PRAKTIKUM I
SUSPENSI
DISUSUN OLEH:
TANGERANG
2017
DAFTAR ISI
A. Suspensi .......................................................................................
B. Suspensi Rekonstitusi ................................................................
A. Hasil .............................................................................................
B. Pembahasan ................................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispersi terdiri dari partikel
kecil yang dikenal sebagai fase dispersi, terdistribusi keseluruh medium
kontinu atau medium dispersi. Untuk menjamin stabilitas suspensi
umumnya ditambahkan bahan tambahan yang disebut bahan pensuspensi
atau suspending agent. Syarat & syarat suspensi yang terdapat dalam
Farmakope indonesia edisi IV adalah Zat yang terdispersi harus halus dan
tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan dan lahan endapan
harus segera terdispersi kembali, kekentalan suspensi tidak boleh terlalu
tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
B. Tujuan Praktikum
Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam memformulasi
sediaan suspensi dan melakukan kontrol kualitas (evaluasi) sediaan suspensi
meliputi:
1. Menghitung derajat flokulasi
2. Perbedaan metode pembuatan suspensi
3. Pengaruh tipe alat terhadap stabilitas suspensi
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut
dalam bentuk halus yang terdispersi ke dalam fase cair.
Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan
pengaroma yang sesuai yang ditujukan untuk penggunaan oral.
Rute pemberi obat melalui oral merupakan cara pemberian yang
umum dilakukan, dimana selama satu dekade formulasi liquid sangat
disarankan untuk penggunaan pada pasien pediatric dan geriatric karena
flexibilitasnya yang meliputi dosis yang besar, keamanan, dan
kenyamanyan pemberian.
Suspensi memiliki kelebihan dalam hal disintegrasi dan kelarutan
yang lebih baik dibandingkan sediaan tablet. Umumnya suspensi yang
tersedia di pasaran antara lain: antibiotik, antasida dan analgesik. Sebagian
besar obat yang diformulasi dalam bentuk suspensi oral telah diperkenalkan
di pasaran, untuk menanggulangi masalah pengenceran yang kurang tepat,
terkait dengan kekeliruan ketika pelabelan.
1. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Suspensi
a. Keuntungan
Baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet, pil,
kapsul. Terutama untuk anak-anak
Memiliki homogenitas yang cukup tinggi
Lebih mudah di absorpsi daripada tablet, karna luas permukaan
kontak dengan permukaan saluran cerna tinggi
Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit dari obat
Dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
2
3
b. Kerugian
Memiliki kestabilan yang rendah
Jika terbentuk caking maka akan sulit terdispersi kembali, sehingga
homogenisitasnya menjadi buruk
Alir yang yang terlalu kental menyebabkan sediaan sulit untuk
dituang
Ketepatan dosis lebih rendah dibandingkan sediaan larutan
Suspensi harus dilakukan pengocokan sebelum digunakan
Pada saat penyimpanan kemungkinan perubahan sistem dispersi
akan meningkat apabila terjadi perubahan temperatur pada tempat
penyimpanan
2. Macam - Macam Sediaan Suspensi
a. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
yangterdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang
sesuai dan ditujukkanuntuk penggunaan oral.
b. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat
yangterdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk
penggunaan pada kulit.
c. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung
partikel- partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang
ditujukkan untuk penggunaan pada mata.
d. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung
partikel-partikelhalus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga
bagian luar.
e. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam
mediumcair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau
kedalam saluran spinal.
f. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering
dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang
memenuhi semua persyaratanuntuk suspensi steril setelah
penambahan bahan pembawa yang sesuai.
4
FLOKULASI DEFLOKULASI
B. Suspensi Rekonstitusi
Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu suspensi yang siap
digunakan atau yang dikonstitusikan dengan sejumlah air untuk injeksi atau
pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Suspensi tidak boleh
diinjeksikan secara intravena dan intratekal.
Suatu suspensi yang direkonstitusikan adalah campuran sirup dalam
keadaan kering yang akan didispersikan dengan air pada saat akan
digunakan dan dalam USP tertera sebagai “for oral suspension”. Bentuk
suspensi ini digunakan terutama untuk obat yang mempunyai stabilitas
terbatas di dalam pelarut air, seperti golongan antibiotika.
7
METODOLOGI
B. Cara Kerja
1. Menghitung Derajat Flokulasi
a. Buatlah dispersi sulfadiazina dengan formula sebagai berikut:
Formula A B C D E
Sulfadiazina 6g 6g 6g 6g 6g
SLS 60 mg 60 mg 60 mg 60 mg 60 mg
AlCl3 - 6 mg 12 mg 18 mg 30 mg
Aquadest ad 60 ml 60 ml 60 ml 60 ml 60 l
9
10
b. Cara Pembuatan
1) Larutkan SLS kedalam sebagian aquadest.
2) Serbuk sulfadiazina didispersikan dalam larutan yang
mengandung SLS, aduk sampai semua serbuk terbasahi, jika
perlu tambahkan sedikit aquadest.
3) Tambahkan larutan AlCl3 secara seksama pada formula –
formula B, C, D, dan E. aduk sampai homogen dan terjadi suatu
dispersi terflokulasi.
4) Dispersi kemudian dituang ke dalam tabung reaksi berskala
(sekitar 10 – 12 mL), ditambah aquadest sampai 60mL, digojog
homogen.
5) Tempatkan tabung dalam rak. Catat tinggi pengendapan pada
waktu tertentu: 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30 dan 60 menit. Amati pula
supernatannya.
6) Tentukan suspensi yang deflokulasi dan suspensi yang flokulasi
serta buat grafik waktu vs harga F untuk kelima formula tersebut.
7) Hitunglah derajat flokulasi suspensi
2. Mengenal Metode Pembuatan Suspensi
Formula: Tiap 5 Ml mengandung:
R/ Sulfadiazina 167 mg
Sulfamerazina 167 mg
Sulfadimidina 167 mg
Asam Sitrat 200 mg
CMC-Na 50 mg
Metil Paraben 5 mg
NaOH 100 mg
Sirup Simpleks 1,5 ml
Etanol 50 ul
Akuadest ad 5 ml
Tiap Formula dibuat sebanyak 200 ml
11
Perhitungan Formulasi
BAHAN PERHITUNGAN JUMLAH
200
Sulfadiazina 167 × 6,68 g
5
200
Sulfamerazina 167 × 6,68 g
5
200
Sulfadimidina 167 × 6,68 g
5
200
Asam Sitrat 200 × 8g
5
200
CMC-Na 50 × 2g
5
200
Metil Paraben 5 × 0,2 g
5
200
NaOH 100 × 4g
5
200
Sirup Simpleks 1,5 × 0,06 ml
5
200
Etanol 50 × 2 ml
5
200
Akuadest ad 5 × Ad 200 ml
5
a. Cara Presipitasi
1) Suspensikan CMC-Na dalam air panas, aduk dengan kecepatan
120 rpm. Tambahkan air dingin dan dinginkan sampai suhu
kamar (25°C). aduk selama 60 menit atau hingga terbentuk
larutan yang jernih (a)
2) Larutkan metil paraben dalam etanol (b)
3) Campurkan ketiga sulfa
4) Larutkan NaOH dalam sebagian air, kemudian ditambahkan
pada campuran ketiga sulfa
5) Tambahkan (a) sambil diaduk, kemudian (b) dan homgenkan.
Lalu tambahkan sirup simpleks (sirup simpleks dibuat dahulu
12
A. Hasil
Pada percobaan kali ini kami mendapatkan hasil dari pembuatan
suspensi yang kami evaluasi secara :
1. Organoleptis :
Warna : Putih Susu
Bau : Khas
Rasa : Manis
Endapan : Putih
2. Kimia
pH : 4,5
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kamu melakukan pembuatan suspensi yang
mengandung 6,68 g sulfadiazina, 6,68 g sulfamerazina, 6,68 g sulfadimida,
8 g asam sitrat, 2 g CMC-Na, 0,2 g Metil paraben, 4 g NaOH, 0,06 ml Sirup
Simplex, 2 ml Etanol, dan Aquadest ad 200 ml, mula – mula kami
mensuspensikan CMC-Na menggunakan air panas secukupnya sampai
larutan menjadi homogen dengan cara diaduk didalam lumpang, lalu kami
membuat larutan Metil paraben yang dilarutkan menggunakan etanol, lalu
kedalam larutan metil paraben, ditambahkan campuran ketiga sulfa,
kemudian kami tambahkan lagi bahan-bahan yang sudah kami timbang
tersebut ke dalam campuran sampai terbentuknya suspensi yang homogen.
Setelah suspensi telah dibuat, kami melakukan pengujian terhadap
sediaan suspensi tersebut, dari segi evaluasi organoleptik dan pengujian pH
menggunakan kertas pH. Pada pengujian Organoleptik, didapatkan suspensi
yang memiliki aroma yang khas, berwarna putih seperti susu, memiliki rasa
manis dan membentuk endapan putih. Dan dari uji pH kami mendapatkan
hasil pH= 4,5 yang menandakan suspensi tersebut bersifat asam.
13
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
Sediaan Suspensi yang kami buat memiliki sifat sebagai berikut:
1. Organoleptis
Warna : Putih Susu
Rasa : Manis
Bau : Khas
Endapan : Putih
2. Kimia
pH : 4,5
B. Saran
Diharapkan untuk lebih melengkapi peralatan laboratorium agar
praktikum berjalan secara efektif dan efisien. Diharapkan kepada dosen
pembimbing untuk lebih membimbing praktikan dan dimohon kepada para
praktikan agar lebih berhati – hati dalam menjalankan praktikum.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ansel. H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta: UI Press
15