DISUSUN OLEH:
2118031031
Farmasi
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan pada praktikum adalah sebagai berikut.
I.1 Mengukur ukuran partikel zat dengan metode mikroskopoik
I.2 Mengukur ukuran partikel zat dengan metode pengayakan
• Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau tidak
diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas mekanik. Di
bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat, diletakkan
mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut. Pemandangan dalaM
mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana partikel-partikel tersebut
lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dari slide yang sudah disiapkan
dan diproyeksikan ke layar untuk diukur. Kerugian dari metode ini adalah bahwa
garis tengah yang diperoleh hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu
dimensi panjang dan lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk
mengetahui ketebalan dari partikel dengan memakai metode ini. Tambahan lagi,
jumlah partikel yang harus dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu
perkiraan yang baik dari distribusi , menjadikan metode tersebut memakan waktu.
Namun demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu
dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya,
karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu komponen seringkali
bisa dideteksi dengan metode ini .
• Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran
partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah pengukuran
geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut meningginya
lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan diayak dibawa
pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel, yang ukurannya lebih
kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya. Mereka
membentuk bahan halus (lolos). Partikel yang tinggal kembali pada ayakan,
membentuk bahan kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada penimbangan
40-150 g setelah kira-kira 9 menit) ditentukan melalui penimbangan, persentase
mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali pada setiap ayakan (Syakri
S, 2012).
IV. HASIL
IV.1 Hasil Pengukuran menggunakan Mikroskop
Jumlah 98,8
V. PEMBAHASAN
Pada percobaan pertama, yaitu mengukur butir amilum dengan menggunakan
mikroskop didapatkan hasil yang tertera pada bab hasil. Untuk hasil sebaran ukuran
partikel zat pada metode mikroskopik ini tidak diketahui dengan jelas, karena hasil
percobaan pada video tidak ditampilkan dengan jelas dan menyeluruh. Pada
percobaan tersebut digunakan gliserin sebagai pelarut dalam pembuatan dispensi
yang bertujuan untuk memfokuskan cahaya dari cermin ke objek. Indeks bias yang
dimiliki oleh gliserin sendiri adalan 1,47 (Farmakope Edisi III, 1997).
Sementara, Indeks bias yang dimiliki air sebesar 1,33. Dari hal tersebut, dapat
dinyatkan bahwa gliserin lebih baik digunakan dari pada air untuk menghasilkan
gambar preparat yang jelas pada percobaan. Selanjutnya, pada percobaan kedua yakni
mengukur butir suatu zat padatan bubuk menggunakan alat pengayak didapatkan hasil
pada table yang tertera pada bab hasil. Pada percobaan ini didapatkan data yakni
partikel zat paling banyak memiliki ukuran lebih dari 215 µm namun kurang dari 355
µm, tepatnya terdapat pada mesh nomor 70. Namun, hal tersebut bisa saja berubah
karena beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran partikel dengan metode
pengayakan. Pertama ialah waktu atau lama pengayakan. Biasanya pengayakan
dilakukan selama 5 menit. Pengayakan yang terlalu lama dapat membuat sampel jadi
pecah karena saling bertumbukan satu dengan yang lain, sehingga bisa lolos melalui
mesh selanjutnya. Jika kurang dari lima menit, biasanya proses pengayakan akan
kurang sempurna. Kedua, massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka sampel
sulit terayak. Jika sampel sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.
Terakhir, yaitu intensitas getaran. Semakin tinggi intensitas getaran maka akan
semakin banyak terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya
partikel. Dengan demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu (Novaryatiin
S, 2018).
VI. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan, kesimpulan yang dapat diambil yaitu:
1. Untuk mengukur partikel zat dengan metode mikroskopik, dapat digunakan
mikroskop yang dilengkapi dengan micrometer untuk memperirakan ukuran
partikel suatu zat yang diamati.
2. Untuk mengukur partikel zat dengan metode pengayakan, dapat digunakan
alat pengayak berupa set mesh pengayak, pan serta alat penggetar.
DAFTAR PUSTAKA
Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indoesia, 1979.
Syakri, Syamsuri. Mikromeritik. Farmasi Fisika [Online]. Farmasi Fisika, Juli 23,
2012.https://syamsurisyakri.blogspot.com/2012/07/mikromeritik.html?view=magazine.