Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI

SOLID

PRAKTIKUM I

“MENGHITUNG DERAJAT FLOKULASI”

Di Susun Oleh :
Nama : Nila Apriyana
NIM : 34210379
Kelas : A/DF/III
Kelompok :A
Instruktur :apt. Ari Wahyudi, S.Farm.,M.Pharm.

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID

PRODI DIII FARMASI STIKES SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2022
PERCOBAAN I

Menghitung Derajat Flokulasi

A. Tujuan

Menghitung derajat flokulasi

B. Dasar teori

Suspensi menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995: 17) adalah

sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi

dalam fase cair. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979 : 32) suspensi

adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus

dan tidak larut, terdispersi dalam fase cairan pembawa. Suspensi juga dapat

didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi

secara halus, disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat

menunjukkan kelarutan yang sangat minimum (Ansel, 1989 : 354). Sediaan

obat dibuat dalam bentuk suspensi karena:

1. Bahan obat tidak larut tapi masih dikehendaki dalam bentuk cair,

misalnya: untuk pasien yang tidak bisa menelan tanlet atau kapsul.

2. Untuk obat tertentu, dalam suspensi lebih stabil daripada larutan,

misalnya: Tetracyclyn Hcl yang dibuat dalam bentuk larutan akan

mudah rusak, sedangkan dalam bentuk suspensi jadi lebih stabil.

3. Untuk obat tertentu, rasa dalam bentuk suspensi lebih enak daripada

dalam larutan, misal: Chloramphenicol dalam bentu larutan rasanya

pahit, dalam bentuk suspensi rasanya lebih enak.


4. Untuk tujuan, misal depo therapi, contoh: injeksi chloramphenicol

A. Stabilitas Suspensi

Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi

adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari

partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas

suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :

1. Ukuran partikel.

Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel

tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara

ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya.

Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan

hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas

penampangnya. (dalam volume yang sama) .Sedangkan semakin besar luas

penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat

gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan

tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.

2. Kekentalan (viscositas)

Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan

tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).

Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan

turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan

menambah viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang dikandungnya


akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh

terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.

3. Jumlah partikel (konsentrasi)

Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar , maka

partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering

terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan

terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi

partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu

yang singkat.

4. Sifat/muatan partikel

Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam

campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada

kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan

yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah

merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempe-ngaruhinya.

Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi

dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila

partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan

pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat

saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya

membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking .

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi, antara lain:

1. Ukuran partikel
2. Sedikit banyaknya pergerakan partikel

3. Tolak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik pada partikel

4. Konsentrasi suspensoid

Dalam pembuatan suspensi pun ada 2 sistem pembuatan yakni:

1. Sistem flokulasi

Partikel yang terflokulasi adalh terikat lemah, cepat mengendap, dan pada

penyimpanan tidak terjadi cake serta mudah tersuspensi Kembali.

Sifat-sifatnya:

a. Partikelnya merupakan agregat yang bebas.

b. Sedimentasi terjadi cepat, partikel yang mengendap sebagai flokulasi

(kumpulan partikel)

c. Sedimen dalam keadaan terbungkus dan bebas, tidak membentuk

cake yang keras dan padat, mudah terdispersi Kembali

d. Wujud suspensi kurang bagus karena sedimentasi cepat terbentuk

dan diatasnya terdapat cairan yang jernih dan nyata.

Dalam sistem ini biasanya mencegah pemisahan tergantung pada partikel padat

dan derajat flokulasinya.

2. Sistem deflokulasi

Partikel terdeflokulasi mengendap perlahan sampai membentuk cake yang

keras dan sukar tersuspensi kembali.

Sifat-sifatnya:

a. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain

b. Sedimentasi lambat terjadi, masing-masing partikel mengendap


terpisah dan ukuran partikelnya miminal

c. Sedimen akan membentuk cake dan sukar terdispersi Kembali

d. Wujud suspensi bagus karena zat tersuspensi dalam waktu relatif

lama, terlihat ada endapan dan cairan diatas kabut.

Suatu parameter yang lebih baik untuk menilai suspensi adalah

dengan menggunan derajat flokulasi yang menerangkan hubungan antara

volume pengendapan suspensi terflokulasi dengan volume pengendapan

suspensi yang sama jika suspensi tersebut dalam keadaaan terflokulasi

Derajat flokulasi diperoleh dengan membandingkan volume sedimentasi

pada suspensi flokulasi (F) dengan volume sedimentasi pada suspensi

deflokulasi (F~). Perhitungan derajat flokulasi untuk menentukan

kestabilan suspensi selama proses penyimpanan. dapat dikatakan Derajat

flokulasi yang baik adalah tidak ada perubahan atau penambahan endapan

dari menit akhir perhitungan dengan volume sedimentasi pada waktu tak

terhingga.

Dalam suatu suspensi yang terflokulasi, fase yang terdispersi akan

mengendap secara cepat dan menghasilkan endapan dan cairan yang jernih. Untuk

menilai suatu suspensi dapat mempergunakan perbandingan volume endapan

suatu saat dengan volume endapan mula-mula yang merupakan harga volume dari

pengendapan.

Rumus :

𝑉𝑢
F=𝑉𝑜
Dimana :

F : volume pengendapan

Vu : volume endapan setelah proses pengendapan

Vo : volume suspensi sebelum pengendapan

Suatu parameter yang baik dalam menilai suspensi adalah menggunakan

derajat flokulasi (B) yang menerangkan hubungan antara volume pengendapan

suspensi terflokulasi dengan volume pengendapan suspensi yang sama jika suspensi

tersebut dalam keadaan terdeflokuasi. Suspensi terdeflokulasi sempura akan

mempunyai endapan yang relatif kecil dengan ditandai V~.

𝑉~
F>𝑉𝑜

Perbandingan antara F dengan F~adalah derajat flokulasi.

Berikut ini monografi dari masing masing bahan :

1. Sulfadiazin (FI ED IV)

Nama Resmi : Sulfadiazinum

Nama Lain : Sulfadiazin

Pemerian : Serbuk putih sampai agak kuning tidak berbau atau Hampir

tidak berbau, stabil diudara tetapi pada pemaparan terhadap

cahaya perlahan-lahan menjadi Hitam.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air,mudah larut dalam asam Mineral

encer, dalam larutan kalium hidroksida, agak Sukar larut


dalam etanol dan dalam aseton, sukar larut Dalam serum

padam suhu 37°C

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

2. Alcl (RPS:319)

Nama Resmi : Aluminium Chlorida

Nama Lain : Aluminium Triklorida

Pemerian : Putih atau putih kekuningan,serbuk kristal rasa manis, rasa

astrigen bereaksi asam pada lakmus.

kelarutan : 1 gram dalam 0,9 ml atau 1 ml alkohol, larut dalam gliserin..

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai elektrolit pemflokulan

3. Dikotil Sodium Sulfosuksinat(DSS)

Nama Resmi : Dikotil Sodium Sulfosuksinat

Pemerian :Serpihan seperti malam, putih pahit, biasanya tersedia Dalam

bentuk pellet.

4. Aquades ( Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : Aqua Destilata

Nama lain :Aquadest, air suling


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,tidak berbau, tidak berasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan :

1. Alat-alas volumetrik Sejumlah tabung reaksi 20 ml (minimal 20 buah)

Bahan yang digunakan :

1. Sulfadiazina

2. Dioktil sodium sulfosuksinat (DSS)

3. AICI

4. Air Suling

B. Cara Kerja

1. Buatlah dispersi sulfadicizina dengan formula sebagai berikut :

Formula A B C D E

Sulfadiazina ( gram ) 2 2 2 2 2

DSS ( mg) 20 20 20 20 20

Alcl3 (mg ) - 2 4 6 10

Aquadest ad (ml) 20 20 20 20 20
2. Cara pembuatan :

Larutkan DSS ke dalam sebagian air

Serbuk sulfadizina didispersikan dalam larutan yang mengandung DSS aduk


sampai semua serbuk terbasahi.Jika perlu tambahankan sedikit air suling.

Tambahkan larutan AlCl3 secara seksama pada formulasi formulasi B, C, D,


dan E. Aduk sampai homogen dan terjadi suatu dispersi terflokulasi.

Dispersi kemudian dituang ke dalam tabung reaksi berskala ditambah air suling
20ml, digojog homogen.

Tempatkan tabung dalam rak. Catat tinggi pengenapan pada waktu tertentu :
0:5:10: 15:20:25: 30 dan 60 menit. Amati pula supernatannya.

Tentukan suspensi yang deflokasi dan suspensi yang flokulasi serta gambarkan
grafik waktu vs harga F untuk kelima formula tersebut

Hitunglah derajat flokulasi suspensi dengan rumus:


B= F/F~

Tentukan juga suspensi yang deflokulasi dan yang terflokulasi dengan


membuat kuva harga F (rpm) ang (berat) dengan memakai viskosimeter Stomer
(rheogram). Suspensi terdeflokulasi cenderung mempunyai tipe aliran
pseudoplastik.

Anda mungkin juga menyukai