BLOK 5.A
SKENARIO 1 : PEDULI WANITA
Kelompok :2
Ketua : Windhy Lathifah Arief (1910333008)
Sekretaris Papan : Lulisa Desrama Tasya (1910331011)
Sekretaris Meja : Dian Novita Sari (1910331013)
Anggota : Nur Avivah (1910331001)
Anisa Ulfah (1910332016)
Nur Cintia Dewi (1910333014)
Dwi Putri Cahyani (1910332006)
Rihadatul Aisy (1910333010)
Fatimah Rahman (1910333017)
Nadya Olivia (1910332005)
STEP I
TERMINOLOGI
1. Semi fowler
Semi fowler adalah sikap atau posisi setengah duduk. Posisi ini membantu
pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada diagfragma.
2. Women Center Care
Women center care adalah asuhan kesehatan yang berpusat pada wanita atau istilah yang
digunakan untuk filosofi asuhan maternitas yang memberi prioritas pada keinginan dan
kebutuhan klien, serta menekankan pentingnya informed choice, kontinuitas perawatan,
keterlibatan klien, efektivitas klinis, respon, dan aksesibilitas.
3. Filosofi
Filosofi adalah pemikiran dengan cakupan yang kompleks yang sistematis.
4. Etika
Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi
studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan
konsep, seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
5. TBJ
TBJ adalah taksiran berat janin untuk menentukan jenis persalinan.
6. TFU
TFU adalah tinggi fundus uteri ukuran untuk menentukan usia kehamilan.
7. Makrosomia
Makrosomia adalah kondisi tubuh janin yang terlalu besar saat berada didalam
kandungan, lalu ketika dilahirkan beratnya bisa mencapai 4 kilogram atau lebih.
8. Informed consent
Informed consent adalah persetujuan tindakan medis terhadap pasien dan penyampaian
informasi kepada pasien.
9. Asfiksia berat
Asfiksia berat adalah bayi yang tidak dapat bernafas secara spontan segera setelah lahir
dengan score APGAR yang hanya 0-3 dari hasil pemeriksaan fisik.
10. Layanan kesehatan sekunder
Layanan kesehatan sekunder adalah pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan bahkan
kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas dan diperlukan untuk kelompok
masyarakat yang memerlukan perawatan inap yang sudah tidak dapat ditangani oleh
pelayanan kesehatan primer.
STEP II
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa saja posisi meneran?
2. Bagaimana kondisi klien saat persalinan memasuki kala 2?
3. Mengapa bidan Sindi berpegang teguh pada women center care?
4. Mengapa posisi semi fowler lebih berpotensi menimbulkan robekan dibandingkan posisi
jongkok?
5. Mengapa bidan harus menjelaskan beberapa posisi dan memberikan klien untuk memilih
sesuai keinginannya?
6. Apa saja etika dalam kebidanan?
7. Mengapa etika harus selalu diperhatikan dalam memberikan pelayanan?
8. Bagaimana filosofi women center care dalam asuhan kebidanan?
9. Bagaimana cara bidan memperlakukan klien dengan keterbatasan?
10. Bagaimana seharusnya sikap bidan jika pendapatnya ditolak klien?
11. Bagaimana etika kebidanan yang diterapkan bidan Sindi kepada Ny. M?
12. Bagaimana nilai dan keinginan pasien dalam menjalankan women center care?
13. Apa saja hak-hak pasien yang harus dipenuhi oleh bidan?
14. Bagaimana etika dan nilai dari profesi bidan?
15. Bagaimana fungsi dan tujuan informed consent?
16. Bagaimana cara melakukan informed consent?
17. Mengapa bidan memberikan informed consent ketika ingin melakukan rujukan?
18. Apa saja kewenangan bidan?
19. Bagaimana peran bidan dalam proses rujukan?
20. Bagaimana pendekatan bidan dalam mengarahkan klien dalam mengambil keputusan?
21. Bagaimana pengaruh pendampingan seorang bidan dalam proses rujukan?
STEP III
HIPOTESA
1. Posisi meneran
Posisi berbaring (litotomi), posisi setengah duduk (semi fowler), posisi miring, posisi
jongkok, posisi berlutut, posisi merangkak, posisi berdiri, dan posisi terlentang (supine)
dapat mempercepat dan mempermudah persalinan.
4. Alasan posisi semi fowler lebih berpotensi menimbulkan robekan dibandingkan posisi
jongkok
Posisi semi fowler memusatkan pada panggul dan tidak mengikuti arah gravitasi.
Sedangkan pada posisi jongkok, ibu akan memanfaatkan secara maksimal gravitasi dengan
mengikuti bentuk panggul ibu.
5. Alasan bidan harus menjelaskan beberapa posisi dan memberikan klien untuk memilih
sesuai keinginannya
Posisi dalam persalinan adalah posisi yang digunakan untuk persalinan, dimana bidan
akan menjelaskan kepada ibu bersalin dan pendamping tentang kekurangan dan kelebihan
berbagai posisi pada saat persalinan, dimana bertujuan untuk mengurangi rasa sakit pada
saat bersalin dan dapat meneran dengan benar, sehingga mempercepat proses persalinan.
Untuk membantu ibu tetap tenang dan rileks, sedapat mungkin bidan tidak boleh
memaksakan pemilihan posisi yang diinginkan oleh ibu. Sebaliknya, bidan hanya
mendukung ibu dalam pemilihan posisi apapun yang dipilihnya, menyarankan alternatif
hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan diri sendiri dan janin.
12. Nilai dan keinginan pasien dalam menjalankan women center care
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang tidak menimbulkan penderitaan pada ibu dan ibu
memiliki hak otonom dalam mengambil keputusan.
17. Alasan bidan memberikan informed consent ketika ingin melakukan rujukan
Informed concent sebagai langkah yang paling penting untuk mencegah terjadinya
konflik dalam masalah etik. Informed concent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau walinya yang berhak terhadap bidan untuk melakukan suatu tindakan kebidanan
terhadap pasien sesudah memperoleh informasi lengkap dan yang dipahaminya mengenai
tindakan itu.
STEP IV
SKEMA
Kode etik
STEP V
LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu menjelaskan women center care.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep etika, nilai, dan keinginan pasien dalam
pelayanan kebidanan.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar pengambilan keputusan dalam pelayanan
kebidanan.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan hak-hak dan kewajiban bidan.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan hak dan kewajiban klien.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan isu terkini tentang etik dan moral dalam pelayanan
kebidanan.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan rujukan dalam pelayanan kebidanan.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan kode etik dalam pelayanan kebidanan.
9. Mahasiswa mampu menjelaskan hukum dalam profesi bidan.
10. Mahasiswa mampu menjelaskan informed consent dan informed choice dalam asuhan
kebidanan.
11. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan kebidanan pada ibu dengan kebutuhan khusus.
STEP VII
SHARING INFORMATION
1. Women Center Care
Pengertian women center care
Women center care adalah asuhan kesehatan yang berpusat pada wanita. Dalam
kebidanan terpusat pada ibu (wanita) adalah suatu konsep yang mencakup hal-hal yang lebih
memfokuskan pada kebutuhan, harapan, dan aspirasi masing-masing wanita dengan
memperhatikan lingkungan sosialnya dari pada kebutuhan institusi atau profesi terkait.
Women center care adalah istilah yang digunakan untuk filosofi asuhan maternitas
yang memberi prioritas pada keinginan dan kebutuhan pengguna, serta menekankan
pentingnya informed choice, kontinuitas perawatan, keterlibatan pengguna, efektivitas
klinis, respon, dan aksesibilitas. Dalam hal ini bidan difokuskan memberikan dukungan pada
wanita dalam upaya memperoleh status yang sama di masyarakat untuk memilih dan
memutuskan perawatan kesehatan dirinya.
Dalam praktik kebidanan, women center care adalah sebuah konsep yang
menyiratkan hal, seperti :
a. Perawatan yang berfokus pada kebutuhan wanita yang unik, harapan, dan aspirasi
wanita tersebut daripada kebutuhan lembaga-lembaga atau profesi yang terlibat.
b. Memperhatikan hak-hak perempuan untuk menentukan nasib sendiri dalam hal pilihan,
kontrol, dan kontinuitas perawatan dalam bidang kebidanan.
c. Meliputi kebutuhan janin, bayi atau keluarga wanita itu, orang lain yang signifikan,
seperti yang diidentifikasi dan dipercaya oleh wanita tersebut.
d. Melibatkan peran serta masyarakat, melalui semua tahap mulai dari kehamilan,
persalinan, dan setelah kelahiran bayi.
e. Melibatkan kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya bila diperlukan.
f. ‘Holistik’ dalam hal menangani masalah sosial wanita, emosional, fisik, psikologis,
kebutuhan spritual, dan budaya.
Women center care ini sangat sesuai dengan keinginan ICM (International
Confederation of Midwifery) yang tertuang dalam VISI-nya, yaitu :
a. Bidan memberikan asuhan pada wanita yang membutuhkan asuhan kebidanan.
b. Bidan mempunyai otonomi sebagai pemberi asuhan yang menghargai kerja sama tim
dalam memberikan asuhan untuk seluruh kebutuhan wanita dan keluarga.
c. Bidan memegang kunci dalam menentukan asuhan dimasa mendatang, termasuk
pelayanan kesehatan utama pada komunitas untuk seluruh wanita dan keluarga.
d. Bidan bekerja sama dengan wanita dalam memberikan asuhan sesuai dengan harapan
wanita.
Untuk dapat memberikan asuhan yang baik terhadap ibu nifas dan menyusui, bidan
harus menerapkan hal-hal sebagai berikut :
a. Melakukan intervensi minimal.
b. Memberikan asuhan yang komprehensif.
c. Memberikan asuhan yang sesuai kebutuhan.
d. Melakukan segala tindakan yang sesuai dengan standar, wewenang, otonomi, dan
kompetensi.
e. Memberikan informed consent.
f. Memberikan asuhan yang aman, nyaman, logis, dan berkualitas.
g. Menerapkan Asuhan Sayang Ibu.
c. Kualitas
1) Berikan informasi dan konseling untuk mendukung pilihan yang berdasarkan
kesadaran penuh
2) Berikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan individu dan situasi sosialnya,
termasuk untuk perempuan muda dan yang belum menikah
3) Gunakan metode dan protokol asuhan kebidanan yang direkomendasikan (yang
sudah terstandar)
4) Berikan metode dan layanan kontrasepsi yang diinginkan Kualitas-Lanj
5) Tawarkan layanan kesehatan reproduksi lain yang terkait
6) Pastikan kerahasiaan atau konfidesialitas, privasi, dan interaksi yang menghormati
7) Menjamin layanan yang bebas stigma, bebas diskriminatif, dan non-judgmental
8) Menjamin rasa nyaman, aman, dan menghargai (respectful)
9) Layanan diberikan secara komprehensif dan menggunakan teknologi tepat guna
b. Etika normatif
Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang, dimana
berlangsung diskusi-diskusi menarik tentang masalah moral. Etika normatif membahas
ukuran baik buruk tindakan manusia yang dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1) Etika umum : membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi manusia
untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori dan prinsip
moral.
2) Etika khusus : terbagi atas 3, yaitu etika sosial, etika individu, dan etika terapan.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal, termasuk kondisi lingkungan waktu. 3 (tiga) faktor penting
tentang keterlibatan bidan dalam proses pengambilan keputusan :
1) Menunjang pelayanan one-to-one, yaitu pelayanan antara bidan dan klien yang
disertai rasa saling percaya, terutama dalam menyelesaikan masalah yang bersifat
pribadi.
2) Meningkatkan sensitivitas terhadap klien, yaitu bidan dapat memahami dan
mengerti kebutuhan klien, sehingga bidan berupaya keras memenuhi kebutuhan
tersebut.
3) Perawatan berfokus ibu (women center care) dan asuhan total (total care), sehingga
bidan dapat memberi perawatan yang berfokus pada klien secara menyeluruh.
Beberapa contoh mengenai isu etik dalam pelayanan kebidanan adalah yang
berhubungan dengan :
a. Agama atau kepercayaan
b. Hubungan dengan pasien
c. Hubungan dokter dengan bidan
d. Kebenaran
e. Pengambilan keputusan
f. Pengambilan data
g. Kematian
h. Kerahasiaan
i. Aborsi
j. AIDS
k. In-vitro vertilization
b. Rujukan eksternal
Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat
inap), maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
b. Rujukan kesehatan
Rujukan kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan bahan
ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya berkaitan dengan
upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
Contohnya merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi
puskesmas) atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas
(pos Unit Kesehatan Kerja).
Langkah-langkah rujukan
a. Menentukan kegawatdaruratan penderita
1) Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih, ditemukan penderita yang tidak dapat
ditangani sendiri oleh keluarga atau kader atau dukun bayi, maka segera dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu
dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga kesehatan
yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan
tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani
sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
f. Pengiriman penderita
Bab III Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir)
a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati, baik terhadap
sejawat, maupun tenaga kesehatan lainnya.
Bab VI Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa, dan tanah air (2 butir)
a. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-
ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB
dan kesehatan keluarga, serta masyarakat.
b. Setiap bidan melalui profesinya, berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya
kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan.
Bidan sebagai suatu tenaga profesional diatur oleh kebijakan dalam suatu negara. Di
Indonesia, ada beberapa kebijakan, baik itu Undang-Undang hingga SK pemerintah
setempat yang mengatur praktik kebidanan.
b. Keyakinan tentang perempuan : setiap perempuan adalah pribadi yang unik, mempunyai
hak, kebutuhan, dan keinginan masing-masing. Oleh sebab itu, perempuan harus
berpartisipasi aktif dalam setiap asuhan yang diterimanya.
c. Keyakinan mengenai fungsi profesi dan manfaatnya : fungsi utama profesi bidan adalah
mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologis harus dihargai,
didukung, dan dipertahankan. Bila timbul penyulit, dapat menggunakan teknologi tepat
guna dan rujukan efektif untuk memastikan kesejahteraan perempuan dan janin atau
bayinya.
e. Keyakinan tentang tujuan asuhan : untuk menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi
kesakitan dan kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada :
1) Pencegahan dan promosi kesehatan yang bersifat holistik, diberikan dengan cara
kreatif dan flexible, suportif, dan peduli.
2) Bimbingan, monitor, dan pendidikan berpusat pada perempuan.
3) Asuhan berkesinambungan sesuai keinginan dan tidak otoriter, serta menghormati
pilihan perempuan.
h. Bidan meyakini bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan kebudayaan. Setiap
individu berhak menentukan nasib sendiri dan mendapatkan informasi yang cukup dan
untuk berperan di segala aspek pemeliharaan kesehatannya.
i. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat. Untuk itu, maka setiap wanita usia
subur, ibu hamil, melahirkan, dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang
berkualitas.
Hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkan keadilan dalam regulasi kebidanan
a. Melakukan penyempurnaan atau revisi regulasi kebidanan agar bersifat dinamis yang
mampu beradaptasi dengan kepentingan semua pihak, terutama bagi profesi bidan itu
sendiri.
b. Memberikan sosialisasi kepada bidan-bidan, baik praktik mandiri bidan, bidan di RS,
maupun institusi kebidanan terkait hukum kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan
profesi kebidanan.
c. Melakukan diseminasi hukum kesehatan dilingkungan pendidikan formal, maupun non
formal dengan nilai-nilai keadilan.
d. Memasukkan materi etikolegal dalam praktik kebidanan yang mencerminkan nilai
keadilan dalam setiap kurikulum pendidikan bidan dan pendidikan kesehatan.
e. Melakukan koordinasi dengan stakeholders dalam cakupan hukum kesehatan, mulai dari
aspek penyusunan, pelaksanaan, maupun penegakan hukumnya, baik dari tingkat pusat,
maupun daerah.
f. Melakukan pembinaan kesadaran akan hukum yang mencerminkan nilai keadilan
kepada semua pihak yang berkaitan dengan pelayanan kebidanan.
b. Expressed consent
Yaitu persetujuan tindakan medik yang diberikan secara explisit, baik secara
lisan, maupun tertulis. Sekalipun bentuk persetujuan secara tersirat dapat dibenarkan,
namun akan lebih baik bila persetujuan klien dinyatakan dalam bentuk tertulis karena
hal ini dapat menjadi bukti yang lebih kuat di masa mendatang bila dibutuhkan.
Sebagai seorang bidan dalam memberikan informed choice kepada klien harus :
a. Memperlakukan klien dengan baik.
b. Berinteraksi dengan nyaman.
c. Memberikan informasi objektif, mudah dimengerti, dan diingat, serta tidak berlebihan.
d. Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan
kondisinya.
e. Mendorong wanita memilih asuhannya.
b. Bidan dan tenaga kesehatan lain perlu belajar untuk membantu ibu menggunakan
haknya dan menerima tanggung jawab keputusan yang diambil. Hal ini dapat diterima
secara etika dan menjamin bahwa tenaga kesehatan sudah memberikan asuhan yang
terbaik dan memastikan ibu sudah diberikan informasi yang lengkap tentang dampak
dari keputusan mereka.
d. Menjaga fokus asuhan pada ibu dan evidence based, diharapkan konflik dapat ditekan
serendah mungkin.
e. Tidak perlu takut akan konflik, tetapi menganggapnya sebagai suatu kesempatan untuk
saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang objektif, bermitra dengan
wanita dari sistem asuhan, dan tekanan positif pada perubahan.
b. Preventif
1) Persalinan pada penyandang disabilitas dilaksanakan sesuai keadaan klinis pasien
atau sesuai hasil pemeriksaan pada saat masa kehamilan.
2) Konseling kesehatan ibu dan anak.
3) Mengenali tanda awal persalinan, seperti perut mulas secara teratur, keluar lendir
bercampur darah dari jalan lahir atau keluar cairan ketuban.
b. Preventif
1) Fasilitasi manajemen laktasi bagi penyandang disabilitas untuk memerah,
penyimpanan, dan pengiriman ASI (apabila bayi dititipkan ke keluarga), melalui
penyediaan fasilitas alat perah (breast pump), botol ASI, kulkas atau lemari
pendingin, dan lain sebagainya.
2) Konseling kesehatan ibu dan anak.
Triwibowo, Cecep. 2014. Etika dan Hukum Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Wahyuningsih, Heni Puji. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI.
Astri Hidayat, Mufdillah. 2009. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima.
Yogyakarta : Mitra Cendikia.
Muchtar, Masrudi. 2015. Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Banjarmasin : Pustaka Baru Press.
Ristica, Widya Juliati. 2014. Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan.
Yogyakarta : Deepublish.