Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI ANALISIS

TITRASI ASAM BASA

NAMA : ALLAHUDDIN
NIM : 19416248201105
KELAS : FM19B

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN
KARAWANG
2021
TITRASI ASAM BASA

I. Latar Belakang
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi
redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri
untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
(disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa).
Dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara
pasti disebut sebagai larutan standar (standar solution). Penambahan larutan standar
dilakukan hingga reaksi berlangsung sempurna. Beberapa titrasi harus dibantu oleh
indikator untuk mencapai titik akhir titrasi reaksi yang ditandai dengan perubahan
warna larutan (Chang, 2005:111). Indikator merupakan salah satu bagian penting
dalam analisis titrimetri karena kemampuannya dalam menunjukkan titik akhir titrasi.
Dalam titrasi asam basa, indikator merupakan zat yang memiliki perubahan warna
yang tajam dalam medium asam dan basa. Terdapat berbagai indikator sintesis dengan
jangkauan pH masing-masing yang biasa digunakan dalam titrasi asam-basa,
diantaranya yaitu : fenolftalein, metil merah, metil jingga, dan bromotimol biru
(Chang, 2005:112).
Dalam percobaan titrasi asam basa yang dilakukan pada praktikum Kimia
Analisis Farmasi yaitu adalah tablet asetosal. Aspirin atau asam asetilsalisilat
(asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai
senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap
demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan
dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan
jantung. Selain berfungsi sebagai analgetik, aspirin juga digunakan sebagai
antiplatelet untuk terapi stroke. Aspirin bekerja dengan menghambat pembentukan
tromboksan yang merupakan senyawa yang berperan dalam pembekuan darah.
Dengan dihambatnya tromboksan, maka terjadi hambatan pembekuan darah.
Hambatan dalam proses pembekuan darah diharapkan dapat melancarkan aliran darah
menuju otak yang tersumbat. Untuk terapi stroke, aspirin diberikan dalam dosis
rendah. Hal ini dikarenakan pada pemberian dosis tinggi, aspirin berisiko
menyebabkan terjadinya perdarahan yang tentunya akan memperparah kondisi pasien.
II. Tujuan
Menentukan kadar suatu senyawa asam atau basa yang terdapat dalam suatu
sampel.
III. Teori Dasar
Titrasi asam basa adalah suatu prosedur untuk menentukan kadar (pH) suatu
larutan asam/basa berdasarkan reaksi asam basa. Kadar larutan asam dapat ditentukan
dengan menggunakan larutan basa yang sudah diketahui kadarnya, dan sebaliknya
kadar larutan basa dapat ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang sudah
diketahui kadarnya. Titrasi yang menyandarkan pada jumlah volum larutan disebut
titrasi volumetri. Pengukuran volum diusahakan setepat mungkin dengan
menggunakan alat-alat, seperti buret dan pipet volumetric. Larutan yang akan dicari
kadarnya dimasukkan ke dalam labu erlemeyer, sementara larutan yang sudah
diketahui kadarnya dimasukkan ke dalam buret. Sebelum memulai titrasi, larutan
yang akan dititrasi ditetesi larutan indikator. Jenis indikator yang digunakan
disesuaikan dengan titrasi yang dilakukan, misalnya Fenolftalein untuk titrasi asam
kuat oleh basa kuat. Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit
larutan penitrasi melalui buret, ke dalam larutan yang akan dititrasi dalam labu
erlemeyer. Penambahan dilakukan terus menerus sampai kedua larutan tepat habis
bereaksi yang ditandai dengan berubahnya warna indikator. Kondisi pada saat terjadi
perubahan warna indikator disebut titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi diharapkan
mendekati titik ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam habis bereaksi
dengan larutan basa. Pendekatan antara titik akhir titrasi dan titik ekuivalen titrasi
bergantung pada pH perubahan warna dari larutan indikator. Jika perubahan warna
indikator terletak pada pH titik ekuivalen, maka titik akhir titrasi sama dengan titik
ekuivalen. Akan tetapi, jika perubahan warna terjadi setelah penambahan larutan
penitrasi yang berlebih, maka titik akhir titrasi berbeda titik ekuivalen. Perbedaan
antara titikakhir titrasi dengan titik ekuivalen disebut kesalahan titrasi. Besar kecilnya
kesalahan titrasi ditentukan oleh pemilihan indikator. Jika indikator yang digunakan
tepat, maka kesalahan titrasinya kecil. Dalam titrasi, ada saat dimana terjadi
perubahan pH secara drastis. Kondisi initerjadi saat titrasi mendekati titik ekuivalen.
Perubahan ini akan tetap terjadi meskipun larutan penitrasi yang ditambahkan sangat
sedikit. Titik ekuivalen dalam titrasi berbeda-beda tergantung jenis titrasinya. Titrasi
asam kuat oleh basa kuat dan sebaliknya mempunyai titik ekuivalen pada pH 7. Titik
ekuivalen titrasi asam lemah oleh basa kuat terjadi pada pH basa, antara 8 dan 9.
Sementara titik ekuivalen titrasi basa lemah oleh asam kuat berada pada pH asam.
IV. Alat dan Bahan
Alat
 Buret
 Gelas ukur 25 mL
 Labu Erlenmeyer
 Beaker glass 250 mL
 Statip
 Klem penjepit
 Spatel logam
 Kertas Perkamen
 Pipet volum 2 mL, 5 mL, 10 mL, dan 20 ML
Bahan
 HCl 0,1N
 Larutan baku borax 0,1 N
 NaOH 0,1 N
 Larutan baku asam oksalat 0,1 N
 Gliserol P
 Indikator PP
 Metil Red
 Indikator metil fenol
 Metil jingga
 Indikator biru brom fenol
 Etanol 95%
 Natrium bikarbonat
 Aminophylin
 Asam salisilat
 Asam benzoat
 Asam asetil salisilat
 Asam borat
 Tablet Natrii sub carbonas
 Tablet asetosal
 Bedak salisil
V. Cara Kerja
a. Pembuatan Larutan

1. Pembuatan larutan baku H2C2O4.5H2O

0,1 N Timbang dengan teliti H2C2O4.5H2O,lalu masukkan ke dalam labu ukur 100
ml dan tambahkan aquadest sampai tandai batas, kemudian tutup labu ukur dan kocok
sampai homogen

2. Pembuatan larutan baku sekunder NaOH 0,1 N

Larutkan kurang lebih 25 mg NaOH ke dalam 25 mL aquadest dalam botol gabus


dilapisi plastik, jika perlu dekantasi. Panaskan 1 L aquadest dididihkan 5-10
menit(sejak mendidh), kemudian dinginkan dan masukkan ke dalam botol yang
tertutup plastic. Pipet larutan NaOH sebanyak 6,5 mL dan masukkan ke dalam botol
yang berisi aquadest yang trlah dididihkan. Beri etiket setelah botol dikocok .
Bakukan NaOH ini dengan larutan asam

3. Pembuatan indikator Phenopthalein 1%

1 g phenofpthalein dilarutkan ke dalam 10mL etanol


b. Pembakuan

 Pembakuan NaOH dengan H2C2O4.5H2O

Masukkan lautan NaOH ke dalam buret yang terlebih dahulu dibilas dengan
larutan baku NaOH, pipet 10 mL asam oksalat dengan pipet volume dan tuang ke
dalam Erlenmeyer 250mL kemudian tambahkan 1-2 tetes indikator PP. Titrasi
larutan asam oksalat dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi merah muda (pink) dan catat volume NaOH yang digunakan.
Lakukan titrasi triplo (3 kali)

c. Penetapan Sampel

1. Penetapan kadar HCl

Sampel yang mengandung HCl dimasukkan ke dalam erlenmeyer, tambahkan


indikator PP 1-2 tetes. Titrasi larutan tersebut dengan NaOH sampa terjadi
perubahan warna merah muda dan catat volume NaOH yang digunakan. Lakukan
titrasi minimal triplo dan hitung kadar HCl dari sampel.

2. Penetapan kadar asam salisilat

Timbang seksama lebih kurang 250 mg sampel, larutan dalam 15 mL etanol 95^
netral. Titrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator PP hingga larutan
menjadi warna merah muda. (Pembuatan etanol netral ke dalam 95% tambahkan 1
tetes merah enol, tambahkan NaOH hingga terjadi perubahan warna merah muda.
Asidimetri
1) Pembakuan larutan HCl dengan larutan baku Na2B4O7.10H2O 0,1 N

Pipet 10 mL larutan baku dinatrium tetraborat 0,1N. Masukkan ke dalam labu


erlenmeyer dan tambahkan 20 mL air bebas CO2 dan 2-3 tetes indikator metil red.
Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N hingga warnanya berubah dari kuning menjadi merah.

Perhitungan :
N borax ×V borax
N HCl =
V HCl
2) Penetapan Kadar Zat
Asetosal/Asam Asetil Salisilat (FI Ed. III, Mr = 180,16 ; BE = 1)

Timbang seksama 200 mg sampel, larutkan dalam 10 ml etanol95% P yang sudah


dinetralkan terhadap indikator phenolphtalein P. Tambahkan beberapa tetes indikator
phenolphtalein P.

Titrasi dengan NaOH 0,1N hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna
menjadi merah muda.

1 ml natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 18,02 mg C9H8O4 Persyaratan ; Asam


asetil salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% C9H8O4, dihitungterhadap zat
yang telah dikeringkan.

Perhitungan :

N NaOH × NaOH × 18,02mg


Kadar Asetosal = x 100 % b /b
0,1× berat sampel ditimbang (mg)
VI. Reaksi Kimia
 Reaksi asetilasi fenol dan anhidrida asam asetat dengan bantuan zr4+ -zeolit
menghasilkan terbentuknya fenol etanoat.
VII. Data Pengamatan

a. Asidimetri

Pembakuan larutan HCl dengan larutan baku Na2B4O7.10H2O 0,1 N

No Larutan Baku Standar Pembacaan skala buret Volume


Titik Awal Titik Akhir Titrasi (mL)
Titrasi (mL) Titrasi (mL)
1 HCl 50 mL 15 mL 35 mL
2 HCl 15 mL 32 mL 17 mL
3 HCl 32 mL 40 mL 8 mL
60 mL
20 mL
Perhitungan

N borax ×V borax
N HCL =
V HCL

0,1 N ×10 mL
= = 0,2 N
5 mL

b. Akalimetri
Pembakuan Larutan NaOH 0,1N Dengan Larutan Baku Asam Oksalat
Dihidrat 0,1 N

No Larutan Baku Pembacaan skala buret Volume


Standar
Titik Awal Titik Akhir Titrasi (mL)
Titrasi (mL) Titrasi (mL)
1 NaOH 50 mL 9mL 41 mL
2 NaOH 50 mL 11 mL 39 mL
3 NaOH 50 mL 12 mL 38 mL
Jumlah (mL) 118 mL
Rata-rata ± SD 92,67 mL

Perhitungan :

N AsamOksalat × V AsamOksalat
N NaOH =
V NaOH

0,1 N ×10 mL
= = 0,09 N
11 mL

c. Tablet Asetosal Titrasi Tidak Langsung

No Berat Asetosal (g) Pembacaan skala buret Volume


Titik Awal Titik Akhir Titrasi (mL)
Titrasi (mL) Titrasi (mL)
1 73,3 50 mL 12,5 mL 12,5 mL
2 73,3 12,5 mL 25,7 mL 13,2 mL
3 73,3 25,7 mL 35,1 mL 9.4 mL
Jumlah (mL) 35,1 mL
Rata-rata ± SD 11,7 mL

Perhitungan :

Berat 20 tablet : 380 mg

380 mg
Berat rerata tablet : = 19 mg
20

200 mg
Tablet yang digunakan : = 2,5 tab
80

Jumlah tablet untuk penelitian triplo : 2,5 tab × 3 = 7,5 tab

Jumlah serbuk yang digunakan : 7,5 tab = 220 mg

220 mg
Jumlah serbuk untuk satu kali uji : = 73,3
3
Berat sampel uji : 73,3 mg

Rata-rata Volume HCL : 5 mL

N HCL : 0,2 N

( N × V ) HCL ×18,02 ×berat rerata tablet (mg)


Berat zat dalam tablet =
0,1 ×berat serbuk yang ditimbang(mg)

( 0,2 N ×5 mL ) × 18,02× 19 mg
=
0,1 ×73,3

342,38
= = 46,71 mg/tab
7,33

Berat zat dalam tablet (mg)


Kadar = × 100%b/b
berat zat dalam tablet pada eriket (mg)

46,71 mg
= × 100%b/b
80 mg

= 58,38 %

d. Tablet Asetosal Titrasi Langsung

No Berat Asetosal (g) Pembacaan skala buret Volume


Titik Awal Titik Akhir Titrasi (mL)
Titrasi (mL) Titrasi (mL)
1 53,3 0,00 40,3 mL 40,3 mL
2 53,3 40,3 40 mL 0,3 mL
3 53,3 40 28,4 mL 11,6 mL
Jumlah (mL) 17,4 mL
Rata-rata ± SD 20,62 mL

Perhitungan :

Berat 20 tablet : 380 mg

380 mg
Berat rerata tablet : = 19 mg
20
200 mg
Tablet yang digunakan : = 2,5 tab
80

Jumlah tablet untuk penelitian triplo : 2,5 tab × 3 = 7,5 tab

Jumlah serbuk yang digunakan : 7,5 tab = 220 mg

220 mg
Jumlah serbuk untuk satu kali uji : = 73,3
3

Berat sampel uji : 73,3 mg

Rata-rata Volume HCL : 5 mL

N HCL : 0,2 N

VIII. Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai