Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI


SOLID DAN LIQUID

PRAKTIKUM I

SUSPENSI

DISUSUN OLEH:

1. Muhammad Harun Al – Rasyid (15040076)


2. Nadiyah Windasaputri (15040078)
3. Lia Apriliani (15040079)
4. Novi Mayangsari (15040084)
5. Siti Khaerunnisa Fitriyani (15040088)

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH

TANGERANG

2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................

A. Latar Belakang ...........................................................................


B. Tujuan Praktikum .....................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................

A. Suspensi .......................................................................................
B. Suspensi Rekonstitusi ................................................................

BAB III METODOLOGI .....................................................................

A. Alat dan Bahan ...........................................................................


B. Cara Kerja ..................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................

A. Hasil .............................................................................................
B. Pembahasan ................................................................................

BAB V PENUTUP ...............................................................................

A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ...........................................................................................

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispersi terdiri dari partikel
kecil yang dikenal sebagai fase dispersi, terdistribusi keseluruh medium
kontinu atau medium dispersi. Untuk menjamin stabilitas suspensi
umumnya ditambahkan bahan tambahan yang disebut bahan pensuspensi
atau suspending agent. Syarat & syarat suspensi yang terdapat dalam
Farmakope indonesia edisi IV adalah Zat yang terdispersi harus halus dan
tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan dan lahan endapan
harus segera terdispersi kembali, kekentalan suspensi tidak boleh terlalu
tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.

B. Tujuan Praktikum
Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam memformulasi
sediaan suspensi dan melakukan kontrol kualitas (evaluasi) sediaan suspensi
meliputi:
1. Menghitung derajat flokulasi
2. Perbedaan metode pembuatan suspensi
3. Pengaruh tipe alat terhadap stabilitas suspensi

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut
dalam bentuk halus yang terdispersi ke dalam fase cair.
Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan
pengaroma yang sesuai yang ditujukan untuk penggunaan oral.
Rute pemberi obat melalui oral merupakan cara pemberian yang
umum dilakukan, dimana selama satu dekade formulasi liquid sangat
disarankan untuk penggunaan pada pasien pediatric dan geriatric karena
flexibilitasnya yang meliputi dosis yang besar, keamanan, dan
kenyamanyan pemberian.
Suspensi memiliki kelebihan dalam hal disintegrasi dan kelarutan
yang lebih baik dibandingkan sediaan tablet. Umumnya suspensi yang
tersedia di pasaran antara lain: antibiotik, antasida dan analgesik. Sebagian
besar obat yang diformulasi dalam bentuk suspensi oral telah diperkenalkan
di pasaran, untuk menanggulangi masalah pengenceran yang kurang tepat,
terkait dengan kekeliruan ketika pelabelan.
1. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Suspensi
a. Keuntungan
 Baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet, pil,
kapsul. Terutama untuk anak-anak
 Memiliki homogenitas yang cukup tinggi
 Lebih mudah di absorpsi daripada tablet, karna luas permukaan
kontak dengan permukaan saluran cerna tinggi
 Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit dari obat
 Dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air

2
3

b. Kerugian
 Memiliki kestabilan yang rendah
 Jika terbentuk caking maka akan sulit terdispersi kembali, sehingga
homogenisitasnya menjadi buruk
 Alir yang yang terlalu kental menyebabkan sediaan sulit untuk
dituang
 Ketepatan dosis lebih rendah dibandingkan sediaan larutan
 Suspensi harus dilakukan pengocokan sebelum digunakan
 Pada saat penyimpanan kemungkinan perubahan sistem dispersi
akan meningkat apabila terjadi perubahan temperatur pada tempat
penyimpanan
2. Macam - Macam Sediaan Suspensi
a. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
yangterdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang
sesuai dan ditujukkanuntuk penggunaan oral.
b. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat
yangterdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk
penggunaan pada kulit.
c. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung
partikel- partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang
ditujukkan untuk penggunaan pada mata.
d. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung
partikel-partikelhalus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga
bagian luar.
e. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam
mediumcair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau
kedalam saluran spinal.
f. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering
dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang
memenuhi semua persyaratanuntuk suspensi steril setelah
penambahan bahan pembawa yang sesuai.
4

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Suspensi


a. Ukuran partikel
Ukuran pertikel erat hubungannya dengan luas penampang
dan daya tekan ke atas cairan suspensi tersebut. Hubungan antara
ukuran partikel berbanding terbalik dengan luas penampang.
Sedangkan luas penampang dan daya tekan ke atas merupakan
hubungan yang linear. Artinya semakin besar ukuran partikel
semakin kecil luas penampangnya, sedangkan semakin besar luas
penampang maka daya tekan keatas cairan akan semakin
menghambat gerakan partikel untuk mengendap.
b. Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan
aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan maka kecepatan
alirannya makin turun. Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan
mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang terdapat
didalamnya. Dengan menambah viskositas cairan gerakan turun
yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa
kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang.

Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum “STOKES”


d2 (∆ − ∆0)g
𝑣=
η

Keterangan : v = kecepatan aliran


d = diameter dari partikel
Δ = berat jenis dari partikel
Δ0 = berat jenis cairan
g = gravitasi
η = viskositas cairan
5

c. Jumlah partikel (konsentrasi)


Apabila didalam ruangan berisi partikel dengan jumlah
besar, maka partikel akan susah melakukan gerakan bebas karena
terjadi benturan antara partikel tersebut.
d. Sifat/muatan
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari
beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama.
Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan
yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut.
Karena bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak
dapat mempengaruhinya.
4. Flokulasi dan Deflokulasi
a. Sistem Flokulasi
Dalam sistem flokulasi partikel terikat lemah, cepat
mengendap, pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah
tersuspensi kembali.
b. Sistem Deflokulasi
Dalam sistem ini partikel mengendap perlahan – lahan dan
akhirnya membentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi
kembali.
Perbedaan antara Sistem Flokulasi dan Deflokulasi

FLOKULASI DEFLOKULASI

1. Partikel berada dalam suspensi 1. Partikel membentuk agregat


dalam wujud yang memisah bebas

2. Laju pengendapan lambat 2. Laju pengendapan tinggi


karena partikel mengendap karena partikel mengendap
terpisah dan ukuran partikel sebagai flokulasi yang
minimal. merupakan komposisi partikel.
6

3. Endapan yang terbentuk lambat 3. Endapan yang terbentuk cepat

4. Endapan biasanya menjadi 4. Partikel tidak mengikat kuat


sangat padat karena berat dari dan keras satu sama lain tidak
lapisan atas dari bahan endapan terbentuk lempeng. Endapan
yang mengalami gaya tolak- mudah untuk didispersikan
menolak antara partikel dan kembali dalam bentuk suspensi
cake yang keras terbentuk aslinya.
dimana merupakan kesulitan
jika mungkin didispersi
kembali.
5. Suspensi penampilan menarik 5. Suspensi menjadi keruh karena
karena tersuspensi untuk waktu pengendapan yang optimal dan
yang lama supernatannya juga supernatannya jernih. Hal ini
keruh bahkan ketika dapat dikurangi jika volume
pengendapan terjadi. endapan dibuat besar, idealnya
volume endapan harus meliputi
volume suspensi.

B. Suspensi Rekonstitusi
Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu suspensi yang siap
digunakan atau yang dikonstitusikan dengan sejumlah air untuk injeksi atau
pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Suspensi tidak boleh
diinjeksikan secara intravena dan intratekal.
Suatu suspensi yang direkonstitusikan adalah campuran sirup dalam
keadaan kering yang akan didispersikan dengan air pada saat akan
digunakan dan dalam USP tertera sebagai “for oral suspension”. Bentuk
suspensi ini digunakan terutama untuk obat yang mempunyai stabilitas
terbatas di dalam pelarut air, seperti golongan antibiotika.
7

1. Alasan Pembuatan Suspensi Kering


Umumnya, suatu sediaan suspensi kering dibuat karena stabilitas zat
aktif di dalam pelarut air terbatas, baik stabilitas kimia atau stabilitas
fisik. Umumnya antibiotik mempunyai stabilitas yang terbatas di dalam
pelarut air.
2. Persyaratan Sediaan Suspensi Rekonstitusi
a. Campuran serbuk/granul haruslah merupakan campuran yang
homogen, sehingga konsentrasi/dosis tetap untuk setiap pemberian
obat.
b. Selama rekonstitusi campuran serbuk harus terdispersi secara cepat
dan sempurna dalam medium pembawa.
c. Suspensi yang sudah direkonstitusi harus dengan mudah
didispersikan kembali dan dituang oleh pasien untuk memperoleh
dosis yang tepat dan serba sama.
d. Produk akhir haruslah menunjukkan penampilan, rasa, dan aroma
yang menarik.
3. Jenis – Jenis Sediaan Suspensi Rekonstitusi
a. Suspensi Rekonstitusi Berupa Campuran Serbuk
Formulasi berupa campuran serbuk merupakan cara yang
paling mudah dan sederhana. Proses pencampuran dilakukan secara
bertahap apabila ada bahan berkhasiat dalam komponen yang
berada dalam jumlah kecil. Penting untuk diperhatikan, alat
pencampur untuk mendapatkan campuran yang homogen.
b. Suspensi Rekonstitusi yang Digranulasi
Pembuatan dengan cara digranulasi terutama ditujukan
untuk memperbaiki sifat aliran serbuk dan pengisian dan
mengurangi volume sediaan yang voluminous dalam wadah.
Dengan cara granulasi ini, zat aktif dan bahan-bahan lain dalam
keadaan kering dicampur sebelum diinkorporasi atau disuspensikan
dalam cairan penggranulasi. Granulasi dilakukan dengan
menggunakan air atau larutan pengikat dalam air. Dapat juga
8

digunakan pelarut non-air untuk bahan berkhasiat yang terurai


dengan adanya air.
c. Suspensi Rekonstitusi yang merupakan campuran antara granul dan
serbuk
Pada cara ini komponen yang peka terhadap panas seperti zat
aktif yang tidak stabil terhadap panas atau flavor dapat ditambahkan
sesudah pengeringan granul untuk mencegah pengaruh panas. Pada
tahap awal dibuat granul dari beberapa komponen, kemudian
dicampur dengan serbuk (fines).
4. Komponen Suspensi Rekonstitusi
a. Zat Aktif
b. Bahan Pensuspensi
c. Pemanis
d. Bahan Pembasah
e. Dapar
f. Pengawet
g. Flavor
h. Pewarna
i. Anti Caking
BAB III

METODOLOGI

A. Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. Alat Volumetrik 1. Sulfadiazina
2. Alat – alat pembuatan 2. Sulfamerazina
suspensi (mixer)
3. Tabung Reaksi 20 ml 3. Sulfadimidina
(minimal 20 buah), dll
4. Asam Sitrat
5. CMC-Na
6. Metil Paraben
7. NaOH
8. Gula
9. Etano
10. Sodium lauril sulfat (SLS)
11. AlCl3
12. Aquadest

B. Cara Kerja
1. Menghitung Derajat Flokulasi
a. Buatlah dispersi sulfadiazina dengan formula sebagai berikut:
Formula A B C D E
Sulfadiazina 6g 6g 6g 6g 6g
SLS 60 mg 60 mg 60 mg 60 mg 60 mg
AlCl3 - 6 mg 12 mg 18 mg 30 mg
Aquadest ad 60 ml 60 ml 60 ml 60 ml 60 l

9
10

b. Cara Pembuatan
1) Larutkan SLS kedalam sebagian aquadest.
2) Serbuk sulfadiazina didispersikan dalam larutan yang
mengandung SLS, aduk sampai semua serbuk terbasahi, jika
perlu tambahkan sedikit aquadest.
3) Tambahkan larutan AlCl3 secara seksama pada formula –
formula B, C, D, dan E. aduk sampai homogen dan terjadi suatu
dispersi terflokulasi.
4) Dispersi kemudian dituang ke dalam tabung reaksi berskala
(sekitar 10 – 12 mL), ditambah aquadest sampai 60mL, digojog
homogen.
5) Tempatkan tabung dalam rak. Catat tinggi pengendapan pada
waktu tertentu: 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30 dan 60 menit. Amati pula
supernatannya.
6) Tentukan suspensi yang deflokulasi dan suspensi yang flokulasi
serta buat grafik waktu vs harga F untuk kelima formula tersebut.
7) Hitunglah derajat flokulasi suspensi
2. Mengenal Metode Pembuatan Suspensi
Formula: Tiap 5 Ml mengandung:
R/ Sulfadiazina 167 mg
Sulfamerazina 167 mg
Sulfadimidina 167 mg
Asam Sitrat 200 mg
CMC-Na 50 mg
Metil Paraben 5 mg
NaOH 100 mg
Sirup Simpleks 1,5 ml
Etanol 50 ul
Akuadest ad 5 ml
Tiap Formula dibuat sebanyak 200 ml
11

Perhitungan Formulasi
BAHAN PERHITUNGAN JUMLAH
200
Sulfadiazina 167 × 6,68 g
5
200
Sulfamerazina 167 × 6,68 g
5
200
Sulfadimidina 167 × 6,68 g
5
200
Asam Sitrat 200 × 8g
5
200
CMC-Na 50 × 2g
5
200
Metil Paraben 5 × 0,2 g
5
200
NaOH 100 × 4g
5
200
Sirup Simpleks 1,5 × 0,06 ml
5
200
Etanol 50 × 2 ml
5
200
Akuadest ad 5 × Ad 200 ml
5

a. Cara Presipitasi
1) Suspensikan CMC-Na dalam air panas, aduk dengan kecepatan
120 rpm. Tambahkan air dingin dan dinginkan sampai suhu
kamar (25°C). aduk selama 60 menit atau hingga terbentuk
larutan yang jernih (a)
2) Larutkan metil paraben dalam etanol (b)
3) Campurkan ketiga sulfa
4) Larutkan NaOH dalam sebagian air, kemudian ditambahkan
pada campuran ketiga sulfa
5) Tambahkan (a) sambil diaduk, kemudian (b) dan homgenkan.
Lalu tambahkan sirup simpleks (sirup simpleks dibuat dahulu
12

gula dan air dengan perbandingan 65:35, pemanasan jangan


terlalu tinggi)
6) Sambil diaduk, tambahkan larutan asam sitrat kedalam
campuran
7) Tempatkan suspensi dalam tabung reaksi yang telah diberi skala
untuk pengamatan.
b. Cara Dispersi
1) Suspensikan CMC-Na dalam air panas, aduk dengan kecepatan
120 rpm. Tambahkan air dingin dan dinginkan sampai suhu
kamar (25°C). aduk selama 60 menit atau hingga terbentuk
larutan yang jernih
2) Larutkan metil paraben dalam etanol
3) Campurkan ketiga sulfa
4) Kedalam campuran sulfa, tambahkan larutan CMC-Na sedikit
demi sedikit, sambil diaduk hingga homogen. Tambahkan juga
larutan metil paraben, sirup simpleks, larutan asam sitrat dan
larutan NaOH sambil dihomogenkan.
5) Tempatkan suspensi dalam tabung reaksi yang telah diberi skala
untuk pengamatan.
c. Evaluasi Suspensi
1) Organoleptis
2) Volume sedimentasi, hitung tinggi endapan / tinggi supernatan
3) Pengamatan dilakukan pada hari ke: 0, 1, 2 dan 3 dan
bandingkan hasil yang diperoleh dengan cara presipitasi dan cara
dispersi
4) Redispersibilitas, suspensi dimasukkan dalam tabung, kemudian
diletakkan pada alat uji, diputar 360° pada 20 rpm sampai semua
endapan terdispersi kembali. Catat waktu yang diperlukan untuk
semua endapan terdispersi kembali, ulangi sebanyak 3 kali.
5) Ukuran viskositas
6) Ukuran pH
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Pada percobaan kali ini kami mendapatkan hasil dari pembuatan
suspensi yang kami evaluasi secara :
1. Organoleptis :
 Warna : Putih Susu
 Bau : Khas
 Rasa : Manis
 Endapan : Putih
2. Kimia
 pH : 4,5
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kamu melakukan pembuatan suspensi yang
mengandung 6,68 g sulfadiazina, 6,68 g sulfamerazina, 6,68 g sulfadimida,
8 g asam sitrat, 2 g CMC-Na, 0,2 g Metil paraben, 4 g NaOH, 0,06 ml Sirup
Simplex, 2 ml Etanol, dan Aquadest ad 200 ml, mula – mula kami
mensuspensikan CMC-Na menggunakan air panas secukupnya sampai
larutan menjadi homogen dengan cara diaduk didalam lumpang, lalu kami
membuat larutan Metil paraben yang dilarutkan menggunakan etanol, lalu
kedalam larutan metil paraben, ditambahkan campuran ketiga sulfa,
kemudian kami tambahkan lagi bahan-bahan yang sudah kami timbang
tersebut ke dalam campuran sampai terbentuknya suspensi yang homogen.
Setelah suspensi telah dibuat, kami melakukan pengujian terhadap
sediaan suspensi tersebut, dari segi evaluasi organoleptik dan pengujian pH
menggunakan kertas pH. Pada pengujian Organoleptik, didapatkan suspensi
yang memiliki aroma yang khas, berwarna putih seperti susu, memiliki rasa
manis dan membentuk endapan putih. Dan dari uji pH kami mendapatkan
hasil pH= 4,5 yang menandakan suspensi tersebut bersifat asam.

13
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
Sediaan Suspensi yang kami buat memiliki sifat sebagai berikut:
1. Organoleptis
 Warna : Putih Susu
 Rasa : Manis
 Bau : Khas
 Endapan : Putih
2. Kimia
 pH : 4,5

B. Saran
Diharapkan untuk lebih melengkapi peralatan laboratorium agar
praktikum berjalan secara efektif dan efisien. Diharapkan kepada dosen
pembimbing untuk lebih membimbing praktikan dan dimohon kepada para
praktikan agar lebih berhati – hati dalam menjalankan praktikum.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ansel. H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta: UI Press

Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : DEPKES RI

Dirjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : DEPKES RI

Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC

15

Anda mungkin juga menyukai