Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II

MODUL 1 PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS

DOSEN PENGAMPU : Kusdi Hartono, M.Kes

Disusun Oleh :

1. Deni Rosandi (D1A200117)


2. Putri Indah Lestari (D1A200215)
3. Rahma Meyastuti (D1A200118)
4. Rita (D1A200024)
5. Zulfa Nurani Alfiyyah (D1A210055)

UNIVERSITAS AL-GHIFARI
FALKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FARMASI 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN
Untuk mengatahui kerapatan dan bobot jenis dari suatu zat cair yaitu air,
etanol, aseton, toluen dan bobot zat padat ditambah air dengan menggunakan alat
piknometer.

1.2 PRINSIP
Menetukan kerapatan dan bobot jenis cairan. Penentuan bobot jenis dengan
menimbang piknometer kosong dan piknometer yang telah diisi sampel, lalu
selisih penimbangan dibagi dengan volume piknometer yang ditentukan sebagai
bobot jenis lalu dibandingkan dengan bobot jenis air untuk mendapatkan rapat
jenisnya.

1
BAB II
DASAR TEORI

Kerapatan dapat diartikan sebagai suatu sifat penting dari suatu zat rasio
massa terhadap volumenya. Gram semula didefenisikan sebagai massa
1 centimeter kubik air, kerapatan air dalam satuan CGS adalah 1 g/cm 3, dimana
kerapatan air adalah 1,00 kh/L. Bila kerapatan suatu benda lebih besar dari
kerapatan air, maka benda akan tenggelam dalam air. Bila kerapatannya lebih
kecil, benda akan mengapung (Tipler, 1991).
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang diselidiki
disebut sifat intensif. Baik massa maupun volume adalah sifat ekstensif, suatu
sifat yang tergantung pada sifat ekstensif disebut juga sifat intensif. Rapatan yang
merupakan perbandingan antara massa dan volume adalah sifat intensif (Petrucci,
1999).
Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan
ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sudah diteliti. Dimana
volume berubah menurut suhu sedangkan massa tetap, maka rapatan merupakan
fungsi suhu (Petrucci, 1999).
Berkaitan erat dengan rapatan ialah bobot jenis (specific grafity). Bobot
jenis suatu zat ialah angka banding massanya dan massa air pada volume yang
sama dan temperatur tertentu. Untuk menentukan bobot jenis suatu cairan, dapat
digunakan suatu wadah dengan volume cermat, yang disebut labu volumetrik
(volumetrik flask) (Keenan dkk., 1989).
Dalam praktek, bobot jenis ditentukan dengan cara membandingkan bobot
zat pada volume tertentu dengan bobot air pada volume yang sama pada suhu
kamar (T oC) sehingga bobot jenis menurut defenisi lama diberikan nama lain
yaitu kerapatan atau densitas (d) atau sering diberi lambing dt4. Bobot jenis
menurut defenisi baru diberi nama gravitas spesifik (specific gravity), S tg. Untuk
mencari harga dt4, harga Stg yang diperoleh dari hasil pengukuran dikalikan
dengan harga dtaq yakni kerapatan atau densitas air pada suhu kamar, T oC (Taba
dkk., 2010). Sebagian besar zat akan memuai jika dipanaskan, kecuali air, bila air

2
dipanaskan pada suhu 0oC dan pada tekanan satu atmosfer, densitasnya akan
meningkat ke nilai maksimum 999,972 kg/m 3 pada 3,98 oC. Setelah itu, kerapatan
akan semakin berkurang seiring dengan dilakukannya pemanasan lebih lanjut.
Besarnya perilaku menyimpang ini masih lebih kecil di bandingkan dengan
ekspansi anomali air atas titik beku. Sampai saat ini, tak satupun dari anomali ini
yang dapat dipahami dengan baik (Cawley dkk., 2005).
Rapatan suatu sample ialah nisbah massa terhadap volumenya (Oxtoby
dkk., 2001)
massa
Rapatan =
volume
Satuan dasar massa dalam satuan SI dibahas dalam lampiran ialah kilogram (kg)
tetapi ini sering kali terlalu besar untuk keperluan praktis di kimia. Yang sering di
gunakan ialah gram, selanjutnya gram merupakan satuan baku untuk menyatakan
massa molar. Ada beberapa satuan untuk volume yang sering digunakan. Satuan
SI dasar ialah meter kubik (m3) yang juga sangat jarang digunakan untuk
keperluan laboratorium. Oleh karena itu untuk volume kita menggunakan liter
(Oxtoby dkk., 2001).
Rapatan zat bukanlah kuantitas tetap, melainkan beragam tergantung pada
tekanan dan suhu ketika pengukuran. Untuk beberapa zat terutana zat dan cairan
volume akan mudah diukur tanpa ada massanya, dan bila rapatannya diketahui,
maka fakta konversi antara volume dan massa dapat diperoleh (Oxtoby dkk.,
2001).
Bila kerapatan suatu benda lebih besar daripada kerapatan air, maka benda
akan tenggelam dalam air. Bila kerapatan lebih kecil, maka benda akan
mengapung. Untuk benda-benda yang mengapung bagian volume sebuah benda
tercelup ke dalam cairan. Walaupun kebanyakan benda zat padat dan cairan
mengembang sedikit bila dipanaskan dan menyusut sedikit bila dipengaruhi
pertambahan eksternal, perubahan dalam volume ini relatif kecil, sehingga dapat
dikatakan bahwa kerapatan kebanyakan berasal dari zat padat dan cairan hampir
tak bergantung pada temperatur dan tekanan, sehingga tekanan dan temperatur
harus dinyatakan bila memberikan kerapatan gas (Tipler, 1991).

3
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal.  Penting
untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per
satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu mililiter raksa
berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika kerapatan
dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan
bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat
terhadap sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki
bobot jenis 1,00. Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25 , artinya
bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol
adalah 0,81 , artinya bobot jenis alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara.
(Ansel, 2006). Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan
daripada air, zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat
daripada air.
Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang
koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua
angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau untuk
senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States Pharmacopeia (USP) atau
buku acuan lain. (Ansel, 2006).

4
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 ALAT DAN BAHAN


Alat : Bahan:
 Piknometer 25 ml ● Aquades
 Spatel ● Etanol
 Neraca analitik ● Aseton
 Beker gelass ● Toluen
● Asam Salisilat

3.2 PROSEDUR
A. Penentuan kerapatan zat cair dan bobot jenis
Disiapkan piknometer yang bersih dan kering, kemudian menimbang
berat kosong piknometer dengan menggunkan neraca analitik, aquadest
dimasukkan ke dalam piknometer hingga mencapai garis batas, menutup
piknometer hingga tidak ada lagi gelembung lalu dibersihkan dan
dikeringkan pada dinding luar piknometer, piknometer yang berisi aquadest
ditimbang kembali, hasil pengamatan dicatat dan kerja tersebut diulangi
dengan menggunakan etanol, aseton, dan toluen.
B. Penentuan kerapatan zat padat yang kerapatannya lebih besar
dari pada air (peluru) dan bobot jenisnya.
a. Lakukan penimbangan zat padat asam salisilat yang akan
ditentukan kerapatannya, misalnya = x gram.
b. Masukian zat padat asam salisilat tersebut ke dalam piknometer
yang sama lalu diisi air.
c. Lakukan penimbangan dengan memperhatikan suhu percobaan.

Suhu percobaan : Dipilih yang mendekati dengan suhu kamar dan


suhu kerapatan air pada tabel.

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
4.1.1 Hasil Pengamatan

No Penimbangan Zat Hasil Penimbangan

1. Piknometer Kosong 16 g
2. Piknometer + Air 43 g
3. Piknometer + Etanol 39 g
4. Piknometer + Aseton 37 g
5. Piknometer + Toluen 37 g
6. Bobot Asam Salisilat (peluru) 1g
7. Piknometer + peluru + air 41 g

4.1.2 Perhitungan
5.2 Penentuan kerapatan dan bobot jenis air
Bobot piknometer + air = 43 g
Bobot piknometer kosong = 16 g
Bobot air = ((B. piknometer + air) – B. piknometer kosong)
=  43 g -16 g
= 27 gram
Berat air 27
Kerapatan air =   =  = 1,08
Vp 25
ρ air 1,08
Bobot jenis air = =   = 1                   
ρ air 1,08
6.2 Penentuan kerapatan dan berat jenis etanol
Bobot piknometer + etanol = 39 g
Bobot piknometer kosong = 16 g
Bobot etanol = ((B. piknometer+air) – B. piknometer kosong)
=  39 g -16 g
= 23 gram

6
Berat etanol 23
Kerapatan etanol =   =  = 0,92
Vp 25
ρ etanol 0,92
Bobot jenis etanol = =   = 0,851
ρ air 1,08
7.2 Penentuan kerapatan dan berat jenis aseton
Bobot piknometer + aseton = 37 g
Bobot piknometer kosong = 16 g
Bobot aseton = ((B. piknometer+air) – B. piknometer kosong)
=  37 g -16 g
= 21 gram
Berat aseton 21
Kerapatan aseton =   =  = 0,84
Vp 25
ρ aseton 0,84
Bobot jenis aseton = =   = 0,777
ρ air 1,08

8.2 Penentuan kerapatan dan berat jenis Toluen


Bobot piknometer + toluen = 37 g
Bobot piknometer kosong = 16 g
Bobot toluen = ((B. piknometer+air) – B. piknometer kosong)
=  37 g -16 g
= 21 gram
Berat toluen 21
Kerapatan toluen =   =  = 0,84
Vp 25
ρtoluen 0,84
Bobot jenis toluen = =   = 0,777
ρ air 1,08

9.2 Penentuan kerapatan dan bobot jenis peluru


Piknometer + air (a+b) = 43 g
Piknometer kosong (a) = 16 g
Berat Peluru (x) =1g
Piknometer+peluru+air (d) = 41 g
Bobot air = d-x-a
= 41 – 1 – 16 = 24 g
Bobot air yang tumpah = b- (d-x-a)

7
oleh zat padat = 27 – 24
=3g
Massa Peluru
Kerapatan peluru =
Vp
25
= =1
25
ρ peluru 1
Bobot jenis peluru = =   = 0,925
ρ air 1,08

Tabel. 1 Bobot Jenis


N Harga
Zat Harga Resmi
O Eksperimental
1 Air 1 1
2 Etanol 0,851 0,8119−0,8139
3 Aseton 0,777 0,812
4 Toluen 0,777 0,8669
5 Asam salisilat (peluru) + air 0,925 1,44

4.2 PEMBAHASAN
Pada saat praktikum penentuan kerapatan dan bobot jenis zat-zat tersebut
sering terjadi penyimpangan sehingga memberikan hasil yang berbeda dengan
yang seharusnya (sesuai ketentuan di Farmakope Indonesia). Adapun hasil
pengukuran yang diperoleh dengan menggunakan piknometer dari pengolahan
data, yakni kerapatan aquadest 1,08 gr/ml, etanol 0,92 gr/ml, aseton 0,84 gr/ml,
toluen 0,84 gr/ml, dan asam salisilat + air 1 gr/ml sedangkan bobot jenis dari
aquadest 1 gr/ml, etanol 0,851 gr/ml, aseton 0,777 gr/ml, toluen 0,777 gr/ml, dan
asam salisilat + air 0,925 gr/ml.
Penyimpangan-penyimpangan ini antara lain disebabkan oleh karena
berbagai kesalahan pada saat melakukan praktikum. Kesalahan penimbangan, cara
penutupan piknometer yang salah, pengaruh perubahan suhu yang terlalu cepat,
piknometer belum benar-benar kering dan bersih, volume air yang di masukkan ke
dalam piknometer tidak tepat, kebersihan, sampel yang terkontaminasi, dan juga

8
karena pengenceran etanol yang kurang tepat.
 Penimbangan
Kesalahan akibat penimbangan ini bisa disebabkan karena timbangan yang
digunakan berganti-ganti. Sehingga hasil penimbangan antara timbangan yang
satu dengan yang lain belum tentu sama.
 Cara penutupan piknometer yang salah
Cara penutupan piknometer yang terlalu cepat dapat menyebabkan air yang
tumpah terlalu banyak sehingga tentu mempengaruhi berat pada penimbangan.
 Pengaruh perubahan suhu
Perubahan suhu yang terlalu cepat dapat menyebabkan cairan di dalam
piknometer memuai/menyusut dengan tidak semestinya, sehingga pada waktu
ditimbang zat tersebut memberikan hasil yang berbeda dengan yang telah
ditentukan.
 Piknometer yang belum kering dan bersih
Piknometer yang demikian belum bisa digunakan untuk penentuan kerapatan dan
bobot jenis, karena masih ada cairan/kontaminan yang tertinggal di dalamnya
sehingga tentu saja akan mempengaruhi hasil akhir.
 Volume air yang tidak tepat
Volume air yang dimasukan ke dalam piknometer harus tepat dengan yang telah
ditentukan, karena jika terlalu banyak atau terlalu sedikit maka akan
mempengaruhi hasil akhir.
 Sampel yang terkontaminasi
Sampel yang terkontaminasi tentu saja akan memberikan hasil yang menyimpang,
karena kemurnian zat tersebut sudah berbeda dengan zat yang masih murni.

9
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil percobaan yang di lakukan maka dapat di tarik kesimpulan berat


jenis semua bahan dan kerapatn yang diperoleh dengan metode piknometer adalah
sebagai berikut :
1. Kerapatan merupakan perbandingan massa per volume suatu zat pada suhu
yang dikehendaki. Berbeda halnya dengan berat jenis, berat jenis merupakan
perbandingan kerapatan suatu zat dengan kerapatan air.
2. Kerapatan dipengaruhi oleh volume dan massa. Semakin besar  massa benda
maka semakin besar pula kerapatan yang dimiliki, sedangkan semakin besar
nilai volumenya maka semakin kecil kerapatan yang dimiliki.
3. Bobot jenis dipengaruhi oleh besar atau kecilnya nilai kerapatan, semakin
besar kerapatan maka berat jenis juga semakin besar.
Penyimpangan dapat terjadi karena beberapa faktor di antaranya, kesalahan
penimbangan, cara penutupan piknometer yang salah, pengaruh perubahan suhu
yang terlalu cepat, piknometer belum benar-benar kering dan bersih, volume air
yang di masukkan ke dalam piknometer tidak tepat, kebersihan, dan sampel yang
terkontaminasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM . 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen


Kesehatan RI,.

Juniarti, N. (2009). Penetapan Bobot Jenis dan Rapat Jenis. Jurnal Universitas


Hasanuddin, 2-6.

Modul Praktikum Farmasi Fisika II.

11
LAMPIRAN

Bobot Piknometer Kosong Bobot Piknometer + air Bobot Piknometer + etanol

Bobot Piknometer + aseton Bobot Piknometer + toluen Bobot Piknometer +


peluru (asam salisilat) + air

12

Anda mungkin juga menyukai