Anda di halaman 1dari 23

2

PENETAPAN KADAR PARACETAMOL DAN COFFEIN DALAM


SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

(Laporan Praktikum Analisis Farmasi)

Disusun Oleh:

Ranesya Eka Anggraeni

2118031037

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2022

3
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Penetapan Kadar Paracetamol Dan Coffein Dalam


: Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri UV-Vis
Tanggal Percobaan : 25 April 2022
:
Tempat Percobaan : Laboratorium Analisis Farmasi
Nama : Ranesya Eka Anggraeni
NPM : 2118031037
Jurusan : Farmasi
Fakultas : Kedokteran

Lahat, 30 April 2022


Mengetahui
Asisten

Vadiyani Fricillya Puteri


NPM. 1918031022

4
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sediaan obat sakit kepala yang beredar di pasaran sebagian besar


berupa campuran dari berbagai zat berkhasiat. Sebagian besar campuran
tersebut bertujuan untuk meningkatkan efek terapi dan kemudahan dalam
pemakaian sediaan obat tersebut. Salah satu camppuran zat aktif yang paling
sering dijumpai dalam sediaan obat sakit kepala adalah parasetamol dan
kafein.
Paracetamol atau asetaminofen adalah analgesik (Pereda nyeri) dan
antipiretik (penurun demam) yang aman, efektif, dapat ditoleransi, dan murah
dengan efek samping relatif sedikit saat digunakan pada dosis terapi yang
direkomendasikan. Paracetamol sering diresepkan dalam bentuk campuran
dengan obat lain. Obat ini dapat ditemukan di berbagai sediaan seperti tablet,
kaplet, kapsul, sirup, dan bubuk. Kafein adalah senyawa alkaloid metilxantine
(basa purin) yang berwujud kristal berwarna putih dan bersifat psikoaktif.
Kafein digunakan sebagai stimulant sistem saraf pusat dan mempercepat
metabolisme (diuretik).
Penetapan kadar paracetamol dan kafein sangat penting untuk
dilakukan agar mengetahui tingkat keakuratan obat dalam pembuatan tablet.
Pemeriksaan mutu sediaan obat diperlukan agar kadar komposisi obat sesuai
dengan jumlah yang ditetapkan dan mengikuti prosedur analisis standar serta
dapat menunjang efek terapeutik yang diharapkan. Kadar yang tidak sesuai
dengan ketetapan dari obat akan mempengaruhi efek terapi yang diharapkan
dan mungkin menyebabkan hal-hal buruk, baik dengan efek samping yang
tidak diinginkan atau timbulnya efek toksik yang dapat merugikan pengguna.
Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, spektrofotometer UV-Vis
dapat digunakan untuk menetukan kadar campuran suatu zat dengan metode
simultan. Prinsip analisisnya dengan regresi berganda (multivariate
regression) melalui perhitungan operasi matris dengan pengamatan pada

5
beberapa panjang gelombang atau panjang gelombang berganda (multiple
wavelengths).
Tujuan dari penelitian ini untuk menetapkan kadar parasetamol dan
kafein dalam sediaan obat multikomponen dengan spektrofotometri UV-Vis
secara simultan. Manfaat penelitian ini yakni untuk memberikan alternatif
metode penetapan kadar parasetamol dan kafein dalam sediaan obat sakit
kepala multikomponen.

B. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui dan memahami cara penetapan kadar multikomponen


campuran paracetamol dan kafein secara spektrofotometer UV-Vis.
2. Menentukan kadar multikomponen campuran paracetamol dan kafein
secara spektrofotometri UV-Vis.
3. Memahami prinsip analisa spektrofotometri dan menerapkan
penetapan kadar campuran obat.

6
II. TINJAUAN PUSTAKA

Paracetamol (4-Acetamidophenol) merupakan salah satu obat Yng paling


umum digunakan diberbagai belahan dunia karena khasiatnya yang membantu
mencegah nyeri sendi, sakit gigi, sakit kepala seperti migraine, nyeri otot, dan
juga digunakan untuk meurunkan demam yang berasal dari virus dan bakteri.
Paracetamol merupakan obat yang termasuk golongan obat bebas. Obat ini biasa
digunakan oleh masyarakat umum untuk meredakan nyeri ringan, nyeri sedang,
dan demam ringan. Namun masyarakat pada umumnya tidak mengetahui dampak
dari penggunaan obat ini jika digunakan secara sembarangan dan terus menerus.
(Sari dan Kuntari, 2019)

Paracetamol akan menginduksi hepatotoksisitas dan nefrotoksisitas karena


kurangnya GSH untuk detoksifikasi. Nefrotoksisitas parasetamol telah dipelajari
dengan bukti morfologis dan fungsional kerusakan tubulus proksimal pada
manusia dan hewan laboratorium. Karena tubulus proksimal adalah tempat yang
paling umum di mana obat dapat terluka, pemahaman tentang efek toksisitas
tubulus proksimal obat sangat penting dalam evaluasi obat. Informasi tentang
mekanisme toksisitas selanjutnya akan berkontribusi pada hubungan struktur-
aktivitas dan meminimalkan risiko cedera ginjal klinis. Parasetamol adalah obat
anti inflamasi nonsteroid (NSAID) yang bila diberikan secara oral, sekitar 63%
dimetabolisme di hati oleh glukuronidasi dan 34% oleh sulfasi. Metabolit ini
kemudian diekskresikan oleh ginjal. Pada dosis terapeutik, kurang dari 5%
parasetamol dioksidasi oleh sistem enzim mikrosomal sitokrom P-450 menjadi zat
antara reaktif, N-asetil-p-benzokuinon imina (NAPQI). Pada dosis terapeutik,
metabolit elektrofilik ini kemudian didetoksifikasi melalui reaksi reduksi oleh
glutathione intraseluler (GSH) dan kemudian diekskresikan sebagai asam
merkapturat (Zain et al, 2021).

7
Gambar 1. Struktur Kimia Paracetamol

Kafein (1,3,7-trimethilxantin) adalah sejenis purin psikostimulan alkaloid


berbentuk serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat; biasanya menggumpal; tidak
berbau; rasa pahit, memiliki titik lebur pada 235°-237°. Kafein agak sukar larut
dalam air, etanol dan eter. Akan tetapi kafein mudah larut dalam kloroform dan
lebih larut dalam asam encer. Kafein diketahui memiliki efek ketergantungan dan
memiliki efek positif pada tubuh manusia dengan dosis rendah yaitu ≤ 400 mg
seperti peningkatan gairah, peningkatan kegembiraan, kedamaian dan kesenangan.
Selain itu, kafein juga memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara klinis,
seperti menstimulasi susunan pusat relaksasi otot polos terutama otot polos
bronkus dan stimulasi otot jantung (Elfariyanti et al, 2020).

Gambar 2. Struktur Kimia Coffein

8
Parasetamol adalah obat analgetik antipiretik yang populer dan tersedia
dalam berbagai bentuk sediaan farmasetik baik secara tunggal maupun kombinasi
dengan obat lain seperti kafein. Kafein merupakan alkaloid derivat xantin yang
terdapat dalam produk alam dan seringkali digunakan dalam terapi dengan
kombinasi bersama obat antiinflamasi non - steroid pada formulasi analgetic.
Sediaan obat yang mengandung kombinasi parasetamol, kafein dan propifena zon
banyak ditemukan di pasaran seperti tablet Saridon dan Bodrex migran, dengan
indikasi yaitu memberikan efek analgetik dan antipiretik pada sakit kepala dan flu.
Penggunaan obat ini semakin meningkat, sehingga sangat penting untuk
mengawasi kandungannya dalam formulasi farmasetik untuk menjamin
pencapaian efek terapi yang lebih baik dan penurunan toksisitas. Kombinasi obat
dalam sediaan multikomponen harus memenuhi persyaratan mutu, efikasi dan
keamanan, yang dapat dilakukan dengan beberapa analisis, salah satunya
penentuan kuantitatif kadar obat dalam sediaan untuk memastikan obat
mengandung jumlah yang sesuai etiket agar dapat memberikan efek yang
diinginkan (Yulyarti et al, 2018).

Penetapan kadar kafein dan parasetamol sediaan obat multikomponen


dapat dilakukan dengan metode titrimetri dan metode kromatografi cair kinerja
tinggi. Kelebihan menggunakan metode titrimetri yakni biaya yang digunakan
relatif murah, namunkekurangannyamemerlukan waktuanalisis yang lama dan
kurang sensitif untuk penentuanzat yang kadarnya kecil. Sedangkan metode
kromatografi cair kinerja tinggi yang memilikisensitifitas analisis yang tinggi
namun memerlukan biaya yang relatif mahal. Sejalan dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan, spektrofotometer UV-Vis dapat digunakan untuk menetukan
kadar campuran suatu zat dengan metode simultan. Prinsip analisisnya dengan
regresi berganda (multivariate regression) melalui perhitungan operasi matris
dengan pengamatan pada beberapa panjang gelombang atau panjang gelombang
berganda (multiple wavelengths) (Sari dan Kuntari, 2019).

9
III. METODE PERCOBAAN

A. Alat Dan Bahan

Alat – alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai
berikut.
1. Labu Takar 50 ml 100ml, dan 250 ml
2. Pipet Volume 1 ml, 2 ml, 5 ml, dan 10 ml
3. Timbangan Analitik
4. Spektrofotometri UV Vis

Adapun Bahan – bahan yang digunakan yaitu sebagai berikut.


1. NaOH
2. Kloroform
3. HCl Pekat
4. Paraceatmol, Caffein

B. Diagram Alir
1. Pembuatan larutan NaOH 1 N sebanyak 1000 ml

NaOH 1 N

 Ditimbang NaOH 40 g, dimasukkan kedalam beaker glass 250 ml,


dilarutkan dengan aquadest hingga larut.
 Dimasukkan kedalam labu takar 1000 ml, ditambahkan aquadest
sampai tanda batas.
 Digojog hingga homogen.

Hasil

10
2. Pembuatan NaOH 0,01 N sebanyak 1000 ml

NaOH 0,01 N

 Ditimbang NaOH 0,4 g, dimasukkan kedalam beaker glass 250 ml,


dilarutkan dengan aquadest hingga larut.
 Dimasukkan kedalam labu takar 1000 ml, ditambahkan aquadest
sampai tanda batas.
 Digojog hingga homogen.

Hasil

3. Pembuatan larutan HCl 0,1 N sebanyak 1000 ml

HCl 0,1 N

 Diisi labu takar ukuran 1000 ml dengan aquades sebanyak 250 ml,
lalu ditambahkan 8,3 ml HCl pekat secara perlahan.
 Dikocok sebentar, kemudian ditambahkan aquades sampai tanda
batas pada labu takar.
 Dihomogenkan.

Hasil

4. Persiapan larutan uji

Sari NaOH dan Sari CHCL3

 Ditimbang 10 tablet, kemudian dihitung bobot rata ratanya, lalu di


gerus ad homogen.
 Ditimbang 0,4 x bobot rata rata tablet, lalu dimasukan dalam
corong pisah + NaOH 1 N 20 ml.
 Diekstraksi dengan CHCl3 3 x masing masing 10 ml.
 Lalu dicuci sari CHCL3 dengan NaOH 1 N 10 ml.

11
 Sari NaOH untuk penetapan kadar parasetamol dan sari CHCL3
untuk penetapan kadar kofein.

Hasil

5. Penetapan kadar larutan uji Parasetamol

Kadar larutan uji Paracetamol


 Sari NaOH dimasukan dalam labu takar 100 ml lalu di ad dengan
NaOH.
 Lalu diambil 10 ml larutan dimasukan dalam labu takar 50 ml
ditambah NaOH 0.01N ad tanda batas.
 Di ambil 1 ml ad NaOH 50 ml dan dibaca absorbansi nya.

Hasil

6. Larutan baku parasetamol

Paracetamol pada 257 nm

 Ditimbang 200 mg parasetamol, lalu dilarutkan dengan NaOH


dalam labu takar 100 ml lalu di ad.
 Lalu diambil 10 ml larutan, dimasukan dalam labu takar 50 ml dan
ditambahkan NaOH 0.01 N ad tanda batas.
 Diambil 1 ml + NaOH ad 50 ml dan dibaca serapannya pada 257
nm.

Hasil

12
7. Penetapan kadar larutan uji coffein

Kadar larutan uji coffein pada 273 nm

 Sari CHCl3 diuapkan ad kering.


 Lalu dilarutkan residu dalam HCl 0,1N ad 50 ml.
 Diambil 1 ml +HCl 0.1 N ad 50 ml dan dibaca serapannya pada
273 nm.

Hasil

8. Larutan baku Coffein

Kadar larutan uji coffein pada 273 nm

 Ditimbang 20 mg coffein lalu dilarutkan dengan HCl 0,1 N dalam


labu takar 50 ml lalu di ad.
 Lalu diambil 1 ml larutan dimasukan dalam labu takar 50 ml
ditambahkan HCl 0,1 N ad tanda batas.
 Dibaca serapannya pada 273 nm.

Hasil

9. Dihitung penetapan kadar masing – masing senyawa (parasetamol dan


coffein) dengan menggunakan one point metode.

13
IV. DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan

1. Absorban Larutan

Larutan λ1 = 244 λ2 = 273


Standar Paracetamol 0,582 0,143
Standar Coffein 0,146 0,489
Sampel 0,605 0,612

2. Konsentrasi Standar
Paraceramol = 10 ppm
Coffein = 10 ppm

3. Berat rata-rata sampel = 0,6704 g


Berat cuplikan sampel = 0,1008 g

4. Kandungan paracetamol, coffein dalam sediaan = 500 mg : 65 mg

5. Persyaratan FI : 90% - 110% .

B. Perhitungan

14
1. Perhitungan Koefisien Absorptivitas
a. Paracetamol
Kadar = 10 ppm

λ1 = 244 λ2 = 273

A = ap1 . b . Cp A = ap2 . b . Cp
0,582 = ap1 . 1 . 10 0,143 = ap2 . 1 . 10
ap1 = 0,582 ap2 = 0,143
10 10
= 0,0582 = 0,0143

b. Coffein
Kadar = 10 ppm
λ1 = 244 λ2 = 273

A = ac1 . b . Cc A = ac2 . b . Cc
0,146 = ac1 . 1 . 10 0,489 = ac2 . 1 . 10
ac1 = 0,146 ac2 = 0,489
10 10
= 0,0146 = 0,0489

2. Persamaan Hukum Lambert-Beers pada Senyawa Campuran

Pengamatan λ1 = 244 Pengamatan λ2 = 273

Asampel1 = 0,605 Asampel2 = 0,612


ATotal1 = Ap1 + Ac1 ATotal2 = Ap2 + Ac2
0,605 = ap1 . b . Cp + ac1 . b . Cc 0,612 = ap2 .b.Cp + ac2.b.Cc
0,605 = 0,0582 Cp + 0,0146 Cc 0,612 =0,0143Cp+0,0489Cc

Pers. 1 Pers. 2

15
I : 0,605 = 0,0582 Cp + 0,0146 Cc x 0,0489

II : 0,612 = 0,0143Cp + 0,0489Cc x 0,0146

I : 0,02958 = 0,00285 Cp + 0,00071 Cc

II : 0,00894 = 0,00894 Cp + 0,00071 Cc -

0,02064 = 0,002641 Cp + 0

0,02064
Cp = 0,002641 = 7,815 𝑝𝑝𝑚

I : 0,605 = 0,0582 Cp + 0,0146 Cc

0,605 = 0,0582 (7,815) + 0,0146 Cc

0,605 = 0,4548 + 0,0146 Cc

0,605− 0,4548
Cc = = 10,288 𝑝𝑝𝑚
0,0146

Cp = 7,815 ppm (konsentrasi sebenarnya)

Cc = 10,288 ppm (sampel + adisi)

Sehingga diperoleh

C coffein sampel = Cc – Cc adisi

= 10, 288 ppm – 10 ppm

= 0,288 ppm

16
3. Perhitungan Kadar Sampel Dalam Tablet
Cp sampel = 7,815 ppm
 X FP 100x
Cc sampel = 0,288 ppm

Cp sampel = 7,815 ppm x 100 = 781,5 ppm


Cc sampel = 0,288 ppm x 100 = 28,8 ppm

a. Paracetamol = 781,5 ppm dalam 100 ml


781,5 𝑚𝑔 78,15 𝑚𝑔
=
1000 ml 100 ml

Dalam cuplikan sampel mengandung 78,15 mg pct

b. Coffein = 28,8 ppm dalam 100 ml


28,8 𝑚𝑔 2,88𝑚𝑔
=
1000 ml 100 ml

Dalam cuplikan sampel mengandung 2,88 mg coffein

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
Kadar pertablet = 𝑥 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙/𝑐𝑜𝑓𝑓𝑒𝑖𝑛
Cuplikan

a. Paracetamol

0,6704 𝑔
𝑥 78,15 𝑚𝑔 = 519, 76 𝑚𝑔/𝑡𝑎𝑏
0,1008 g

b. Coffein
0,6704 𝑔
𝑥 2,88 𝑚𝑔 = 19,15 𝑚𝑔/𝑡𝑎𝑏
0,1008 g

4. Perhitungan Kadar % Recovery


𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
a. % Rec Pct. = 𝑥 100%
kadar dietiket
519,76 𝑚𝑔
= 𝑥 100%
500 mg

= 103,95% ( memenuhi persyaratan)

17
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
b. %Rec Coffein = 𝑥 100%
kadar dietiket
19,15 𝑚𝑔
= 𝑥 100%
65 mg

= 19,46%

18
C. Pembahasan

Dalam pembuatan obat biasanya


formulator menggabungkan beberapa zat aktif dalam suatu sediaan. Kadar dua zat
campuran dapat ditentukan menggunakan metode spektrofotometri tanpa harus
dipisahkan terlebih dahulu. Panjang gelombang optimum kedua campuran zat
harusnya tidak berdempetan. Hasil absorpsi larutan campuran kedua zat tersebut
pada panjang gelombang masing-masing merupakan jumlah absorpsi dari masing-
masing zat tunggalnya.

Penentuan parasetamol dan kafein dalam sediaan obat multikomponen


menggunakan spetrofotometri UV-Vis. Pengukuran menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis ini didasarkan pada hubungan antara berkas radiasi
elektromagnetik yang diabsorpsi dengan tebalnya cuplikan dan konsentrasi dari
komponen penyerap. Tujuan dari percobaan kali ini yaitu untuk mendapatkan
kadar pada campuran parasetamol dan kaffein pada sediaan tablet secara
spektrofotometri UV-Vis.

Pada percobaan ini, NaOH digunakan sebagai blanko untuk


mengetahui besarnya serapan oleh zat yang bukan analit. Penyaringan dilakukan
untuk menghilangkan partikel padat atau kotoran yang dapat mempengaruhi daya
absorbansi sampel.Analisis kuantitatif suatu komponen zat dalam campuran atau
yang dikenal dengan analisis multikomponen secara spektrofotometri dapat
dilakukan teknik serapan individual atau persamaan simultan, tergantung pada
profil kurva serapan masing-masing komponen. Jika profil kurva serapan masing-
masing komponen saling tumpah tindih keseluruhan maka dapat digunakan teknik
persamaan simultan.

Analisis campuran multikomponen yang digunakan pada pengujian ini


menggunakan sampel obat yang mengandung 500 mg parasetamol dan 65 mg
kafein pertablet. Adapun perhitungannya dilakukan dengan menggunakan aplikasi
system persamaan linier yang merupakan permodelan atau adapasi hukum
Lambert-Beers. Dari praktikum, diperoleh kadar pertablet dari paracetamol adalah
519,76 mg/tab dan kadar pertablet dari coffein 19,15 mg/tab. Kandungan
parasetamol seharusnya adalah 500 mg dan kandungan coffein seharusnya adalah

19
65mg. Penyebab perbedaan nilai kandungan yang dideteksi jauh dengan nilai
kandungan sebenarnya, mungkin dapat disebabkan antara lain :

1. Coffein agak sukar larut di dalam NaOH, menurut farmakope kelarutannya


1 : 30 –100. Kandungan coffein di dalam sampel kurang dari kandungan
coffein yang seharusnya itu mungkin disebabkan karena coffein yang larut
dalam sampel kurang sempurna dan tersaring waktu proses penyaringan.
Sehingga menghasilkan kadar yang lebih kecil dari semestinya.
2. Kelarutan Parasetamol di dalam NaOH 1 : 15. Parasetamol larut dalam
NaOH.

Dilihat dari strukturnya, Paracetamol dan Coffein memiliki gugus


kromofor dan auksokrom sehingga dapat menyerap radiasi dan dapat
dilakukan deteksi kandungan dengan metode spektrofotometri.

Dari percobaan diperoleh % recovery kadar dari paracetamol sebesar


103,95 % dan coffein sebesar 19,46%. Untuk paracetamol sudah memenuhi
syarat sesuai FI, sedangkan coffein belum memenuhi syarat.

Nama : Paracetamol
Berat molekul : 151,16 g/mol
Rumus empiris : C8H9NO2
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N, mudah
larut dalam etanol.

20
Coffein (1, 3, 7, trimethylxanthine) merupakan sejenis alkaloid
heterosiklik yang termasuk dalam golongan methylxanthine. Menurut definisi
artinya senyawa organik yang mengandung nitrogen degan struktur dua cincin
atau dua siklik seperti pada gambar dibawah ini. Kafein memiliki berat
molekul 194,19 g/mol dan fungsinya untuk menstimulasi susunan saraf pusat
serta dapat memperkuat efek analgetik parasetamol.

Nama : Coffein
Berat molekul : 194,19 g/mol
Rumus empiris : C8H10N4O2
Pemerian : Serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat, putih, tidak
berbau, rasa pahit.
Kelarutan : Mudah larut dalam kloroform, sukar larut dalam eter,
agak sukar larut dalam air.

Kombinasi obat dalam sediaan multikomponen harus memenuhi


persyaratan mutu, efikasi dan keamanan, yang dapat dilakukan dengan
beberapa analisis, salah satunya penentuan kuantitatif kadar obat dalam
sediaan untuk memastikan obat mengandung jumlah yang sesuai etiket agar
dapat memberikan efek yang diinginkan.

21
V. KESIMPULAN

1. Kadar Parasetamol yang didapatkan adalah 519,76 mg/tab dan kadar


koffein yang didapatkan adalah 19,15 mg/tab.
2. Persentase kadar recovery Parasetamol adalah 103,95% dan koffein
19,46%.
3. Penentuan kadar campuran parasetamol dan kofein dalam sediaan tablet
dapat dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis.

22
DAFTAR PUSTAKA

Elfariyanti, Silviana, E., dan Sntika, M. 2020. Analisis Kandungan Pada Kopi
Seduhan Warung Kopi Di Kota Banda Aceh. Lantanida Journal. 8(1), 3.

Sari, A. I. N. dan Kuntari, 2019. Penentuan Kafein dan Parasetamol dalam


Sediaan ObatSakit KepalaSecara Simultan Menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis. Indonesian Journal of Chemical Analysis.
2(1), 20-27.

Yulyarti, E., Rifai, Y., dan Yuliyanty, R. 2018. Penetapan Kadar Parasetamol,
Kafein Dan Propifenazon Secara Simultan Dalam Sediaan Tablet
Dengan Metode KCKT. Majalah Farmasi dan Farmakologi. 22(1), 1.

Zain, D. N., Pebiansyah, A., dan Aprilia, A. Y. 2021. Aktivitas Nefroprotektif


Ekstrak Etanol Bunga Telang Terhadap Tikus Yang Diinduksi
Parasetamol. Pharmacoscript. 4(2), 186.

23

Anda mungkin juga menyukai