Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/340738782

PENGEMBANGAN DAN VALIDASI METODE ANALISIS IBUPROFEN SUSPENSI


DENGAN METODE ABSORBANSI DAN LUAS DAERAH DI BAWAH KURVA
SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

Preprint · April 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.24245.83684

CITATIONS READS

0 963

3 authors:

Harrizul Rivai Sestry Misfadhila


Universitas Andalas Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang
171 PUBLICATIONS   171 CITATIONS    18 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Fino A K Pernandes
Stifarm Padang
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Herbal Analysis View project

Pharmaceutical Care View project

All content following this page was uploaded by Harrizul Rivai on 18 April 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGEMBANGAN DAN VALIDASI METODE ANALISIS IBUPROFEN SUSPENSI
DENGAN METODE ABSORBANSI DAN LUAS DAERAH DI BAWAH KURVA
SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

Harrizul Rivai1), Sestry Misfadhila2), Fino A.K Pernandes2)


1)
. Fakultas Farmasi Universitas andalas ( UNAND) Padang.
2)
. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang.
Email : Finofernandes21@gmail.com

ABSTRACT

Penelitian tentang pengembangan dan validasi analisis ibuprofen suspensi dengan metode
absorbansi dan luas daerah di bawah kurva secara spektrofotometri ultraviolet telah
dilakukan. Ibuprofen dilarutkan dengan 4 pelarut yaitu metanol, etanol, aseton dan kloroform.
Ibuprofen dalam masing-masing pelarut di uji dengan spektrofotometer UV.
Spektrofotometer UV menunjukkan bahwa pelarut yang baik untuk analisis ibuprofen
suspensi adalah etanol dengan λ maksimal = 220,80 nm. Penetapan kadar ibuprofen suspensi
dengan merek dagang proris pada metode absorbansi dan luas daerah dibawah kurva
diperoleh rata-rata kadar yaitu 94,3894 % ± 1,0906 dan 71,472 % ± 1,0104. Berdasarkan 5
parameter validasi yang di uji dapat disimpulkan bahwa hanya metode absorbansi yang valid
untuk analisis ibuprofen suspensi.
Kata Kunci : Ibuprofen, Suspensi, Spektrofotometri

ABSTRACT
Research on the development and validation of ibuprofen suspension analysis with the
absorbance method and the area under the curve by ultraviolet spectrophotometry has been
performed. Ibuprofen was dissolved with 4 solvents namely methanol, ethanol, acetone and
chloroform. Ibuprofen in each solvent was analysis with a UV spectrophotometer. UV
spectrophotometer shows that a good solvent for the analysis of suspension ibuprofen is
ethanol with a maximum λ = 220.80 nm. Determination of the concentration of ibuprofen
suspension with the proris trademark in the absorbance method and the area under the curve
obtained an average level of 94.3894% ± 1.0906 and 71.472% ± 1.0104. Based on the 5
validation parameters analysis it can be concluded that only the absorbance method is valid
for ibuprofen suspension analysis.

Keywords : Ibufrofen, Suspension, Spectrophotometry

Pendahuluan Indonesia, 2007). Untuk anak anak


Salah satu obat yang sering pembuatan suspensi oral lebih disukai
digunakan dalam terapi penghilang nyeri daripada bentuk padat (tablet atau kapsul
ringan dan sedang adalah ibuprofen. dari obat yang sama), karena mudah
Ibuprofen merupakan turunan asam dalam pemberian (Ansel, 2008).
propionat, ibuprofen merupakan golongan Dalam pembuatan obat,
NSAID dengan sifat analgesik dan pemeriksaan kadar zat aktif merupakan
antipiretik. Mekanisme kerja ibuprofen persyaratan yang harus dipenuhi untuk
adalah dengan menghambat enzim menjamin kualitas dan sediaan obat,
siklooksigenase dengan cara mengganggu sediaan obat yang berkulitas baik akan
perubahan asam arakidonat menjadi menunjang tercapainya efek terapeutik
prostaglandin (Departemen Farmakologi yang diharapkan. Salah satu persyaratan
Fakultas Kedokteran Universitas mutu sediaan obat adalah kadar zat
1
aktifnya harus memenuhi persyaratan 2016). Selanjutnya metode yang
kadar seperti yang tercantum dalam tervalidasi ini diaplikasikan pada
Farmakope Indonesia. penentuan kadar suspensi ibuprofen.
Farmakope Indonesia Edisi V Metode Penelitian
(2014) merekomendasikan pengunaan Alat dan Bahan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Alat yangdigunakan dalam
(KCKT) untuk menetapkan kadar penelitian ini adalah Spektrofotometer
ibuprofen dalam suspensi, metode ini UV-Vis (Shimadzu UV-1800), timbangan
memerlukan alat dan biaya operasional analitik(Precisa®), alat-alat gelas seperti
yang relatif mahal serta waktu analisis corong(Iwaki®), gelas ukur(Iwaki®),
relatif lama. Mengingat hal itu diperlukan erlenmeyer (Iwaki®), labu ukur(Iwaki®),
metode analisis alternatif yang pipet ukur, pipet tetes, spatel, kertas
memerlukan alat dan biaya operasional saring, aluminium foil, batang
yang relatif murah dalam pelaksanaanya , pengadukdan alat-alat gelas lainnya yang
namun dapat memberikan hasil dengan menunjang penelitian.
akurasi dan presisi yang baik.
Spektrofotometer UV-Vis adalah Bahan yang digunakan dalam
pengukuran panjang gelombang dan penelitian ini Ibuprofen (Hubei Granules
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya Biocause Pharmaceutical),Proris®
tampak yang diabsobsi oleh sampel. Sinar suspensi 100 mg/5 mL (Pharos), Metanol
ultraviolet dan cahaya tampak memiliki (CH3OH), Etanol (C2H5OH), Kloroform
energi yang cukup untuk mempromosikan (CHCl3), Aseton (C3H6O) dan Air suling
elektron pada kulit terluar ke tingkat (PT Brataco).
energi yang lebih tinggi. Spekroskopi
Prosedur
UV-Vis biasanya digunakan untuk Pembuatan Larutan Baku Ibuprofen
molekul dan ion anorganik atau komplek 1000µg/mL dari 4 Pelarut
di dalam larutan. Spektrum UV-Vis Larutan Baku Ibuprofen 1000 µg/mL
mempunyai bentuk yang lebar dan hanya Dengan Pelarut Metanol
sedikit informasi tentang stuktur yang bisa Buat larutan baku ibuprofen murni dengan
didapatkan dari spektrum ini. Tetapi konsentrasi 1000 µg/mL, dengan cara
spektrum ini sangat berguna untuk ditimbang seksama 10 mg ibuprofen murni
pengukuran secara kuantitatif. menggunakan timbangan analitik, masukkan
Konsentrasi dari analit didalam larutan ke dalam labu ukur 10 mL, kemudian
bisa ditentukan dengan mengukur tambahkan sebagian 4 pelarut dimasing-
absorban pada panjang gelombang masing labu ukur metanol, etanol, kloroform
tertentu dengan menggunakan hukum dan aseton kocok hingga larut lalu
Lambert-Beer (Dachriyanus, 2002). dicukupkan dengan metanol sampai tanda
batas, kocok homogen.
Berdasarkan hal tersebut di atas
maka diperlukan suatu metode alternatif Penentuan Panjang Gelombang Serapan
untuk pengembangan dan validasi analisis Maksimum Ibuprofen
ibuprofen dalam sediaan suspensi dengan
alat dan biaya yang relatif murah serta Dari masing-masing larutan baku
mudah dalam pelaksanaannya, namun ibuprofen 1000 µg/mL dengan berbagai
memberikan hasil dengan akurasi dan macam pelarut (metanol, etanol, aseton dan
kloroform), lakukan pengenceran hingga
presisi yang baik. Adapun metode yang
didapatkan konsentrasi 100 µg/mL dengan
dipilih adalah metode Spektrofotometri cara pipet sebanyak1mL masukkan kedalam
Utraviolet. Untuk menguji keabsahan dari labu ukur 10 mL, kemudian tambahkan
metode ini maka dilakukan uji validasi dengan masing-masing pelarut sampai tanda
dengan parameter akurasi, presisi, batas batas, homogenkan. Kemudian masing-
deteksi, dan batas kuantitasi (Rohman, masing larutan baku ibuprofen 100 µg/mL

2
dengan berbagai macam pelarut,dipipet dengan spektrofotometer UV-Vis pada
dengan mikro pipet 1,0 mL masukkan panjang gelombang maksimum ibuprofen.
kedalam labu ukur 10 mL kemudian Tentukan kadar ibuprofen berdasarkan
dicukupkan dengan pelarut masing-masing persamaan regresi linier ibuprofen.
sampai tanda batas, kocok homogen sehingga
didapat konsentrasi 10 µg/mL, serapan diukur Validasi Metode Analisis
pada rentang panjang gelombang 200 – 400 1. Uji Linearitas
nm dengan spektrofotometer ultraviolet Dari data pengukuran kurva kalibrasi,
sehingga diperoleh panjang gelombang
kemudian dianalisis dengan regresi linear
maksimum ibuprofen.
sehingga diperoleh koefisien korelasi (r)
Pembuatan Kurva Kalibrasi Ibuprofen yang menunjukkan linearitasnya. Nilai
Dari larutan baku ibuprofen 1000 linearitas yang baik adalah 0.99 ≤ r ≤ 1
µg/mL yang diencerkan menjadi 100 (Gandjar & Rohman, 2013).
µg/mL dalam pelarut terbaik dipipet
dengan pipet volume sebanyak 0,6 mL, 2. Uji Batas Deteksi dan Batas
0,8 mL, 1 mL, 1,2 mL dan 1,4 mL Kuantitasi
Batas deteksi dan batas kuantifikasi
masukkan masing-masing kedalam labu
ditentukan regresi kurva baku yang
ukur 10 mL, cukupkan sampai tanda batas
diperoleh. Nilai LOD = 3,3 (SD/b) dan
lalu homogenkan hingga diperoleh
LOQ = 10 (SD/b), standar deviasi (SD)
konsentrasi 6 µg/mL, 8 µg/mL, 10
respon ditentukan berdasarkan standar
µg/mL,12 µg/mL, dan 14 µg/mL.
deviasi residual (simpangan baku
Kemudian diukur absorban dan luas
residual) merupakan nilai kemiringan
daerah di bawah kurva masing-masing
(slope/b) garis atau regresi linier y = a +
larutan dengan panjang gelombang
bx (Gandjar &Rohman, 2013).
maksimum ibuprofen.
3. Uji Akurasi
Penetapan Kadar Ibuprofen dalam Uji akurasi dilakukan melalui uji
Suspensi perolehan kembali. Dilakukan dengan
Ambil setara 50 mg ibuprofen metode “spiking” yaitu dengan cara
dalam suspensi (Proris®) dengan cermat. menambahkan sejumlah larutan baku
Larutkan dengan etanol dalam labu ukur ibuprofen ke dalam suatu larutan uji yang
100 mL, kemudian larutan disonikasi kadarnya telah diketahui dari konsentrasi
dengan menggunakan ultrasonic bath larutan baku yang ditambahkan yaitu
(Branson 3510), lalu dicukupkan dengan 80%, 100% dan 120% dan masing-masing
Etanol sampai tanda batas, dan saring dilakukan 3 kali pengulangan. Kemudian
larutan menggunakan kertas saring, maka dihitung nilai perolehan kembali baku
diperoleh konsentrasi 500 µg/mL. pembanding yang ditambahkan pada
Lakukan pengeceran pada larutan hingga larutan uji yang dinyatakan dengan %
di dapat konsentrasi 100 µg/mL dengan perolehan kembali. Metode validasi
cara pipet sebanyak 20 mL masukkan memenuhi syarat jika persen perolehan
kedalam labu ukur 100 mL, kemudian kembalinya dengan nilai rentang 80% -
encerkan dengan Etanol sampai tanda 120% (Gandjar & Rohman, 2013).
batas, homogenkan. Kemudian larutan
baku ibuprofen100 µg/mL dipipet dengan 4. Uji Presisi
pipet volume 1 mL masukkan kedalam Uji presisi dilakukan pada tingkat
labu ukur 10 mL kemudian dicukupkan keterulangan dengan cara mengukur kadar
dengan pelarut terbaik sampai tanda batas, larutan baku ibuprofen dengan
kocok homogen sehingga didapat konsentrasi 12 µg/mL pada 3 waktu yang
konsentrasi setara 10 µg/mL. Ukur berbeda dalam satu hari (intraday) dengan
absorban dan luas daerah di bawah kurva pengulangan masing-masing 3 kali serta

3
pengukuran larutan baku ibuprofen
dengan konsentrasi yang sama pada 3 hari S y2. x =
∑Y 2
− a ∑ Y − b∑ XY
berturut-turut (interday) dengan n−2
pengulangan masing-masing 3 kali. Nilai
RSD antara 1 – 2% biasanya S y / x = S y2/ x
dipersyaratkan untuk senyawa-senyawa
aktif dalam jumlah yang banyak,
Batas deteksi dan batas kuantitasi dihitung
sedangkan untuk senyawa-senyawa
berdasarkan rumus:
dengan kadar sekelumit, RSD berkisar
Batas deteksi (Q),
antara 5 – 15% (Gandjar & Rohman,
Karena k = 3,3 atau 10, simpangan baku
2013).
(Sb) = Sy/x, maka:
Analisis Data 3,3 Sy/x
𝑄𝑄 =
1. Penetapan Kadar 𝑏𝑏
Kadar ibuprofen dalam tablet ditentukan Batas kuantitasi (Q)
berdasarkan persamaan regresi linier y = 10 Sy/x
𝑄𝑄 =
a+bx. 𝑏𝑏
∑ 𝑦𝑦 − 𝑏𝑏 ∑ 𝑥𝑥 4. Akurasi
𝑎𝑎 = 𝑏𝑏 Tujuan dilakukan akurasi yaitu untuk
n
n ∑ xy − ∑ x . ∑ 𝑦𝑦 mengetahui bahwa metode analisis
= mempunyai derajat kedekatan hasil
𝑛𝑛 ∑ 𝑥𝑥 2 − (∑ 𝑥𝑥) ²
Keterangan:y = luas area analisis dengan kadar analit yang
x = konsentrasi (µg/mL) sebenarnya. Akurasi diukur sebagai
a = Intersep/ titik potong banyaknya analit yang diperoleh kembali.
pada sumbu Y Persen perolehan kembali
𝐶𝐶1 − 𝐶𝐶2
b = slope/ kemiringan = 𝑥𝑥100 %
2. Linearitas Kurva Baku 𝐶𝐶3
Ket. C1= konsentrasi sampel + baku
Tujuan linearitas yaitu untuk mengetahui
C2= konsentrasi sampel
seberapa baik kurva kalibrasi yang
sebenarnya
menghubungkan antara respon (y) dan
C3= konsentrasi baku yang
konsentrasi (x).
ditambahkan
Linearitas ditentukan berdasarkan nilai
Metode validasi memenuhi syarat
koefisien korelasi (r) dari persamaan
jika persenperolehan kembalinya dengan
regresi y= a + bx
nilai rentang 80 – 120% (Gandjar &
r=
∑ xi yi − ∑ xi ∑ yi / n Rohman, 2013).
∑ ( xi − x ) 2 ∑ ( yi − y ) 2 5. Presisi
Tujuan dilakukan presisi yaitu untuk
Persamaan regresi ini dapat digunakan
mengetahui kedekatan hasil analisis
jika faktor korelasinya 0,99 ≤ r ≤ 1
apabila dilakukan oleh analis yang sama
(Gandjar & Rohman, 2013).
dengan waktu yang berbeda. Presisi
3. Batas Deteksi (LOD) dan Batas dinyatakan dengan persen simpangan
Kuantitasi (LOQ) baku relatif (RSD) atau persen koefisien
Tujuan penentuan batas deteksi yaitu variasi.
untuk mengetahui jumlah terkecil analit 𝑆𝑆𝑆𝑆
𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 = 𝑥𝑥100 %
yang masih bisa dideteksi namun tidak 𝑥𝑥̅
perlu dapat terukur dan tujuan penentuan Persen RSD dinyatakan memenuhi
batas kuantitasi yaitu untuk mengetahui validasi metode jika nilai RSD antara 1 –
jumlah terkecil analit yang masih bisa 2% biasanya dipersyaratkan untuk
diukur dengan akurat. senyawa-senyawa aktif dalam jumlah
yang banyak, sedangkan untuk senyawa-

4
senyawa dengan kadar sekelumit, RSD 3. Hasil absorban pada konsentrasi 6
berkisar antara 5 – 15% (Gandjar & μg/mL, 8 μg/mL, 10 μg/mL, 12μg/mL
Rohman, 2013). dan 14 µg/mL larutan ibuprofen
adalah berturut-turut 0,290; 0,388;
6 Uji t Dua Sampel Berpasangan 0,491; 0,594 dan 0,692.
Perhitungan statistik uji t dua sampel
berpasangan secara manual menggunakan Tabel 1. Data Kurva Kalibrasi
persamaan sebagai berikut: Ibuprofen dalam Pelarut Etanol
(δm − 𝛿𝛿𝐻𝐻0 ) (δm − 𝛿𝛿𝐻𝐻0 ) dengan Metode Absorbansi pada
𝑡𝑡(𝑑𝑑𝑑𝑑.𝛼𝛼) = =
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑆𝑆𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 /√𝑁𝑁 Panjang Gelombang 220,80 nm
t (df.α) = statistik t hitung rancangan
percobaan Konsentrasi
No Absorban
δm = rerata terhitung dari beda antara (µg/mL)
pasangan data 1 6 0,290
𝛿𝛿𝐻𝐻0 = rerata teoritis dari beda antara 2 8 0,388
pasangan data 3 10 0,491
𝑆𝑆𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏= simpangan baku beda antara 4 12 0,594
pasangan data terhitung
5 14 0,692
𝑁𝑁= banyaknya pasangan data

Hasil Dan Pembahasan 0.8


Dari penelitian yang telah 0.7
y = 0,0505x - 0,014
0.6
Absorbans

dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai r = 0,99995


0.5
berikut:
0.4
1. Penentuan pelarut terbaik untuk 0.3
analisa ibuprofen suspensi adalah 0.2
etanol. 0.1
2. Hasil penentuan panjang gelombang 0
serapan maksimum ibuprofen 10 0 5 10 15
µg/mL dengan pelarut etanol
menunjukan serapan maksimum pada Konsentrasi
panjang gelombang 220,80 nm dengan
serapan 0,489 . Gambar 2. Kurva Kalibrasi Ibuprofen
dalam Pelarut Etanol dengan Metode
Absorbansi pada Panjang Gelombang
220,80 nm.

4. Hasil luas daerah di bawah kurva pada


konsentrasi 6 μg/mL, 8 μg/mL, 10
μg/mL, 12μg/mL dan 14 µg/mL
larutan ibuprofen adalah berturut-turut
1,285; 1,557; 1,987; 2,065 dan 2,360.

Gambar 1.Spektrum Ultraviolet Ibuprofen


Konsentrasi 10 µg/mL dengan Pelarut
Etanol.

5
Tabel 2. Data Kurva Kalibrasi metode absorbansi adalah 0,1085
Ibuprofen dalam Pelarut Etanol µg/mL dan 0,3615 µg/mL.
dengan Metode Luas Daerah di d. Batas deteksi dan batas kuantitas
Bawah Kurva Pada Panjang ibuprofen suspensi berdasarkan
Gelombang 220,80 nm metode luas daerah di bawah
Luas kurva adalah 2,0033 µg/mL dan
Konsentrasi daerah di 6,6777 µg/mL
No e. Penentuan presisi pada ibuprofen
(µg/mL) bawah
kurva suspensi secara intraday dengan
metode absorban pada waktu pagi,
1 6 1,285 siang dan sore diperoleh % RSD
2 8 1,557 pada konsentrasi 10 µg/mL yaitu
3 10 1,987 0,31 %, 0,40 % dan 0,20 %.
Konsentrasi 12 µg/mL yaitu 0,25
4 12 2,065 %, 0,34 % dan 0,51 %.
5 14 2,360 Konsentrasi 14 µg/mL yaitu 0,36
%, 0,22 %, dan 0,29 %.
f. Penentuan presisi pada ibuprofen
suspensi secara intraday dengan
metode luas daerah di bawah
kurva pada waktu pagi, siang dan
sore diperoleh % RSD pada
konsentrasi 10 µg/mL yaitu 0,12
%, 0,08 % dan 0,09 %.
Konsentrasi 12 µg/mL yaitu 0,10
%, 0,06 % dan 0,06 %.
Gambar 3. Kurva Kalibrasi Ibuprofen Konsentrasi 14 µg/mL yaitu 0,11
dalam Pelarut Etanol dengan Metode %, 0,17 %, dan 0,08 % .
Luas Daerah di Bawah Kurva pada g. Penentuan presisi pada ibuprofen
Panjang Gelombang 220,80 nm. suspensi secara interday dengan
metode absorbansi pada waktu
5. Rata-rata penetapan kadar ibuprofen pagi, siang dan sore diperoleh %
dalam suspensi Proris berdasarkan RSD pada konsentrasi 10 µg/mL
metode absorbansi adalah 94,3894 % yaitu 0,20 %, 0,61 % dan 0,31 %.
± 1,0906. Konsentrasi 12 µg/mL yaitu 0,25
6. Rata-rata penetapan kadar ibuprofen %, 0,10 % dan 0,26 %.
dalam suspensi Proris berdasarkan Konsentrasi 14 µg/mL yaitu 0,16
metode luas daerah di bawah kurva %, 0,22 %, dan 0,08 %.
adalah 71,472 % ± 1,010. h. Penentuan presisi pada ibuprofen
7. Validasi metode analisis suspensi secara interday dengan
a. Persamaan regresi linier larutan metode luas daerah di bawah
ibuprofen berdasarkan metode kurva pada waktu pagi, siang dan
absorban adalah y = 0,0505x – sore diperoleh % RSD pada
0,014. konsentrasi 10 µg/mL yaitu 0,16
b. Persamaan regresi linier larutan %, 0,27 % dan 0,12 %.
ibuprofen berdasarkan metode luas Konsentrasi 12 µg/mL yaitu 0,06
daerah di bawah kurva adalah y = %, 0,10 % dan 0,22 %.
0,1329x + 0,5218. Konsentrasi 14 µg/mL yaitu 0,06
c. Batas deteksi dan batas kuantitas %, 0,08 %, dan 0,11 %.
ibuprofen suspensi berdasarkan

6
Penelitian ini dilakukan dengan penentuan struktur suatu senyawa maka
tujuan untuk mengembangkan dan pita pada spektrum akan melebar dari
memvalidasi metode analisis ibuprofen yang sesungguhnya. Selain itu yang perlu
suspensi dengan metode luas daerah di diperhatikan dalam pemilihan pelarut
bawah kurva dan absorbansi secara adalah polaritas pelarut yang dipakai,
Spektrofotometri ultraviolet. Ibuprofen karena akan sangat berpengaruh terhadap
memiliki nama kimia (±)-2-(p- pergeseran spektrum molekul yang
Isobutylfenyl) Propionic acid, memiliki dianalisis.
sifat analgesik, anti-inflamasi, dan sifat
anti piretik, walaupun sifat anti-inflamasi Berdasarkan hasil pembuatan
mungkin lebih lemah dari pada beberapa kurva kalibrasi ibuprofendengan
obat non steroid anti-inflamasi lainnya. konsentrasi 6 µg/mL, 8 µg/mL, 10
Ibuprofen adalah penghambat reversible µg/mL, 12 µg/mL dan 14µg/mL dengan
siklo-oksigenase, menghambat sintesa melihat hubungan antara konsentrasi
prostaglandin tetapi tidak menghambat dengan absorban didapatkan persamaan
leukotrien. Semuanya diabsorbsi dengan regresi linear yaitu y = 0,0505x - 0,014.
baik pada pemberian per oral. Sedangkan dari pembuatan kurva
Penelitian ini dilakukan beberapa kalibrasi ibuprofen dengan melihat
tahapan yaitu pembuatan larutan induk hubungan antara konsentrasi denganluas
ibuprofen 1000 µg/mL dengan beberapa daerah di bawah kurva hasil pengukuran
pelarut (metanol, etanol, kloroform dan didapatkan persamaan regresi linear yaitu
aseton). Penentuan panjang gelombang y = 0,1329x+ 0,5218. Hasil pembuatan
maksimum ibuprofen, pembuatan kurva kurva kalibrasi yang menghubungkan
kalibrasi, penetapan kadar ibuprofen antara konsentrasi dengan absorban dan
suspensi, validasi metode analisis konsentrasi dengan luas daerah di bawah
(linearitas, penentuan batas deteksi, batas kurva ditentukan linearitasnya. Tujuan
kuantitasi, persen perolehan kembali dan linearitas yaitu untuk mengetahui
presisi) dengan menggunakan metode seberapa baik kurva kalibrasi yang
spektrofotometri ultraviolet. menghubungkan antara respon (y) dan
konsentrasi (x). Linearitas dengan metode
Berdasarkan hasil penelitian dengan absorbansi diperoleh koefisien korelasi
mengujicobakan beberapa pelarut (r)yaitu = 0,99995 dan linearitas dengan
yaitupelarut metanol, etanol, aseton dan metode luas daerah dibawah kurva
diperoleh koefisien korelasi (r) yaitu =
kloroform, didapat hasil pelarut terbaik
0,98366, tapi dari kedua hasil koefisien
yang digunakan adalah pelarut etanol korelasi diatas koefisien korelasi
destilat,hal ini dapat dilihat dari spektrum hubungan antara konsentrasi dengan
yang menunjukkan nilai λmax 220,80 nm absorban yang memiliki nilai lebih baik
dengan absorban 0,489 dan hanya karena lebih mendekati 1 sesuai dengan
sedikitnya pengotor yang dilihat dari hasil literatur yang menyatakan kriteria
penentuan λmax. penerimaan yaitu nilai koefisien korelasi
(r) mendekati 1 (0,99≤ r ≤ 1) (Gandjar &
Pelarut tidak berwarna yang Rohman, 2013).
dianalisis spektrofotometri UV tidak
Hasil penetapan kadaribuprofen
boleh ada partikel koloid ataupun suspensi
dengan nama dagang Proris® suspensi
karena akan memperbesar absorbansinya,
(No. Batch C9A012A, Exp. Januari 2021)
akibatnya bila dihubungkan dengan rumus
didapat persen kadar masing-masing yaitu
yang diturunkan dari hukum Lambert-
94,3894 % ± 1,0906 dengan metode
Beer konsentrasi zat yang dianalisis
absorbansi sehingga kadar ibuprofen
makin besar dan apabila digunakan untuk
dengan nama dagang Proris® suspensi

7
(No. Batch C9A012A, Exp. Januari tetapi kriteria ini sangat fleksibel
2021)memenuhi persyaratan Farmakope tergantung pada konsentrasi analit yang
Indonesia Edisi V yaitu 90,0-110,0 % diperiksa, jumlah sampel dan kondisi
(Kementerian Kesehatan Republik laboratorium. Pada kadar 1% atau lebih,
Indonesia, 2014). Sedangkan hasil standar deviasi relatif antara laboratorium
penetapan kadar dengan metode luas adalah sekitar 2,5% ada pada satu
daerah di bawah kurva adalah 71,472 % perseribu adalah 5%. Pada kadar satu per
±1,0104 sehingga tidak memenuhi sejuta (ppm) RSDnya adalah 16% dan
persyaratan Farmakope Indonesia Edisi V pada kadar part per bilion (ppb) adalah
yaitu 90,0-110,0 % (Kementerian 32%. Pada metode yang sangat kritis,
Kesehatan Republik Indonesia, 2014). secara umum diterima bahwa RSD harus
lebih dari 2% (Harmita, 2006).
Penentuan batas deteksi dan batas
kuantitasi merupakan parameter yang
sensitivitas. Tujuan penentuan batas Kesimpulan
deteksi yaitu untuk mengetahui jumlah
terkecil analit yang masih bisa dideteksi Dari data yang diperoleh pada penelitian
namun tidak perlu dapat terukur dan ini, dapat disimpulkan bahwa :
tujuan penentuan batas kuantitasi yaitu 1. Pada penelitian ini didapat pelarut
untuk mengetahui jumlah terkecil analit terbaik yang digunakan untuk analisis
yang masih bisa diukur dengan akurat. ibuprofen dengan spektrofotometri
Batas deteksi yang diperoleh dari metode ultraviolet yaitu etanol.
absorbansi yaitu 0,1084 µg/mL dan dari 2. Dari analisis ibuprofen suspensi
metode luas daerah bawah kurva adalah dengan spektrofotometri ultraviolet
2,0033 µg/mL, batas kuantitasi yang dengan metode luas daerah dibawah
diperoleh dari metode absorbansi yaitu kurva dan absorbansi menunjukkan
0,3615 µg/mL, sedangkan dari metode bahwa hanya metode absorbansi yang
luas daerah dibawah kurvayaitu 6,6777 valid untuk analisis ibuprofen
µg/mL. Artinya dari dua metode yang suspensi.
digunakan yaitu metode absorbansi dan 3. Hasil penetapan kadar ibuprofen
luas daerah di bawah kurva, batas deteksi suspensi dengan merek dagang proris
dan batas kuantitas yang baik adalah pada metode absorbansi dan luas
menggunakan metode absorbansi yaitu daerah dibawah kurva diperoleh rata-
2,0033 µg/mL untuk nilai batas deteksi rata kadar yaitu 94,3894 % ±
dan 0,3615 µg/mL untuk nilai batas 1,0906 dan 71,472 % ± 1,0104.
kuantitasi karena nilai yang didapatkan
lebih rendah atau kecil dari nilai yang Daftar Pustaka
didapat dari metode luas daerah bawah Ansel, H. C. (2008). Pengantar bentuk
kurva. sediaan farmasi. (Edisi 4).
Penerjemah: F. Ibrahim.Jakarta:
Pengujian presisi memiliki tujuan Universitas Indonesia Press.
untuk mengetahui kedekatan hasil analisis
apabila dilakukan oleh analis yang sama Dachriyanus. (2002). Analisis struktur
dengan waktu yang berbeda. Hasil dari senyawa organik secara spektroskopi.
(Edisi 1). Padang: Andalas University
penelitian diperoleh persen RSD yang
Press.
kurang dari 2% maka dapat dikatakan
bahwa metode ini mempunyai nilai Day, R. A. & Underwood, A. L. (1986).
keterulangan yang baik. Kriteria Analisis kimia kuantitatif. (Edisi 5).
keseksamaan diberikan jika metode Penerjemah: A. H. Pudjaatmaka.
memberikan simpangan baku relatif atau Jakarta : Penerbit Erlangga..
koefisien variasi 2% atau kurang. Akan

8
Gandjar, I. G. & Rohman, A. (2007). Kimia
farmasi analisis . Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Harmita. (2004). Petunjuk pelaksanaan


validasi metode dan cara
perhitungannya. Majalah Ilmu
Kefarmasian, 1(3), 117-134.

Jones, D. S. (2010). Statistik farmasi.


Penerjemah: H. U. Ramadaniati., H.
Rivai. Jakarta: Penerbit EGC.

Katzung, B. G. (2002). Farmakologi dasar


dan klinik. (Edisi 8). Penerjemah:
Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Univeritas Airlangga.
Jakarta: Salemba Medika.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


(2014). Farmakope Indonesia. (Edisi
5). Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Niharika, G., Ahmed, N. V. H., Sevukarajan,


M., Deepak, P., Khan, J., Nazan, S.,
Begum, S. (2013). Fabrication and
characterisation of supramolecular
assembly between ibuprofen and
betacyclodextrins. Asian Journal of
Pharmaceutical Science &
Technology, 3(1), 47-56.

Shimadzu Comporation. (2008). Instruction


manual operation guide UV-1800
shimadzu spectrophotometer. Kyoto
Japan: Analytical & Measuring
Instrument Division.

Tjay, T. H., & Rahardja, K. (2007). Obat-obat


penting, khasiat, penggunaan, dan
efek sampingnya. (Edisi 4). Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Kompas - Gramedia.

Voight, R. (1994). Buku pelajaran teknologi


farmasi. (Edisi 5). Penerjemah: S.
Noerono. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada Press.

Watson, D. G. (2009). Analisis farmasi: Buku


ajar untuk mahasiswa farmasi dan
praktisi kimia farmasi. (Edisi 2).
Penerjemah: W. R. Syarief. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai