Di susun Oleh:
Deni Rosandi ( D1A200117 )
Putri Indah Lestari ( D1A200215 )
Rahma Meyastuti ( D1A200118 )
Rita (D1A200024)
Zulfa Nurani Alfiyyah (D1A210055)
FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2022
BAB 1
PENDHULUAN
1.1 PRINSIP
Stabilitas obat tergantung dari ukuran partikel. Metode paling
sederhana dalam menentukan ukuran partikel adalah menggunakan
pengayak standar. Pengayak terbuat dari kawat dengan ukuran lubang
tertentu.
1.2 TUJUAN
Mengukur partikel – partikel zat dengan metode mikroskopi dan
pengayakan (“sieving”), pengendapan dan pengukuran volume partikel.
1
BAB 2
DASAR TEORI
2
Metode kominusi melirputi : pemotongan, pemarutan, pememaran,
penggerusan, pembuatan serbuk dengan cara levigasi. Umumnya proses-
proses ini dilakukan dengan menggunakan alat mekanis seperti
penggiling atau mortir dan stamper.
Pengukuran ukuran partikel biasanya cukup sukar kecuali jika
partikel tersebut mempunyai bentuk yang tetap / teratur dan hal ini jarang
terjadi. Pengetahuan statistik berguna sekali dalarn pengukuran partikel
karena alasan tersebut diatas.
Metode pengukuran ukuran partikel yang ada bermacam-macam
mulai dan yang sederhana sampai yang sangat komplek dan tergantung
ukuran partikel yang akan diselidiki. Beberapa metode untuk menentukan
ukuran partikel adalah mikroskopi, pengayakan, pengenapan, adsorpsi,
permeametri dan pancaran radiasi atau trarismisi. Metode yang sederhana
adalah mikroskopi, pengayakan dan pengeriapan (sedimentasi).
3
BAB 3
METODEOLOGI PENELITIAN
3.2 PROSEDUR
Menentukan distribusi ukuran partikel yang berupa serbuk menggunakan
metode pengayakan.
1. Gunakan timbangan elektonik dengan pengukuran hingga 3 desimal; catat
berat dari masing – masing ayakan kosong dan panci pengumpul.catat juga
ukuran yakan.
2. Susunlah ayakan dalam suatu rangkaian tumpukan : dengan no mesh
terkecil ( lubang terbesar ) di bagian paling atas dan no mesh paling besar (
lubang terecil ) di bagian paling bawah. Tambahkan panci pengumpuldi
bagian paling bawah dari tumpukan ayakan.
3. Tambahkan kurang lebih 5g serbuk kasar yang telah di tmbang seksama
pada ayakan teratas kemudian tutup ayakan dengan penutup karet.
4. Pasangan tumpuan ke ‘sonic siftter’. Sample kan di goyangkan Selama 5
menit dengan ‘amplitude’ ayakan lebih dari 3.
5. Timbang kembali masing – masing ayakan dan panci pengumpul.htunglah
berat dari % serbuk pada tiap-tiap ayakan dan panci pengumpul.
Kemudian hitunglh % berat kumulatif dari serbuk yang lebih halus dari
lubang ayakan.
6. Hitunglah diameter rata-rata dan deviasi standar dari kasar dan halus.
4
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 Hasil Pengamatn
No Ayakan Ukuran Lobang Berat Serbuk % Bobot
44 20 35 gram 35%
40 87 gram 87%
60 38 gram 38%
5
2) Granule saringan tengah x 100 =
100
= 87 x 100 = 87%
100
3) Granule saringan bawah x 100 =
100
= 38 x 100 = 38%
100
4.2 PEMBAHASAN
a. Pengayakan
Dimulai dari nomor ayakan yang rendah sampai yang tinggi. Diantaranya
mesh yang terkecil (yang paling atas) sampai pada nomor mesh yang
paling besar (yang paling bawah) hal ini ditujukan agar partikel-partikel
yang tidak terayak (residu) yang ukurannya sesuai dengan nomor ayakan.
Jika nomor ayakan besar maka residu yang diperoleh memiliki ukuran
partikel kecil.
6
penggerak diatur 500 rpm ditujukan untuk menghindari pemaksaan
maksimum.
Pada bagian paling atas dari susunan ayakan dipasang penutup dari
yang faktor yang lainnya, sehingga tidak ada gaya lagi yang bekerja
sederhana karena cukup singkat. Namun alat atau metode ini tingkat
mikroskopik.
tertahan dengan semakin tinggi nomor mesh semakin banyak zat yang
tersisa. Hal ini karena ukuran dalam tiap inci semakin kecil lubangnya.
suatu zat. Dengan melihat semakin banyak zat yang tertinggal dalam
7
BAB 5
KESIMPULAN
8
9
DAFTAR PUSTAKA
Martin, A. 1990. Farmasi Fisika jilid II. Jakarta : Universitas Indonesia Press
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/Farmasi-
Fisik-Komprehensif.pdf
LAMPIRAN