Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT

PERCOBAAN I
DERAJAT FLOKULASI

Di Susun Oleh:

Nama : Rizka Amelia Putri


NIM : 1900023012
Kel/Gol : 3/1
Hari Praktikum : Selasa, 28 September 2021
Dosen pembimbing : apt. Lina Widiyastuti, M.Sc.

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2021
PERCOBAAN I
DERAJAT FLOKULASI

I. TUJUAN
Membandingkan dan menghitung derajat flokulasi sediaan suspensi terhadap stabilitas
sediaan.

II. DASAR TEORI


Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam bentuk
halus yang terdispersi ke dalam fase cair. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma
yang sesuai untuk ditujukan kepada penggunaan oral (Syamsuni,2006).
Suspense dalam farmasi digunakan dalam berbagai cara :
1. Injeksi intramuscular ( Suspense Penicilin G )
2. Tetes mata ( Suspense Hidrokortison Asetat )
3. Melalui mulut ( Suspense Sulfat/Kemicetin )
4. Memalui rectum ( Suspense Paranitro Sulfathiazole )

Suspensi memiliki kelebihan dalam hal disintegrasi dan kelarutan yang lebih baik
dibandingkan dengan sediaan tablet. Suatu sediaan obat dibuat dengan sediaan suspense
karena :
1. Bahan obat tidak larut tapi masih dikehendaki dalam bentuk cair
2. Untuk obat tertentu, dalam bentuk suspensi lebih stabil daripada larutan
3. Untuk obat tertentu, rasa dalam bentuk suspensi lebih enak daripada larutan
4. Untuk tujuan depo therapy

Biasanya suspensi dibuat menggunakan dua cara yaitu cara dispersi dan presipitasi
(pengendapan) di mana obat terlebih dahulu dilarutkan di kondisi yang sesuai dan diendapkan.
Cara pembuatan ini dapat mempengaruhi stabilitas suspensi yang akan dihasilkan. Adapun
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas suspensi yaitu :
1. Ukuran partikel
2. Sedikit banyaknya pergerakan partikel
3. Tolak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik pada partikel
4. Konsentrasi suspensoid

Sistem Deflokulasi dan Flokulasi


Di dalam pembuatan suspensi terdapat dua macam sistem yang dikenal sistem
deflokulasi dan sistem flokulasi. Di dalam sistem deflokulasi partikel akan terdeflokurasi atau
teragregasi dan mengendap secara perlahan yang kemudian akan membentuk cake yang keras
dan sukar tersuspensi kembali. Dan di dalam sistem flokulasi partikel terflokulasi akan terikat
lemah cepat mengendap dan pada saat penyimpanan tidak terbentuk cake dan mudah untuk
tersuspensi kembali. Adapun sifat-sifat partikel tersebut yaitu :

A. Deflokulasi
1. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain
2. Sedimentasi terjadi lambat, masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran
partikel adalah minimal
3. Sedimen terbentuk lambat
4. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi kembali
5. Wujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama

B. Flokulasi
1. Partikel merupakan agregat yang bebas
2. Sedimentasi terjadi cepat, partikel mengendap sebagai flok yaitu kumpulan partikel
3. Sedimen terbentuk cepat
4. Sedimen dalam keadaan terbungkus dan bebas, tidak membentuk cake yang keras dan
padat, dan mudah terdispersi kembali seperti semula
5. Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi cepat terjadi dan diatasnya
terjadi cairan yang jernih dan nyata

Pada saat memilih metode untuk membuat suspensi dapat ditentukan dengan melihat
apakah partikel akan terdoflokulasi atau flokulasi. Cara yang pertama yaitu menggunakan cara
structured vehicle yang berfungsi menjaga partikel tetap terdeflokulasi dalam suspense. Kedua
menggunakan sistem terflokulasi sebagai suatu cara mencegah terbentuknya cake. Dan yang
ketiga yaitu kombinasi dari keduanya yang menghasilkan suatu suspensi dengan stabilitas
optimal.
Elektrolit merupakan bahan pemflokulasi yang paling banyak digunakan. Bahan ini
beraksi dengan mengurangi kekuatan tolak menolak elektrik antar partikel sehingga
memungkinkan partikel-partikel membentuk flok. Dalam suatu suspensi yang terflokulasi, fase
terdispersi akan mengendap secara cepat dan supernatannya merupakan cairan yang jernih
Untuk menilai suatu suspensi dapat menggunakan perbandingan volume endapan pada satu
waktu dengan volume mula-mula, sebagai harga volume pengendapan :
𝑉𝑢
𝐹=
𝑉𝑜
Dimana : F = Volume pengendapan
Vu = Volume endapan setelah proses pengendapan
Vo = Volume suspensi sebelum pengendapan

Atau
𝐻𝑢
𝐹=
𝐻𝑜

Dimana: F = Volume pengendapan


Hu = Tinggi endapan setelah proses pengendapan
Ho = Tinggi suspensi mula-mula sebelum pengendapan

Suatu parameter yang lebih baik untuk menilai suspensi adalah dengan
menggunakan derajat flokulasi (β) yang menerangkan hubungan antara volume
pengendapan suspensi terflokulasi dengan volume pengendapan suspensi yang sama jika
suspensi tersebut dalam keadaan terdeflokulasi. Derajat flokulasi (β) diperoleh dengan
membandingkan volume sedimentasi pada suspensi flokulasi (F) dengan volume
sedimentasi pada suspensi deflokulasi (F~).

F
β=
F~

Jika, β = 1 berarti tidak terjadi flokulasi.


β ≤ 1 tidak terjadi flokulasi

Sulfadiazin memiliki berat molekul 250,28 dan memiliki rumus molekul


C10H10N4O2S merupakan Zat Aktif yang digunakan pada percobaan ini. Sulfadiazin
mengandung tidak <98,0% dan tidak >102,0% C10H10N4O2S, dihitung terhadap zat
kering. Sulfadiazin berbentuk serbuk, berwarna putih sampai agak kuning, tidak berbau
dan stabil di udara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya perlahan-lahan menjadi gelap
(FI VI, 2020).
Dioktil sodium sulfosuksinat (DSS) memiliki berat molekul 444.56 g/mol dan
rumus molekul C20H37NaO7S (Raymond, 2009). DSS ini berperan sebagai suspending
agent. DSS merupakan padatan plastic yang berwarna putih atau hampir putih, seperti lilin,
terasa pahit, dan padat dengan bau khas seperti oktanol. Bersifat higroskopis, biasanya
tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, atau gulungan bahan jaringan (Raymond, 2009).
AlCl3 dengan rumus molekul 133.34 g/mol berperan sebagai Floculating agent.
AlCl3 biasanya berwarna abu-abu atau kuning sampai kehijauan (O'Neil, 2001). AlCl3
larut di dalam alcohol, eter, dan benzene.
Aquadest atau H2O berperan sebagai medium pendispersi.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat : Alat-alat volumetric, kertas perkamen, timbangan analitik, gelas ukur,
mortar dan stamfer, sudip dan 20 tabung reaksi

Bahan : Sulfadiazin (Zat Aktif), Dioktil sodium sulfosuksinat (DSS) (suspending


agent), AlCl3 (Floculating agent, Aquadest (medium pendispersi)
IV. LANGKAH PERCOBAAN

Hitung volume larutan DSS dan AlCl3 yang dibutuhkan sesuai formula!

Siapkan larutan DSS sesuai formula! (0,6 ml)

Haluskan serbuk sulfadiazin menggunakan mortir!

Serbuk sulfadiazin didispersikan dalam larutan yang mengandung DSS, aduk sampai
semua serbuk terbasahi. Jika perlu tambahkan sedikit air suling (larutan 1)!

Tambahkan larutan AlC13 pada larutan 1 secara seksama pada formula-formula B,


C, D dan E. Aduk sampai homogen dan terbentuk dispersi terflokulasi !

Dispersi kemudian dituang kedalam tabung reaksi berskala dan ditambah air suling
ad 20 ml, kemudian digojok homogen!

Tempatkan tabung dalam rak. Catat tinggi pengendapan pada waktu-waktu tertentu:
0; 5; 10; 15; 20; 25; 30; 60 menit dan 3 hari!

Tentukan volume pengendapan yang dihasilkan, serta gambarkan grafik waktu vs


harga F untuk kelima formula tersebut!

Lakukan uji redispersibilitas untuk masing-masing formula pada hari ke 3!

Hitunglah derajat flokulasi suspensi dan tentukan sistem suspensinya (dari hasil
pengamatan hari ke-3)!
V. RANCANGAN ANALISIS
A. Satuan Formula
Formula A B C D E
Sulfadiazin (g) 2 2 2 2 2
DSS (mg) 20 20 20 20 20
AlCl3 (mg) - 2 4 6 10
Aquades ad (ml) 20 20 20 20 20

B. Jumlah Bahan Yang Diperlukan


❖ Formula A
➢ Sulfadiazin
= 2 gram x 3 replikasi
= 6 gram
➢ DSS 10%
= 10% b/v = 10 gram/100 ml
20 𝑚𝑔
= 10.000 𝑚𝑔 x 100 ml
= 0,2 ml x 3 replikasi
= 0,6 ml
➢ AlCl3 1%
= 1% b/v = 1 gram/100 ml
(tidak ada jumlahnya pada formula A)
➢ Aquades
= ad 20 ml x 3 replikasi
= ad 60 ml

❖ Formula B
➢ Sulfadiazin
= 2 gram x 3 replikasi
= 6 gram
➢ DSS 10%
= 10% b/v= 10 gram/100 ml
20 𝑚𝑔
= 10.000 𝑚𝑔 x 100 ml
= 0,2 ml x 3 replikasi
= 0,6 ml
➢ AlCl3 1%
= 1% b/v = 1 gram/100 ml
2 𝑚𝑔
= 1000 𝑚𝑔 x 100 ml
= 0,2 ml x 3 replikasi
= 0,6 ml
➢ Aquades
= ad 20 ml x 3 replikasi
= ad 60 ml

❖ Formula C

➢ Sulfadiazin
= 2 gram x 3 replikasi
= 6 gram
➢ DSS 10%
= 10% b/v= 10 gram/100 ml
20 𝑚𝑔
= 10.000 𝑚𝑔 x 100 ml
= 0,2 ml x 3 replikasi
= 0,6 ml
➢ AlCl3 1%
= 1% b/v = 1 gram/100 ml
4 𝑚𝑔
= 1000 𝑚𝑔 x 100 ml
= 0,4 ml x 3 replikasi
= 1,2 ml
➢ Aquades
= ad 20 ml x 3 replikasi
= ad 60 ml

❖ Formula D

➢ Sulfadiazin
= 2 gram x 3 replikasi
= 6 gram
➢ DSS 10%
= 10% b/v= 10 gram/100 ml
20 𝑚𝑔
= 10.000 𝑚𝑔 x 100 ml
= 0,2 ml x 3 replikasi
= 0,6 ml
➢ AlCl3 1%
= 1% b/v = 1 gram/100 ml
6 𝑚𝑔
= 1000 𝑚𝑔 x 100 ml
= 0,6 ml x 3 replikasi
= 1,8 ml
➢ Aquades
= ad 20 ml x 3 replikasi
= ad 60 ml

❖ Formula E
➢ Sulfadiazin
= 2 gram x 3 replikasi
= 6 gram
➢ DSS 10%
= 10% b/v= 10 gram/100 ml
20 𝑚𝑔
= x 100 ml
10.000 𝑚𝑔
= 0,2 ml x 3 replikasi
= 0,6 ml
➢ AlCl3 1%
= 1% b/v = 1 gram/100 ml
10 𝑚𝑔
= 1000 𝑚𝑔 x 100 ml
= 1,0 ml x 3 replikasi
= 3,0 ml
➢ Aquades
= ad 20 ml x 3 replikasi
= ad 60 ml

VI. PEMBAHASAN

VII. KESIMPULAN

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai