Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI

SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT


“ Formulasi Sediaan Cair Suspensi Sulfamerazin”

DOSEN PENGAMPU :
Apt. Siti Aisyah, S.Farm.,M.Sc.

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2 B :

1. Adisa Marliana (26206047A)


2. Regina Radhita Putri D. (26206051A)
3. Fitriana Devita Cahyaningrum (26206054A)
4. Erika Putri (26206056A)
5. Rika Nur Rahma Wati (26206060A)

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2022/2023
I. JUDUL
Formulasi Sediaan Cair Suspensi Sulfamerazin
II. TUJUAN
a. Mahasiswa dapat merancang, membuat dan mengevaluasi mutu sediaan suspensi.
b. Mahasiswa memahami pengaruh suspensing agent dalam formulasi sediaan
suspensi.
III. DASAR TEORI
Suspensi adalah Suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi Dalam cairan pembawa merupakan sistem
heterogen yang terdiri dari dua fase. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh
cepat mengendap jika dikocok perlahan-lahan endapan harus terisi kembali ukuran
partikel suspensi harus tetap agak konstan pada waktu penyimpanan dan harus mudah
dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi antara lain :
1. Ukuran partikel fase dispersi
2. gerakan partikel
3. tolak menolak partikel karena adanya muatan listrik pada partikel
4. Konsentrasi suspensi
Gerakan partikel dapat dikontrol dengan mengatur viskositas medium dengan
ukuran partikel semakin kecil akan didapat suspensi yang semakin stabil. Bila muatan
partikel diabaikan Maka faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi dapat dilihat dari
hukum stokes.
V= d2g (p1-p2) / 18 n
V : Kecepatan sedimentasi ( cm/detik)
g : kecepatan gravitasi ( 980 cm/detik )
d : diameter partikel (cm)
p1 : kerapatan fase disperse (g/ml)
p2 : kerapatan medium disperse( g/ ml)
Pada pembuatan suspensi dikenal 2 macam system:
1. Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi partikel terikat lemah, cepat mengendap Pada
penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah terdispersi kembali.
Sifat-sifat partikel flokulasi:
a. Partikel merupakan agregat yang bebas
b. Sedimentasi terjadi cepat, partikel mengendap sebagai flok yaitu
kumpulan partikel
c. Sedimen terbentuk cepat
d. Sedimen dalam keadaan terbungkus dan bebas, tidak membentuk cake
yang keras dan padat, serta mudah terdispersi kembali seperti semula
e. Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi cepat terjadi
sehingga bagian atasnya tampak cairan yang jernih dan nyata
2. Sistem deflokulasi
Dalam sistem ini partikel mengendap perlahan-lahan dan akhirnya membentuk
cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Sifat-sifat partikel deflokulasi :
a. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lainnya
b. Sedimen terjadi lambat, masing-masing partikel mengendap secara
terpisah dan ukuran partikel adalah minimal
c. Sedimen terbentuk lambat
d. Wujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi stabil dalam waktu
yang relatif lama
e. Tampak ada endapan dan cairan bagian atas berkabut

Uji Stabilitas Suspensi


1. Volume sedimentasi
Volume sedimentasi adalah perbandingan dari volume sedimentasi suatu saat
terhadap volume suspensi mula-mula. Harga volume sedimentasi (F) berkisar
antara 0-1.
F=Vu/Vo
Keterangan:
F : volume pengendapan.
Vu : volume endapan setelah proses pengendapan
Vo : volume suspensi sebelum pengendapan
Robinson dkk, mengunakan perbandingan yang sama tetapi dengan menggunakan tinggi
endapan.
F = Hu/Ho
Keterangan:
F : volume pengendapan
Hu : tinggi endapan setelah proses pengendapan
Ho : tinggi suspensi sebelum pengendapan
Suatu parameter yang lebih baik untuk menilai suspensi adalah dengan menggunakan
derajat flokulasi (B) yang menerangkan hubungan antara volume pengendapan suspensi
terflokulasi (F) dengan volume pengendapan suspensi yang sama jika suspensi tersebut
dalam keadaan terdeflokulasi (Foc). Derajat flokulasi menjadi:
B = F/Foc
B= Vu/Vo = Voc/Vo
Vu/Voc

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa :


B= Volume endapan akhir suspensi terflokulasi
Volume endapan akhir suspensi terdeflokulasi
Apabila harga B-1 berarti tidak terjadi flokulasi dalam system tersebut.
Berdasarkan ukuran partikel terdispersi ada dua jenis sedimentasi yaitu:
a. Sedimentasi menaik tak terhambat. Sedimentasi ini terjadi jika antara partikel
padat tidak saling menghambat selama terjadi sedimentasi (system tanpa
flokulasi), partikel yang besar akan turun terlebih dahulu membentuk lapisan
paling bawah selanjutnya partikel yang lebih kecil. Suspensi tampak keruh dalam
jangka waktu yang lama karena partikel yang halus lambat tersedimentasi.
b. Sedimen penurun terhambat. Sedimentasi ini terjadi pada suspensi yang
cenderung mengalami flokulasi. Partikel tunggal menyatu membentuk flokulat
dan mengendap. Suspensi tampak jernih Karena partikel-partikel halus
mengalami flokulasi.
2. Ukuran Partikel
Pengukuran partikel terdispersi dilakukan secara mikroskopik ukuran partikel
suspensi berkisar antara 0,5 sampai 10 mikrometer.

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat :
- Beaker glass
- Mikroskop
- Batang pengaduk
- Gelas ukur
- Piknometer
- pH meter
- Viskotester
- Botol kaca
- Mortir & stamper
- Timbangan analitik
Bahan :
- Serbuk sulfamerazin
- Propilen glikol
- CMC
- Alumunium Klorida heksahidrat
- Sodium benzoat
- Aquadest
V. SKEMA KERJA

FORMULA 1

Larutkan Na Benzoat dengan kurang lebih 10 ml akuades


dalam beaker glass 50 ml→aduk ad homogen

Masukkan serbuk Sulfamerazin kedalam mortir/beaker


glass, tambahkan kurang lebih 50 ml akuades sedikit demi
sedikit aduk ad homogen tidak ada gumpalan

Masukkan larutan pengawet kedalam wadah berisi disperse


sulfamerazin →bilas wadah larutan pengawet dengan
akuades secukupnya, masukkan air bilasan kedalam wadah
dispersi sulfamerazin → aduk ad homogen tambahkan
akuades hingga mencapai volume 100 ml sambil diaduk
kontinyu dan homogen

FORMULA 2

Larutkan Na Benzoat dengan kurang lebih 10 ml akuades


dalam beaker glass 50 ml

Masukkan serbuk Sulfamerazin kedalam mortir/beaker glass,


tambahkan kurang lebih 50 ml akuades sedikit demi sedikit
aduk ad homogen tidak ada gumpalan

Masukkan larutan pengawet kedalam wadah berisi disperse


sulfamerazin →bilas wadah larutan pengawet dengan
akuades secukupnya, masukkan air bilasan kedalam wadah
dispersi sulfamerazin → aduk ad homogen tambahkan
akuades hingga mencapai volume 100 ml sambil diaduk
kontinyu dan homogen

Tambahkan akuades sedikit demi sedikit sambil diaduk


hingga volume 100 ml, aduk ad homogen
FORMULA 3
FORMULA 4
FORMULA 5

VI. HASIL
DATA SUFAT FISIKO KIMIA DAN KELARUTAN ZAT AKTIF
● Pemerian : serbuk / hablur putih atau agak putih kekuningan, tidak berbau atau
praktis tidak berbau, rasa agak pahit, stabil di udara, tetapi perlahan-lahan menjadi
gelap pada pemaparan terhadap cahaya.
● Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam aceton, sukar larut
dalam etanol, sangat sukar larut dalam eter dan kloroform.
DATA HASIL PENGUJIAN
Formula 1

No. Nama Pengujian Hasil

1 Organoleptik Bentuk : tidak larut


Konsistensi : cair, keruh
Warna : putih susu
Rasa : pahit
Aroma : tidak berbau

2 pH 5,87

3 Bobot jenis Bobot piknometer kosong : 26,207 g


Bobot piknometer + aquadest : 74,703 g
Bobot piknometer + sampel : 75,263 g
BJ : (75,263 - 26,207) / (74,703 - 26,207)
: 1,011 g/mL

4 Viskositas (cPs) Nomor spindle : 4


Kecepatan putaran spindle : 4,1
Torsi (torque) : -
Lama Pengujian : 4 detik
Suhu sampel : -

5 Tinggi pengendapan -

6 Rata-rata ukuran partikel a) 0,014 mm x 6 mm : 0,084 mm


b) 0,014 mm x 7 mm : 0,098 mm
c) 0,014 mm x 7 mm : 0,098 mm
= 0,28 mm / 3 = 0,093

Formula 2

No. Nama Pengujian Hasil

1 Organoleptik Bentuk : tidak larut


Konsistensi : cair
Warna : putih susu
Rasa : pahit
Aroma : tidak berbau

2 pH 5,96

3 Bobot jenis Bobot piknometer kosong : 28,206 g


Bobot piknometer + aquadest : 77,286 g
Bobot piknometer + sampel : 76,558 g
BJ : (76,558 - 28,206) / (77,286 - 28,206)
: 0,985 g/mL

4 Viskositas (cPs) Nomor spindle : 4


Kecepatan putaran spindle : 4
Torsi (torque) : -
Lama Pengujian : 4 detik
Suhu sampel : -

5 Tinggi pengendapan -

6 Rata-rata ukuran partikel d) 0,014 mm x 12 mm : 0,168 mm


e) 0,014 mm x 16 mm : 0,224 mm
f) 0,014 mm x 12 mm : 0,168 mm
= 0,56 mm / 3 = 0,187

Formula 3

No. Nama Pengujian Hasil

1 Organoleptik Bentuk : suspensi


Konsistensi : kental
Warna : putih
Rasa : pahit
Aroma : tidak berbau

2 pH 5,97

3 Bobot jenis Bobot piknometer kosong : 29,248 g


Bobot piknometer + aquadest : 74,532 g
Bobot piknometer + sampel : 77,517 g
BJ : (77,517 - 29,248) / (74,532 - 29,248)
: 0,95 g/mL

4 Viskositas (cPs) Nomor spindle : 3


Kecepatan putaran spindle : 80
Torsi (torque) : -
Lama Pengujian : 12,86 detik
Suhu sampel : -

5 Tinggi pengendapan 30 menit = -


1 jam = -
4 jam = 0,6
1 hari = 0,7
2 hari = 1,0
4 hari = 1,4

6 Rata-rata ukuran 0,187 mm

Formula 4

No. Nama Pengujian Hasil

1 Organoleptik Bentuk : tidak larut


Konsistensi : kental
Warna : putih
Rasa : pahit
Aroma : tidak berbau

2 pH

3 Bobot jenis Bobot piknometer kosong : 29,543 g


Bobot piknometer + aquadest : 78,8952 g
Bobot piknometer + sampel : 78,4530 g
BJ : (78,4530 - 29,543) / (78,8952 -
29,543)
: 0,991 g/mL

4 Viskositas (cPs) Nomor spindle : 4


Kecepatan putaran spindle : 3,5
Torsi (torque) : -
Lama Pengujian : 4 detik
Suhu sampel : -

5 Tinggi pengendapan -

6 Rata-rata ukuran partikel g) 0,014 mm x 9 mm : 0,126 mm


h) 0,014 mm x 5 mm : 0,07 mm
i) 0,014 mm x 5 mm : 0,07 mm
= 0,266 mm / 3 = 0,0886

Formula 5

No. Nama Pengujian Hasil

1 Organoleptik Bentuk : suspensi


Konsistensi : cair
Warna : putih
Rasa : pahit
Aroma : tidak berbau

2 pH 5,89

3 Bobot jenis Bobot piknometer kosong : 28,228 g


Bobot piknometer + aquadest : 77,470 g
Bobot piknometer + sampel : 77,164 g
BJ : (77,164 - 28,228) / (77,470 - 28,228)
: 0,993 g/mL

4 Viskositas (cPs) Nomor spindle : 4


Kecepatan putaran spindle : 4,5
Torsi (torque) : -
Lama Pengujian : 4 detik
Suhu sampel : -

5 Tinggi pengendapan -

6 Rata-rata ukuran partikel 0,046 mm

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan suspensi sulfamerazin.
Suspensi suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus
dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa, merupakan sistem heterogen yang
terdiri dua fase. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Pada
praktikum formulasi ini digunakan bahan aktif sulfamerazin yang merupakan serbuk atau
hablur putih atau agak putih kekuningan tidak berbau atau praktis tidak berbau rasa agak
pahit stabil di udara tetapi perlahan lahan menjadi gelap pada pemaparan terhadap
cahaya. Sulfamerazin sangat sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam aseton, sukar
larut dalam etanol sangat sukar larut dalam eter dan kloroform.
Untuk memastikan efektivitas dan stabilitas dari sediaan maka dilakukan
beberapa pengujian dengan hasil sebagai berikut. Uji yang pertama adalah uji
organoleptis dengan menggunakan panca indera penglihatan, penciuman dan perasa
meliputi bentuk, konsistensi, warna, aroma, dan rasa pada suspensi. Kemudian uji pH
yang dilakukan dengan menggunakan alat pH meter, selanjutnya pengujian viskositas
yang dilakukan menggunakan alat viskometer, dan yang terakhir pengujian bobot jenis
yang dilakukan dengan menggunakan alat piknometer.
Praktikum kali ini dilakukan dengan membuat 5 formulasi, yaitu formulasi 1
terdiri dari sulfamerazin, Na benzoat, dan aquadest. Formulasi 2 terdiri dari sulfamerazin,
propylene glycol, Na benzoat, dan aquadest. Formula 3 terdiri dari sulfamerazin,
propylene glycol, Na CMC, Na benzoat, dan aquadest. Formulasi 4 terdiri dari
sulfamerazin, propylene glycol, Na benzoat, alumunium klorida heksahidrat, dan
aquadest. Formulasi 5 terdiri dari sulfamerazin, propylene glycol, Na benzoat,
alumunium klorida heksahidrat, dan aquadest.
Pada pengujian organoleptis sediaan suspensi formula 1A diperoleh hasil yaitu
sediaan mempunyai bentuk berupa suspensi, konsistensinya cair, berwarna putih susu,
aroma tidak berbau dan mempunyai rasa yang pahit. Kemudian pada formula 1B
diperoleh hasil bentuknya suspensi, konsistensinya cair, berwarna putih, tidak memiliki
aroma dan Pada formula 2 diperoleh hasil yaitu sediaan mempunyai bentuk berupa tidak
larut, konsistensinya cair, berwarna putih susu, aroma tidak berbau dan tidak berasa.
Kemudian pada formula 3 bentuknya suspensi, konsistensinya kental, berwarna putih,
dan tidak memiliki aroma . Pada formula 4 bentuknya tidak larut, konsistensinya kental,
berwarna putih, dan tidak beraroma. Dan pada formula 5 berbentuk suspensi, konsistensi
cair, berwarna putih, beraroma.
Selanjutnya pengujian pH yang terdapat pada sediaan suspensi, pH yang
diperoleh pada formula 1A adalah 5,87 formula 1B adalah 5,89, formula 2 adalah 5,96 ,
formula 3 adalah 5,97, formula 4 adalah 5,98, dan formula 5 adalah 5,88. Sedangkan
pengujian viskositas diperoleh hasil pada formula 1A & 1B yaitu dengan menggunakan
nomor spindle 4, kecepatan putaran spindle formula 1A 4,1 mpa.s sedangkan pada
formula 1B kecepatan putaran spindle formula 4,5 mpa.s dan lama pengujian 4 detik.
Formula 2 diperoleh hasil yaitu dengan menggunakan nomor spindle 4, kecepatan
putaran spindle 4 mpa.s, dan lama pengujian 4 detik. Formula 3 diperoleh hasil yaitu
dengan menggunakan nomor spindle 3, kecepatan putaran spindle 80 mpa.s, dan lama
pengujian 12,86 detik. Dan pada formula 4 diperoleh hasil yaitu dengan menggunakan
nomor spindle 4, kecepatan putaran spindle 3,5 mpa.s, dan lama pengujian 4 detik.
Formula 4 diperoleh hasil yaitu dengan menggunakan nomor spindle 4, kecepatan
putaran spindle 3,5 mpa.s, dan lama pengujian 4 detik. Formula 5 tidak dilakukan
pengujian viskositas.
Pada pengujian berat jenis dari sediaan suspensi formula 1A diperoleh BJ dalam
sediaan adalah 1,011 gram/mL, formula 1B diperoleh BJ dalam sediaan adalah 0,967
gram/mL, formula 2 diperoleh BJ dalam sediaan adalah 0,98 gram/mL, formula 3
diperoleh BJ dalam sediaan adalah 0,95 gram/mL, formula 4 diperoleh BJ dalam sediaan
adalah 0,991 gram/mL, dan formula 5 diperoleh BJ dalam sediaan adalah 0,99 gram/mL.
Dari hasil praktikum pada formulasi 1, dihasilkan suspensi berbentuk cair dan
mudah memisah dikarenakan tegangan antarmuka padatan lebih kecil dari antarmuka
cairan. Karena pada formulasi 1 hanya digunakan bahan sulfamerazin, Na benzoat dan
aquadest, maka dari itu sulfamerazin sulit dibasahi dengan air sebab terdapat tegangan
antarmuka antara tegangan padatan dan cairan. Pada formulasi 2 dihasilkan suspensi cair
dan terjadi pemisahan tetapi terjadi lambat, dikarenakan ada penambahan propilen glikol
yang berfungsi sebagai wetting agent (pembasah). Dengan penambahan propilen glikol
tegangan antarmuka kedua tekanan diturunkan, sehingga sulfamerazin dapat bercampur
dengan baik namun mudah terpisah kembali. Kemudian pada formulasi 3 dihasilkan
suspensi yang kental dan memisah dengan lambat dikarenakan ada penambahan Na CMC
pada formula yang berfungsi sebagai suspending agent. Dengan penambahan Na CMC
dapat membantu mendispersikan bahan aktif, dan menghambat laju pengendapan. Pada
formulasi 4 dihasilkan suspensi yang encer dan memisah dengan cepat, pada formulasi 4
terdiri dari sulfamerazin, propylene glycol, Na benzoat, alumunium klorida heksahidrat,
dan aquadest. Dengan penambahan aluminium klorida heksahidrat sebagai floculating
agent laju endapan semakin cepat dikarenakan tidak ada tahanan partikel (encer).

VIII. KESIMPULAN
- Formulasi 3 dihasilkan suspensi yang baik dengan formula yang terdiri dari
sulfamerazin, propylene glycol, Na CMC, Na benzoat, dan aquadest. Dengan
penambahan Na CMC dapat membantu mendispersikan bahan aktif, dan
menghambat laju pengendapan.
- Evaluasi yang dilakukan dalam suspensi Sulfamerazin meliputi uji organoleptik
(rasa, bau warna), bobot jenis, pH, viskositas, tinggi pengendapan, rata-rata
ukuran partikel dan uji waktu redispersi .
IX. DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati, U. (2018). Formulasi Suspensi Analgesik-Antipiretik Ibuprofen Dengan
Suspending Agent Gom Arab Dan Cmc-Na. Journal of Pharmaceutical Care Anwar
Medika (J-PhAM), 1(1), 12-15.

Anda mungkin juga menyukai