi kesehatan, perkembangan kesehatan
anak dan pengobatan penyakit anak.
c) Poli Kandungan dan Kebidanan
Berdasarkan ketentuan dari Departemen Kesehatan RI, setiap
rumah sakit harus dilengkapi dengan spesialisasi lainnya, salah
satunya adalah unit kandungan ini.
d) Poli Gizi
Merupakan unit yang mengontrol segala nutrisi dan gizi dari
pasiennya, khususnya ibu dan anak, karena diketahui baik ibu dan
anak membutuhkan asupan gizi yang cukup.
e) Unit Gawat Darurat
Merupakan bagian pertolongan pertama kepada pasien. Unit ini
bekerja tiap hari selama 24 jam dan bersifat sementara, bisa juga
merupakan unit pengganti poliklinik ketika sudah tutup. Kegiatan
pelayanan di UGD meliputi :
 Pasien diterima di UGD
 Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter
 Jika kondisi pasien membaik maka diperbolehkan untuk pulang,
namun jika tidak maka akan di bawa ke ruang perawatan.
f) Farmasi
Penyediaan fasilitas berupa apotik serta penyediaan obat-obatan.
Sasarannya adalah pasien poloklinik dan umum. Pendistribusian
obat dilakukan ke bagian perawatan, pelayanan dan penunjang
secara medis.
g) Terapi
Merupakan kegiatan-kegiatan fisik yang berguna untuk
memulihkan kondisi pasien. Pelayanan ini berupa penggunaan
otot-otot motorik pada tingkat sederhana baik pada pasien rawat
jalan maupun rawat inap.
h) Bedah
Terdiri dari bagian operasi atau pembedahan yang digunakan untuk
menolong kelahiran secara operasi dan bagian persalinan normal.
i) Perawatan
Perawatannya dibedakan antara perawatan normal dengan
perawatan isolasi. Bagian ini dibedakan atas perawatan ibu dan
bayi, masing-masing bagian perawatan mendapat pengawasan dari
stasiun perawat.beberapa macam perawatan antara lain :
 Perawatan umum
Perawatan kepada pasien yang bersifat umum, dalam arti tidak
memiliki penyakit khusus yang harus dirujuk ke unit lain.
 Perawatan isolasi
Merawat pasien yang memiliki penyakit khusus, biasanya jenis
penyakit menular. Memiliki ruangan yang serba tertutup guna
menghindari persebaran penyakit.
j) ICU
Merawat pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan
secara intensif karena kondisi tubuhnya tergolong kritis.
2) Kegiatan Non Medis

a) Kegiatan Administratif
Meliputi kegiatan pendaftaran pasien, mendata keluhan da
penyakit pasien, serta laporan perkembangan pasien
b) Kegiatan Perawatan Inap
Unit perawatan inap beserta seluruh pendukungnya
c) Unit-unit pendukung pelayanan medis
Fungsi-fungsi yang terkait seperti : laboratorium, farmasi,
radiologi, UGD, ICU, Instalasi bedah dan ruang bersalin.
d) Kegiatan Pendukung Non Medis
Terdiri dari unit gizi, unit sterilisasi, kantor, dll.
e) Kelompok kegiatan Komersial dan Sosial
Fungsinya sebagai salah satu pemasukan, meliputi : area parkir,
kantin, wartel, dll.
f) Service penunjang
Unit penunjang pada bagian servis antara lain dapur, pos
keamanan, janitor, dll.

5. Mom dan Baby Spa


Fasilitas pada Mom and Baby Spa tentunya akan berbeda dengan spa
pada umumnya, dikarenakan pengguna fasilitas tersebut adalah ibu hamil
dan bayi. Hal ini tentu saja akan berdampak pada pemilihan elemen interior,
warna, lighting, bukaan, bentukkan, dan sirkulasi hubungan ruangan dalam
menciptakan suasana ruangan yang nyaman dan sehat bagi ibu hamil dan
bayi. Faktor fisiologis dan psikologis pengguna perlu dikaitkan dalam
perancangan interior spa khusus ibu hamil dan bayi. Faktor fisiologis ini
akan berdampak pada perancangan elemen interior dan furniture yang akan
digunakan. Faktor psikologis pun sangat penting, mengingat tujuan spa
adalah untuk membuat tubuh menjadi rileks dan menenangkan pikiran.
Tujuan dari dirancangnya fasilitas ini adalah agar dapat membantu
pengguna mendapatkan tujuan spa secara keseluruhan.
Pendekatan konsep desain mengacu pada aktivitas treatment yang
menjadi aktivitas utama dalam Mom and Baby Spa, dimana aktivitas
tersebut perlu difasilitasi semaksimal mungkin demi berjalannya kegiatan
treatment yang berkualitas. Beberapa pendekatan yang dilkukan dalam
konsep desain Mom and Baby Spa adalah sebagai berikut:
a. Kegitan treatment merupakan kegiatan yang cukup lama jangka
waktunya sehingga dapat membuat anak dan bayi merasa bosan.
Kegiatan treatment untuk bayi dan anak sebisa mungkin dijadikan
menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan bagi bayi dan anak.
b. Kegiatan dalam Mom and Baby Spa tidak hanya pada treatment saja,
namun juga terdapat kegiatan seminar dan juga penjualan produk Mom
and Baby Spa.
c. Dalam Mom and Baby Spa, kemampuan sosialisasi sangat diperlukan
antara staff dan customer. Agar tercapainya tujuan utama treatment di
Mom and Baby Spa.
BAB III
PEMBAHASAN

Ibu Moedjiati, SST adalah seorang bidan yang telah menyelesaikan


pendidikannya DIV Kebidanan. Beliau mendirikan kewirausahaan kebidanan.
Awalnya, beliau mendirikan BPS (Bidan Praktek Swasta) yang merupakan jasa
praktek bidan swasta biasanya dijalankan oleh seorang yang memiliki keahlian atau
berprofesi sebagai seorang bidan. Menurut ibu Moedjiati, usaha praktek bidan
swasta yang dijalankan bisa menghasilkan pendapatan yang lebih dibandingkan
dengan gaji bulanan sebagai bidan. Beberapa jasa usahanya adalah persalinan,
imunisasi balita, kesehatan ibu dan anak (KIA) yang meliputi pemeriksaan
kehamilan dan pemeriksaan balita tahap awal. Kendala yang dirasakan dalam usaha
praktek bidan swasta ini yaitu dalam masalah teknis persalinan. Untuk jam praktek
BPS yaitu 24 jam penuh nonstop. Salah satu penyebabnya adalah proses persalinan
yang sering tidak bisa diperkirakan.
Seiring berjalannya waktu, BPS (Bidan Praktek Swasta) berkembang menjadi
RB (Rumah Bersalin) yaitu RB Rahma Husada. Kemudian, RB berkembang lagi
pada bulan Agustus 2016 menjadi klinik yang memberikan jasa pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dimaksud sebelumnya dilaksanakan dalam
bentuk rawat jalan, one day care, rawat inap dan/atau home care. Klinik Rawat Inap
Rahma Husada Celaket yang didirikan oleh ibu Moedjiati berada di Jl.JA Suprapto
II No.53 Samaan Malang tepatnya berada di depan Puskesmas Celaket. Klinik ini
menyelenggarakan pelayanan kesehatan 24 jam yang terdapat dokter serta tenaga
kesehatan lain sesuai kebutuhan yang setiap saat berada di tempat, terdapat dokter
spesialis anak, dokter umum, bidan dan perawat.
Di Klinik Rawat Inap Rahma Husada Celaket, bidan mengembangkan
usahanya di bidang wirausaha. Klinik tersebut mengembangkan wirausaha griya
spa dan pijat untuk ibu hamil, nifas dan bayi. Usaha griya ini berawal dari ide bidan
pemilik Klinik Rawat Inap Rahma Husada Celaket yang membuka baby spa,
akhirnya didirikannya “Griya Ayu Celaket”. Modal awal griya tersebut berasal dari
keuntungan yang didapat oleh klinik kurang lebih 14-20 juta, belum termasuk
rumah milik pribadi yang digunakan sebagai tempat spa.
Griya Ayu Celaket sudah terbentuk sejak tahun 2016 akan tetapi mengalami
jatuh bangun karena belum adanya tenaga kompeten dan konsumen yang belum
banyak. Griya sempat tutup 2-3 bulan, pada akhir tahun 2016 bidan membuka
lowongan kerja untuk bekerja di griya. Bidan mendapat pelamar yang memiliki
pengalaman mengikuti pelatihan spa dan pijat ibu hamil, nifas serta bayi dengan
dasar lulusan DIII Kebidanan. Pada awal Januari 2017 Griya Ayu Celaket kembali
beroperasi dengan tenaga kerja satu tenaga medis terlatih dan satu asisten.
Griya Ayu Celaket semakin berkembang dalam memberikan pelayanan mulai
dari perawatan bunda yaitu : spa, pijat, lulur untuk ibu hamil dan ibu nifas;
perawatan laktasi; facial dan totok wajah; spa V dan ratus V; senam hamil dan
senam nifas. adapun perawatan untuk buah hati yaitu : Baby spa dan child spa; pijat
bayi dan pijat anak; deteksi dini tumbuh kembang. Griya Ayu Celaket berjalan
dalam pengawasan dokter spesialis anak, dokter umum, dan bidan. Biaya yang
dikenakan mulai dari Rp 10.000-Rp 100.000 sangat terjangkau bagi bunda. Jam
operasional Griya Ayu Celaket hari senin-jumat jam 09.00-16.00 WIB Sabtu 08.00-
14.00 WIB tanggal merah dan hari besar tutup.
Kendala dalam menjalankan wirausaha ini adalah sistem manajemen yang
kurang baik karena struktur organisasi hanya ada kepala atau bidan pemilik griya
serta 1 tenaga medis terlatih yang dibantu 1 asisten. bidan pemilik tidak berani
menambah pegawai khusus untuk manajemen karena takut tidak mampu menggaji.
konsumen yang datang setiap harinya hanya 1-5 orang, sehingga kemungkinan
pemasukan sangat minim. sistem pemasaran yang kurang maksimal menyebabkan
minimnya konsumen tersebut. pemasaran yang dilakukan hanya melalui media
social milik tenaga medis terlatih sehingga kurang menarik konsumen. promosi
melalui pembagian brosur juga kurang menarik.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kewirausahaan adalah semangat, kemampuan dan perilaku individu yang


berani menanggung resiko, baik itu resiko finansial, psikologikal, maupun
sosial dalam melakukan suatu proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi
baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi) dengan
menerima hasil berupa imbalan moneter dan kepuasan pribadi.

Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan


bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan
yang telah berlaku, dicatat (registrasi), diberi izin secara sah untuk
menjalankan praktek. Ada beberapa kewirausahaan bidan yaitu bidan praktek
mandiri, rumah bersalin, klinik, rumah sakit ibu dan anak, serta mom dan baby
spa.

Dalam makalah ini kelompok membahas masalah tentang


kewirusahaan bidan di RB Rahma Husada yang terletak di Jl.JA Suprapto II
No.53 Samaan Malang. RB Rahma Husada mengembangkan wirausaha griya
spa dan pijat untuk ibu hamil, nifas dan bayi yang dinamakan “Griya Ayu
Celaket”. Griya Ayu Celaket sudah terbentuk sejak tahun 2016 akan tetapi
mengalami jatuh bangun karena belum adanya tenaga kompeten dan konsumen
yang belum banyak. Kendala dalam menjalankan wirausaha ini adalah sistem
manajemen yang kurang baik karena struktur organisasi hanya ada kepala atau
bidan pemilik griya serta 1 tenaga medis terlatih yang dibantu 1 asisten dan
sistem pemasaran yang kurang maksimal menyebabkan minimnya konsumen.

4.2 Saran

Disarankan bagi mahasiswa yang nantinya akan memulai berwirausaha


untuk meneladani dan dapat mencontoh sikap, karakteristik, dan sebagainya
dari apa yang tertulis di Bab Pembahasan di atas. Seorang wirausaha memang
perlu untuk menghadapi sebuah risiko, karena dari proses risiko itu sendiri
nantinya akan membawa sesuatu yang besar. Dan juga semangat, kerja keras,
ulet, serta tidak putus asa sikap yang sangat dibutuhkan oleh seorang wirausaha
agar terus berkarya dengan usaha yang di jalankannya.
DAFTAR PUSTAKA

Estiwidani, D, dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya


Ginayatunisa, Astrid. 2011. Mom and Baby Spa. Bandung: Fakultas Seni Rupa dan
Desain (FSRD) ITB
Nazriah, 2009. Konsep Dasar Kebidanan. Banda Aceh: Yayasan Pena
Priyono dan Soerata. 2005. Kiat Sukses Wirausaha. Yogyakarta: Palem
Riyanti, Dwi. 2003. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang. Psikologi Kepribadian.
Jakarta: Grasindo
Winardi. 2003. Enterpreneur dan Enterpreneurship. Jakarta: Prenada Media

Anda mungkin juga menyukai