DOSEN PENGAMPU :
Apt. Siti Aisyah, S.Farm.,M.Sc.
DISUSUN OLEH :
Kelompok 2 B :
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2022/2023
I. JUDUL
Formulasi Sediaan Cair Suspensi Sulfamerazin
II. TUJUAN
a. Mahasiswa dapat merancang, membuat dan mengevaluasi mutu sediaan suspensi.
b. Mahasiswa memahami pengaruh suspensing agent dalam formulasi sediaan
suspensi.
III. DASAR TEORI
Suspensi adalah Suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi Dalam cairan pembawa merupakan sistem
heterogen yang terdiri dari dua fase. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh
cepat mengendap jika dikocok perlahan-lahan endapan harus terisi kembali ukuran
partikel suspensi harus tetap agak konstan pada waktu penyimpanan dan harus mudah
dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi antara lain :
1. Ukuran partikel fase dispersi
2. gerakan partikel
3. tolak menolak partikel karena adanya muatan listrik pada partikel
4. Konsentrasi suspensi
Gerakan partikel dapat dikontrol dengan mengatur viskositas medium dengan
ukuran partikel semakin kecil akan didapat suspensi yang semakin stabil. Bila muatan
partikel diabaikan Maka faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi dapat dilihat dari
hukum stokes.
V= d2g (p1-p2) / 18 n
V : Kecepatan sedimentasi ( cm/detik)
g : kecepatan gravitasi ( 980 cm/detik )
d : diameter partikel (cm)
p1 : kerapatan fase disperse (g/ml)
p2 : kerapatan medium disperse( g/ ml)
Pada pembuatan suspensi dikenal 2 macam system:
1. Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi partikel terikat lemah, cepat mengendap Pada
penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah terdispersi kembali.
Sifat-sifat partikel flokulasi:
a. Partikel merupakan agregat yang bebas
b. Sedimentasi terjadi cepat, partikel mengendap sebagai flok yaitu
kumpulan partikel
c. Sedimen terbentuk cepat
d. Sedimen dalam keadaan terbungkus dan bebas, tidak membentuk cake
yang keras dan padat, serta mudah terdispersi kembali seperti semula
e. Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi cepat terjadi
sehingga bagian atasnya tampak cairan yang jernih dan nyata
2. Sistem deflokulasi
Dalam sistem ini partikel mengendap perlahan-lahan dan akhirnya membentuk
cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Sifat-sifat partikel deflokulasi :
a. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lainnya
b. Sedimen terjadi lambat, masing-masing partikel mengendap secara
terpisah dan ukuran partikel adalah minimal
c. Sedimen terbentuk lambat
d. Wujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi stabil dalam waktu
yang relatif lama
e. Tampak ada endapan dan cairan bagian atas berkabut
FORMULA 1
FORMULA 2
VI. HASIL
DATA SUFAT FISIKO KIMIA DAN KELARUTAN ZAT AKTIF
● Pemerian : serbuk / hablur putih atau agak putih kekuningan, tidak berbau atau
praktis tidak berbau, rasa agak pahit, stabil di udara, tetapi perlahan-lahan menjadi
gelap pada pemaparan terhadap cahaya.
● Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam aceton, sukar larut
dalam etanol, sangat sukar larut dalam eter dan kloroform.
DATA HASIL PENGUJIAN
Formula 1
2 pH 5,87
5 Tinggi pengendapan -
Formula 2
2 pH 5,96
5 Tinggi pengendapan -
Formula 3
2 pH 5,97
Formula 4
2 pH
5 Tinggi pengendapan -
Formula 5
2 pH 5,89
5 Tinggi pengendapan -
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan suspensi sulfamerazin.
Suspensi suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus
dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa, merupakan sistem heterogen yang
terdiri dua fase. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Pada
praktikum formulasi ini digunakan bahan aktif sulfamerazin yang merupakan serbuk atau
hablur putih atau agak putih kekuningan tidak berbau atau praktis tidak berbau rasa agak
pahit stabil di udara tetapi perlahan lahan menjadi gelap pada pemaparan terhadap
cahaya. Sulfamerazin sangat sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam aseton, sukar
larut dalam etanol sangat sukar larut dalam eter dan kloroform.
Untuk memastikan efektivitas dan stabilitas dari sediaan maka dilakukan
beberapa pengujian dengan hasil sebagai berikut. Uji yang pertama adalah uji
organoleptis dengan menggunakan panca indera penglihatan, penciuman dan perasa
meliputi bentuk, konsistensi, warna, aroma, dan rasa pada suspensi. Kemudian uji pH
yang dilakukan dengan menggunakan alat pH meter, selanjutnya pengujian viskositas
yang dilakukan menggunakan alat viskometer, dan yang terakhir pengujian bobot jenis
yang dilakukan dengan menggunakan alat piknometer.
Praktikum kali ini dilakukan dengan membuat 5 formulasi, yaitu formulasi 1
terdiri dari sulfamerazin, Na benzoat, dan aquadest. Formulasi 2 terdiri dari sulfamerazin,
propylene glycol, Na benzoat, dan aquadest. Formula 3 terdiri dari sulfamerazin,
propylene glycol, Na CMC, Na benzoat, dan aquadest. Formulasi 4 terdiri dari
sulfamerazin, propylene glycol, Na benzoat, alumunium klorida heksahidrat, dan
aquadest. Formulasi 5 terdiri dari sulfamerazin, propylene glycol, Na benzoat,
alumunium klorida heksahidrat, dan aquadest.
Pada pengujian organoleptis sediaan suspensi formula 1A diperoleh hasil yaitu
sediaan mempunyai bentuk berupa suspensi, konsistensinya cair, berwarna putih susu,
aroma tidak berbau dan mempunyai rasa yang pahit. Kemudian pada formula 1B
diperoleh hasil bentuknya suspensi, konsistensinya cair, berwarna putih, tidak memiliki
aroma dan Pada formula 2 diperoleh hasil yaitu sediaan mempunyai bentuk berupa tidak
larut, konsistensinya cair, berwarna putih susu, aroma tidak berbau dan tidak berasa.
Kemudian pada formula 3 bentuknya suspensi, konsistensinya kental, berwarna putih,
dan tidak memiliki aroma . Pada formula 4 bentuknya tidak larut, konsistensinya kental,
berwarna putih, dan tidak beraroma. Dan pada formula 5 berbentuk suspensi, konsistensi
cair, berwarna putih, beraroma.
Selanjutnya pengujian pH yang terdapat pada sediaan suspensi, pH yang
diperoleh pada formula 1A adalah 5,87 formula 1B adalah 5,89, formula 2 adalah 5,96 ,
formula 3 adalah 5,97, formula 4 adalah 5,98, dan formula 5 adalah 5,88. Sedangkan
pengujian viskositas diperoleh hasil pada formula 1A & 1B yaitu dengan menggunakan
nomor spindle 4, kecepatan putaran spindle formula 1A 4,1 mpa.s sedangkan pada
formula 1B kecepatan putaran spindle formula 4,5 mpa.s dan lama pengujian 4 detik.
Formula 2 diperoleh hasil yaitu dengan menggunakan nomor spindle 4, kecepatan
putaran spindle 4 mpa.s, dan lama pengujian 4 detik. Formula 3 diperoleh hasil yaitu
dengan menggunakan nomor spindle 3, kecepatan putaran spindle 80 mpa.s, dan lama
pengujian 12,86 detik. Dan pada formula 4 diperoleh hasil yaitu dengan menggunakan
nomor spindle 4, kecepatan putaran spindle 3,5 mpa.s, dan lama pengujian 4 detik.
Formula 4 diperoleh hasil yaitu dengan menggunakan nomor spindle 4, kecepatan
putaran spindle 3,5 mpa.s, dan lama pengujian 4 detik. Formula 5 tidak dilakukan
pengujian viskositas.
Pada pengujian berat jenis dari sediaan suspensi formula 1A diperoleh BJ dalam
sediaan adalah 1,011 gram/mL, formula 1B diperoleh BJ dalam sediaan adalah 0,967
gram/mL, formula 2 diperoleh BJ dalam sediaan adalah 0,98 gram/mL, formula 3
diperoleh BJ dalam sediaan adalah 0,95 gram/mL, formula 4 diperoleh BJ dalam sediaan
adalah 0,991 gram/mL, dan formula 5 diperoleh BJ dalam sediaan adalah 0,99 gram/mL.
Dari hasil praktikum pada formulasi 1, dihasilkan suspensi berbentuk cair dan
mudah memisah dikarenakan tegangan antarmuka padatan lebih kecil dari antarmuka
cairan. Karena pada formulasi 1 hanya digunakan bahan sulfamerazin, Na benzoat dan
aquadest, maka dari itu sulfamerazin sulit dibasahi dengan air sebab terdapat tegangan
antarmuka antara tegangan padatan dan cairan. Pada formulasi 2 dihasilkan suspensi cair
dan terjadi pemisahan tetapi terjadi lambat, dikarenakan ada penambahan propilen glikol
yang berfungsi sebagai wetting agent (pembasah). Dengan penambahan propilen glikol
tegangan antarmuka kedua tekanan diturunkan, sehingga sulfamerazin dapat bercampur
dengan baik namun mudah terpisah kembali. Kemudian pada formulasi 3 dihasilkan
suspensi yang kental dan memisah dengan lambat dikarenakan ada penambahan Na CMC
pada formula yang berfungsi sebagai suspending agent. Dengan penambahan Na CMC
dapat membantu mendispersikan bahan aktif, dan menghambat laju pengendapan. Pada
formulasi 4 dihasilkan suspensi yang encer dan memisah dengan cepat, pada formulasi 4
terdiri dari sulfamerazin, propylene glycol, Na benzoat, alumunium klorida heksahidrat,
dan aquadest. Dengan penambahan aluminium klorida heksahidrat sebagai floculating
agent laju endapan semakin cepat dikarenakan tidak ada tahanan partikel (encer).
VIII. KESIMPULAN
- Formulasi 3 dihasilkan suspensi yang baik dengan formula yang terdiri dari
sulfamerazin, propylene glycol, Na CMC, Na benzoat, dan aquadest. Dengan
penambahan Na CMC dapat membantu mendispersikan bahan aktif, dan
menghambat laju pengendapan.
- Evaluasi yang dilakukan dalam suspensi Sulfamerazin meliputi uji organoleptik
(rasa, bau warna), bobot jenis, pH, viskositas, tinggi pengendapan, rata-rata
ukuran partikel dan uji waktu redispersi .
IX. DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati, U. (2018). Formulasi Suspensi Analgesik-Antipiretik Ibuprofen Dengan
Suspending Agent Gom Arab Dan Cmc-Na. Journal of Pharmaceutical Care Anwar
Medika (J-PhAM), 1(1), 12-15.