SISTEM DISPERSI
NAMA
NPM
: 260110140004
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM
ASISTEN
: ANUGRAH RAHMAWAN
FERSTY ANDINI
ABSTRAK
Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat tersebar merata(fase
terdispersi) didalam zat lain (fase pendispersi atau medium). Tujuan dari
percobaan ini adalah mengatasi proses sedimentasi pada sediaan suspensi dan
emulsi, menentukan redipersibilitas suspensi atau emulsi, dan menguji konsentrasi
(kekentalan) sediaan gel. Sediaan yang dibuat ada dua yaitu yang mengandung
magnesium hidroksida 5% dengan air hingga volumenya 100 ml dan yang
mengandung magnesium hidroksida 5%, tween 80 1%, Na CMC 1%, dan air
hingga volumenya 100 ml. Hasil dari percobaan ini untuk mengatasi proses
sedimentasi pada sediaan suspensi dan emulsi dapat dilakuan dengan menambah
suspending agent seperti Na CMC. Semakin lama waktu penyimpanan, volume
sedimentasi akan semakin menurun.
Kata Kunci : Dispersi, magnesium hidroksida, sedimentasi, nilai sedimentasi
ABSTRACT
SISTEM DISPERSI
1. Tujuan Percobaan
1.1. Mengatasi proses sedimentasi pada sediaan suspensi dan emulsi
1.2. Menentukan redispersibilitas suspensi atau emulsi
1.3. Menguji konsentrasi (kekentalan) sediaan gel
2. Prinsip Percobaan
2.1. Suspensi
Suspensi farmasi adalah disperse kasar, dimana partikel padat yang tak
larut terdispersi dalam medium cair (Anief,1993)
2.2 Evaluasi sediaan suspensi secara fisik
Vi
Vo
2.3. Redispersibilitas
Jika suatu sediaan suspensi menghasilkan endapan dalam penyimpanan
maka endapan tersebut harus terdispersi kembali sehingga keseragaman
dosis terpenuhi (Anjani,2010)
2.4. Emulsi
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. (Depkes RI, 1995)
2.5. Viskositas
Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari
aliran yang diberikan oleh suatu cairan (Dudgale. 1986)
3. Reaksi
4. Teori Dasar
Sistem dispersi dapat diartikan sebagai suatu sistem yang salah satu zatnya
adalah fase terdispersi ke dalam zat atau fase pendispersi, dalam berbagai
bentuk sediaan farmasi. Sistem dispersi cairan merupakan sistem yang paling
kompleks. Sistem koloid terdiri dari 2 fase, yaitu : fase terdispersi dengan
ukuran tertentu dalam medium pendispersi sedangkan medium yang
digunakan untuk mendispersikan disebut medium dispersi (Andayani,2011)
2. Koloid
Merupakan sistem dispers dengan uuran partikel yang lebih besar dari
larutan tetapi lebih kecil dari suspensi
3. Suspensi
Merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang berukuran
relatif
besar
tersebar
merata
dalam
medium
pendispersinya
(Hendriyani,2010)
Partikel-partikel yang tersebar dalam rentan kloridal mempunyai luas
permukaan yang sangat besar sekali jika dibandingkan dengan luas permukaan
dari partikel yang lebih besar dalam volume setara (Martin,2008)
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut sertadaya tekan ke atas cairan suspensi itu. Hubungan antara
ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas
penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan
keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran
partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam volume yang sama).
Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas
cairan
akan
semakin
memperlambat
gerakan
partikel
untuk
2. Kekentalan (viskositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari
cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirnya makin
turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi
pula gerakan turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan
demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun dari
partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat
bahwa kekentala suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang.
Gelas ukur
Beaker Glass
6. Prosedur
Pertama dibuat sediaan suspensi. Mg(OH)2 ditimbang sebanyak 5
g, Na CMC ditimbang sebanyak 1 g. Tween 80 diukur sebanyak 1 ml. Lalu
Na CMC dikembangkan dengan menambahkan air panas sebanyak 20
kalinya yaitu 20 ml. Setelah mengembang digerus hingga homogen dan
disisihkan. Mg(OH)2 dimasukkan kedalam mortir lalu digerus. Tween 80
ditambahkan, lalu digerus hingga homogen. Na CMC yang sudah
dikembangkan pun ditambahkan lalu digerus hingga homogen. Setelah itu
ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga volumenya 100 ml. Suspensi
yang sudah jadi dimasukkan ke dalam gelas ukur.
Konsentrasi
Jumlah sediaan
Na CMC
1%
100 ml
Mg(OH)2
5%
Tween 80
1%
Air sampai
100%
o Sediaan 2
Bahan uji
Konsentrasi
Jumlah sediaan
Mg(OH)2
5%
100 ml
Air sampai
100%
Nilai sedimentasi
0 menit
55 ml
0,55
15 menit
11 ml
0,11
30 menit
9,9 ml
0,099
60 menit
8 ml
0,08
90 menit
7 ml
0,07
24 jam
6 ml
0,06
Waktu
Nilai sedimentasi
0 menit
100 ml
15 menit
98 ml
0,98
30 menit
95 ml
0,95
60 menit
94 ml
0,94
90 menit
92 ml
0,92
24 jam
26 ml
7.2 Perhitungan
0 menit =
55 ml
100 ml
= 0,55
15 menit =
11 ml
100 ml
= 0,11
30 menit =
9,9ml
100 ml
= 0,099
60 menit =
8 ml
100 ml
= 0,08
90 menit =
7 ml
100 ml
= 0,07
24 jam =
6 ml
100 ml
= 0,06
0,26
Nilai sedimentasi =
0 menit =
100 ml
100 ml
=1
15 menit =
98 ml
100 ml
= 0,98
30 menit =
95 ml
100 ml
= 0,95
60 menit =
94 ml
100 ml
= 0,94
90 menit =
92ml
100 ml
= 0,92
24 jam =
26 ml
100 ml
= 0,26
8. Pembahasan
dalam zat atau fase pendispersi. Banyak sediaan farmasi yang merupakan
sistem dispersi seperti suspensi, emulsi dan lain-lain.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengatasi proses sedimentasi
pada sediaan suspensi dan emulsi, menentukan redispersibilitas suspensi
atau emulsi dan menguji konsentrasi (kekentalan) sediaan gel. Namun untuk
menentukan redispersibilitas suspensi dan emulsi serta menguji konsentrasi
(kekentalan) sediaan gel tidak dilakukan.
Prosedur praktikum ini adalah pertama pembuatan sediaan uji.
Sediaan uji dibuat dua jenis. Yang pertama tanpa penambahan surfaktan dan
suspending agent, yang kedua dengan penambahan surfaktan dan
suspending agent. Surfaktan yang digunakan adalah tween 80 sedangkan
suspending agent yang digunakan adalah Na CMC.
Tween 80 atau polisorbat 80 adalah hasil kondensasi oleat dari sorbitol
dan anhidridanya dengan etilnoksida. Pemeriannya adalah cairan kental
seperti minyak ; jernih, kuning; bau asam lemak, khas. Kelarutannya adalah
mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) p, dalam etil asetat p dan dalam
methanol p; sukar larut dalam parafin cair p dan dalam minyak biji kapas p.
Tween 80 termasuk surfaktan non ionik yang sering digunakan dalam
makanan dan kosmetik.
Na CMC atau natrium karboksimetilselulosa merupakan suspending
agent turunan selulosa. Pemeriannya adalah serbuk atau butiran; putih atau
putih kuning gading; tidak berbau atau hampir tidak berbau; higroskopik.
Kelarutannya adalah mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi
koloidal; tidak larut dalam etanol (95%) p , dalam eter p dan dalam pelarut
organik lain.
nilai sedimentasi
blanko
0.6 0.55
0.4
0.2
0
nilai sedimentasi
suspensi
0.26
0.11 0.1
namun terjadi penurunan yang drastis dari menit ke 90 hingga 24 jam. Hal
ini berarti kecepatan sedimentasi suspensi lebih rendah dari blanko.
9. Simpulan
1. Untuk mengatasi sedimentasi pada sediaan suspensi dan emulsi dapat
dilakukan dengan cara menambahkan suspending agent misalnya Na
CMC yang akan meningkatkan viskositas dari suspensi. Semakin lama
waktu simpan, volume sedimentasi akan semakin menurun.
Daftar Pustaka
Anief, Moh. 1993. Farmasetika. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Andayani. 2011. Pengertian dispersi. Available at http://id.shucang.com/exactsciences/physics/210891.pengertian_dispersi [Diakses pada 16 Mei 2015]
2015]
Aulton. 2003. Pharmaceites the sciences of dosage form design. New York :
Chudill living
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV.
Jakarta.
Dudgale. 1986. Mekanika Fluida Edisi 3. Jakarta : Erlangga
Henrayani. 2010. Dispersi. Available at http://kimia.upi.edu/utama/bahan-ajarkuliah-web/2010/70085/materi.html [Diakses pada 16 Mei 2015]
Martin.2008. Farmasi Fisika. Jakarta : UI Press
Nurwulandari,Nunik.2013.
Sistem
Dispersi.
Available
at
https://www.academia.edu/5674871/SISTEM_DISPERSI_TINJAUAN_D
APUS [Diakses tanggal 6 Mei 2015]
Syamsyuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : EGC
Lampiran
Grafik hubungan nilai sedimentasi dengan waktu
0.98
0.95
0.94
0.92
nilai sedimentasi
blanko
0.8
0.6 0.55
0.4
0.2
0
nilai sedimentasi
suspensi
0.26
0.11
0.1
0.08
0.07
0.06